Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta

Rate this book
Mau kubilang lantang....

... atau kupendam dalam diam

Tetap saja kusebut (dia) cinta.

264 pages, Paperback

First published August 1, 2013

30 people are currently reading
436 people want to read

About the author

Tasaro G.K.

32 books555 followers
Tasaro (akronim dari namanya, Taufik Saptoto Rohadi, belakangan menambahkan "GK", singkatan dari Gunung Kidul, pada pen-name nya) adalah lulusan jurusan Jurnalistik PPKP UNY, Yogyakarta, berkarier sebagai wartawan Jawa Pos Grup selama lima tahun (2000-2003 di Radar Bogor, 2003-2005 di Radar Bandung). Memutuskan berhenti menjadi wartawan setelah menempati posisi redaktur pelaksana di harian Radar Bandung dan memulai karier sebagai penulis sekaligus editor. Sebagai penyunting naskah, kini Tasaro memegang amanat kepala editor di Salamadani Publishing. Sedangkan sebagai penulis, Tasaro telah menerbitkan buku, dua di antaranya memeroleh penghargaan Adikarya Ikapi dan kategori novel terbaik; Di Serambi Mekkah (2006) dan O, Achilles (2007). Beberapa karya lain yang menjadi yang terbaik tingkat nasional antara lain: Wandu; novel terbaik FLP Award 2005, Mad Man Show; juara cerbung Femina 2006, Bubat (juara skenario Direktorat Film 2006), Kontes Kecantikan, Legalisasi Kemunafikan (penghargaan Menpora 2009), dan Galaksi Kinanthi (Karya Terpuji Anugerah Pena 2009). Cita-cita terbesarnya adalah menghabiskan waktu di rumah; menimang anak dan terus menulis buku.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
66 (19%)
4 stars
144 (42%)
3 stars
100 (29%)
2 stars
24 (7%)
1 star
3 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 69 reviews
Profile Image for yani.
97 reviews4 followers
September 8, 2013
untuk reviewnya kutuliskan puisi untuk ibuk aja ya..lebih tepatnya sih sebuah do'a ;)

Allah tercinta,Engkau menciptakan setiap ibu menjadi istimewa.
Maka hadiahilah dia dengan anak-anak yang bercahaya
Jika aku tak yakin bahwa Engkaulah pelindung terbaik untuknya.
Maka aku akan selalu ragu bahwa beliau senantiasa baik-baik saja di sana.
Tuhan, salehkan aku, karena hanya dengan itu, Engkau akan selalu mendengar setiap do'aku untuk ibuk.
Ibuk, aku mencintaimu lebih dari yang kutahu.


ada banyak jenis cinta di buku ini.
apa sajakah itu? ada cinta yg ga kesampaian, ada cinta yg terlarang, ada juga cinta yg mengerikan.
penasaran? sila dibaca sendiri :)
karena bagaimanapun jua..seperti judul dr buku ini.. Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta ;)
Profile Image for Hayu Ning Dewi.
22 reviews4 followers
October 31, 2013
tanpa quotes dari siapapun baik di cover depan maupun di belakang.
saya terkecoh, mengira ini adalah novel, tapi ternyata buku ini adalah kumpulan cerpen diselipi lukisan-lukisan indah karya Dredha. sbenarnya ini adalah buku Tasaro pertama yang saya baca, niatnya ingin baca karya Muhammmad. But, thanks a lot for someone who gives me this book!

walaupun judulnya agak "ehem" galau gitu. isinya dijamin bukan cerita-cerita roman yang picisan. cerpennya "nyastra" banget! setiap akhir cerita dijamin unpredictable.

bagian yang paling saya suka adalah kagem ibuk, dan puisi.

seperti kalimat di akhir ini bilang:

"mau kubilang lantang...
...atau kupendam dalam diam

tetap saja kusebut (dia) cinta.
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book143 followers
June 6, 2014
"Lalu apa?"
"Melanjutkan hidup."
"Itu saja?"
"Ada waktunya perasaan itu mencapai klimaksnya ketika terjadi sebuah pengakuan, kesepahaman."
"Bukan penyatuan?"
"Cinta kadang memiliki dimensi yang terbatas pada rasa saja. Kebutuhannya sampai di situ."

***

Bagaimana cara bertemu kamu?
Harus berjalan atau berlari?
Aku takut kamu terlewat dan aku mencarimu lagi...
Profile Image for Nike Andaru.
1,634 reviews111 followers
October 3, 2013
saya baru tau kalo ternyata ini kumpulan cerita.
karena saya gak terlalu suka kumcer, pastinya saya akan meletakkan kembali buku ini ke rak bukunya di toko buku, hanya saja saya gakntau dan saya terlanjur beli dengan membawa keyakinan ini bukunya Tasaro yang bagus, setelah menyukai Kinanthi.

sesuai dengan judul buku ini, saya sangat suka cerita yang berjudul Tetap saja Kusebut (Dia) Cinta, kisah cinta yang sederhana, namun terasa manis sekali.

review akan lebih lengkap di blog :D
Profile Image for Hairi.
Author 3 books19 followers
November 14, 2013
Tadinya saya mengira Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta adalah sebuah novel. Kangen buanget dengan karya Tasaro GK yang serupa dengan Galaksi Kinanthi. Novel panjang yang manis dramatis yang membacanya bikin saya serasa menjalni sebuah perjalanan yang panjang. Tapi sayangnya, TSKdC bukan novel melainkan sebuah kumpulan cerpen, dan ketika saya mengetahui kalau bukan novel, saya mengurungkan niat buat membelinya. Terlebih pas ngecek harganya di toko buku besar, perlu banyak rupiah buat mendapatkannya.

Mahalnya buku ini mungkin disebabkan oleh tampilan bukunya yang terlihat Wah. Penuh warna. Ada frame berwarna di tiap halaman, warnanya seragam untuk halaman-halaman di bab yang sama, ketika berpindah bab, warnanya beda lagi. Jadinya ketika dilihat dari samping serasa menatap rainbow cake. Hal itu jadi bikin saya bertanya-tanya, yang penting itu isi tulisan atau tampilan? Kalau tampilan sebuah buku bikin harga buku melambung tinggi kan pembeli buku yang rada-rada sok kepengin hemat seperti saya ini mikir 4-5 kali buat belinya. Semoga ke depannya karya-karya Tasaro lebih ramah di kantong deh.

Selain tampilannya yang agak ‘Wah’ gitu, TSKdC juga dihiasi dengan lukisan-lukisan dari seseorang yang bernama Dredha Gora Hadiwijaya. Yah, saya akui saya faqir jiwa seni, hingga lukisan-lukisan itu tak saya mengerti maknanya dan gagal saya nikmati keindahannya.

Ketika membuka lembar persembahan buku ini, saya juga kaget sendiri mendapati buku ini ternyata dipersembahkan untuk seorang penulis ternama yang juga seorang penyanyi yang dimiliki negeri ini. Siapa lagi kalau bukan Dewi “Dee” Lestari. Hal itu juga yang membuat ingatan saya seketika melayang pada sebuah karya Dee : Rectoverso. Kumpulan cerpen Dee yang juga di dalamnya bukan hanya ada cerpen tapi juga ada lirik lagu. Jika rectoverso antara cerpen dan lirik lagu, TSKdC adalah cerpen dan lukisan.

Sama halnya dengan Rectoverso, TSKdC menampilkan cerpen-cerpen yang beda, yang lain dari biasa. Terlebih nama seorang Tasaro GK memang dikenal sebagai seseorang yang piawai meracik cerita, sang juru dongeng. Tema-tema yang sebenarnya banyak diambil oleh para cerpenis lain tapi disuguhkan dengan unsur-unsur pembangun sebuah cerita yang komplit membuat cerpen-cerpen dalam TSKdC terasa istimewa. Soal diksi, jangan ditanya lagi deh ya, nama Tasaro seolah menjadi jaminan mutu akan pilihan kata-kata yang manis dan puitis.

Mau kubilang lantang … atau kupendam dalam diam Tetap saja kusebut (dia) cinta –cover belakang—

Memiliki anak seperti meletakkan jiwa kita pada tubuh orang lain – Hal 253 –



Ketika membacanya, saya terkesima dengan pilihan-pilihan judul cerpen yang diambil Tasaro. Duuuu… Kreatif banget sih. Bisaa aja cari judul yang eye catching dan menggambarkan tentang isi cerita. Semisal judul Bukan Malaikat Rehat. Saya melongo aja tuh dengan pilihan judulnya. Kok kepikiran aja judul seperti itu. Tasaro ini makannya apa sih jadi pintar gitu? Hihihi….

Judul lain yang bikin saya terkesima adalah Roman Psikopat. Cerita yang dibuka dengan sebuah soal tentang psikologi.

Ada kakak beradik perempuan. Ibu mereka baru saja meninggal, dan mereka sedang mengikuti upacara pemakaman. Si adik melihat seorang pria menawan yang tak dikenal dan ia langsung jatuh cinta kepada pria itu. Sayangnya, tak cukup waktu mengenal pria itu, ia tidak tahu siapa dan di mana alamatnya. Beberapa lama setelah pemakaman, si kakak tewas. Polisi membuktikan bahwa adiknyalah yang membunuhnya. Menurut elu, kenapa si adik membunuh kakaknya?

Katanya pertanyaan itu yang digunakan para profesional kepada para pelaku pembunuhan di Amerika. Siapa yang menjawab benar dia berpotensi untuk jadi psikopat. Karena saya sudah pernah mendapati pertanyaan ini di buku lain jadi saya sudah tahu jawabannya

Yang saya suka di Roman Psikopat ini adalah belokan ceritanya ketika ending dan endingnya berhasil saya tebak. Ahahaha…

Satu cerita dalam TSKdC berjudul Atarih. Cerita tentang Atarih sudah pernah saya baca di FB penulisnya beberapa waktu yang lalu. Atarih adalah sebuah kisah nyata, menceritakan pertemuan sang penulis dengan seorang penulis besar lain di negeri ini. Dari judulnya aja kelihatan kan siapa penulis yang dimaksud. Baca terbalik, Cyin.

Dan serupa Atarih yang berdasarkan pengalaman penulisnya, saya lantas juga merasa kalau beberapa cerita di sini juga adalah cerita yang benar-benar bersandarkan pada pengalaman nyata sang penulis. Tulisan yang berjudul Kagem Ibuk adalah ungkapan kerinduan penulisnya pada sang ibunda, Tulisan Bukan Malaikat Rehat yang begitu kental tarbiyahnya juga curhatan (atau protes?) si penulis, Tuhan Nggak Pernah Iseng dengan setting dunia wartawan, hey, bukankah penulisnya dulu adalah seorang wartawan? Saya juga suka pesan yang dibawa dalam cerita Tuhan Nggak Pernah Iseng yang membidik isu tentang kesukaan pada sesama jenis.

Dan saya seperti menemukan sebuah benang cokelat (bosan benangnya warna merah mulu) antara cerita dalam TSKdC ini dengan Galaksi Kinanthi yaitu sebuah cinta tak tergapai. Sama-sama bercerita tentang memendam harapan pada seseorang yang membersamai semenjak kecil, terpisah jarak tapi di hati masing-masing tetap menyimpan nama masing-masing dalam satu ruang khusus dan tak berujung dalam penyatuan. Heuheu … Kenapa cerita dengan ‘nafas’ seperti ini muncul lagi dan lagi dalam karya penulis ini? ‘

Di antara 9 cerita yang ada di buku ini yang membuat saya terkantuk-kantuk membacanya karena nggak mudeng dan lagi malas berkonsentrasi buat mencernanya adalah cerita yang berjudul Galeri. Cerita tentang lukisan, pelukis atau entah apa. Tapi, 1 cerita yang saya nggak mudeng itu serasa tidak berarti karena 8 cerita lain begitu menawan hati. Pengin sekali memiliki buku ini. Tapi, mahal, bo! Ya sudahlah, saya sudah merasa bersyukur karena bisa menikmatinya dengan meminjam buku ini pada seorang Ibu yang baik hati. Thanks Ibuuuu … Ada bonus kristiknya lagi *hug*



Judul : Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta

Penulis : Tasaro GK

Penyunting : Indradya S.P.

Penerbit : Qanita (PT Mizan Pustaka)

Tahun Terbit : 2013

Tebal : 264 halaman
Profile Image for Cut Sarah Dwindahany.
31 reviews3 followers
September 17, 2016
favorit!

jujur, awal niat beli buku ini tuh karena ngira buku ini novel dan berharap ceritanya dramatis kayak buku Tasaro GK yang saya baca sebelumnya (Galaksi Kinanthi). tapi, ternyata buku ini adalah kumpulan cerpen.

awalnya sempet males bacanya, karena lagi-lagi baca kumpulan cerpen, tapi ternyata cerpen-cerpen di sini menarik. sesuai judulnya, kumpulan cerpen ini terdiri dari kumpulan cerita cinta, dari cinta Tuhan, cinta Ibu, cinta gak kesampaian, cinta terlarang, sampai sama-sama cinta tapi tak pernah tahu juga ada! :(

kenapa menarik? karena di hampir semua cerpen, saya salah nebak ending ceritanya. haha. di beberapa cerpen pun, penulis ngasih sudut pandang yang berbeda, yang selama ini luput dari perhatian kita. hal-hal kayak gini yang bikin bukunya tambah menarik. kekurangannya, ada beberapa part cerita yang ngebingungin, "ini maksudnya apaaa" gitu. untungnya yang begitunya cuma sedikit.

paling suka sama cerpen terakhir di buku ini, "Kagem Ibuk". favorit! :))
Profile Image for fayza R.
227 reviews56 followers
October 7, 2013
Banyak yang ngetwit + muncul di TL waktu di acara bedah buku ini di pameran buku landmark braga "Kita tidak perlu mengkhianati Tuhan untuk mencintai manusia" - Tasaro GK

Firstly, ga ngerti maksudnya apa.
But you'll know it after read this book, ini bukan novel. Asli ketipu, ini mah kumcer bukan novel (biasanya aku males beli kumcer) :v .

Recommended banget buat dibaca.

WHY ?
Berani ngasih 5 bintang karena tema cinta yang diangkat anti mainstream, beda dari cerita2 cinta lainnya. Tema cinta nya sangat dekat dengan isu yang lagi beredar sekarang, such as LGBT, dll.

Yang at the end, km emang bakal nge 'oh ini toh maksud kata, kita tidak perlu mengkhianati Tuhan untuk mencintai manusia' , gitu.

Great book after all.

Dan, saya ngeceng tokoh2 utama disini aaakkk manly semua xDDD

Profile Image for Wantari.
5 reviews
March 28, 2016
Kumpulan cerpen dengan berbagai macam jalan pikiran.
"Ada waktunya perasaan itu mencapai klimaksnya ketika terjadi sebuah pengakuan, kesepahaman."
"Cinta kadang memiliki dimensi yang terbatas pada rasa saja. Kebutuhannya sampai disitu."

Paling suka cerita Tuhan Nggak Pernah Iseng, baru kali ini menemukan orang dengan pandangan yang menurut saya bijaksana dan memahami makna rasa cinta terlarang dengan pemikiran yang positif tanpa menghakimi siapapun juga.

Cerita yang paling membuat saya terenyuh, Kagem Ibuk, dalem.


Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
May 11, 2016
Kagem Ibu

Allah tercinta, Engkau menciptakan setiap Ibu menjadi istimewa.
Maka hadiahilah dia dengan anak-anaknya yang bercahaya.
Jika aku tak yakin bahwa Engkaulah pelindung terbaik untuknya.
Maka aku akan selalu ragu bahwa beliau sentiasa baik-baik saja disana.
Tuhan, salehkanlah aku, karena hanya dengan itu, Engkau akan selalu mendengar setiap doaku untuk ibuk.
Ibuk, aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu.

-----------------

*spoilers*

Atarih.. tak lain dari Andrea Hirata bukan.. ? cuma dibalik namanya... Atarih = Hirata :D jadi ini ceritanyaa... :D
Profile Image for Rusyda  Fauzana.
20 reviews6 followers
September 17, 2013
Ini kumpulan cerpen Tasaro G.K dengan berbagai tema. Tema utama yang diusung adalah tentang cinta, tetapi bukan cerita cinta biasa yang picisan. Konsep cinta dengan berbagai sudut pandang. Dari semua cerita itu, saya mendapai Tasaro berhasil membuat sebuah resolusi konflik yang menuntaskan dalam tiap ceritanya.
Profile Image for afatsa.
51 reviews2 followers
May 24, 2020
Sembilan cerpen cinta dengan rentang beragam disatukan dengan ilustrasi apik. Setiap satu cerpen ditandai dengan cetakan kertas berwarna beda satu dan lainnya. Kisah cinta yang tak memiliki, cinta terlarang, cinta kepada tokoh, dan tentu saja cinta kepada ibu. Diksinya tidak semanis dan seliris karya Tasaro, mungkin karena dibatasi halaman yang lebih pendek. Namun, kisah cinta selalu sulit ditolak untuk dibaca bukan?
Profile Image for Indriya Adi.
8 reviews
August 14, 2020
Selalu yang membuat saya kagum dengan Tasaro GK adalah diksinya indah sekali! Cerita sederhana yang menjadi indah sekali saat dibaca. Diksinya juara deh dalam menggambarkan situasi.
Profile Image for Faj.
238 reviews
September 12, 2023
Kumpulan cerita dengan selipan lukisan-lukisan indah.
Profile Image for Meta Morfillah.
664 reviews23 followers
November 22, 2015
Judul: Tetap saja kusebut (dia) cinta
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Qanita
Dimensi: 264 hlm, 13 cm, cetakan I Mei 2013
ISBN: 978 602 9225 88 4

Buku ini sudah saya miliki sejak agustus 2013. Sudah saya baca kesekian kali. Tapi kali ini saya ingin mengabadikannya melalui review. Sebab penulisnya merupakan salah satu penulis yang saya sukai karyanya di negeri ini. Buku ini pun merupakan karyanya yang terindah secara fisik menurut saya. Sebab tiap halaman dengan judul berbeda berwarna beda pula. Persis seperti pelangi saat dilihat dalam keadaan tertutup. Belum lagi ilustrasi berwarnanya, seperti lukisan dalam sebuah buku. Kertas yang digunakan pun putih dan tebal, cukup sesuai dengan nilai buku yang harus dibayar.

Kali ini, Tasaro mencoba menelurkan kumpulan cerpen. Ada 9 cerpen dalam kisah ini. Meski judulnya begitu puitis--dan merupakan salah satu judul cerpen di dalamnya--jangan kaukira isinya melulu cinta romantis dan happy ending.

"Puisi" mengingatkan saya pada novel "Kubah" karya Ahmad Tohari. Isu yang dibawakan hampir mirip, mengenai kisah seorang istri yang terpaksa menikah lagi sebab suaminya dipenjara karena gerakan kiri di masa kelam Indonesia. Hanya, dalam cerpen ini memakai dua tokoh lintas generasi, Dokter Smile dan Ibu Aryati. Bahwa cinta dalam lintas generasi, tetap sama. Problemnya pun bisa dicari solusinya berdasarkan pelajaran hidup orang terdahulu.

Setelahnya ada "Roman Psikopat" yang mengingatkan saya pada cerpen Tere Liye berjudul "Harga sebuah pertemuan" yang dibukukan menjadi Mimpi-mimpi si patah hati, kalau tak salah. Pembuktian cinta yang khas Roman, ternyata tak sepemahaman dengan temannya, Joshua dan pacarnya, Ghendis. Twistnya cukup menarik, meski terasa aneh dalam keberadaannya dalam kumcer ini. Seakan memorak-morandakan tema cinta sendu yang digambarkan dalam judul.

Kalau ditanya mengenai alur cerpen yang cukup membuat kening saya berkerut, jawabannya adalah "Galeri". Saya paham tengah hingga ending serta twist yang dimaksud. Tapi entahlah, saya tak memahami percakapan awal, siapa aku, harus seperti apa saya memosisikan aku dan diri saya sebagai pembaca.

Salah satu cerpen yang saya suka dan judulnya sering menginspirasi saya menulis hal-hal kecil, adalah "Bukan malaikat rehat". Sebab di antara semua cerpen, saya cukup memiliki ikatan emosi dengan masalah yang dihadapi Sutha dalam cerpen ini.

"Tetap saja kusebut (Dia) cinta" tentu menjadi masterpiece dalam buku ini. Kisah perasaan yang hanya memerlukan pengakuan tanpa perlu adanya penyatuan. Bilangan tahun yang tidak sedikit ataupun sebentar bagi Angaraka dan Arumdhati. Dengan latar desa Tengger dan perbedaan keyakinan yang terasa sekali unsur lokalitasnya. Saat membaca ini, saya teringat lagu Lembayung Bali dan membayangkan sosok Arumdhati seperti wanita penyanyi lagu itu, dalam video clipnya.

Isu homoseksualitas, pemerkosaan dan benturan idealisme seorang wartawan dengan realitas yang membuatnya gemas, dapat kamu temukan di "Tuhan nggak pernah iseng". Cukup satire menohok bagi saya, sebab ada sindiran halus bahwa kadang kita terlalu berfokus jauh, namun lupa kawan dekat kita, lingkungan sekitar dan keseharian kita. Kepekaan.

Cerpen terpendek dan lebih mirip Flash fiction dengan twist cukup mengagetkan ada di "Separuh mati". Kali ini bahasannya adalah isu lesbian dan biseksual.

"Atarih" yang jika kamu baca dari belakang merupakan nama seorang penulis terkenal Indonesia yang go international juga. Sepertinya ini adalah pembukuan kekaguman penulis dengan sosok tersebut. Pengalaman nyata dan sebuah kesan. Bukan sekadar fiksi.

"Kagem ibuk" saya berani berspekulasi ini adalah curhatan jujur sang penulis. Sebab, curhatan lainnya ada dalam buku penulis berjudul "Sewindu". Tema ibu seringkali menjadi ciri khasnya.

Mengenai diksi, jangan ditanya. Tasaro GK bagi saya bagaikan Dewi "Dee" Lestari versi cowok. Namun, saya lebih suka gaya menulis beliau dalam novel, seperti Muhammad, dibandingkan cerpennya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"...ketika kata cinta bahkan tak pernah dilisankan begitu rupa, imbasnya mampu mencengkeram hati begitu lama." (Hlm. 15)

"Aku belajar menulis karena tahu dia suka membaca" (Hlm. 21)

"Lupa bahwa para aktivis bukanlah malaikat yang sedang rehat di pelataran bumi." (Hlm. 106)

"Ada waktunya perasaan itu mencapai klimaksnya ketika terjadi sebuah pengakuan, kesepahaman. Cinta kadang memiliki dimensi yang terbatas pada rasa saja. Kebutuhannya sampai di situ." (Hlm. 153)

"Engkau sudah hafal bukan, bagaimana caramu menempatkan dia dalam degup dadamu? Tak pernah akan ada seorang pun yang sanggup membuatmu cemburu." (Hlm. 216)

"Pekerjaan seorang penulis itu sebatas menulis saja. Biarkan para kritikus mengambil perannya sebagai pemberi kritik." (Hlm. 230)

"Kuncinya adalah terus belajar. Bagi seorang penulis, tidak ada pilihan agar dia terus berkembang selain dengan terus belajar." (Hlm. 243)

"Menjadi orangtua itu selalu dipeluk kekhawatiran tentang anak-anaknya." (Hlm. 249)

Meta morfillah
Profile Image for Rayya Tasanee.
Author 3 books23 followers
February 21, 2016
Antologi cerpen dengan cinta sebagai benang merahnya. Berisi 9 kisah yang sarat pesan moral.

Yang membuat buku ini unik adalah karena di sela-sela cerpen, terdapat lukisan karya Dredha Gora Hadiwijaya yang dicetak berwarna. Layout-nya menarik karena ada page border dengan warna berbeda-beda pada setiap judul cerpen. Cukup memanjakan mata pembaca yang terkadang jenuh dengan buku full teks dengan satu warna.

Narasi dan diksi yang digunakan Mas Tasaro GK dalam karya-karyanya selalu indah. Tidak mendayu-dayu dengan cara berlebihan. Secara umum, setting suasana lebih mendominasi dibandingkan dengan setting tempat. Dan itu tak menjadi masalah karena overall, cerpen-cerpen dalam antologi ini bagus.

Salah satu cerpen yang membuat saya terkesan adalah "Roman Psikopat". Penulis berhasil menjadikan tokoh ‘saya’ yang menderita psikopat terkesan nyata. Penggunaan kata ‘saya’ (bukan ‘aku’) sebagai pengganti kata orang pertama yang digunakan dalam narasi memberi jarak kepada pembaca. Pilihan ini tepat untuk menggambarkan psikopat yang sifatnya dingin. Pembaca diarahkan untuk menebak kelanjutan cerita sehingga twist ending-nya mudah ditebak, efek kejutannya menjadi berkurang.

Cerpen yang dijadikan judul antologi ini, “Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta” benar-benar indah. Cinta antara Arumdhati dan Angaraka terasa sakral. Kesakralan itu seolah menular kepada pembaca. Penulis menyampaikan pesan moral dengan sangat halus. Memperkenalkan seni tari dan seni lukis melalui kegemaran tokoh-tokohnya. Narasi dari awal hingga akhir mampu membuat siapa saja yang menyukai genre romance terhanyut. Seringkali saya kecewa dengan ending yang menggantung. Namun, cerpen dengan ending yang terbuka ini berhasil membuat pembaca tersenyum.

Cerita tentang kenangan ada dalam “Separuh Mati”. Twist-nya benar-benar tak terduga. Kalimat-kalimat yang digunakan bersahaja tetapi romantis.
Menunggu adalah diksi yang salah. Sebab, dia tak akan pernah menghampirimu. (Hlm. 211)
Apakah karena engkau menikmati penderitaan ini maka kenangan tentang dia bertahan lama begini? (Hlm. 212)

Dalam cerpen “Tuhan Nggak Pernah Iseng”, penulis mencoba mengaduk sisi kemanusiaan pembaca melalui dialog-dialog yang patut untuk direnungkan. Tentang fenomena penyimpangan yang sebenarnya telah lama terjadi dan kini isu tsb diangkat kembali.
“Soal takdir Tuhan, gue mau bilang Dia nggak pernah iseng.”
“So?”
“Jadi, semua ciptaannya, termasuk orang-orang yang diberi bakat menyimpang itu, tidak dilahirkan untuk menjadi manusia sampah.”
“Tapi mereka sampah.”
“Sekarang lu bilang Tuhan menciptakan sampah, Bhum.”
(Hlm. 199)
Pertanyaannya: bukankah Tuhan menciptakan semua mahkhuk-Nya tidak dengan sia-sia?

Yang mengejutkan adalah cerpen “Atarih”. Mulanya, muncul pertanyaan di benak saya, “Atarih? Nama dari bahasa apa itu? Apa artinya?” Setelah membaca beberapa paragraf, kita akan bisa menebak siapa Atarih dalam cerpen ini (perhatikan baik-baik cara membaca kata ‘Atarih’ :)). Penulis mengungkapkan sindiran dengan cara yang baik. Tidak sarkastis. Pesan moral disampaikan secara implisit, secara tidak langsung mengajak pembaca untuk tetap bersikap rendah hati dalam keadaan sehebat apa pun. :)

Cerpen lain yang membuat saya tersentuh adalah cerpen penutup yang berjudul “Kagem Ibuk”. Dalam bahasa Jawa, kagem artinya untuk. Kata ‘kagem’ digunakan untuk berbicara kepada orang yang lebih tua atau orang yang lebih dihormati. Cerpen tsb menggunakan gabungan sudut pandang kedua dan ketiga (POV 2 lebih dominan). Isinya adalah surat panjang untuk sang Ibu. Surat itu tak akan dikirimkan dan memang tak akan pernah terkirim karena sang Ibu telah meninggal dunia. Pembaca disadarkan betapa cinta Ibu tak akan bisa kita balas dengan apa pun.

Saya rasa, pembaca buku fiksi mana pun tak akan kecewa membaca keseluruhan cerpen karya Mas Tasaro GK yang berhasil menyentuh emosi ini.
Profile Image for Diyan.
13 reviews
Currently reading
September 17, 2013
Saya baca buku ini acak. Dengan pertimbangan karena nggak masalah, bukan kisah yang saling terkait. Meski pada faktanya saya mulai membacanya dari cerita pertama. Dan langsung terbunuh di awal buku. Sempat mikir "Kenapa kisah ini diletakkan paling depan?"

Bapak Madiun, mengingatkan pada Bapaknya Rangga (AADC) yang diperkirakan orang kiri. Bapak Madiun sempat dipenjara, dan ketika dalam penjara sang istri (?) mengajukan cerai. Hingga mereka lanjut usia, baru menyadari kalau masih saling cinta. Dan mati.

Kasihan sekali si dokter paling rock n roll se Indonesia, dia menjadi perantara si ibu untuk menyampaikan permintaan maaf, jauh-jauh dari Jakarta ke Madiun, menemui Bapak Madiun itu. Keduanya ngobrol di teras, tanpa sempat si rock n roll yang memendam cinta pada si kerudung pink minum kopi yang katanya mau dibuatin sama sulungnya Baak Madiun. Karena tahu-tahu setelah dia menyampaikan pesan istri Bapak Madiun, yang jadi pasiennya, "Pak, Ibu minta maaf," dan setelah laki-laki tua itu mengeluarkan selembar foto usang yang sama persis dengan foto yang pernah diperlihatkan oleh pasiennya, yang akhirnya meminta tolong dia pergi ke Madiun, dia meninggal dengan ikhlas.

Dan...
Ah, pedih sekali!
Ketika dia sampai di rumah sakit, langsung menuju kamar pasien yang istrinya Bapak Madiun itu, tahu-tahu perempuan manula itu juga meninggal. Salah satu putri yang menungguinya memberi tahu, "Ibu sudah tahu kalau Bapak Madiun meninggal."

Tahu begitu saja. Padahal dokter yang suka genjrengan gitar ini pingin memberi tahu kalau pesan si ibu sudah disampaikan, dan si bapak sudah meninggal.

Tapi,
ya, saling terbuka di antara dua manula yang masih saling sayang ini menuntaskan usia mereka di bumi. SEDIH!

Itu kisah pertama yang menuai protes, kenapa kisah semengharukan seperti ini langsung ditugaskan untuk menyambut pembaca, kalau pada akhirnya adalah disajikan kesedihan yang cedih cedih cedih cedih :(

Sementara di cerita berikut, yang entah berselang berapa kisah dari yang pertama, ada kejutan lagi.

Waow, ketemu Bhumi!
Kenapa nama ini muncul? Bukannya dia tokoh karakter miliknya Dee di Akar. Weww, ada sesuatu. Ketika kembali lagi ke bagian awal buku ternyata ada persembahan untuk Dee seorang, khusus dari Tasaro.
Prikitiwwwww :D

Seneng aja ketemu lagi sama yang namanya Bhumi. Meski yang teringat adalah Bumi versi Dee. Karena kami terlahir pada tangal yang sama, 25 Desember. Meski kalau 25-Desembernya Bhumi adalah hasil asal-asalan si pembuat paspor palsu. Kalau saya aseli, falid dan berdokumentasi resmi, karena saya punya Bapak dan Ibu, karena saya bukan bayi yang diletakkan begitu saja di depan kuil.

Lain Bhumi Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta, lain pula Bhumi Akar.
Bhumi yang pertama tinggal di Bogor, menetap sudah empat tahun atau lebih. Dia wartawan. Dan pada akhir kisah dia mendoakan temannya, "Kamu pasti bisa!"
Kalau Bhumi-nya Akar, yang sama-sama 25 Desember dengan saya |so what?|, dia hidupnya sering pindah. Ntar tahu tahu ada di Thailand, atau mendadak di Kamboja atau Jakarta. Hal yang mirip dengan Bhumi yang pertama adalah, Bhumi 25 Desember juga ditinggal teman, ditinggalnya permanen, temannya msti kena ledakan ranjau di Kamboja (bener nggak?) |adegan ini muncul, teringat lagi pas nonton drama korea City Hunter~Lee Min Ho, dia diasuh "bapaknya" di area perkebunan ganja(?), dan kalau di Akar diceritakan kalau anak-anak backpacker yang bule2 seringnya nyari uang tambahan dengan bekerja di kebun ganja itu.|

Tetap saja, saya suka Bhumi yang punyaya Dewi Lestari :D

Profile Image for Nora Apriyani.
151 reviews
January 3, 2017
Awal mula tertarik dengan buku ini karena baca review di GR yg bilang kalau buku ini merupakan kumpulan cerita dengan beberapa cerita yang mengundang rasa penasaran saya. Akhirnya nyoba nyari di tobuk terdekat. Nihil. Stok kosong karena memang ini buku lama. Trus nyoba nyari online, beruntung masih ada stoknya. Dan lumayan kaget liat harganya yg cuma di bandrol 10 ribu rupiah saja. Padahal waktu pertama terbit harga nya mencapai 6x lipatnya. Untuk sebuah kumpulan cerita, harga awalnya itu trmasuk mahal, tapi mengingat kualitas kertas cetak nya yg tidak biasa, dicetak dengan pinggiran warna warni dan di beberapa halaman nya menyajikan lukisan Dredha G. Hadiwijaya yang dicetak full color juga, rasanya wajar saja kalo dulu bukunya sempat dijual agak mahal.

Well, terlepas dari harga bukunya, isinya ternyata bercerita mengenai 9 kisah terpisah dengan judul dan tema yang beragam. Dari ke-9 kisah ini cuma sedikit yang bisa saya suka ceritanya, yaitu yang judulnya Roman Psikopat, Galeri, Separuh Mati, dan Kagem Ibuk.

Lima sisanya terasa sangat biasa, khususnya di ending nya, yang menggantung, bahkan ada yang terasa biasa saja seperti bukan ending pada seharusnya. Mungkin karena sebab ini pula maka buku ini sempat terjeda membacanya hingga memerlukan waktu lebih dari setengah bulan bagi saya untuk menghabiskan seluruh isinya.

But overall, di buku ini saya kembali dibuat kagum dengan cara menulis bang Tasaro. Pemilihan diksi kata-katanya benar-benar bikin saya mikir koq bisa sih memilih katanya sedemikian rupa? Asli kereen banget.

Dan seperti pembaca lainnya yang telah membaca buku ini, sayapun juga dibuat penasaran mengapa di halaman awal buku ini tertulis: Untuk Dewi "Dee" Lestari. Ada hubungan apakah bang Tasaro dengan Dee? Apalagi di cerita ke-5 buku ini yang berjudul Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta sesuai dengan judul bukunya, bercerita tentang dua orang yang saling cinta. Cinta yang tumbuh dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Cinta yang tumbuh dalam diam. Cinta dengan perbedaan agama, si perempuan beragama Hindu sedangkan yang pria adalah seorang Muslim. And then, adakah hubungannya dengan bang Tasaro dan Dee pada kehidupan nyata? Hmm.. kayaknya cuma mereka dan Tuhan yg tahu, fiktif tidaknya cerita tersebut...
Profile Image for Pradnya Paramitha.
Author 19 books459 followers
October 5, 2014
Mau kubilang lantang...
...atau kupendam dalam diam,
Tetap saja kusebut (Dia) Cinta.

**********


Siapa yang tidak meleleh membaca sebait sinopsis yang menyebalkan itu? Sekali lihat langsung bikin galau. Saya bukan penikmat kumcer yang baik. Banyak kumcer-kumcer yang hanya saya baca setengah, dan saya tinggalkan gitu aja. Dalam kumcer kita diharuskan segera move on, sementara saya bukan tipe orang yang cepat move on :D

Kumcer ini bikin cepat move on. Sumpah. Karena saya jatuh cinta dengan semua tokoh di dalam kumcer ini. Dr.Smile, Roman, Angaraka, Bhumi, Pelukis Bule, de el el. Kok bisa? Apakah semua tokoh itu merujuk pada satu person yang sama? Apakah penulis sendiri? Wah, kalau iya, saya bisa jatuh cinta sama Tasaro GK ini sih. Meski memiliki banyak latar belakang profesi, hidup, dan sifat, entah mengapa ada satu garis lurus yang dapat ditarik dari tokoh-tokoh itu.

Saya juga jatuh cinta dengan gaya bertutur penulis. Romantis. Romantis tidak selalu berarti puitis. Itu dua hal yang berbeda. Puitis yang terlalu bertebaran akan memuakan. Sementara romantis dapat tercipta dari kata-kata yang biasa saja. Saya ini ngomong apa ya?

"Jatuh cinta pada memori. Separuh mati. Perasaan hebat itu orok pikiran semata. Tak pernah benar-benar....Dia sekadar fosil yang terjepit di antara sirkuit otak. Sanggup melanjutkan hidup. Bahagia dengan apa yang dipunya, tapi menyublim pada petang setelahnya. Padat menjadi uap. Ketika memori menyerang otak. Menyudut bara yang susah dieja. Antara rindu sekarat dan kesadaran bahwa perasaan itu tak akan membawa ke mana-mana."-Separuh Mati-


"Engkau tak pernah tahu apa-apa tentang dia. Menunggu adalah diksi yang salah. Sebab, dia tak akan pernah menghampirimu. Tidak kemarin, sekarang, terlebih waktu yang akan datang." -Separuh mati-

"Aku belajar menulis karena tahu dia suka membaca."-Puisi-


Ingin mereview satu persatu, tapi malas ngetik.

Kumcer ini berisi cerita-cerita sederhana. Kisah-kisah cinta biasa saja, yang bisa terjadi di mana-mana. Bukan tipe kumcer yang meledak-ledak dengan tema yang kontroversial. tapi ya itu tadi, saya jatuh cinta.
Profile Image for Savana Moza.
48 reviews2 followers
April 17, 2015
Judul : Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta
Author : Tasaro, GK
hlm : 264
penerbit : Qanita

Saya membeli buku ini karena mendapat rekomendasi dari sahabat saya. Waktu itu kami bertemu di sebuah pameran buku. Karena bingung ingin beli buku apa, tiba-tiba dia menyodorkan buku ini. Katanya bagus. Awalnya saya kira ini adalah sebuah novel, namun ternyata kumpulan cerpen. Nama pengarangnya sendiri juga kurang familiar bagi saya (mungkin karena saya yang blm tahu).

Ternyata pengarang mempersembahkan kumcer itu utk Dee Lestari, entah karena dia pengagum Dee atau alasan lain. Di dlm kumcer ini ada 9 judul cerpen, rata-rata bagus. namun ada 1 judul yg membuat saya bingung yaitu "bukan malaikat rehat", alur cerpennya sih bagus namun saya belum begitu paham maksud dan tujuan si penulis membuat cerita tersebut. dengan kata lain saya kurang menangkap klimaksnya. Di sisi lain ada 1 judul cerpen yang membuat saya memberikan 4 bintang pd kumcer ini, yaitu "kagem ibuk". Cerpen tsb mampu mengaduk-aduk emosi saya. Saya seperti merasa benar-benar menemukan apa yg saya inginkan.

Selain itu yg menarik dr kumcer ini adalah layout nya, dari awal hingga akhir full colour dan juga diselipkan beberapa lukisan-lukisan abstrak. Diselipkannya bbrapa tulisan karena bisa jdi si penulis juga seorang pelukis.

Kumcer ini cukup menarik bagi saya karena pemilihan kata2 dan ide2 segar penulis dalam setiap cerpen yg ditulisnya. Banyak hal2 baru yg saya peroleh setelah membaca berlembar-lembar kumpulan cerpen ini. Selain itu diksinya jg dibingkai secara apik. Kumcer ini diberi judul dari salah satu cerpen yg termuat di dalamnya yaitu "tetap saja kusebut (dia) cinta". Judulnya bagus, mampu menyihir para calon pembaca utk membeli dan segera membacanya. Akan tetapi saya krng menyukai isi cerpen tsb (mungkin masalah selera kali ya...he..he).

Secara keseluruhan kumcer ini saya suka, khususnya cara penulisan dan tema2 yg diambilnya. Makasih sahabatku, sdh merekomendasikan buku ini. :D
Profile Image for yanti.
117 reviews2 followers
September 10, 2016
Wow....akhirnya selesai juga, di sela-sela tumpukan kerjaan.
Tasaro GK....ini buku kedua yang kubaca setelah serial Muhammad. Dan ....sepertinya saya mulai jatuh dalam pelukan tulisan-tulisan Tasaro...
Saat baca buku ini saya tidak punya ekspetasi apapun, hanya awalnya tertarik dengan cover dan layout buku ini, yang dibuat warna-warni dalam setiap bab nya. Saya tidak menyangka kalau ini kumcer lho...begitu juga dengan judul-judul cerpennya, sekilas tampak biasa, tetapi saat membaca cerita pertama "Puisi" berkisah tentang Dokter yang suka baca puisi, dokter yang gaul,suka nyanyi, pokoknya beda dengan stereotype dokter yang kita kenal. Begitu juga dengan ceritanya, itu sungguh menyentuh hati..

Ada 9 cerita dalam buku ini...dan ke-9 nya saya suka, semua kubaca sampai habis. Masing-masing cerita mempunyai nilai ketertarikan tersendiri. Tampaknya penulis suka dengan hal-hal yang ga biasa di masyarakat kita, dan di tulis dengan bahasa yang enak, mengena di hati.
Sebagian besar tema-tema sosial, antara lain kisah seorang yang tergabung dalam Kelompok aktivis keagamaan (dalam cerita : Bukan Malaikat Rehat), kisah tentang penyimpangan seksual (Tuhan Ngga Pernah Iseng)dan (Separuh mati), Perilaku yang terlihat aneh di masyarakat, menyukai hal2 yang bersifat sadis (Roman Psikopat),
Dalam cerita "Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta", penulis juga mengangkat budaya dan adat masyarakat di kaki gunung Bromo, yang dikemas dengan indah,seolah kita ikut menikmati keindahan disana.
Saya suka dengan ending di cerita ini ,suka dengan qoute-qoute berikut :
"Ada waktunya perasaan itu mencapai klimaksnya ketika terjadi sebuah pengakuan, kesepahaman"
" Cinta kadang memiliki dimensi yang terbatas pada rasa saja. Kebutuhannya sampai disitu"
"Sensasi cinta itu justru terletak pada ketidakbersatuan,ketidakbersamaan"
"Ruh cinta mendarat dengan cara yang berbeda dan memberi efek yang berbeda juga, pada setiap hati anak manusia"



Profile Image for Lelita P..
627 reviews59 followers
April 28, 2014
Dari awal sampai tengah, terutama sampai cerpen favorit saya yang judulnya dijadikan judul kumcer ini, saya siap memberi 4.5 bintang. Sayangnya, cerpen-cerpen setelah Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta tidak memberi saya kepuasan seperti paruh awal, jadilah 4 bintang saja cukup deh. :)

Bahasanya aduhai, ala Tasaro bangetlah. Dia akan selalu menjadi salah satu dari tiga penulis Indonesia yang diksinya saya puja setengah mati. Saya suka banget gaya bahasanya... sulit dipercaya ada laki-laki bisa nulis seindah itu. :')

Buku ini juga indah banget kemasannya. Sebagai pecinta sesuatu yang warna-warni, saya membaca buku ini bagaikan membaca porselen kaca--saya perlakukan dengan superhati-hati. Lukisan-lukisannya juga sangat indah, penuh ekspresi--beberapa kelam, beberapa romantis.

Cerpen-cerpennya bagus, dengan komposisi yang beragam. Saya sukanya yang mendayu-dayu, sih... makanya favorit saya adalah Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta. Tapi yang lainnya, terutama paruh awal, juga bagus-bagus. Saya suka Puisi, twist Roman Psikopat, dan saya merasa Bukan Malaikat Rehat tuh saya banget. :)) Sementara yang belakang-belakang... well, kayaknya lebih banyak kisah nyata difiksikan? Atau malah nggak difiksikan? (merujuk pada Atarih dan Kagem Ibuk). Dan saya merasa dejavu dengan Tuhan Nggak Pernah Iseng, berhubung saya pernah baca Wandu beberapa tahun lalu. Wandu adalah novel Tasaro yang seingat saya temanya sama persis dengan cerpen itu (atau cerpen itu malah cuplikan dari Wandu lagi, haha).

Overall, nice book. Tapi saya rasa akan jauh lebih tokcer kalau cerpen Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta itu ditaro paling belakang, biar kesan yang diperoleh ketika menutup buku jadi bisa mengendap lebih lama.
Profile Image for Ruru.
47 reviews4 followers
November 28, 2013
Seperti kebanyakan yang lain, saya tertipu, sempet ngira ini novel. Ternyata kumcer toh...

Dan sempet terabaikan beberapa lama karena agak berat, jadi agak males dibawa-bawa (sedangkan kalo di rumah, saya jarang nyempetin buat baca, karena maunya istirahat aja). Akhirnya selesai juga baca kumcer ini :D

Sebetulnya sih, untuk saya pribadi, diksi yang dipake Mas Tasaro itu terlalu 'tinggi'. Yah, saya emang tipe yang lebih suka diksi sederhana sih. Hehe... Tapi, saya baca Kinanthi dan Nibiru, dan saya suka. Makanya saya coba beli lagi. Dan ternyata ... saya nggak nyesel sama sekali.

Kesan secara tampilan buku dulu (sebelum dibaca isinya):
Covernya menarik, tulisan di belakang covernya bikin pengin baca, tiap cerita diberi warna sendiri jadi unik, tapi kertasnya yang tebel bikin buku ini termasuk berat, ditambah lukisan-lukisan berwarna yang digambar Dredha (yang sebetulnya lebih banyak nggak saya mengerti). Kombinasi semuanya yang bikin buku jadi mahal, sepertinya.

Secara isi:
Saya suka banget sama hampir semuanya. Oke, ada beberapa narasi yang harus saya lewat karena capek baca diksi nyastra (hehehe... my bad). Tapi secara umum keren banget.

Emang sih, kesannya lebih banyak yang seperti curhatan, tapi menurut saya, Mas Tasaro bisa mengemasnya dengan sangat apik. Terutama cerita-cerita yang mengangkat isu yang sering dibicarakan orang-orang. Isu tentang para "Malaikat Rehat", lalu LGBT, cinta beda agama, juga yang pasti, tentang penulis yang seringkali tidak dianggap di Indonesia. Pokoknya pengin acungin dua jempol!

Terus, saya suka penutupnya. Kagem Ibuk berhasil bikin mata saya berkaca-kaca waktu baca di dalam bus. Penutup yang 'manis'.
Profile Image for Fauza.
134 reviews1 follower
March 26, 2015
Awalnya tertarik untuk beli buku ini karena seorang teman memajang cover buku ini sebagai DP BBM-nya, dan kebetulan kita berdua sama-sama penikmat karya Tasaro GK. Saat itu saya baru tau kalau Tasaro punya buku baru, di saat saya justru menanti-nanti buku Muhammad yang ketiga. Well, dari judulnya sudah cukup menarik perhatian saya, ditambah lagi sinopsis di belakang buku yang menampilkan kata-kata indah khas Tasaro, dan itu semua sudah cukup menjadi alasan saya untuk mengangkut buku ini ke meja kasir.

Daaaann...begitu saya buka isinya, ternyata ini adalah kumpulan cerpen. Agak di luar ekspektasi saya. Saya pikir ini buku serupa Galaksi Kinanthi, tapi ternyata bukan. Secara garis besar saya merasa bukunya sedikit membosankan. Biasanya saya membutuhkan waktu sebentar kalau membaca kumcer, namun kali ini justru sangat lama. Bahkan, cerpen yang judulnya dijadikan judul buku ini pun menurut saya biasa saja, tidak terlalu wah. Justru cerpen terakhir yang bercerita tentang ibu, yang saya rasa sedikit istimewa.

Harganya sedikit mahal, banyak gambar ilustrasi dan warna, namun karena jenis kertas yang digunakan biasa aja,, alhasil menurut saya ilustrasi-ilustrasi dan warna-warna tersebut tidak tampak terlalu wah, karena warna yang ditampilkan menurut saya jadi kurang jreeng.. Jadinya, malah ngerasa gengges waktu baca buku ini hahaha
Profile Image for Haniva Zahra.
425 reviews43 followers
October 17, 2014
Ya, saya membaca buku ini di perjalanan naik kereta dari Cikini ke Serpong dilanjutkan esok hari dari Serpong ke kampus tercinta.

Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek, dengan judul yang berkesan melankolis. Saya memberikan tiga bintang karena hmmm.. tidak terlalu banyak insight yang bisa saya dapat. Ada, namun bahkan ketika menuliskan review ini saya lupa :D dan perlu kembali membuka bukunya.

Saya suka cerita Aryati, dalam "Puisi", Tetap saja kusebut (dia) cinta, Tuhan nggak pernah iseng, dari 9 cerita lain. Puisi bercerita tentang seorang perempuan dan laki-laki yang saling menunggu di tempat berbeda hingga 50 tahun untuk mengetahui kalau hingga saat ini mereka masih saling cinta. Tetap saja kusebut (dia) cinta pun juga bercerita tentang dua cinta yang terlambat tersampaikan, dan terakhir Tuhan nggak pernah iseng bercerita menggunakan sudut pandang jurnalis dalam memberitakan kasus sodomi pada anak, bahwa ternyata dunia media kita lebih mementingkan uang dan bukan lagi menegakkan keadilan apalagi mengedepankan moral.

Bukan tipe buku yang akan aku paksa kak Neti untuk membacanya :D tapi tentunya terima kasih kepada penulis mengemas buku seindah ini. Cover, ilustrasi, dan layoutnya indah :)
Profile Image for Anis Arafah.
135 reviews24 followers
February 19, 2016
Tasaro G.K jagonya bikin kalimat 'dalam' dan 'berat' untuk dicerna. Puitis dan nyastra banget.
Tapi, aku suka gayanya. Gak menduga sebelumnya kalau ini ternyata kumcer. :( Ada sembilan cerita dengan tema 'cinta' di dalamnya. Tapi, sungguh bukan cinta ecek-ecek ala asmara anak SMA. Cerita-cerita di sini ditampakkan dengan sudut pandang yang berbeda.

Ada cinta beda agama yang endingnya tidak seperti apa yang ada di benak kebanyakan orang pada kisah Arumdhati dan Angaraka dalam Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta. Cinta terlarang pada sesama jenis yang kini sedang marak, tapi dengan sudut pandang yang benar-benar berbeda dalam Tuhan Nggak Pernah Iseng dan Separuh Mati. Ada juga yang paling menyentuh, kalau dibaca dengan sepenuh hati dalam Kagem Ibuk. The most suprising story adalah Bukan Malaikat Rehat, ada ternyata cerita begitu nyempil dalam kumcer ini. Kegelisahan tokohnya yang pernah aku rasakan, jadi gak menyangka saja ada hal seperti itu yang ternyata dikisahkan. Amazing.

Cukup membuat tertarik untuk penasaran pada karya-karya Tasaro G.K yang lain :)
Profile Image for Roswitha Muntiyarso.
118 reviews7 followers
September 13, 2015
Menarik, Tasaro dengan gaya bahasanya yang menarik sungguh menggaet hati saya. Seperti halnya Lan Fang, Tasaro sangat menguasai cerpen. Saya menyukai cerpennya ketimbang novelnya.

Cinta yang dipaparkan Tasaro di buku ini mengambil banyak bentuk yang dipaparkan dalam 9 cerpen berbeda. Bintangnya tentu saja cerpen yang sesuai dengan judul buku ini yang menceritakan tentang dua orang suku Tengger yang merantau dan tak saling bertemu padahal telah merajut cinta. Cerpen berjudul Galeri juga menawarkan sebuah keabstrakan, absurditas meskipun menceritakan tentang lukisan real dalam balutan paham Mooi Indie. Bukan Malaikat Rehat dan Tuhan Nggak Pernah Iseng juga memberikan kita pelajaran mengenai nilai moral yang ada pada masyarakat kita yang mengukung cinta, memberikan penafsiran cinta pada keterbatasan-keterbatasan tertentu saja.

Nice to read :) Ringan lagi sarat makna
Profile Image for Rizki.
85 reviews1 follower
January 9, 2015
Sebetulnya bingung mau kasi bintang 3 atau 4. Sayang ga bisa 3,5.
Saya selalu suka dengan gaya menulisnya Tasaro GK, hanya sayangnya buku ini ternyata Kumpulan Cerpen, sehingga saya kurang menikmati sebagaimana novel panjangnya seperti biasa. Ada beberapa cerita yang kurang bisa saya pahami, tetapi dengan semua halaman colorful sungguh sangat menyenangkan hati, apalagi ditambah dengan kualitas kertas yang bagus dan lukisan-lukisan di dalamnya.

Cerpen favorit saya, tentu saja Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta. Tidak seperti yang saya bayangkan. Tentang cinta yang dalam. Dan tentu saja, cinta tak harus memiliki :)

Pengen punya lukisan covernya versi besar untuk dipajang di rumah...hehehe
Profile Image for Salza Puspitasari.
75 reviews5 followers
May 6, 2015
Kumpulan cerpen yang cukup menarik, meskipun saya hanya menyukai beberapa cerita saja. Menurut saya, Tasaro sangat lihai dalam menceritakan kisah kasih yang tak sampai. Mungkin berdasarkan pengalaman pribadi ya hahaha. Ceritanya sangat mengena, terutama cerpen pertama yang berjudul 'Puisi' dan cerpen yang menjadi judul utama buku ini, 'Tetap saja kusebut (dia) cinta'.

Selain 2 cerpen tersebut, saya juga menyukai 'Separuh Mati' dan sangat tidak menyangka akhir ceritanya yang tidak biasa. Cerita terakhir yang berjudul 'Kagem Ibuk' juga berhasil membuat saya meneteskan air mata :'D

Two thumbs up untuk Tasaro GK!

"Cinta itu hanyalah tenaga untuk menjalani hidup, bukan ujung perjalanan yang menjadi tujuan" -Dr. Smile (Puisi)
Displaying 1 - 30 of 69 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.