Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu. Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku.
Ini yang kau sebut cinta?
Menunggumu bukan pilihan. Izinkan aku meninggalkanmu, dengan serpihan hati yang tersisa. Dan jika ternyata dia yang ada di sana, sama-sama menanggung keping-keping hati yang berhamburan, saat kami saling menyembuhkan—salahkah itu?
After Rain adalah novel debut Anggun Prameswari. Sebelumnya, cewek Gemini yang juga pencinta bulan purnama ini, sering menulis cerpen di banyak media nasional. Selain menulis, kesehariannya diisi dengan mengajar bahasa Inggris di SMP-SMA Harapan Bangsa, Tangerang
Pada awalnya saya agak ragu untuk membeli After Rain. Mengingat ini adalah debut pertama Anggun Prameswari di Gagas Media. Tadinya saya mau membeli Montase, berhubung tidak ada saya jadinya membeli After Rain. Jujur, sekarang saya tidak menyesal telah membeli After Rain.
Ketika mulai membaca, saya sempat bingung. Bingung mengenai tokoh utama. Siapa sebenarnya tokoh utama ini ? Yang ternyata adalah wanita selingkuhan dari pria yang telah berumah tangga. Kaget memang. Tetapi Anggun Prameswari mampu membawanya dengan cukup baik.
Sudut pandang orang pertama membuat saya berada di posisi sebagai selingkuhan. Biasanya dari novel - novel yang saya baca atau film - film yang saya tonton, pasti si selingkuhanlah yang menjadi karakter antaganonis. Di After Rain berbeda. Melihat sisi lain dari biasanya.
Alur yang digunakan adalah alur campuran. Membuat saya jadi mengerti seberapa dalam hubungan Seren dengan Bara. Sepuluh tahun menjalin hubungan. Bukanlah hal yang mudah bagi Seren dan Bara untuk mengakhiri hubungan mereka. Apalagi ketika mereka sudah benar - benar sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka, Bara dan Seren mengakui masih saling mencintai. Bahkan Bara sampai ingin menceraikan isitrinya, Anggi. Tidak ia perdulikan lagi Lily yang masih kecil.
Yang membuat saya salut adalah sikap Seren yang tegas. Ia tidak ingin merusak rumah tangga Bara dan Anggi. Malahan ketika Anggi keguguran dan Bara ingin menceraikannya, Seren menyuruh Bara untuk pulang ke keluarganya.
Pesan moral yang saya dapat di sini adalah Cinta butuh hati nurani. Dan juga ketika sudah ada ikatan pernikahan, maka tidak ada lagi tempat untuk orang ketiga.
Aku nggak ngerti mau kusebut apa Seren ini. Penjahat atau korban? Kalo aku bilang penjahat, dia toh juga jadi korban dari rasa cintanya yg buta. Jadi mgk, lebih pantas sebagai kusebut perempuan yg terlalu cinta hingga jadi buta. Banyak bgt kan kasus kek gitu😝
10 th berhubungan dengan Bara, 7th pacaran, 3th jadi simpanan, harusnya udah bisa banget dikatakan buta krn cinta. Apalagi, tyt Bara sang pria idaman nggak sehebat itu untuk diperjuangkan. Di mata aku, Bara nggak lebih dari tipikal laki-laki egois yg berlindung di balik rasa cinta, dan pemujaan penuh dari Seren, sehingga nggak bisa tegas memilih. Untuk apa dia memilih ketika dia bisa dapat cinta Seren dan mempertahankan citra baik dengan gampang? Meski mbak Anggun bercerita bahwa Bara itu rajin sholat, agamis, penyayang keluarga, lelaki baik-baiklah yaaa intinya, ttp aja aku nggak jatuh hati dg tokoh Bara. Karena buat aku, deksripsi Bara sebagai orang yg agamis tapi selingkuh itu nggak pas. Kek menjabarkan pak Haji yg ttp main judi sabung ayam. Timpang.
Yang buat aku suka sama cerita ini, adalah cara mbak Anggun bercerita. Simple dan ngema aja menurut aku. Nggak berlebiham, nggak mendayu-dayu(apasih😂😂)meskipun ini novel yg aduhaii bisa bikin nangis. Hanya saja, aku ngerasa ada yang kurang. Kegalauan Seren menurut aku sedikit kurang diekspoitasi(duileehh bahasanya). Krn ya... nggak gampang untuk mencintai dan mengantungkan harapan pada seseorang yg sudah jadi milik orang lain. Percayalah. Elang juga nggak terlalu "hidup". Padahal dia punya peranan penting dalam cerita ini. Istilahnya nih, Elang itu "Anak Muda" dalam kisah hidup Serena Senja, jadi mgk bisa lebih mendalam aja sih. ttg Elang.
Yang pasti, aku sukaaa novel ini. Nama Seren aja aku sukaaa bgt😍😍 Terima kasih mbak Anggun, sudah menghadirkan Serenada Senja.
Judul novel ini After Rain, saya mengira (bahkan setelah membaca interviu dengan Mbak Anggun) akan banyak menemukan adegan hujan atau kenangan terkait hujan. Nyatanya, memang banyak adegan hujan, hujan air mata. Jadi, mungkin After Rain ini artinya setelah nangis, terus melanjutkan hidup. Karena itu, saya juga bilang smile over the rain, supaya ada senyum dengan adanya "hujan". Sedangkan, hujan dari langit, yang saya ingat, hanya menjelang ending dan mungkin bisa di-remove karena tidak terlalu berpengaruh.
Saya tidak bisa menamatkan novel ini dalam satu hari. Bab-bab awal benar-benar membuat sesuatu yang dibentuk menjadi sebuah kata "galau". Saya gak kuat bacanya. Bukan karena bosan, melainkan karena rasanya ikut terkoyak bersama Seren. Well, novel ini besudut pandang orang pertama pelaku utama. Jadi, sudah bisa dipastikan seberapa dalam perasaan Seren bisa diselami. Walaupun selama ini saya punya persepsi adiksi cinta itu benar-benar tidak baik dan saya sudah berapa kali mengatakan kepada para broken-hearter "kayak gak ada cowok lain aja", Mbak Anggun berhasil membuat saya iba terhadap tokoh ini. Sepuluh tahun pacaran lalu ditinggal nikah!! Siapa yang bisa move on pakai kecepatan cahaya??? Dua-duanya juga akan sulit melepas masa lalu.
Setlah bab-bab awal penuh kegalauan, peran Elang mulai muncul lebih banyak. For God's sake, kenapa tokoh cowok keren itu selalu identik dengan irit bicara dan mata yang bisa meluluh-lantahkan Pulau Langerhans dan wilayah sekitarnya!? Dan, kenapa di dunia nyata tidak ada cowok semacam itu!!? (setidaknya dunia nyata saya). Tambahan, Elang itu guru musik, seniman, dan wangi.
Not really into this actually. Emang sayanya yang kurang suka tema-tema selingkuhan kayak gini sih ya. Saya selalu men-judge cewek yang jadi selingkuhan itu bego setengah mati, nggak punya otak, dan berbagai poin negatif lainnya. Nggak jauh beda ama karakter utama novel ini, Seren. Mau aja dibego-begoin. Tapi yang paling saya nggak suka dari karakternya dia adalah, betapa murahannya dia. Terlalu gampang dicium, nggak hanya oleh Bara, tapi juga Elang. Trus ending-nya udah ketebak juga. Tipikal novel-novel kayak begini, karakter si cowok yang jadiin si cewek selingkuhan pasti kebuka banget belangnya hampir2 menuju akhir, nggak peduli kalo di awal ada banyak deskripsi tentang betapa wow-nya dia. Biasanya sih ya kayak si Bara itu, nggak tau diri, egois. Apanya yg di awal sok-sok sayang anak? Di akhir malah begitu. Poin yang paling mengganggu saya dari novel ini adalah, deskripsi bahwa si Bara itu alim, rajin shalat. Lebih baik, jauhkan masalah-masalah agama dari tema cerita macam ini. Dia shalat, alim, tapi kelakuannya? Selingkuh, ciuman sembarangan, dan dari dialog Seren sama temennya Kean, jelas banget kalo mereka juga sering tidur bareng. It disturbs me so much. Kayak mainin agama aja.
Btw, mungkin cuma perasaan saya, tapi kovernya rada beda dari kover Gagas yang biasa. Dan jujur aja, entah kenapa saya kurang tertarik aja liat kovernya. Baca novel ini karena rekomendasi sih ya. Karena kalo nggak saya pasti nggak bakal baca.
rating: 3,5 ceritanya yang ringan dan jumlah halaman yang sedengan membuat novel ini habis dibaca beberapa jam :) gak banyak typo, cerita mengalir menyenangkan, cukup mengihibur untuk mengisi waktu luang yang ngenes di malam minggu :) cek repiu lengkapnya di http://khairunisaputri.blogspot.com/2...
Sejak membaca cerpen Anggun Prameswari di buku Cerita Sahabat, saya langsung menjadikan dia penulis yang bukunya wajib dilirik, saya sangat terpesona dengan cerpen yang dibuatnya, memorable sekali. Cerpen tersebut terasa suram dan sedikit melow, tapi di sisi yang sama sanggup membuat saya terngiang-ngiang akan ceritanya. Saya menantikan karya selanjutnya, apakah gaya menulis Anggun memang seperti itu? Dan benar, di buku pertamanya ini pun aura melow sangat terasa. Dari segi cerita, tema utamanya sudah sering diangkat oleh penulis lain, contohnya adalah Good Fight - Christian Simamora, yaitu tentang cinta segitiga, perselingkuhan. Kalau di Good Fight ceritanya lebih membahas hubungan yang baru sedangkan buku ini lebih banyak membahas tentang bagaimana bisa lepas dari cinta yang salah. Aku adalah benalu yang melilit Bara, menghisap sari pati cintanya, sampai tak ada yang tersisa untuknya mencintai Anggi. "Tahu nggak, orang-orang yang suka model baju vintage konon adalah orang yang terjebak di masa lalu. Nggak bisa melanjutkan hidup." Kean berbisik di telingaku. Serenade Senja, selama sepuluh tahun, sejak berumur enam belas tahun dia jatuh cinta dengan tetangganya, Sambara Darmasaputra. Seren tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Bara, karena baginya, Bara adalah hidupnya, segalanya, yang tak akan pernah meninggalkannya. Perasaan Seren pun bersambut dan hubungan mereka tanpa kendala, sampai suatu saat Bara harus menerima perjodohan dengan anak rekan bisnis ayahnya, Bara tidak bisa menolak karena kesehatan sang ayah mengancamnya, Bara mengalah tapi dia tetap mencitai Seren. Selama tiga tahun menikah dengan Anggi dan mempunyai anak bernama Lily, Bara tetap menjalin hubungan dengan Seren, secara sembunyi-sembunyi. Itulah efek samping kesepian. Tak peduli seberapa kecil tempat yang kau singgahi, semuanya akan terasa terlalu luas dan teramat dingin. Sunguh, pengabaian adalah bentuk hukuman terberat untuk orang yang kita cintai. "Kita,... ini apa?" Itu adalah pertanyaan Seren untuk Bara yang selalu menghindari jawabanya. Kean, sahabatnya sampai bosan menyadarkan Seren kalau dia hanya melukai perasaanya sendiri, Bara sudah berkeluarga apalagi mempunyai anak, sangat kecil Seren bisa masuk ke dalam keluarga kecil mereka, dia hanya akan menjadi benalu. Tapi Seren sangat mencintai Bara, dia tidak bisa melepaskannya, sepuluh tahun bukan waktu yang singkat untuk melupakan sebuah hubungan. Kini aku tahu, semua akan baik-baik saja selalu diucapkan untuk membohongi mereka yang selamanya tidak akan merasa baik-baik saja. Aku cuma secarik kenangan yang disobek paksa dari catatan kehidupan Bara, lalu diselipkan di balik tumpukan kaus kaki. Bara mulai menjauh, baik di kantor maupun dalam komunikasi. Sampai Bara mengajak bertemu dan membahas kalau hubungan mereka tidak bisa diteruskan, Bara tidak bisa memilih Seren, dia lebih memilih Lily. Berbagai usaha Seren lakukan agar Bara merubah keputusannya tapi Bara malah selalu menghindarinya. Seren pun menyerah, dia mengikuti saran sahabatnya, dia harus move on, resign dan mencari cinta yang baru. Konon katanya, kalau kita memusatkan pandangan pada seseorang, arahkan ke bagian tengkuk. Cukup semenit, maka dia akan tahu kalau kita sedang melihatnya. Tepat semenit, dia menoleh seakan tahu keberadaanku. Aku terkesiap. Mata kami saling bertaut beberapa detik. Seren mengisi posisi yang ditinggalkan seorang guru Bahasa Inggris di sebuah sokolah swasta yang ada di Jakarta, dengan bermodal kemampuan berbahasa Inggris, Seren berani mencoba berbagai tantangan yang ditawarkan sekolah tersebut, termasuk seorang murid yang menganggap Seren tidak mempunyai kemampuan menjadi seorang guru. Di tempat itu juga dia bertemu lagi dengan lelaki yang pernah ditemuinya di panti asuhan, lelaki yang memiliki sorot mata begitu tajam seperti elang, lelaki yang sama-sama pernah terluka karena cinta, Elang Mahardhika. "Jadi cinta itu adiksi. Semakin lo cinta sama seseorang, semakin besar ketergantungan lo sama dia. Semakin rapuh kalau tahu-tahu dia pergi. Semakin hancur hati lo kalau dia mengecewakan lo." Di awal alurnya agak lambat, cerita hanya berputar tentang kegalauan Seren akan cintanya pada Bara. Sedikit capek membacanya, saya tulis singkatnya seperti ini >> Seren cinta sama Bara tapi dia nggak mau jadi selingkuhan, Seren pengen Bara menceraikan Anggi tapi mereka sudah mempunyai Lily, Bara nggak bisa memilih, dia ingin memiliki mereka semua. Waktu Lily sakit, Bara sadar nggak bisa meninggalkan anaknya, kemudian memilih meninggalkan Seren. Gantian Seren yang nggak mau ditinggal Bara. Hosh, hosh. Jujur saja saya sangat sebal dengan karakter Seren dan Bara, penulis sukses mempermainkan emosi pembaca, terutama saya. Saya harus bertahan tiga bab pertama. Yang nggak saya suka itu terlalu cintanya Seren sama Bara, bahkan Bara udah punya anak pun dia tetap bertahan, enak bener jadi Bara, semaunya sendiri. Gantian waktu Seren mau ninggalin dia dan udah bisa sedikit move on, Bara malah kayak kebakaran jenggot, ngejar-ngejar Seren balik bahkan mau menceraikan Anggi, padahal Anggi lagi hamil anak kedua, bener-bener minta disaplak ini orang kalau perlu kirim aja ke Timbuktu.
Untungnya, kehadiran sosok muka lempeng, berbau aftershave dan bersorot mata tajam mengalihkan duniaku :p. Suasana cerita masih sedikit melow, tapi kehadiran Elang membuat cerita menjadi sedikit misterius dan bikin hati deg-degan. Misterius tentang dirinya, tentang masa lalunya. Saya langsung jatuh cinta sama dia, apalagi waktu dibahunya tersampir softcase gitar, bener-bener mirip satria bergitar (muncul lagi julukan ini yang berarti dia keren mampus! tapi bukan Bang Rhoma ya, bukan! #sikap). Saya nggak akan banyak berbicara tentang Elang, biar reviewnya juga misterius dan kamu membaca sendiri bukunya, pokoknya dia itu cipokable XD. Lalu, mataku tertuju pada seorang pria yang berdiri di depan pintu. Kemejanya abu-abu gelap, senada dengan terusanku hari ini. Celana jeans belel dan sepatu kulit cokelat itu menegaskan penampilannya yang trendi. Di bahunya, tersampir softcase gitar. Dia berdiri bersandar menempelkan sisi bahunya yang bebas. Tangannya terlipat di dada, seakan menunggu apa yang akan kulakukan. Sorot matanya begitu tajam. Setajam sorot mata burung elang. Bagian yang paling favorit adalah ketika Seren mendongeng di panti asuhan dan ketika hari pertama dia mengajar di SMA Pelita Nusantara, diperkenalkan dengan murid-murid yang tidak biasa, seru dan asik banget! Coba kalau semua guru cara mengajarnya seperti itu pasti murid-muridnya lebih cepat memahami dan pelajaran pun menjadi menarik.
Sedangkan kekurangan buku ini, kemunculan Elang kurang banyak, saya maunya satu buku tentang dia semua :p. Buku ini indah, bahasa yang digunakan penulis sederhana dan pemilihan kata yang digunakan tidak berlebihan, tidak mendayu-dayu, membuat saya betah membaca lembar demi lembar. Sudut pandangnya orang pertama melalui Seren, jadi kita ikut merasakan apa yang digalaukan Seren akan pilihan hidupnya. Sepuluh tahun mencintai seseorang dan lalu melupakannya bukan perkara mudah, karakter di buku ini begitu hidup, kenyataannya pun mungkin kita akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Seren. Manusiawi. Nggak perlu ditanya siapa karakter favorit saya, udah kelihatan banget kan? :D.
Buku ini bercerita tentang belajar melepaskan cinta yang salah, belajar memulai cinta yang baru lagi. Recomended banget kalau kamu suka cerita romance yang melow tapi nggak menye-menye, yang suka satria bergitar XD.
Ini buku kesekian yang sudah saya baca. Tapi review pertama yang saya tulis di goodreads. Karena ceritanya agak mengena buat saya. Disamping diksinya yang sangat bagus.
Seren dan Bara yang sama-sama terjebak sama cinta dan keegoisan orang tua Bara. Itu yang dikisahkan di awal cerita. Hati saya turut berduka untuk mereka. 10 tahun bukan waktu sedikit untuk mengakhiri hubungan. Apalagi penyebabnya berupa paksaan dimana dua-duanya masih amat sangat saling cinta. Saya sendiri pernah terjebak one sided love selama 14 tahun. Jadi saya tahu apa rasanya. Bahkan untuk one sided love amat sangat sulit untuk lepas. Tak terbayang harus pisah pada saat dua-duanya saling cinta.
Mungkin buat beberapa orang, Seren adalah si perusak rumah tangga orang lain di cerita ini dan Bara si lelaki tidak tegas. Namun menurut saya mereka sama-sama belum siap untuk saling melepaskan. 3 tahun menjalani hubungan backstreet di tengah pernikahan Bara menurut saya adalah masa-masa penyangkalan. Dimana mereka memikirkan yang penting sekarang. Masa depan tidak perlu terlalu dipusingkan. Yang penting sekarang mereka bisa bersama.
Turning point terbesar adalah ketika Seren mulai mempertanyakan soal masa depan. Karena sekarang tidak lagi cukup. Mungkin setelah 3 tahun bertahan, Seren pun mulai pada titik jenuh menjalani hubungan yang tidak bermasa depan. Terlebih dengan adanya Lily.
Kenapa bukan bintang 5? Karena ada beberapa hal yang menurut saya bisa lebih dijabarkan. Kehidupan pernikahan macam apa yang Bara jalani, porsi Elang yang terlalu sedikit untuk jadi orang yang berperan besar, dan akhir cerita yang sedikit kurang lengkap soal Bara. Tapi overall novel ini sangat bagus. Banyak nilai yang bisa diambil.
Salah satu part favorit saya adalah ketika Elang bilang bahwa patah hati bukanlah vonis mati. Hidup terus berjalan, masalah boleh berdatangan, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Dan tokoh favorit saya adalah Kean. Sebuah sosok sahabat sejati.
Sempat terjeda lama setelah membaca 5 bab awal tapi akhirnya berhasil kubaca sampai ending. Keseluruhan ceritanya terlalu menye-menye bagiku -si pembenci cerita sendu-, apalagi pada bab-bab awal. Kesel banget deh sama hubungan Senja dan Bara. Dua tokoh ini bikin kesel. Kesel dalam arti yang sebenarnya. Untung terjeda dengan aktivitas Senja pas jadi guru pengganti. Bagian favoritku ketika Senja tengah kesulitan menghadapi murid-muridnya, aku juga suka cara dia mengatasinya (sepertinya ini disebabkan penglaman penulis sebagai guru, jadi adegannya berasa realistis sekali). Dan mungkin faktor lain yang bikin aku suka bagain tersebut karena aku suka Kenzo! Ya, murid badung yang satu ini benar-benar mencuri fokus. Cara dia mengetes kredibilitas Senja, cara dia berinteraksi di lingkungan sekolah, trus ada juga adegan yang menjelaskan suatu pemberontakan Kenzo atas perintah Senja -yg ini bikin ikut bersimpati-, Pokoknya he is my favorite character in this novel! Ngalahin si tokoh utama pria. -Tidak disarankan untuk dibaca para haters 'pelakor'- ;)
Sebenernya ini buku yang pernah aku baca saat awal terbit di tahun 2013. Dan setelah ku baca ulang. Ternyata aku masih suka. Aku masih merasakan debaran itu saat cerita mengarah kepada Elang dan Serenade Senja. Elang adalah tokoh fiksi favorit pertamaku. Sikapnya yang dingin, arogan, cuek, dan datar entah kenapa selalu berhasil membuatku meleleh saat memperlakukan Senja tidak seperti pada pria umumnya. Cerita ttg para tokoh yang sama² punya luka ttg cinta. Patah hati.
Sampai 2/3 bagian buku, saya kesal sama Seren. Sampai akhir, saya sungguh tidak suka sama Bara.
Tapi untungnya ada Elang juga Kean. Ada Nola juga Kenzo. Terima kasih buat Kean, karena dia benar-benar mewakili apa yang ingin saya katakan ke Seren kalau misalnya dia memang nyata😂😂😂
Something light to read that can be enjoy by both teenagers and young adult. The conflict neither too complicated nor simple. The plot is expected and you can guess the ending after several chapter but it still triggers you to continue until the end.
Cerita cinta yg komplit dan terkait satu sama lain. Drama cinta yg enggak menye-menye. Setiap drama yg dibuat Seren, Bara, dan Elang sangat nikmat untuk diikuti.
Terkhusus penulis buku, Anggun Prameswari, saya penasaran dengan buku-buku mu selanjutnya.
3.8 tepatnya. Novel ini bagusss.. meskipun saya nggak suka tokoh utama ceweknya dan merasa bagian Elang kurang banyak.. Review lengkap menyusul ya, di blog. 😁
Ceritanya bagus. Cukup membuat terhanyut. Suka sama Elang! Tipe-tipe cowok cool tapi perhatian.. Karena ada waktu luang jadi bisa nyelesain novel ini dalam sehari...
Agak-agak ngeselin sih baca cerita ini. Dua tokoh utamanya, Seren dan Bara, sikapnya bikin gemes. Dan kehadiran (serta perasaan) Elang untuk Seren itu terasa too good to be true banget.
Selama sepuluh tahun Serenade Senja mencintai Bara. Dari pertama pertemuan mereka ketika Bara pindah ke depan rumahnya. Saat Seren baru berumur 16 tahun.
Sekarang, sepuluh tahun kemudian, mereka masih bersama, bekerja di kantor yang sama pula. Tapi ada yang berbeda. Bara tidak lagi miliknya seutuhnya. Seren harus berbagi kasih dengan Anggi dan Lily, istri dan anak Bara.
Pernikahan Bara yang berlangsung 3 tahun lalu karena perjodohan sangat menyakiti hati Seren. Tapi ia tidak bisa menghapuskan rasa cintanya. Dan ia pun bersedia menunggu Bara yang juga masih mencintainya, bertahan dengan sisa waktu yang bisa diberikan Bara.
“Dia seperti Cinderella, selalu berlari pulang saat tengah malam, meninggalkan pangeran yang terlanjur jatuh cinta kepadanya. Entah kapan dia bisa tahu perasaan pangeran tersebut. Hancur. Remuk berkeping-keping. Siap terhambur ditiup angin”
Bagi Seren, hidupnya seperti kisah Cinderella. Tapi ia bukanlah si Cinderella, melainkan si pangeran yang ditinggalkan saat tengah malam. Menatap punggung Cinderella yang lari meninggalkannya. Berlari pulang menuju keluarganya.
Dan saat akhirnya Seren membutuhkan kepastian, ia meminta Bara untuk memilih. Ketika jawaban tidak kunjung datang, bukankah kediaman itu sendiri merupakan jawaban?
Maka kali ini Seren memutuskan ia yang akan berpaling.
Ia meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi seorang guru pengganti di sebuah SMA. Dan bertemu dengan Elang, guru musik yang juga pernah merasakan kehilangan seperti dirinya.
Saat jalan-jalan ke toko buku kemaren, saya nemu dua buku yang udah terbuka segelnya. Melbourne dan After Rain ini. Awalnya saya pengen skimming Melbourne sih, karena udah pernah baca buku lain penulisnya, tapi entah kenapa cover After Rain lebih menarik perhatian saya. Apalagi judul kecilnya “Suatu saat aku berhenti menangisimu” bikin saya penasaran. Padahal saya ga suka cerita yang sedih-sedih lho.
Tapi judul “After Rain” dan kata “Suatu saat aku berhenti menangisimu” seolah-olah membisikkan kepada saya bahwa tokoh di cerita ini berhasil mengatasi permasalahannya. Ujung-ujungnya saya malah melantai 3 jam di toko buku tersebut, ngabisin buku ini. Hehehehe...
Awalnya saya berpikir ini adalah kisah mengenai Seren dan Bara. Walaupun sedikit kurang sreg dengan Seren yang masih berhubungan dengan Bara setelah laki-laki itu menikah, tapi setidaknya “wanita lain” dalam hubungan ini adalah Anggi, bukannya Seren.
Tapi setelah Bara dan Anggi menikah, masih berhakkah Seren meneruskan hubungannya dengan Bara? Seperti yang ditegaskan berulangkali oleh Kean, sahabar Seren, “...there’s no such things as KAMI in your relationship.”
Saya lumayan suka dengan karakter Seren, dan dapat merasakan betapa beratnya beban perasaan yang ditanggung gadis itu. Perasaan yang telah terpupuk selama sepuluh tahun tidak mungkin bisa dilupakan hanya dalam waktu semalam dua malam saja. Walaupun ada saat-saat dimana saya kesal juga dengan keputusan yang dibuatnya. Seperti menerima ajakan-ajakan Bara untuk bertemu.
Sedangkan karakter Bara sedikit membuat saya bingung. Di pertengahan awal cerita penulis berusaha menampilkan sosok laki-laki yang baik, apalagi ketika ia memutuskan melepaskan Serena karena tidak bisa meninggalkan putrinya. Tetapi semakin ke belakang karakter Bara dibuat semakin dangkal hingga jadi menjengkelkan.
Kean alias Kei alias Keandra, sahabar Seren, adalah tokoh yang paling berkesan di buku ini. Sifatnya terang-terangan dan jujur, dan selalu mendukung Seren walaupun kadang Seren membuatnya jengkel juga. Awalnya saya mikir Kean ini cowok, karena biasanya Kean adalah nama cowok. Baru setelah beberapa bab saya tahu kalau Kean adalah cewek. Hehehehe...
Sedangkan Elang (cowok yang baru saya sebut satu kali dalam review saya ini) digambarkan sebagai tokoh yang dingin, cuek dan susah dibaca emosinya. Sebenarnya saya tidak merasa pas kalau disebutkan Elang adalah tokoh utama cerita ini. Karena kemunculannya tidak sebanyak Bara dan sebenarnya saya berharap Seren tidak secepat itu jatuh cinta kepada Elang.
Kalau boleh memilih, saya lebih suka buku ini diakhiri dengan Seren yang baru mulai merasa ada perasaan yang lain kepada Elang. Dengan begitu buku ini lebih fokus kepada perjuangan Seren melupakan Bara dan melanjutkan hidup yang sesuai dengan keinginannya. Bukannya hidup yang difokuskan di sekitar Bara.
Secara keseluruhan buku ini enak banget dibaca dan lumayan mengaduk-aduk emosi :)
Yang pertama kali terbesit di pikiran saat mengeja judul novel ini adalah... kisah sedih yang berujung bahagia. Karena, biasanya, filosofi hujan adalah air mata. Iya, kan? Jadi, pertanyaan besar yang ditawarkan novel ini (mungkin) adalah "Apakah yang akan terjadi setelah rinai air mata kesedihan?" Jawabannya adalah "Akhir yang bahagia." Ini hipotesa awalku sebelum membuka halaman pertama After Rain. Ya, terkadang aku memang sotoy.
Seperti biasa, GagasMedia nggak pernah main-main soal sampul buku. Pemilihan gradasi warna, tata letak dengan font yang pas, serta ilustrasi yang menjelaskan gambaran cerita dalam novel; seorang perempuan dengan payung di tangannya dan latar langit senja.
After Rain mengisahkan tentang kehidupan seorang perempuan bernama Serenade Senja. Seren, ia biasa disapa, diceritakan sedang terjebak dalam hubungan terlarang dengan pria beristri. Seren adalah selingkuhan Bara, yang sudah memiliki istri bernama Anggi dan seorang anak bernama Lily. Di sini, penulis mengangkat tema perselingkuhan dari sisi orang ketiga. Agak berbeda sih dengan novel kebanyakan, yang sering menyorot tokoh utama sebagai korban yang diselingkuhi, bukan pelaku perselingkuhan.
Serenade Senja dan Sambara Darmasaputra, sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama sepuluh tahun—terhitung tahun mereka resmi tercatat sebagai pasangan selingkuhan. Tiga tahun sebelumnya, Bara telah menikahi perempuan bernama Anggi, karena perjodohan orangtua. Ia sempat mencoba berontak, namun tiba-tiba ayahnya jatuh sakit. Lalu, demi kesembuhan ayahnya, ia menuruti perjodohan. Lalu... tebak sendiri! Bara menikahi Anggi, sementara cintanya masih milik Seren. Dan, itu berlangsung selama tiga tahun setelahnya. Selama itu pula, Seren setia menunggu Bara. Selama itu pula, Bara belajar mencintai Anggi. Selama itu pula, stabilitas ekonomi Indonesia semakin menurun. (lah?)
Bara tak kunjung memberi keputusan; memilih Anggi yang sudah menjadi ibu dari anaknya atau meninggalkannya demi Seren—perempuan yang sejak lama dicintainya. Ketidakpastian itu akhirnya membuat Seren menyerah. Seren memutuskan untuk resign dari perusahaan tempatnya—dan Bara—bekerja. Seren pun memilih pekerjaan yang sesuai passion-nya, yaitu menjadi guru pengganti bahasa Inggris di SMA tempat Nola—keponakan sahabatnya, Keandra—bersekolah. Dan, di sanalah, ia bertemu dengan seorang guru musik bernama Elang. Pria yang nantinya membuat dilematik apakah Seren akan me-replace Bara demi Elang di hatinya.
Novel ini dieksekusi dengan plot yang kuat dan mengalir, dengan alur maju-mundur. Walaupun pada bab-bab akhir, alur terkesan terburu-buru, mungkin karena penulis kurang sabaran untuk menyelesaikan konflik cerita. But, that's okay. Pembaca juga nggak mau, kan, dihadapkan dengan ending yang diulur-ulur mirip opera sabun? Bahasa dan diksi yang digunakan pun mudah dicerna, dan tidak dipaksakan untuk puitis dan quotable. Narasi yang mengalir dari sudut pandang orang pertama, dialog-dialog singkat yang nggak terlalu kaku, dan kronologis yang menjelaskan secara detail setiap kejadian.
"Patah hati bukan vonis mati." - Elang (After Rain)
After Rain nggak direkomendasikan untuk anak sekolahan, karena ada beberapa adegan tokoh yang dipaparkan untuk konsumsi kalangan dewasa. You know what I mean-lah. Sebuah novel debutan yang nggak mengecewakan, mengingat Anggun Prameswari memang bukanlah orang baru dalam dunia tulis-menulis. Novel ini bisa menjadi selingan yang menarik di sela-sela kepenatan aktivitas rutin sehari-hari, tapi mungkin nggak cukup untuk menamatkannya dalam sekali duduk.
Uhuukk sebelum ngocehin nih buku mau ngomong beberapa patah kata ah.. Awalnya,gk gitu tertarik dang k ada niat beli nih buku. Kenapa? Karena penulisnya asing buat gue,dan ini novel pertamanya mbak Anggun ya? Sepertinya ya *kurang tahu* Tapi semakin kesini,banyak yang ngomongin nih buku. Liat di goodreads,rata2 banyak komentar positif soal nih buku.. Jadilah dibanding penasaran,akhirnya beli juga. Iya belinya tetep di took buku online langganan @bukabuku *promosi dikit*
Okey kita mulai dari mana? Jujur aja pas di epilog gue sempet kaget. Lah ini tokoh ceweknya pacaran sama suami orang? Kok bisa? Kok mau? *kedua alis mata menyatu* Eh pas udah kesananya akhirnya ngerti sendiri gimana ceritanya.. Baiklah mari kita ocehin nih buku..
Serenade Senja,nama yang unik kalo menurut gue,atau biasa dipanggil Seren mempunyai pacar bernama Bara. Mereka pacaran sudah 10 tahun sejak Seren masih duduk di kelas 1 SMA *bener gk ya* Tapi hubungan mereka tidak berjalan mulus. Ternyata Bara sudah dijodohkan oleh anak dari teman orang tuanya. Bara sempat berontak sampai kabur dari rumah. Hal tersebur membuat ayahnya jatuh koma karena jantungnya kambuh. Nah jadi yak arena Bara gk mau ayahnya sakit,mau gk mau dia nurutin kemauan ayahnya itu. Bara menikah dengan Anggi,si anak dari teman orang tuanya.. Dan mempunyai anak perempuan juga. Gimana dengan Seren? Nah ngenes ya? Gue sendiri kalo jadi si Seren sih pasti nangis 7 turunan dah *lebay*
Tapi ternyata Bara masih tidak mau melepaskan Seren,begitu pun sebaliknya. Jadi udah tau kan gimana akhirnya? Yapp,mereka masih pacaran juga karena emang masih saling cinta banget sih.. Tapia pa semuanya terus begitu? Gk.. Ada kalanya Seren pun capek dijadikan yang ke2,walau dia tau Bara cinta kepada dia disbanding istrinya. Hanya saja Bara lebih memilih anaknya disbanding Seren. Jadi ya,akhirnya mereka mutusin untuk pisah. Sungguh,disini emang kasian banget si Seren.. Gk tega ngeliatnya *elap air mata* Yang lebih ngenes lagi,mereka berdua 1 kantor. Nah makin susah kan ya buat ngelupain gitu. Kesannya memang disini si Bara yang jahat. Tapi kalo emang lo baca pasti lu ngerti kenapa dia ngelakuin itu. Gk gampang buat Bara ngelepas Seren sebenernya,karena dia memang masih cintaaaaa bangettt sama Seren..
Sampai akhirnya,Seren memutuskan berhenti bekerja dan menjadi guru di salah 1 sekolah swasta. Nah,di sekolah dia bertemu dengan Elang,sang guru musik.. Tak disangka Elang pun kosahnya sama kaya Seren,ditinggal pacar kawin hahahaa.. Kesian jasa dah idupnya.. Jadi ya gitu deh ya. Di saat Seren mulai menata hidupnya dan pelan2 melupakan Bara,ehh si Bara mulai lagi ngejar si Seren,bahkan sampe mau bercerai sama istrinya.. Nah jadi apa yang dilakuin Seren? Apa dia mau balik lagi ke Bara atau berusaha mencintai orang lain yang adalah Elang? Yappp namanya hati,apalagi ada orang baru,pasti berubah deh ya. Seren lebih memilih Elang,karena perasaannya sendiri ke Bara pun sudah terlalu dingin..
Hhhmm jujur aja ya,gk yau kenapa gue lebih suka Seren sama Bara.. Gk tau kenapa,gue ngerasa chemistry antara mereka tuh masih kuat banget. 10 tahunn meennnn 10 tahuunnn.. Buseett dahh. Baiklah okeyy gue harus menerima kalo dia sama Elang..
Jadi gue cukup berterima kasih juga buat orang yang rekomendasiin buku ini ke gue. Sungguh gk nyesel beli deh. Suka sama ceritanya.. Suka duka jadi satu campur aduk semua.. 4 stars buat buku ini ^^
Bukunya udah beli waktu awal2 terbit, tapi baru kebaca sekarang. Saya suka dengan ceritanya. 4 bintang.
Plot: Seren, tadinya berhubungan sembunyi2 dengan Bara, yg sudah punya istri. (tapi tunggu, ngejudge-nya nanti aja). Kemudian Bara dengan bijak memutuskan hubungan mereka, supaya bisa fokus ke keluarganya (anaknya terutama, dan istrinya). Karena situasi awkward dan menyiksa di kantor di tempat mereka sama2 bekerja, Seren mengundurkan diri, kemudian menjadi guru di SMA swasta tempat ponakan teman baiknya, Kean, bersekolah.
Babak kedua cerita ini dimulai, dengan Seren menjadi guru pengganti bahasa Inggris di sekolah itu. Belajar menjadi guru, menghadapi murid2, dua diantaranya kemudian sering berinteraksi dengannya, Nola dan Kenzo. Kenzo kemudian naksir Seren, sementara Nola sudah lama suka Kenzo. Dan ada lagi Elang, guru musik yg keren dan dingin/cool/pendiam, yg berhasil membuat Seren tertarik.
Sementara Seren menikmati kehidupan barunya sebagai guru, Bara ternyata muncul lagi. Dan berkeras minta balikan. Udah gila dia, sampe mau menceraikan istrinya. Untungnya, Seren sudah bisa mikir dengan benar, dan menolak setiap usaha Bara. Berakhir memuaskan untuk Seren, karena Elang ternyata suka sama dia.
-OOO-
- Sebenarnya saya ga yakin cara pengucapan nama Seren gimana, tadinya mikir "Serin", trus "Seren" (keduanya e aksen), akhirnya saya pake "Sirin".
- tentang Seren yg jadi wanita selingkuhan, well, sebelum baca buku ini, dulu gw cuma denger sinopsis sekilas, kalo Seren berhubungan dengan pria yg sudah beristri selama 10 tahun. Persepsi saya waktu itu jelek banget, kirain tuh sudah 10 tahun dia jadi selingkuhan. Eh gataunya ga seperti itu. Jadi awalnya emang dia pacaran dgn Bara sudah lama, tapi kemudian Bara dijodohkan, tapi mereka tetap menjalani hubungan, sembunyi2. Well, ga seburuk yg gw kira, lebih manusiawi lah. Karena sebenarnya kan Bara yg direbut dari dia, oleh keadaan. Btw banyak komen yg ga suka karena Seren jadi selingkuhan. Kalo menurut gw, yg lebih penting adalah bukan tentang siapa dia sebelumnya, tapi apa yang dilakukannya sekarang. Dan Seren mengambil tindakan yg benar setelah diputuskan Bara. Walaupun selalu tergoda, tapi dia ga pernah balikan lagi dengan Bara. Justru Bara yg akhirnya rusak, padahal awalnya dia yg mikirnya bener, dengan mengatakan kalo harusnya mereka putus waktu dia nikah, dan dia harus belajar mencintai istrinya. Eh dia malah melanggar keputusannya sendiri.
- judul After Rain. Lagi2, judul buku2 Gagas kayaknya ya, judul yg ditawarkan dari editor/penerbit, bukan judul asli dari penulis. Soalnya ga terlalu nyambung sama bukunya, alias, ga ada pembahasan tentang hujan ato apa.
- masih ada beberapa typo, sedikit sih. Tapi ada satu yg bikin gw mikir, di halaman 206. Kontinuiti agak rancu. Seren pesan air mineral sekali, tapi pelayan datang bawain pesanannya dua kali. Terlewat waktu proses penyuntingan.
- cerita lebih menyenangkan setelah masuk ke babak dua, di lingkungan sekolah. Kalo gw tebak sih, bagian Seren menjadi guru ini kental banget dengan pengalaman Mbak Anggun sendiri. Detil2 sekolahnya mungkin diambil dari sana juga.
Ya, intinya saya suka dengan cerita dan hasil akhirnya, juga karakter utamanya (Seren) yg berkembang, mengambil keputusan yg benar. Penulisannya juga rapi. Malah menurut saya, ini bisa jadi material film yg bagus.
Mungkin review hanyalah masalah selera dan mood. Yang mulanya saya akan memberikan 4 bintang diawal, kini jadi hanya berselera memberikan 3 bintang. Selera. Karena bagi saya gaya bahasa anggun prameswari disini menyenangkan dan tidak membosankan. Puitis yang mengaduk-aduk perasaan pembaca ketika mengikuti alurnya, tapi bukan tipe puitis yang dipaksaan sehingga justru memberikan efek eneg untuk pembaca. Dibagian awal Anggun membawa pembaca ikut merasakan bagaimana geregtnya ketika punya kekasih tapi sudah jadi istri orang, saya ikut menikmati bagaimana rasanya kehilangan bara sebagai seorang kekasih. Disini, terasa sekali gaya bahasa Anggun yang puitis dan sederhana namun membuat pembaca ikut merasakan rasanya kehilang bara, seolah bara memang pernah melakukan kebiasaan-kebiasaan itu kepada saya. Teh madu, ciuman kilat, atau apa saja. Sampai ditengah, ketika Elang mulai masuk semenjak di ulangtahun Nola, saya tahu arahnya akan kesana. Pasti Elang, batin saya. Dan memang Elang, ceritanya pun klise, sama-sama patah hati lalu saling mengobati. Bagian ini saya diberikan banyak hasutan bahwa Elang itu laki-laki cool maha cuek yang keren namun misterius. Itu karakter yang lumayan klise juga. Disini konflik mulai muncul, seringnya pembaca dibawa mengenang masa lalu dan diberikan kejutan-kejuta lewat Elang, menebak-nebak apa yang akan terjadi berikutnya. Sampai konflik tidan terlalu penting ala anak SMA juga masuk disini, tapi lumayan tidak membosankan. Di bab akhir inilah saya mulai berpikir rasanya rating 4 ini berlebihan. Endingnya mudah ditebak sekali, meskipun Anggun berusaha membuat tebak-tebakan. Terlalu aneh, karkter Bara jadi kehilangan wibawanya malah seperti sampah yang minta dipungut dan disayang-sayang lagi, terbilang plin-plan (padahal rasanya diawal Bara tipe teguh pendirian dan ngotot), dan kesan yang lain mengenai bara adalah sepertinya dia tipe suami roman picisan. Endingnya ini terlalu bertele-tele, gaya puitis khas Anggum diawal cerita pudar, kini terkesan terburu-buru ingin cepat selesai ceritanya, dan sinetron banget. Sinetron banget karena cerita awal yang sudah menarik harus runtuh begitu Anggun terlalu membawa cerita kesana-kemari. Kenapa tidak buat ending yang langsung point to point. Selera saya malam ini benar-benar buruk. Saya justru menyesal baca bab akhir, karena menurunkan gairah saya untuk berimajinasi tentang kisah Seren, sekarang yg terpintas adalah sinetron roman picisan. Anyway, banyak typoo yang mengganggu, tapi tak se-mengganggu endinya lah yaww. Tapi saya masih mau banget baca karya Anggun prameswari, semoga novel keduanya tidak ber-ending sinetron seperti after rain.
Membaca buku ini membuka lebar pemikiran saya bahwa apa yang saya inginkan ternyata belum tentu baik untuk saya wkwk mengapa saya berkata demikian? Oke, saya tergiur kaver buku ini, sendu-sendu gimana gitu.. Waktu saya cek goodreads ternyata ratingnya lumayan akhirnya terbesit lah keinginan untuk memiliki novel ini. Pas lagi puncak-puncaknya pengin.. ada rekan saya mengajak saya berter novel. Demi After Rain ini, saya merelakan London-nya Windry Ramadhina yang rupanya lebih baik dari After Rain (menurut saya pribadi) huhu ya intinya saya menyesal T___T
Oke, After Rain tidak jelek hanya saja... not my cup of orange juice. Banyak kalimat-kalimat yang seakan menendang saya, kalimat yang berisikan kegalauan wanita yang terus-menerus mencintai orang yang salah, yeah that’s me absolutely tapi saya bukan orang kedua, suer.
Boleh aku bertanya, terbuat dari apa hati itu? Tak peduli seberapa rindu menghantamnya, sekuat apa duka menggerusnya, hati masih tetap bersikeras berdenyut. Memanggil-manggil nama yang kucintai. Bodoh. Aku perempuan paling bodoh di dunia. Jatuh cinta kepada yang tidak boleh kucintai. Tahu bahwa harus berhenti mencintai. Mampu untuk berhenti mencintai. Namun tak mau, semata karena hatiku mengatakan demikian. (Hal. 30)
Di awal-awal bab, terus terang aja saya agak bosan bacanya soalnya yang dibahas itu-itu mulu. Untung ada Keandra yang sedikit mencairkan suasana. Sampailah pada tahap Seren ketemu Elang di pesta ulang tahun keponakannya Keandra, saya mulai ngerasa excited dan menebak-nebak pasti bakal lebih rame ya walaupun endingnya langsung ketebak :P tapi.... kenapa porsi Elang sedikit sekali ya Tuhan... padahal dia itu one in million yang bisa bikin wanita klepek-klepek karena sikapnya yang dingin, duh Elang...
Btw, karakter keponakannya Keandra yang nggak terlalu penting tapi sangat menggelitik saya adalah kenapa di acara pesta ultah itu, tiap kalimat yang dia ucapkan bahakan sikapnya itu kayak anak kecil banget, saya hampir tertipu eh ternyata dia anak SMA yang tiba-tiba berubah lagi sikap dan gaya bicaranya sesuai dengan umurnya, oke nggak penting, ini cuma sekedar opini saya aja.
Gaya bahasanya sih enak dibaca, simpel terus ngalir dan porsi antara narasi dan dialog pun seimbang jadi nggak bikin ngantuk hanya saja saya belum menemukan keunikan dari gaya penulisan Mbak Anggun ini hehe, sorry to say.
Dan menurut saya, part ketika Seren jatuh cinta kepada Elang terlalu cepat. Uhuk, kurang natural padahal kan jelas-jelas Seren nggak bisa move on dari Bara tapi tiba-tiba cinta sama Elang. Ya biarkanlah, hanya Seren yang tahu. Hehe..
Setelah nyastra beberapa bulan, dan itu membuat otak saya pusing dan lelah. Hahahaha, akhirnya saya memilih novel ini sebagai pelarian saya, sekadar untuk refreshing dan melepaskan beban pikiran, itung-itung mau kuliah gak boleh stres. :D
Membaca buku ini bukan asal comot. Sudah lama saya menyimpannya (terima kasih buat masa lalu, yang memberi saya buku ini #cailah #nostalgiaABG), sengaja saya baca ketika saya sudah pindah ke Solo. Well, ekspektasi saya besar, bukan karena apa, saya mengenal seorang Anggun Prameswari sebagai cerpenis yang cukup kondang, pertama saya baca cerpennya di buku 'Singgah' cukup membuat saya memiliki alasan untuk terus memabca karyanya. Belum lagi, kabar dua cerpennya masuk nominasi TulisNusantara. Mantap! :D
Nama tokohnya Serenade Senja, cantik!. Elang, buas!. Nola, saya kira awalnya Noah, hahaha!. Kenzo, mirip nama sepupu saya, orangnya nangis mulu, wkwkwkwk!. Kean, bisakan dibaca kain? -_-. Miss Eym, apakah lafanya Miss i am? :D. Dan BARA, ini nama tokoh di novel kedua saya, tapi wataknya beda banget x)))
Sampai bab empat, novel ini patut mendapatkan bintang lima!
Sampai bab dua belas, too much drama will kill you.
Sampe epilog, saya memutuskan memberi novel ini 2,5 bintang, pembulatan ke bawah.
Satu bintang sudah pasti untuk kemahiran mbak Anggun dalam meramu kata-katanya, apik dan memukau. Tidak salah saya membaca karya romance ini untuk menyegarkan pikiran.
Satu bintang lagi diberikan untuk bagian awal yang patut diacungi jempol dan twist yang oke, skill nulis yang mumpuni.
Setengah bintang untuk kavernya. MANTAP buat yang ngedesain!
*
Dan kenapa buku ini harus kehilangan setengah bintangnya? Saya pikir, untuk sekelas mbak Anggun, ia harusnya bisa mengarahi dirinya ke arah zona berbahaya yang penulis pemula *tunjuk diri sendiri* tidak bisa (atau tidak mau?) melakukannya.
Anggun terlalu nyaman di save zone-nya. Padahal, ceritanya berpotensi sekali membuat kejutan yang menarik, terutama di dua-tiga bab terakhir, ya itung-itung menebus kesalahan pada sepertiga terakhir cerita yang membosankan. Sebenarnya tidak ada yang menyalahkannya kalau mau membuat ending yang menggantung, atau yang mengesalkan seperti: Seren memilih Bara, dan Bara meninggalkan istrinya. Kean memutuskan ikatan sahabat, Nola dan Kenzo pacaran. Yeah, itu ekspektasi saya (karena saya menganggap novel After Rain ini bukanlah debutnya)
Kalau terlihat buruk dimatamu, maafkanlah :))
Ohiya, untung sekali tokoh utama disini adalah guru bahasa Inggris, kalau tidak, saya turunkan lagi bintangnya karena terlalu banyak bahasa Inggrisnya. wkwkwkwkwkw! :D
"Mungkin aku dibutakan oleh cinta, sebab akalku dikacaukan olehmu. Seberapa banyak pun aku meminta, kau takkan memilihku."
Serenade Senja mencintai Sambara Darmasaputra. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa lelaki itu. Perasaannya bersambut. Bara ternyata juga mencintainya. Mereka berdua pun berpacaran tanpa kendala yang begitu berarti. Suatu hari, kabar mengejutkan datang dari Bara. Ia dijodohkan dengan Anggi, anak rekan bisnis ayahnya. Bara tidak bisa menolak walapun hatinya masih mencintai Seren. Selama tiga tahun menikah dengan Anggi dan mempunyai seorang putri yang cantik bernama Lily, Bara dan Seren tetap menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.
"Aku sayang kamu, Ren. Karena itu, aku ingin kamu bahagia. Kamu berhak bahagia. Tapi, bukan sama aku."
Pernyataan Bara tersebut menampar Seren. Bara mulai menjauhinya di kantor, tidak mengangkat telepon, dan juga tidak membalas sms maupun bbm darinya. Sahabatnya, Kean, memberi saran padanya untuk move on, resign, dan mencari cinta yang baru. Tidak lama setelah itu, sepupu Kean, Nola, mengabarkan bahwa guru bahasa Inggris di sekolahnya sedang cuti melahirkan. Seren pun melamar menjadi guru di sana dan dengan begitu pula takdir membawanya bertemu kembali dengan Elang, seorang guru musik yang memiliki mata setajam elang dan pernah terluka karena cinta.
---xx---
Ini pertama kalinya aku membaca buku dengan sudut pandang Seren yang notabene adalah orang ketiga dari hubungan rumah tangga seseorang. Di bagian awal-awal buku ini, Kak Anggun sukses memainkan emosi pembaca. Saking suksesnya, aku dibuat sebal sekali dengan karakter Bara yang menurutku semaunya sendiri dan iba dengan karakter Seren yang terlalu mencintai Bara.
"Aku nggak melakukan ini demi Anggi, atau demi Lily, atau Elang, atau siapa pun. Ini demi diriku sendiri. Agar aku bisa dicintai dengan layak, aku harus mencintai diriku sendiri dengan cara memilih yang terbaik untukku."
Aku begitu bahagia dan lega ketika akhirnya Seren berhasil melepaskan cintanya yang salah dan memulai cinta yang baru.
Overall, aku menyukai buku ini. Bahasa yang digunakan sederhana dan membuatku betah untuk membacanya sampai akhir. Lalu, covernya. Covernya bagus dan menarik. Seorang perempuan yang menatap sinar mentari yang cerah selepas hujan berhenti. Dan terakhir, lagu Serenade Senja. Ah, lagunya begitu bagus dan manis. Pantas si Seren tersipu-sipu malu begitu saat mendengarkan lagunya.
Ngomong-ngomong soal karakter favorit, karakter favorit pilihanku jatuh ke Elang, guru musik yang dingin dan misterius. Serius, dia lovable banget!!