Jump to ratings and reviews
Rate this book

CineUs

Rate this book
Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya bersama Dania dan Dion itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, lho … tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

Kisah Lena ini seperti film komedi-romantis yang seru. Jadi, selamat tonton, eh, baca! :)

304 pages, Paperback

First published September 1, 2013

7 people are currently reading
45 people want to read

About the author

Evi Sri Rezeki

7 books34 followers
i'm a complicated person & a fantasy person

I love to writing thriller, fiction, and screenplay

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
41 (29%)
4 stars
45 (31%)
3 stars
50 (35%)
2 stars
4 (2%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 38 reviews
Profile Image for Rif.
279 reviews35 followers
October 4, 2013
Cool! I always admire people who have dreams >___<

Kak Evi ini (sok kenal) keliatan banget kalau suka sama dunia film. Dari awal sampai akhir, ceritanya ngalir dan logis. Kesannya kayak baca kisah nyata segerombolan sahabat yang memperjuangkan ekskul kecil di SMA.

Aku sih suka. Salah satunya karena udah pernah ngerasain tuh masa-masa SMA dengan ekskul kecil (yang akhirnya bisa kami ---aku dan teman-teman--- ‘besarkan‘ sih..). Alasan berikutnya, karena aku suka karakternya. Lena dan kedua sahabatnya. Lalu sang superhero: Rizki dan Ryan.

*omong-omong, aku lebih setuju kalau nama mereka (Rizki dan Ryan) ditukar*

Oiya, buku ini ada trailernya loh di youtube. Tapi sayang, menurutku sih trailernya nggak menggambarkan isi buku.. yah, meski quote-quotenya sama :)

Pokoknya, overall, aku suka novel ini. Novel ini menambah alasan untuk mencoba beragam genre buku. Gara-gara lini teen@noura nih, jadi lumayan suka baca novel super ringan yang genrenya remaja. Ini cerita remaja beneran. Bukan cerita picisan yang ngaku-ngaku ‘genre remaja‘ tapi isinya ‘percintaan (rada) dewasa‘.. fufufu~

P.S. gara-gara nonton trailernya dulu.. jadi terlanjur ngebayangin kalau Rizki itu gempal. Padahal kirain atletis (lol), soalnya karakternya kereeen! Eh tapi bagus sih karena di novelnya emang dideskripsiin ‘gempal‘. Bagus deh, jadi nggak ada tokoh yang kelewat sempurna kayak di K-Drama >:D

P.S. (lagi) awalnya geli denger panggilan ‘Tuan Putri‘ sama ‘Pangeran Kodok‘, tapi pas akhir-akhir Lena berantem sama Rizki.. sebutan-sebutan itu malah terdengar lucu :3

*tapi kenapa ‘pangeran‘-nya gempal? apa karena dia pangeran ‘kodok‘? :P*
Profile Image for Nurul .
24 reviews5 followers
December 13, 2013
Cerita diawali dengan kebahagiaan ketiga sahabat tersebut dengan terbitnya surat resmi dari sekolah untuk mendirikan Klub Film. Sejak itu mereka berjibaku mempromosikan Klub Film, hingga setahun lamanya promosi itu berjalan, baru mampu terjaring tujuh anggota baru, Romi, Balia, Aya, Median, Erika, Sopian dan Zaky kesemuanya itu pun anak kelas X. ( dikitnya -_-“)

Dengan keminimalisan anggota Klub Film termasuk minimalisnya basecamp mereka :D , Dania sang ketua klub tidak begitu mempermasalahkan, justru Dania makin serius menggenjot timnya untuk bersemangat hasilkan karya. Nah, disela-sela penyelesaian karya, salahsatu keluarga kecil mereka dalam klub film tersebut, siapa lagi kalau bukan Lena hobi banget nonton Web Series yang berjudul Stream of Stars di website yang bernama Pangeran Kodok, memang sih saat Lena nonton, semua tim pada ikutan nonton :D tim Klub Film-nya Lena terpukau dengan hasil webseries buatan Pangeran Kodok, namun Lena penasaran, dengan viewer web yang 10.000 itu Om Google tak mampu melacak siapa sebenarnya Pangeran Kodok, dan dalam hati Lena berharap suatu hari siapapun orang dibalik nama Pangeran Kodok bisa bergabung dengan klub film sekolah, akankah?

Kisah perjalanan klub film sekolah ini pun terus bergulir, sampai Lena dihubungi oleh panitia Festival Film Pendek Remaja untuk ikut kompetisi menulis skenario. Dapat kabar itu, Lena senang alang kepalang, namun mendadak seperti ketanam masuk ke bumi saat ditantang secara terbuka oleh Adit, sang mantan yang juga maniak film. Dan risiko yang kalah dari tantangan ini adalah mencuci kaki pemenang dan jadi penggulung kabel selama setahun. Ditantang begitu, kepala siapa coba yang gak mendidih? Termasuk kepala Lena, akhirnya, Challenge Accepted!

Sejak kata Challenge Accepted itu, kehidupan klub film sekolah terus dilanda kekacauan, mulai dari Lena yang penasaran dengan dua makhluk Rizki dan Ryan, belum lagi peristiwa sekretariat yang diobrak-abrik oleh pelaku tak dikenal, tak hanya diobrak-abrik malah, tapi diambil alih oleh Romi yang ternyata musuh dalam selimut, Romi juga penyebab anggota baru yang enam itu serentak demo untuk keluar dari klub film. (Pusing Kepala Barbie :D ) Kembalilah mereka hanya bertiga Lena, Dania dan Dion, tapi tidak benar-benar bertiga, ada Rizki dan Ryan yang sosok mereka hanya Lena yang tahu.

Seperti apakah nasib klub film sekolah? Mampukan Lena, Dania dan Dion bertahan dalam ujian persahabatan? Siapa sebenarnya Rizki dan Ryan? Berhasilkan Lena memenuhi tantangan Adit atau pasrah menjadi pencuci kaki Adit dan tukang gulung kabel selama setahun?

Untuk Tempat Dimana Film dan Kita Bertemu
Ngobrolin soal film, kalau kamu ingat film Catatan Akhir Sekolah (2005), menceritakan tiga sahabat yang punya ide buat film dokumenter tentang sekolah mereka dan ditayangkan pas pentas seni akhir tahun.

Mereka adalah Agni, Arian dan Alde, dari kelas 1 sampai kelas 3 SMA mereka lekat bersahabat dan memiliki minat berbeda. Agni karena suka film ia pun gabung dan jadi anggota klub film sekolah, Alde karena dia anak band, jadi aktifnya di ekskul band, dan Arian, adalah anggota ekskul mading.

Dan menurut saya film Catatan Akhir Sekolah adalah film yang menceritakan tentang tiga klub yang eksis di sekolah, tapi memang berfokus pada petualangan ketiga sahabat itu dalam mengumpulkan bahan untuk film dokumenter mereka. Nah, Cine Us, adalah novel yang menceritakan tentang klub film. ^_^ here we go…

CineUs, sebuah judul novel yang singkat padat namun sudah mencakup inti yang hendak disampaikan dalam novel ini dan pas banget dengan tagline novel yang diangkat, yaitu To The Place Where Cinema and Us Meet. Keren!

Congratulation! Buat Evi Sri Rezeki the mother of this novel :D alias penulisnya. Keberuntungan Evi dalam menerbitkan novel remaja keduanya ini berawal dari seleksi ide novel yang cukup ketat dalam ajang NouraBooks Academy tahun lalu. Saya pun ikut dalam proses pendaftarannya yang diikuti ratusan calon peserta dari seluruh Indonesia, namun saya gugur saat penyeleksian ide :D tapi cukup berbangga bisa menjadi bagian dengan cara meresensi buku ini ^_^ Dan, keberuntungan Evi tidak hanya sampai disitu saja, novelnya pun terpilih sebagai Juara NBA dan diterbitkan teen@noura. Voila… inilah buku yang saya bedah sekarang :D .

Novel ini mengangkat tema yang super komplet :D , tentang percintaan ada ( empiwit :D ) , ngebahas persahabatan juga ada, memperjuangkan impian apalagi, tema sentral banget ini, dan yang membungkus ini semua adalah tema semangat dan keberanian wujudkan mimpi, kalau gak ada semangat, mah, alamat impian hanya sekadar impian, benar-benar cuma mimpi.

Selain itu para tokoh dalam novel ini juga unik-unik. Lelatu Namira, ia menyingkat namanya menjadi Lena, dan dia benci banget dipanggil Lelatu (hihi) Lena ini punya karakter semangat yang menggebu-gebu, dan kalau lagi ‘ngamuk’ juga ngeri :D gak jarang, Rizkilah yang menenangkannya. Lalu ada Rizki, karakter Rizki ini adalah karakter cowok yang diimpikan semua cewek, tenang, kalem, romantis, cerdas, melindungi, semua deh di dia, tapi postur tubuh Rizki gak seperti Ade Rai yang memiliki six pack atau Deddy Corbuzier, Rizki memiliki tubuh tambun yang proposional, dan kadang ke-cuek-an dia buat cewek penasaran gila.

Kemudian ada Dania, ini sahabat kentalnya Lena, Dania punya karakter kepimpinan yang oke, jadi wajar dia didapuk sebagai pemimpin Klub Film. Selain mantap dalam memimpin, Dania juga mantan model waktu kecilnya, setelah duduk di bangku SMA, Dania lebih suka di dunia film daripada di dunia modeling. Juga ada karakter Dion, nah Dion ini digambarkan kemana-mana suka banget bawa handycam, apa-apa direkam, dan dia anak yang paling lugu dan polos diantara semua anak Klub Film, tapi Lena dan Dania sayang banget sama Dion, yang mengerti Dion, ya cuma Lena dan Dania, tapi di penghujung adegan dalam novel ini, karakter Dion lah yang membuat saya sedih abis T_T (huwaaa…)

Layaknya sebuah novel, tokoh diciptakan lebih dari satu, dengan begitu konflik makin beragam, hanya saja, sepertinya Evi di beberapa bab, sempat lupa (mungkin) dengan karakter yang ia ciptakan sehingga, penjelasan kehidupan tentang Ryan tidak ada dideskripsikan, padahal peran Ryan dalam tim klub film juga ada.

Kemudian untuk opening novel, saya cukup terpukau dengan judulnya CineUs, tapi pas baca awalnya, agak kaku, sempat malas nerusin bacaan, tapi pas udah nyampe di Bab Who’s The Creator? , saya gak bisa berhenti membaca (hahaha) saya penasaran tingkat dewa.

Dan tibalah saya didetik-detik penghujung cerita setelah seru-seruan dengan konflik yang diciptakan pengarang, belum kelar masalah satu, eh Lena dan kawan-kawan sudah didera masalah yang lain, kalau saya jadi Lena mah udah nyerah, bertubi-tubi gitu masalahnya, tapi Lena dkk, ngajarin kita untuk gak mudah menyerah ^_^

Ada yang cukup buat saya bingung, saya pikir cerita tamat setelah pengumuman pemenang Festival Film Pendek Remaja, eh ternyata belum selesai ceritanya, Lena dituduh plagiat karya Rizki. How come? Saya terus baca, sampai akhirnya ternyata Dania yang salah masukkin skenario di amplop (hlm. 259) , nah giliran saya yang bingung. Kalaulah Dania salah masukin skenario, berarti siapa yang nyiapin dua skenario? Lalu siapa juga yang mengganti nama Rizki menjadi nama Lena di naskah skenario berjudul Superhero yang jelas-jelas memang Rizki yang nulis tu skenario?

Overall novel ini keren, meski di beberapa bagian ada yang kekurangan huruf, suasan seharusnya suasana (hlm.69), mentrasfer seharusnya mentransfer (hlm.115), terlepas dari itu semua, novel yang covernya didominasi warna biru dan hitam ini gak hanya ngebahas seputar perjuangan dalam membangun dan mengelola klub film tapi juga ada menyelipkan istilah-istilah dari webseries, jujur saya baru tahu apa itu webseries (hlm.5) setelah baca ini novel ^_^, dan ada teori tentang film juga di hlm 175, teknik shakyhandled, hmm…nambah deh wawasanku soal film, tinggal prakteknya aja.
Selain itu, Evi dengan kemampuan eksplorasi dan sepertinya dia tidak ingin stuck dengan tema film, maka di novelnya kita juga bakal baca info tentang ADHD, ternyata karakter Dion yang unik, gak lepas dari disorder yang dia alami,
Sekali lagi aku jelaskan, Dion tidak lemot. Dion adalah salahsatu anak pengidap Attention Deficit Hyperactive Disorder,a.k.a ADHD (hlm. 104)

Gimana? kebayangkan full of information­-nya?

-->
Oh ya dalam novel ini juga oleh si pengarang diselipkan kritik social loh =)

“…Huft. Sudah seminggu tidak bertemu dengan Rizki, membuat rasa kangenku menggunung. Ah bukan, bukan, sudah jadi jejeran mall di dunia . Gunung, kan, sudah mulai hilang jumlahnya mungkin kalah dengan mall. ( Hal. 260)”


Dari tadi rada seriusan ya bahasannya, hehehe, tapi jangan salah, novel remaja, gak lengkap kayaknya tanpa humor-humor segar, dan sesuai genrenya juga, novel remaja komedi romantis, berikut saya kutip joke yang saya suka dan sampai ngekeh guling-guling bacanya serta bisa nambah koleksi humor untuk bahan pergaulan (tsaaahhh :D)

Obrolan mereka tampak serius seperti menyusun rencana pergi ke planet lain sebelum bumi ditabrak meteor besar (hlm. 134) #Imajinasi Evi lempeng juga yak, kebanyakan nonton film science fiction hihi

Butuh waktu tiga jam untuk meminjam mobil orangtua Ryan—yang rasanya seperti menunggu Jurassic Park benar-benar dibangun di bumi (hlm.185) bwahahaha, baca bab yang ini pas tengah malam pula, jadilah ketawaku membahana ulalala

Lena ini orangnya memang gokil abis -_-“

Ini adegan pas Ryan di rumah Lena dan nanya ke Lena tentang keberadaan toilet :D
‘Lurus, belok kanan,mentok! Jangan lupa isi kotak amalnya!” (hlm. 196)

Kemudian humor yang berikut, buatku ketawa guling-guling @_@

‘Rasanya, aku ingin berenang menyeberangi Selat Sunda, lalu koprol sampai Hawai dan menari Hula tujuh hari tujuh malam’ (hlm: 251)

Hadeh, sakit perut gak sih? Hehehe

Eit, ntar dulu, selain humornya yang ngekeh gila, ternyata Evi gak cuma bisa perut kita sakit nahan tawa, tapi juga buat pembaca JLEB! Berikut quote-quote keren dari CineUs:

Kekuasaan boleh jadi dipegang segelintir Negara, tetapi pengaruhnya sangat besar dan dampaknya dirasakan secara global (hlm. 55)

Jangan jadikan tujuan pribadi seolah-olah tujuan bersama­- by Rizki (hlm. 92)
Masalah itu tidak semudah bikin lanjutan cerita animasi yang bisa diatur seenak kita (hlm. 113)

Rasa marah adalah musuh besar logika (hlm.161)

Sahabat pasti akan kembali sekalipun bertengkar hebat. Sahabat sejati selalu punya tempat di hati, kehilangan mereka akan menyisakan ruang kosong yang tak bisa ditambal lagi. (hlm. 215)

Dan quote yang paling fenomenal adalah yang ngalir dari mulut Dion waktu nasehatin Lena:
Ada dua hal yang pantas diperjuangkan. Yaitu impian dan cinta (hlm. 242) sedaaapp =)

http://www.zee-flp.blogspot.com/2013/...
Profile Image for Afrianti Pratiwi.
100 reviews28 followers
January 13, 2017
Novel CineUs mengingatkan saya kepada masa-masa SMA. Apa sebab memori itu datang kembali? Karena novel ini novel teenlit anak SMA yang gencar-gencarnya membuat Klub Film di sekolah. Saya jadi ingat kalau dulu di sekolah saya juga ada ekskul Cinematography yang diikuti oleh mantan gebetan saya banyak siswa yang suka bikin film dan memotret. Saya... tentu saja ingin ikut, tapi punya kamera saja tidak. Jadi, akhirnya saya hanya berdiri sebagai penikmat karya mereja saja.

Well, saya mau curhat soal buku CineUs karya kak Evi Sri Rezeki ini setelah sebelumnya sempet nyurhatin buku saudara kembarnya yang juga saya suka banget, Love Puzzle by Eva Sri Rahayu. Si Teteh Kembar dua ini memang top deh. Novel yang satu soal fotografi, yang satu soal film. Kan klop banget. Hahaha.

Anyway, melihat dari judul disampulnya saya merasa agak heran. CineUs (saya bacanya ci-ne-as), hampir sempat mencari tahu apa sih arti kata "Cine" dalam bahasa Inggris. Sempat juga menafsirkan kalo arti CineUs itu jadi Cinema Us atau Film Kita. Hahaha. Ngaco abis, ya? Di pertengahan cerita baru deh paham maksud dan artinya.

CineUs ini bercerita soal tiga orang siswa yang bersahabat dan sama-sama menyukai dunia perfilman. Mereka bertiga adalah Lelatu Namira (LeNa), Dania, dan Dion. Btw, saya baca nama Lelatu Namira kok malah ingetnya ke penulis novel Kau, ya? Soalnya nama penulisnya Sylvia L' Namira. Hahaha. Oke, tidak ada yang aneh dari mereka bertiga yang bersahabat dan berusaha membuat Klub Film di sekolah. Perjuangan mereka membuat klub baru di sekolah juga harus diacungi jempol. Pertama, bikin film itu nggak gampang. Kedua, setelah bikin film, nggak mudah menarik massa buat nonton. Ketiga, persetujuan pihak sekolah juga nggak mudah, birokrat emang gitu, kadang susah diajak kerjasama. Eh, maap curhat.

And then, setelah mendapat persetujuan dan peresmian Klub Film, mereka bertiga berusaha merekrut anggota baru untuk mengembangkan klub itu. Ya, ini satu hal yang menjadi kesulitan bagi mereka. Pasalnya, jika tidak ada anggota, maka sebuah kelompok baik komunitas, organisasi, maupun lembaga tidak akan berjalan lancar. Nah, punggawa Klub Film ini berusaha semaksimal mungkin dengan menyebar pamflet open recruitment kepada seluruh siswa di sekolah Cerdas Pintar (by the way, keren ya nama sekolahnya. Udah cerdas, pintar pula, hehehe). Selain menyebar pamflet, mereka pun berusaha mencari anggota dengan mengadakan pemutaran film pendek perdana mereka. Yah, bisa ditebak kalau yang datang hanya segelintir orang. Klub Film belum dianggap sebagai klub yang bisa dibanggakan dan belum diketahui eksistensinya karena masih baru.

Sebagai klub baru, tentunya mereka harus mampu menunjukkan taringnya agar tidak terus diremehkan oleh siswa-siswa satu sekolah. Bergerak selama satu tahun, mereka akhirnya mampu memiliki 10 orang anggota. Dan konflik pun dimulai.

Konflik dalam buku ini tidak hanya konflik di sekolah, melainkan konflik personal Lena sebagai karakter utama dengan tokoh lainnya. Lena harus siap menerima tantangan dari Adit, mantan kekasihnya, yang ambisius dan tidak ingin dikalahkan oleh siapapun, termasuk kekasihnya sendiri. (By the way lagi, saya kaget baca nama Adit. Kan jadi inget sahabat saya yang namanya juga Adit. Tapi orangnya baik kok, walaupun pas baca buku ini saya lagi konflik juga sama dia. Hahaha). Lena mau tidak mau harus berusaha untuk membuat film pendek untuk kompetisi sekaligus lomba skenario. Ia tidak mau dikalahkan begitu saja oleh Adit.

Kemudian, muncullah Rizky sebagai penyelamat. "Si Anak Hantu" begitu sebutan Lena untuk Rizky kemudian menunjukkan hal-hal rahasia yang hanya diketahui oleh Rizky dan temannya, Ryan. Mengetahui kalau Rizky adalah animator dari web series yang sering ditontonnya, Lena mengajak Rizky untuk bergabung dengan Klub Film. Alasannya sederhana, ia ingin memenangkan kompetisi itu dan tidak ingin dipermalukan oleh Adit.

So, setelah bertemu Rizky berhasilkah Lena memenangkan lomba tersebut? Bagaimana nasib Klub Film selanjutnya?
---

Ah, buku ini penuh dengan konflik khas remaja. Bullying, kisah cinta yang manis, persaingan, senioritas. Saya nggak habis pikir, masih ada ya senioritas di sekolah-sekolah begini. Soalnya waktu saya sekolah sih paling cuma pas masa orientasi sekolah (MOS). Kalau bully sih saya yakin masih ada, apalagi jamannya media sosial yang mudah banget bikin orang jadi pelaku ataupun korban cyber bullying. Kompetisi di sekolah-sekolah juga bikin saya inget kalau dulu sekolah saya pernah menang lomba film pendek juga. Ya, memori masa SMA emang indah. Hahaha.

Karakter-karakter di buku CineUs ini juga digambarkan cukup baik. Ah, tapi saya agak kecewa sama penggambaran fisik Rizky. Yaaaa, pikiran saya selalu bilang kalau Rizky itu kurus dan nggak gembul. Hahaha. Tapi its okay, nggak pengaruh juga sih kalau Rizkynya tiba-tiba jadi kurus.

Sekian aja deh curhat celoteh soal buku CineUs. Kalau penasaran bisa baca sendiri, yaaa!

RATE: 3,5/5
Profile Image for Siska.
11 reviews4 followers
October 13, 2013
Baca beberapa halaman awal, agak membosankan sih karena masih nyeritain terbentuknya klub film, susahnya nyari anggota, dll. Selanjutnya, sudah mulai ngeh dengan ceritanya dan mulai ngerasain serunya novel ini. Karakter rizki keren banget, konyol, kalem dan nggak gampang emosi, lucu. Salut buat penggambaran karakternya.
Senang bisa baca novel tentang anak-anak yang bener-bener punya passion, punya mimpi yang besar, dan mereka berjuang sampai akhir untuk memperjuangkan mimpinya.
Profile Image for Ferhat Muchtar.
2 reviews3 followers
December 27, 2013
Semalam menamatakn novel ini. Dari segi tema novel ini seger! Ada pembaharuan dibanding novel-novel teenlit kebanyakan.
sepintas tema yang digarap lumayan 'berat'. Tentang dunia perfilman, tapi karena dikemas renyah, ringan kayak kerupuk yang baca pun merasa nggak njelimet!

Point penting novel ini adalah mengejar mimpi!! mengajari untuk terus bergerak, tumbuh, mengejar passion, terus bermimpi walaupun hujan halilintar banjir bandang mungkin datang menghalangi.

keren!
Profile Image for Thifa Lathifah.
163 reviews
November 14, 2013
Keren... aku selalu suka cerita tentang persahabatan, dan membaca novel ini ngebikin aku tau, gimana kerasnya dunia perfilm-an. padahal mereka cuman anak SMU. gimana persaingan antar orang dewasa ya? jadi serem mikirin nya.
Profile Image for Asmira Fhea.
Author 7 books31 followers
December 30, 2013
Sambil nyuri-nyuri waktu belajar untuk bisa baca novel ini sampai tuntas. Dan, rasanya senang pilihan saya untuk intermezo lewat buku ini begitu menginspirasi.
Cek review lengkapnya di sini: http://asmirafhea.blogspot.com/2013/1.... Tererengkyuuuu
Profile Image for Alan Scweik.
87 reviews1 follower
July 7, 2014
sebuah buku yang menarik untuk genre teenlit. :)
Profile Image for Silvi Damayanti.
7 reviews5 followers
December 3, 2013
Tentu saja menulis sebuah novel bukanlah suatu hal yang baru bagi Evi Sri Rezeki. Setelah sukses dengan novel pertamanya yang berjudul “Marshmallow“ pada tahun 2008 lalu kini ia kembali merealisasikan imajinasinya dalam novel remaja keduanya yang berjudul “CineUs“. Tema yang diangkat oleh penulis tak jauh – jauh dari tagline blog penulis yaitu “Merealitaskan Dunia Imajinasi, dunia tanpa batas. Mari berimajinasi bersama, dunia milik kita”.
Aku adalah tipe orang yang tidak suka membaca teenlit (sebenarnya :3). Karena kebanyakan dari novel teenlit yang aku baca ceritanya monoton berputar seputar “cinta”. Ya, terkadang ada sentuhan persahabatan juga sih –“. Tapi tetep aja kurang greget rasanya. Mungkin belum adanya gebrakan dalam membuat ide cerita yang baru dan segar sehingga menantang untuk dibaca.
Tak pelik mengakui alasan pertama kenapa membeli buku ini => covernya terlalu bagus untuk dilewatkan. Meskipun salah satu quote mengatakan “don’t judge the book by it’s cover” tapi menurut aku pribadi cover merupakan nilai esensial dari sebuah buku. Alasannya bagaimana orang mau tertarik membaca kalau tampang bukunya ga menarik (bener ga? :p). Hal ini menjadi nilai plus untuk novel yang satu ini.Covernya memang unik sih habisnya, baru nemu yang kayak beginian (mulai katrok deh, hehe :p).
Terlepas dari urusan cover. Isi yang disuguhkan penulis juga cukup bagus. Aku baru tahu ternyata sudah ada novel teenlit yang ceritanya lumayan menantang untuk dibaca. Yang ide ceritanya tidak hanya seputar cinta tapi juga ada mimpi dan persahabatan. Selain itu baru kali ini aku membaca novel teenlit yang imajinatif dan juga sarat makna seputar persahabatan dan juga mimpi (tidak ketinggalan soal cinta juga :D). Menurut aku ide cerita tentang komedi-romantis dengan sentuhan imaginasi memberi sebuah gebrakan baru terhadap dunia teenlit di Indonesia pada khususnya.
Kekreatifan penulis dalam membuat judul novel yaitu “CineUs” yang membuat aku bertanya – tanya apa arti judul novel ini (terjawab kok di akhir cerita :p). Subjudul di setiap bagian novel sukses membuat kita merasa curious karena dia menggunakan kata tanya “Who” yang bisa membuat kita penasaran siapa yang ingin dia ceritakan pada tiap bagian novel. Ya, banyak bagian cerita yang membuat aku tidak mau berhenti membaca novel yang satu ini (kayaknya penulis punya hobi bikin orang penasaran deh XD)
Novel ini bisa memotivasi kita mengejar impian kita dalam kehidupan. Seperti juga tokoh Lena dalam novel “CineUs”.
Berawal dari 3 orang sahabat yaitu Lena, Dania, dan Dion mereka berhasil mendapatkan persetujuan untuk mendirikan Klub Film yang sudah mereka dambakan sejak lama. Perjuangan mereka memperjuangkan Klub Film bukan serta merta tanpa aral melintang. Mulai mantan pacar Lena yang mengajak Lena taruhan untuk kompetisi film hingga perjalanan mengejar mimpinya hingga akhirnya takdir mempertemukannya dengan sosok anak hantu.
Tidak seperti penggambaran karakter pada novel lainnya, dalam novel ini diceritakan bagaimana pembentukan nama tokoh utama dimana penulis tidak memperkenalkan secara langsung bagaimana tokoh aku dipanggil. Penggambaran karakter si anak hantu (btw emang hantu beranak ya? hehe :3) diceritakan dengan unik yaitu terkadang bisa berubah menjadi karakter yang diinginkan membuat novel remaja yang satu ini menjadi tidak biasa.
Novel ini menceritakan sesuai hal apa yang terjadi di dunia nyata. Dimana perjuangan mendirikan sebuah klub memang sangat sulit terlebih untuk mempertahankannya. Aku sendiri mengalami hal itu. Aku sangat mencintai anime dan kebudayaan jepang. Berniat mendirikan sebuah klub Jepang tapi sepertinya pesimis akan disetujui (gampang nyerah sih ya beda banget sama Lena :3). Novel “CineUs” diceritakan oleh penulis menggunakan sudut pandang pertama pelaku utama. Namun, pelaku utama tidak lantas menjadi gravitasi dalam keseluruhan cerita. Penokohan setiap tokoh dalam novel ini serasa hidup. Penulis bercerita menggunakan alur maju-mudur dimana penulis menceritakan flashback tentang mantan pacarnya. Kemudian mulai maju lagi menceritakan perkembangan klub film hingga pertemuannya dengan tokoh anak hantu.
Pemilihan diksi untuk menggambarkan genk di kantin sekolah juga unik yaitu dengan menggunakan peta kekuasaan perang dunia II yaitu Negara poros dan Negara sekutu (pasti nilai sejarahnya bagus ya mbak, hehe :D). Selain itu, novel ini bisa membuat kita berimajinasi terutama saat penulis menceritakan tentang bunker lorong rahasia. Namun sepertinya hal ini terlalu imaginatif karena tempat bersejarah seperti itu tak mungkin semudah itu ditemukan. Kalau pun ditemukan tentu sudah dilaporkan ke pemerintah. Tapi sekali lagi karena tujuan penulis adalah merealitaskan imajinasi maka terang saja hal tersebut merupakan imajinasi semata.
Di akhir cerita kurang tegas dijelaskan akhir ceritanya.
Penceritaan mengenai salah satu tokoh yang menjadi anak tunggal dari keluarga kaya yang lebih memilih terlihat seperti siswa biasa sepertinya sudah sering sekali diceritakan. Mungkin penulis bisa menemukan ide lain untuk menceritakan background tokoh tersebut.
Salah satu quote dari novel “CineUs” adalah “Di dunia ini ada 2 hal yang pantas diperjuangkan, impian dan cinta”. Novel komedi-romantis ini kudu dibaca terutama oleh anak muda agar bisa mengerti apa arti sebuah mimpi dan bahwa perjuangan meraih mimpi tidak pernah terlepas dari orang yang kita sayang dan cintai.

Sedikit puisi yang mungkin bisa mewakili tokoh Lena:

Dream with Love


Mimpiku terasa seperti angan di atas awan
Terbentang dalam buaian langit terdalam
Ku rasa setiap detik bagaikan angan
Terpendam dan terasa nyaris tenggelam

Apakah aku berimajinasi terlalu tinggi?
Apakah sulit terelialisasi?
Ataukah aku terlalu naïf untuk mengakui
Semua sekadar angan tanpa dirimu di sisi

Sepi membungkam ketika kau beranjak pergi
Takbisa rasanya aku khianati hati ini
Aku memang terlalu naïf untuk mengakui
Tolong dengarkanlah senandung hati ini

Ketika dirimu beranjak pergi
Aku kembali tidur bermimpi
Dan aku terkungkung sendiri dalam buaian sepi
Menangis lirih dalam hati

Kau yang mengatakan padaku arti mimpi
Mimpi yang bukan untuk diri sendiri
Bermimpi dari hati dan dengan hati
Bermimpi bersama orang yang kita sayangi


The last, let’s keep dreaming and make dream comes true especially with support from everyone we love around us :).
Profile Image for Nana.
40 reviews1 follower
November 18, 2013
Gue bukan orang film, bukan juga penggemar film. Lalu, apa yang bikin gue tertarik? Tema yang diangkat mbak Evi ini benar-benar tema yang jarang ada. Gue suka banget menambah pengetahuan soal apa yang belum pernah gue tahu dan gue sentuh. That's why I bought it. Harapan gue sebelum membaca novel ini adalah, gue akan mendapat detail tentang online video 'web series', terutama, perjuangan karakter-karakter dalam novel untuk mencapai tujuan mereka.

Lena adalah tokoh utama dalam novel ini. Ditemani dua sahabatnya, Dania dan Dion, Lena membentuk ekskul film dan berusaha keras membuat film pendek yang bagus.

Masalah Lena dengan mantan pacarnya, Adit, membuat ia harus berjuang keras untuk memenangi Festival Film Remaja dalam dua kategori sekaligus, film dan skenario. Sementara tujuh orang adik kelasnya yang baru masuk ke klub film, tiba-tiba saja menyatakan diri keluar dari klub dengan masuknya dua anggota baru, Rizki dan Ryan. Meski merahasiakan identitasnya, dua cowok ini adalah pembuat web series terkenal yang menjadi favorit Lena dkk.

Gue akan mengancungkan jempol gue yang gede-gede ini untuk mbak Evi, karena tokoh utama cowok, Rizki, adalah seseorang dengan postur agak gemuk dan wajah oriental bento, keturunan Cina benteng. Untuk menjalin kisah cinta tokoh utama, biasanya penulis akan memilih karakter cowok yang rupawan dengan segudang kelebihan. Oke, kalaupun lebih banyak kelemahannya, paling enggak dia cakep dan badannya oke. Tapi Rizki ini beda banget dari karakter utama cowok kebanyakan.

Karakter Rizki ini menarik perhatian gue karena dia bijak meski lebih sering iseng, sedikit misterius, pintar, dan kreatif. Yang membuat Lena tertarik sama Rizki pun, sama sekali bukan fisik atau tampangnya, tapi lebih ke sifat cowok itu yang sedikit aneh.

Kelima murid ini pun akhirnya berusaha keras membuat film pendek untuk diikutkan lomba. Banyak masalah yang menimpa mereka hingga akhirnya bisa mendaftarkan film pendek itu ke Festival Film Remaja. But, finally the did a great job.

Oke, gue enggak akan terlalu banyak spoiler, karena kasihan buat yang belum baca. Gue akan membahas aspek-aspek dalam novel ini.

Secara tema, alur, karakterisasi, gue suka. Untuk temanya, gue suka banget malah. Sayangnya, ada beberapa 'plot hole' yang menurut gue perlu banget dilengkapi. Terlalu nggantung, bok. Pembaca dibuat bertanya-tanya di tengah cerita, which is good (bikin penasaran untuk baca cerita sampai selesai). Tapi pembaca tidak akan mendapat jawaban yang lengkap walaupun sudah membaca sampai habis, which is dissapointing. At least for me.

Oke mungkin hubungan Lena dan Rizki memang sengaja dibuat menggantung. Soal ending tentang hubungan mereka gue enggak terlalu masalah, karena penulis bisa membuat imajinasi pembaca bergerak sendiri dengan konflik-konflik yang sudah disajikan. Tapi, bagaimana hubungan Dion dengan keluarganya? Bagaimana akhir kisah Dania? Bagaimana kisah Ryan?

Buat gue, hilangnya kisah-kisah mereka di novel ini adalah 'plot hole'. Penting bagi pembaca untuk mengetahui kisah mereka karena ketiga tokoh itu terlibat jauh dalam cerita, bukan tokoh sampingan. Mereka tokoh penting yang tidak bisa begitu saja diabaikan.

Kekurangan lainnya adalah, tokoh-tokoh enggak penting dalam cerita. Yang paling menonjol, tujuh adik kelas Lena yang masuk ke dalam klub film. Oke, 2-3 orang diantaranya berperan penting. Tapi seinget gue, ada 3-4 orang yang bahkan namanya saja enggak pernah disebut. Kalau memang yang memiliki peran cuma 2-3 orang itu, menurut gue 3-4 orangnya enggak usah ada sekalian. Toh, dari awal klub film memang enggak beken, wajar aja cuma ada 2-3 orang yang akhirnya mau masuk jadi anggota baru.

Dan sejujurnya, yang paling mengganggu gue adalah Lena, si tokoh utama. Penulis menceritakan Lena adalah pemenang lomba menulis skenario Film Festival Remaja tahun lalu, mengalahkan Adit (dan ini yang jadi sumber masalah putusnya mereka dan tantangan Adit untuk Lena di Festival Film Remaja tahun depannya).

Menurut gue, memenangi lomba menulis skenario film adalah sesuatu hal yang besar. Kalau Lena sampai menang, berarti setidaknya dia memang punya bakat menulis cerita bagus. Setidaknya dia tahu caranya meramu beragam ide-ide cerita yang pantas untuk difilmkan. Nyatanya, gue sama sekali enggak menemukan itu dalam diri Lena. Semua ide datangnya dari Rizki. Meskipun gue enggak tahu Adit itu sekreatif apa, tapi entah kenapa gue setuju sama dia, Lena enggak pantas menang lomba menulis skenario.

Buat apa ada pemenang lomba skenario di klub film kalau dia enggak bisa menghasilkan ide-ide lain yang lebih bagus dari film horror dengan hantu mirip sadako. Gue akan lebih memaklumi kalau film-film pendek yang mereka buat punya cerita yang unik dan menarik, tapi eksekusinya masih payah, sehingga tidak ada anggota baru yang mau bergabung. Itu akan jauh lebih masuk akal.

Kalau tiga kekurangan yang gue sebutkan di atas itu enggak ada, I think this novel gonna be a perfect one. Tapi secara keseluruhan, gue suka novel ini karena harapan gue sebelum membaca ini tercapai. Gue mendapatkan ilmu baru bagaimana proses pembuatan film pendek berjalan dan bagaimana web series itu terbentuk. Kisah cintanya juga cukup memuaskan, karena gue suka novel yang lebih fokus ke tema tertentu selain cinta. Kisah cinta itu bumbu pelengkap novel, bukan bahan utama (tapi ini pendapat pribadi dan selera gue doang, sih :)). Untuk itu, rasanya tiga bintang untuk novel ini cukup mewakili :D
This entire review has been hidden because of spoilers.
4 reviews2 followers
December 7, 2013
Di dunia ini, ada dua hal yang pantas diperjuangkan. Yaitu impian dan cinta. CineUs-

CineUs mengingatkan saya pada novel best seller berjudul Lupus karya Hilman Hariwijaya beberapa dekade lalu yang kemudian diangkat ke layar lebar serta sinetron dengan bintang Oka Sugawa *Duh, ketahuan angkatannya nih*. Novel kocak yang berkisah tentang persahabatan yang erat serta kaya akan nilai-nilai positif.

CineUs berkisah tentang perjuangan trio kwek-kwek Lena, Dania dan Dion dalam membangun Klub Film di sekolah Cerdas Pintar mulai dari pembentukannya, perjuangan untuk menghasilkan karya yang akan mengangkat citra Klub Film serta impian memenangkan lomba Festival Film Remaja di Jakarta.

Setinggi apapun impianmu, kamu hanya butuh percaya. (hal 280)

Setelah pemberitaan majalah sekolah yang mempermalukan Klub Film tahun lalu, Lena and the gank akhirnya bisa menggaet 7 murid kelas X yang super unik menjadi anggota Klub Film. Kini mereka berencana mengadakan acara nobar (nonton bareng) di lapangan basket dengan menampilkan film horor karya mereka.

Di tengah kesibukan Lena mempersiapkan film yang akan ditampil Klub Film dalam acara nobar, ia mendapat tantangan dari mantan pacarnya, Adit, untuk mengikuti Festival Film Remaja. Siapa yang kalah akan mendapat hukuman mencuci kaki pemenangnya dan bersedia menjadi penggulung kabel.

Kemenangan Lena dalam Festival Film Remaja tahun sebelumnya menjadi pemicu putusnya hubungan Lena dengan Adit. Kekalahan Adit atas Lena tidak bisa di terima Adit. Dan Festival Film Remaja kali ini menjadi pertaruhan harga diri keduanya. Komitmen Lena untuk membuat Klub Film bermartabat berbenturan dengan egonya untuk mengalahkan Adit dalam pertaruhan mereka.

Kalian enggak akan pernah jadi besar kalau enggak terima kritikan! (halaman 100)

Kehadiran Rizky, si pembuat web series Pangeran Kodok yang diidolakan anggota Klub Film tak pelak membawa Lena pada masalah pelik. Awalnya Lena menganggap kehadiran Rizky mampu menaikkan pamor Klub Film dan bisa membantunya mengalahakan pertaruhannya dengan Adit. Nyatanya, kehadiran Rizky justru menjadi pemicu konflik antar anggota Klub Film.

Kritikan Rizky atas karya Klub Film menyebabkan hengkangnya Romi dan anggota lain. Sialnya, Romi tak hanya hengkang membawa anggota Klub Film, ia juga membuat klub tandingan bernama Movie Club dan berhasil mengusir Klub Film dari basecamp mereka.

Perlakuan Romi pada Lena tak cukup sampai disitu. Ia bahkan mencoba menjegal Lena dengan berbagai cara agar tak bisa mengikuti Festival Film Remaja. Kelakuan Romi yang kelewat batas itu seperti menyiratkan dendam yang terpendam pada Lena. Apa yang melatari Romi berbuat sedemikian kejam terhadap Lena. Apakah hanya karena motif dendam. Ataukah ada motif lain dibalik itu semua. Lalu, akankah impian Lena dan kedua sahabatnya untuk menjuarai Festival Film Remaja bisa terwujud. Ikuti kisah selengkapnya dalam novel CineUs.

cefe0e5f25ad09f50d3d58b16310a53c_flash_banner_cineus

Evi Sri Rejeki sukses menghadirkan novel teenlit yang keluar dari mainstream novel-novel sejenis yang banyak beredar saat ini. Tak melulu bercerita soal cinta picisan ala anak SMA, CineUs berkisah tentang bagaimana memperjuangkan dan mewujudkan impian.

Saya suka dengan sampul novel yang berwarna biru muda dengan design yang terlihat dinamis. Khas anak muda banget. Penuh dengan gelora masa muda yang selalu menginginkan tantangan.

Tokoh-tokoh yang dihadirkan dalam novel ini pun tak melulu menampilkan wanita berwajah cantik dan bodi bak model. Begitu pula sebaliknya dengan tokoh pria. Lena digambarkan memiliki kecantikan pada umumnya wanita serta Rizky digambarkan berperawakan tambun serta memiliki wajah tak seganteng dan segagah aktor menjadikan novel ini terasa membumi.

Sayangnya, penulis tidak memaparkan kehidupan pribadi masing-masing tokoh secara gamblang, terutama tokoh utama novel ini. Hanya tokoh Dion yang dipaparkan kehidupan pribadinya di luar aktivitasnya di sekolah oleh penulis. Padahal dalam novel ini penulis menggunakan POV I yang memungkinkan penulis mengolah kehidupan Lena lebih dalam (tak melulu berkutat pada aktivitasnya di sekolah), hingga pembaca punya gambaran menyeluruh serta keterikatan dengan tokoh utama.

Alur lambat dan berkutat pada permasalahan Lena dan kedua sahabatnya saat awal merintis Klub Film di awal cerita serta setting novel yang lebih banyak menceritakan aktivitas di sekolahan terasa membosankan.

Beberapa kejanggalan cerita dalam novel ini seperti basecamp Rizky yang terletak di bekas bunker di area sekolah pun tak pelak menjadi tanda tanya pembaca. Evi menggambarkan bunker tersebut dipenuhi dengan fasilitas memadai untuk membuat film serta adanya akses internet yang dicuri dengan kabel milik sekolah. Walaupun ini hanya imajinasi, rasanya tetap sulit untuk dibayangkan.

Kejanggalan juga terdapat dalam beberapa kalimat dalam novel ini seperti kalimat muka Dania sekusut benang. Akan lebih tepat jika menggunakan kalimat, muka Dania terlihat seperti benang kusut.

Terlepas dari semua kekurangan dalam novel ini, saya memberi 3.5 bintang untuk CineUs atas ide kreatif penulis mengangkat tema perjuangan anak SMA dalam meraih impiannya.
Profile Image for Muhammad Ridwan.
193 reviews25 followers
December 31, 2013
Novel terakhir yang kubaca tahun 2013. Sebenarnya aku dua kali membacanya. :D

Ringkasan Cerita:

Saat SMP, Lena memenangkan lomba menulis skenario film di Festival Film Remaja. Namun, ia tidak dianggap berkontribusi pada film pendek kelompoknya yang juga menang pada festival yang sama. Tidak diakuinya dia terjadi karena mantan pacarnya yang juga ketua tim sakit hati terhadapnya. Hal ini membuat Lena terpukul dan membenci mantan-pacarnya-yang-namanya-tidak-boleh-diasebut-lagi.


Memasuki SMA, Lena bergabung membuat sebuah klub film bersama teman-temannya yang juga suka menggeluti dunia sinema. Dania menjadi ketuanya, dan Dion (sangat) bersuka rela menjadi kameramennya. Untunglah, setelah melalui perjuangan yang berat, klub mereka berhasil diizinkan untuk bergerak di bawah nama sekolah.


Suatu malam, Lena bertemu dengan "Anak Hantu" yang pintar membuat storyboard. Inilah yang membuatnya penasaran akan sosok itu karena tidak ada anggota klub film yang bisa membuatnya. Akhirnya, diketahuilah sosok misterius itu sebagai Rizki, kakak kelasnya. Rizki yang gempal, maniak kopi, dan humoris itu ternyata mampu menghipnotis Lena. Dia ... merasa ada getaran-getaran halus yang mengalir di pembuluh darahnya tiap dekat dengan Rizki.

Masalah datang ketika mantan pacar Lena menantangnya untuk mengikuti Festival Film Remaja tahun ini. Walaupun ia menyetujui tantangan dan taruhan itu, ternyata ada sosok pengkhianat yang berusaha menghancurkan rencana-rencana klub film Lena dkk! Lalu bagaimana nasib klub film yang kehilangan banyak anggotanya itu? Apakah Lena dapat memenangkan taruhan itu? Bagaimana hubungan Lena dan "Anak Hantu" itu kemudian? Semuanya dapat dibaca di novel Cine Us ini. :)

Quote Favorit:

Kalian enggak akan pernah jadi besar kalau enggak terima kritikan! (halaman 100)

Bagian Favorit:

Ketika casting film pendek yang dilakukan oleh Lena dan kawan-kawan. Mereka mencari anak kembar yang bisa memerankan film mereka. Bertemulah mereka dengan duo Eva dan Evi yang akan membuat kita memikirkan sosok penulis!

FYI, Eva dan Evi itu nama penulis novel ini dan kembarannya. :D . (bisa dilihat di halaman persembahan).

Kelebihan:

1. Plotnya ditulis dengan rapi. Walaupun sempat melenceng saat menceritakan usaha Lena mencari profil "Anak Hantu", tapi harus saya akui kalau plotnya benar-benar disusun rapi setelahnya.

2. Gaya penulisannya meremaja (cocok untuk para remaja). Jadinya, enggak terlalu baku namun gak terlalu gaul atau nge-slank. Banyak humor juga, jadinya enggak membosankan.

3. Ide cerita menovelkan klub film jarang diambil oleh novel yang lain. Inilah yang membuat pembaca akan mendapatkan sesuatu yang baru.

4. Cover-nya bagus. 3 sahabat yang memunggungi para orang-yang-melihat-sampul-novel. Bikin penasaran. Judulnya juga unik: Cine Us (SINE AS). Kreatif! Hanya saja, cover dalamnya gak terlalu menarik. :D

5. Karakerisasinya pas.

Kekurangan:

1. Banyak typo. Ya ... walaupun hanya masalah kekurangan spasi tapi kan, agak mengganggu. :) Saya sempat mencatat beberapa tempat typo itu :D :

a. Paragraf 2 halaman 6.

b. Par. terakhir hal. 15.

c. par. 7 hal. 18

d. par. 6 hal. 19

e. par. 2 dari bawah hal. 26.

f. par. terakhir halaman 29.

2. Di halaman 8: Kalau misalnya ditambah kata "Sayangnya," atau "Namun," mungkin lebih enak dibaca biar koheren dengan kalimat sebelumnya. :)

3. Ada yang mengganggu di halaman 10 paragraf 7. Yaitu Balia yang mengambil beberapa sapu tangan dari tasnya. Emangnya dia punya berapa sapu tangan? Anak cowok itu bawa berapa emangnya? Gak kesusahan nyucinya? Sapu tangan kurang cocok dibawa banyak apalagi cuma dibuat lap. Mungkin serbet :P . Tapi, sepertinya "TISU" lebih cocok ya....

4. Jujur saja, Romi yang berbisik-bisik dengan kubu populer saat istirahat di kantin itu gak dijelaskan apa maksudnya. Bukannya Adit, mantan pacar Lena, itu seangkatan dengan Lena, kan? Kelas XI? Nah, kubu populernya kan, kelas XII. *aduh, gatal spoiler. Baca sendiri novelnya kalau pingin melihat kejanggalan ini :D *

Rating: 3/5

Overall, I like this teen novel.
Profile Image for Pradnya Paramitha.
Author 19 books459 followers
March 21, 2014
CineUs
ce-i-en-e-u-es


sebuah kisah tentang perjuangan movie freak bernama Lelatu Namira yang disingkat jadi LeNa, dan sebuah klub baru minoritas di sekolah yaitu Klub film, atau yang nanti jadi CineUs. Oh ya, juga cerita tentang tantangan dari mantan pacar yang menyebalkan, juga getaran-getaran aneh saat berdekatan dengan seseorang yang biasa saja tapi bisa membuat hati terasa...oke, kepanjangan. Intinya begitu.

Aku baca novel ini tengah malam, disela-sela membaca bahan skripsi. Akibatnya aku harus nahan ketawa sampai sakit perut, karena takut digedorin pintu kosnya sama anak kos yang lain karena berisik.

Bagusnya novel ini adalah tokoh-tokoh di dalamnya terasa begitu real. Sosok Heroin, si Lelatu Namira yang maunya dipanggil Lena ini bukan cewek sempurna, yang apapun yang dia lakukan selalu direstui alam semesta. Sikapnya grasa-grusu, ceroboh, kadang mentingin diri sendiri juga, tapi justru itu yang membuatnya sangat lovable. Lalu si Hero, si cowok hantu yang tadinya tak bernama tapi ada, juga bukan tokoh cowok idola,charming, kakak kelas favorit, cool, pintarnya selangit, atau apalah. Tapi cowok yang nggak ganteng, nggak pintar, nggak cool juga (karena dia suka ngegombal), nggak dikenal, tapi jago berantem. Interaksi antara dua tokoh tak sempurna ini justru terasa sangat manis dan sempurna. Perjuangan mereka juga nggak selalu sukses. Intinya...ya pokoknya mereka ini sama kayak saya, kamu, dan kita semua. Manusia biasa.


Tapi ada beberapa keluhan yang mengganjal. Daripada harus ke dokter ketika keluhan ini berlanjut, mending saya tulis di sini ya. Iya.

(-) Novel ini menggunakan POV 1, alias si Lena. Tapi saya merasanya ada yang bocor. Di halaman 98, pas adegan perseteruan antara Rizki Ryan dengan Romi, Romi mempertanyakan apa yang sudah dihasilkan oleh Rizki dan Ryan sampai berani-berani mengritik mereka, Ryan menjawab

"Kami yang bikin..." Hampir saja Ryan melontarkan rahasia mereka sebagai kreator Pangeran Kodok.

Kayak begitu itu namanya bocor nggak sih? Kan Ryan belum menyelesaikan kalimatnya, Darimana Lena tahu kalau Ryan hampir melontarkan rahasia mereka sebagai kreator pangeran kodok? Mungkin aja mereka kreator-kreator yang lain kan? Ya saya ngerti sih gimana Lena bisa menduga kalau Ryan akan mengatakan itu, karena dia juga tahu rahasia tersbeut. Tapi bagaimana Lena bisa membaca pikiran Ryan? Soalnya...ah, yasudahlah.

Oh ya, di bab 2, ketika Lena bertekat untuk membongkar identitas Pangeran Kodok dan merekrutnya menjadi anggota klub film, rasanya agak aneh. Ya seperti yang dia bilang sendiri, bagaimana kalau Pangeran Kodok itu bukan orang Indonesia? Bukan orang Bandung? Kenapa dia begitu yakin untuk mengajak si Pangeran Kodok untuk masuk klub film, yang dengan itu kuasumsikan Lena merasa Pangeran Kodok pasti siswa sekolahnya juga. Bagaimana dia tahu? Atau pertanyaannya, bagaimana dia bisa punya pikiran bahwa Pangeran Kodok adalah teman satu sekolahnya, sementara tadinya dia yakin Webseries bikinan mereka ditonton oleh orang dari seluruh penjuru dunia? Hmm. Imajinasi Lena ini patut diacungi jempol. Tapi nggak apa-apa sih.

(-) Endingnya ini bagaimana sih? Kok menggantung? Banyak yang belum terjawab. Apa hubungan antara si A dan si R? Apa maksudnya si R yang satu lagi untuk menjadi manusia? Lalu bagaimana nasip si R yang satu lagi setelah cintanya ditolak? Ini kenapa jadi banyak huruf R ya.

(-) Rizki dan Ryan anak kelas XII kan? Kenapa mereka takut sama anak-anak kelas XII yang membekingi Movie Club? Come on. Toh mereka juga cuma ceciwi yang bisanya jerit-jerit saat ada kecoa.



Tapi percayalah, tokoh-tokoh dan dialog lucu dalam novel ini akan membuatmu jatuh cinta.
Profile Image for Atria Dewi Sartika.
115 reviews10 followers
December 5, 2013
Kehidupan masa SMA bagi banyak orang adalah salah satu fase kehidupan yang tidak akan terlupakan. Proses pencarian jati diri (bahkan penemuan jati diri) sering kali dialami saat mengecap bangku SMA. Masalah-masalah sering dirasa semakin rumit. Posisi serba nanggung membuat anak SMA kadang bingung mengambil sikap. Disebut masih anak-anak, mereka sering dianggap sudah mampu mengambil keputusan sendiri. Disebut sudah dewasa, tapi kok pendapat nggak didengerin sih!

Sosok Lena digambarkan mewakili perjuangan para remaja untuk meraih impiannya. Ia mengejar impian dengan pandangan optimis anak muda. Berbeda dengan orang dewasa yang sudah mengalami banyak hal dalam hidup, sehingga terkesan lebih pesimis namun semata-mata karena mencoba lebih realistis. Hal ini saya tangkap dalam pembicaraan Lena dengan Apeng di halaman 250. Saya kutip ya:

“Malasnya ngobrol sama orang dewasa, tuh, kalian terlalu realistis. Tapi, yeah, aku juga belum dewasa. Jadi, nggak tahu gimana rasanya di posisi kalian. Kenapa nggak kejar impian dari sekarang? Kenapa harus tunggu kaya? Itu juga kalau kaya. Kalau nggak?”

Ha..ha.. saya setuju dengan kalimat ini. Tapi saya sendiri juga merasa bahwa memang sih semakin kita dewasa, semakin banyak kekecewaan dan semakin banyak hal yang membuat kita lama berfikir sebelum melangkah. Dan tanpa sadar, kenyataan jadi merongrong keberanian kita. Padahal mengejar impian itu perlu keberanian yang besar. Bravo buat Mbak Evi untuk scene ini.

Oiya, ada salah satu scene yang membuat saya tersenyum yakni kemunculan tokoh Eva dan Evi sebagai cameo naskah ini. Saya yakin kalau tokoh yang ini bukan tokoh fiktif, iya kan mbak Eva. Ha..ha.. (^_^)v
***
Nah, bicara tentang kelebihan dan kekurangan karya ini, nih. Dari segi sampul dan ide cerita sudah menarik. Tapi om penerbit, saya jadi susah nyampulin sampulnya pake plastik nih, kalau kreasinya begitu. Saya suka sih dengan modifikasi sampulnya, tapiiiiiii kan kalau nggak disampul nanti covernya rusak. Apalagi tangan saya lebih sering basah daripada kering (T_T).

Ide cerita tentang Klub Film ini memang menyenangkan. Bisa membuat teman-teman yang masih duduk di SMA semakin termotivasi mengejar impian mereka. Apalagi kalau membayangkan bahwa “hiruk-pikuk”nya akan seheboh yang ada di novel. Tapi, ada scene yang saya rasa terlalu drama terutama dibagian mereka menarikan Tari Kemenangan di taman dan setelah itu berbaring bersama di atas rumput. Ugh..scene itu rasanya (bagi saya pribadi lho tidak begitu realistis.
Tapi secara keseluruhan, novel ini bagus untuk dibaca remaja. Berbeda dengan novel yang terlalu cengeng. Novel ini saya rasa lebih bisa mendorong remaja untuk berani berkreasi, berani mengejar mimpi, dan bisa bersikap sportif dalam berkompetisi. Moral-moral seperti ini yang selalu ingin saya baca dalam karya anak negeri dan dalam kemasan yang ringan.(^_^)
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
May 19, 2015
Judul: CineUs
Penulis: Evi Sri Rezeki
Penerbit: Noura Books
Halaman: 304 halaman
Terbitan: September 2013

Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya bersama Dania dan Dion itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, lho … tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

Kisah Lena ini seperti film komedi-romantis yang seru. Jadi, selamat tonton, eh, baca! :)

Review

Ini buku pertama penulisnya yang kubaca. Sebelumnya saya sudah pernah baca tulisan saudari kembarnya Mbak Evi dan saya melihat ada sesuatu yang sama dalam tulisan keduanya. Keduanya tidak segan untuk memberikan rentetan masalah pada karakternya.

Saya suka dengan rentetan masalah yang penulisnya berikan pada tokoh-tokohnya. Melihat perjuangan Klub Film membuat film pendek untuk lomba, saya juga merasa seperti teman mereka yang turut memberi semangat.

Cuma, untuk sebuah buku dengan tema "seru-seruan di klub-klub sekolah", saya merasa mereka ini... jarang belajar. Mereka suka bolos, tokoh utama sempat kena skors, dan secara keseluruhan saya merasa aura belajar-mengajarnya tidak terasa.

Lalu, untuk konflik terakhirnya... saya merasa bagian ini aneh. Terlalu kebetulan, kalau tidak mau dibilang deus ex machina. Kalau kubilang sih (peringatan spoiler akhir cerita)

Secara keseluruhan, 3,5 bintang buatku. Ceritanya lucu, seru, dan juga manis yang tidak berlebihan. Aura remajanya sangat terasa.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Young Adult Reading Challenge
- 2015 New Authors Reading Challenge
- 2015 Lucky No. 15 Reading Chalenge
- 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge
Profile Image for Riyan Raditya.
Author 2 books
December 13, 2013
Perjuangan mempertahankan sebuah Klub dalam cerita sangat menarik. Sangat inspiratif. Memilih tema dengan Klub Film ini juga sangat cerdas. Baru kali ini membaca hal-hal yang berbau tentang film maupun webseries. Tokoh-tokoh dalam cerita juga dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, entah kenapa Dion adalah tokoh yang saya sukai. Sayangnya cerita tentang masalah Dion ini tidak diteruskan. Mungkin memang dipersiapkan untuk di novel seterusnya.

Yang kurang diperhatikan di novel ini adalah timeline. Sedikit terganggu saat mengetahui beberapa penjelasan satu dengan yang lain mengenai waktu tidak sinkron. Yang saya ingat saat Lena bertanya pada Apeng sudah berapa lama dia kenal/dekat dengan Rizki. Tiga bulanan. Penjelasan berikutnya Apeng bercerita saat dia kenal saat warnet (zephyr)itu masih jadi studio musik, dijelaskan Rizki dan Ryan masih SMP.
Begitu juga dengan timeline Lena dan Adit yang sepertinya juga miss. Kalau gak salah saat penjelasan Dania tentang dia gak suka Adit karena dia yang enggak setuju mereka(Dania,Dion,Lena) membuat klub film. Di lain penjelasan Adit dan Lena putus saat terakhir Lena menang lomba script dan itu saat mereka satu sekolah, bukan? Sedangkan Klub Film itu dibuat saat Lena berada SMA. Bingung. Apa mungkin saya yang kurang cermat membacanya ya? :p Mungkin bisa diperiksa lagi hehe siapa tahu saya yang salah.

Walau begitu keseluruhannya sungguh luar biasa. Sangat inspiratif. Dan mungkin lewat novel ini banyak yang akan bermimpi menjadi movie maker. Sempat berpikir juga untuk dapat menulis script film. :D

Ditunggu untuk novel selanjutnya. Terima kasih juga untuk novel berserta tanda tangannya. :)
Profile Image for Imatakubesar.
8 reviews3 followers
December 7, 2013
“Dengar, Lena, kemenangan lahir dari proses, dari perjuangan!...” Sepetik dialog yang dilontarkan Rizki terhadap Lena pada novel Cine Us karya Evi Sri Rezeki. Dialog ini seolah merangkum proses dan energi dari 3 sahabat yang selalu bersinergi mewujudkan Klub Film agar tetap hidup dan berkarya.

Uraian cerita disetiap bab dalam Cine Us seru dan banyak teka teki. Ini membuat pembacanya ikut terbawa dalam lorong semangat, kesedihan, kekecewaan, dan ketakutan dari setiap tokoh cerita yang beragam. Kita sebagai pembaca dewasapun seolah terbawa kembali ke masa SMA dengan semangat yang masih segar. Dari proses setiap persoalan-persoalan yang muncul ini, kita bisa belajar dari kegigihan Lena mempertahankan Klab Film-nya, kreatifitas Si Anak Hantu yang misterius, romantisme persahabatan ketiganya saling memberi energi positif dalam ‘perjuangannya’.

Menariknya dari isi cerita ini tidak melulu tentang romantisme kisah cinta remaja, tapi lebih dalam ke proses kreatif sederhana mereka. Dari membuat naskah, kegigihan dan kesungguhan dalam mencari pemain, persoalan tekhnis sebuah kamera dan lain sebagainya. Kita bisa mendapati dan ikut belajar, bagaimana, unsur apa saja yang diperlukan untuk membuat film. Dan tentunya penulis menyelipkan pesan kuat dengan memberi gambaran tentang eksistensi dan kejujuran dalam berkarya. Salut!
Profile Image for Qiserra.
42 reviews1 follower
March 18, 2015
horeee bikin review lagi , let's go

bagusnya nih buku
^^ ---> pertama : cerita yang di ambil unik banget , film bayagkan .biasanya cerita berbau film di tampilkan di ftv tapi klai ini di sebuah novel .

^^---> kedua : konfliknya keren karena nggak cuman satu tapi di kemas dengan kejutan yang menarik.

^^ ---> ketiga : karakternya aku suka semua . <---- ini tadi bagusnya , sekarang jeleknya


:( ---> pertama aku baru tahu nih buku . ini aja deh yang bisa aku share


maaf ya kalau tulisan saya ada yang tidak berkenan secara sengaja atau tidak di sengaja .karena saya menulis apa adanya. terima kasih




Profile Image for Dinur A..
258 reviews98 followers
November 8, 2013
akhirnya nemu satu lagi teenlit yang berbobot dan memberikan banyak pesan tentang pantang menyerah. ceritanya bagus. plotnya asik. konfliknya yang agak bertubi-tubi tapi nggak terkesan dipaksain itu keren menurut aku. gaya ceritanya juga enak dibaca dan luwes. bumbu-bumbu komedinya juga lumayan dapet.

kekurangannya mungkin terletak pada penyelesaian konflik antara Romi-Lena-Adit yang menurutku kurang mantep. ada juga beberapa typo yang as always menyebalkan.

epilognya sukses bikin penasaran sama sekuelnya. semoga sekuelnya itu nggak akan makan waktu lama buat terbit. :D

Profile Image for Wardah.
926 reviews171 followers
February 12, 2015
Saya sangat menikmati Cine Us, selain karena gaya bahasanya yang menyenangkan, juga karena karakter Rizki yang humoris (meski masih ada kecenderungan gary stu seperti di banyak novel teenlit). Saya juga suka karakternya yang lain, yang punya kekurangan sehingga terasa hidup. Keren.

Oya, terutama, saya sangat suka sampulnya. Kejutan yang manis. <3

Review lengkap ada di sini.
Profile Image for Demeter Aulia.
23 reviews
April 26, 2015
Bingung mau komen apaan. Hahaha. Ceritanya tentang perjuangan mempertahankan ekskul film sekolah. Eh, gak gitu juga sih. Cuma ada ajang pembuktian bahwa ekskul film bukan ekskul cupu. Gitu.
.
Penceritaannya ngalir sih, bahasanya juga normal, gak terlalu lebay gitu. Trus lumayan banyak juga pengetahuan soal film di dalamnya. Humornya juga dapet. Romantisnya gak terlalu terlihat tapi berasa #eeaaa Keren deh ini buku :3
Profile Image for Albertus AG Agung.
5 reviews6 followers
October 6, 2013
Gw suka banget sama karakter Rizki. Selipan2 humor yg dimasukkan dalam cerita sejalan dngan yg gw harapkan sama Buku ini. Ditambah buku ini juga menyadarkan kita untuk berjuang meraih mimpi di industri Film. *jempol*
Profile Image for Richa Miskiyya.
3 reviews2 followers
December 31, 2013
Saya seperti menonton scene-scene film dalam novel ini, karena penulis bisa menjabarkan dan menuliskan alurnya dengan apik. Sehingga tak salah jika di cover belakang tertulis jika kisah Lena dalam film ini seperti film komedi-romantis yang seru.
Profile Image for Fuan Arencsid.
3 reviews2 followers
December 26, 2013
Buku ini bagus banget. Ceritanya seru. Khas anak sekolahan. Yang bikin aku suka, aku interest banget dengan yang namanya Klub film di sebuah sekolah. Enggak rugi baca buku ini. ^_^
Profile Image for Reni.
1 review5 followers
December 31, 2013
Suka dg penggambaran tokoh2nya berikut karakternya.
Meski ceritanya tentang anak2 remaja, tapi tetap asyik dinikmati.
Profile Image for Ajen Angelina.
19 reviews6 followers
February 5, 2014
Tentang impian dan bagaimana meraih mimpi :D
Saya suka baca buku remaja yang tokoh utamanya semangat.. Kalau saja prolognya diolah dengan baik pasti saya kasih bintang lima :D(less)
Displaying 1 - 30 of 38 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.