Jump to ratings and reviews
Rate this book

Pengakuan Algojo 1965: Investigasi TEMPO Perihal Pembantaian 1965

Rate this book
Kebijakan pemberantasan orang-orang PKI dan para simpatisannya menyulut api pembunuhan yang membakar Jawa dan Bali, dan terus menyebar ke daerah lain. Algojo bermunculan. Atas nama dendam pribadi, keyakinan, atau tugas negara, para algojo menghunus pedang menyembelih mereka yang dicap PKI. Mayat mereka dibuang begitu saja ke jurang, sungai, atau luweng. Mengapa para pelaku tak merasa bersalah atas perbuatannya?

Buku ini mencoba melihat peristiwa 1965 dari perspektif para algojo tanpa niat membuka aib atau menyudutkan para pelaku. Politik Indonesia pada masa itu sangat kompleks. Menjelang tragedi September, konflik PKI dan partai politik lain memanas. PKI, yang merasa di atas angin, menekan penduduk yang tidak sealiran. Ketika keadaan berbalik, luapan pembalasan tak terkendali. Pembunuhan direstui oleh sesepuh masyarakat dan tokoh agama. Masa 1965-1966 tak bisa dinilai dengan norma dan nilai-nilai masa kini. Membaca sejarah kelam Indonesia pada masa itu hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan konteks sosial-ekonomi pada masa itu pula.

[Pernah dimuat dalam Liputan Khusus Majalah Tempo edisi 1-7 Oktober 2012]

177 pages, Paperback

First published September 1, 2013

27 people are currently reading
604 people want to read

About the author

Tim Laporan Khusus

1 book3 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
110 (45%)
4 stars
90 (37%)
3 stars
30 (12%)
2 stars
6 (2%)
1 star
6 (2%)
Displaying 1 - 30 of 36 reviews
Profile Image for Pra .
220 reviews184 followers
sudah-punya-tapi-belum-dibaca
October 16, 2013
Meski sudah punya yang edisi majalah, tetap beli yang edisi buku.
Bila biasanya buku seri liputan khusus Tempo diterbitkan KPG, tapi khusus yang Algojo 1965 ini diterbitkan Tempo sendiri. Kabarnya pihak KPG tidak berani menerbitkan buku ini.
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
September 1, 2015
Untuk sekelas Tempo, edisi ini kurang menghentak, kalau dibandingkan sama edisi DN Aidit. Entah karena ekspektasi yang terlalu tinggi atau perbandingan yang tidak sebanding atau karena ada beberapa buku yang sudah pernah saya baca terkait algojo ini. Tapi niat Tempo menerbitkan edisi ini, sebagai media menunjukkan sisi gelap tahun 1965, amat sangat patut diacungi jempol.

Karena bagaimana (kaum muda) bisa menolak lupa kalau mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu?
Profile Image for Marina.
2,033 reviews356 followers
March 22, 2015
** Books 86 - 2015 **

4,3 dari 5 bintang!

Buku ini mengupas kisah pengakuan para Algojo pembantaian Massal tahun 1965. Saya tadinya hanya mengira kalau tentara lah yang bermain di balik layar ini ternyata organisasi afiliasi PBNU juga terlibat didalamnya.. Saya melihat didaerah2 terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan papua orang-orang PKI mulai memaksa pemilik tanah menyerahkan tanah mereka dengan sukarela selain yang bukan di kecamatannya dan masih banyak konflik-konflik yang memicu pembantaian ini terjadi..

Tidak perlu saya jelaskan lagi.. status-status saya tentang buku membuat bulu kuduk saya merinding ngeri. Padahal sebelumnya saya pernah membaca buku Ladang Hitam di Pulau Dewa : Pembantaian Massal di Bali 1965 dan Gerwani : Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan tetap selalu buku mengenai tragedi 1965 ini akan membuat saya ngeri.. huhuhu >__<
Profile Image for Bambang Yuno.
276 reviews13 followers
September 10, 2016
Sejarah, tak lepas dari siapa yang berkuasa, tetapi pecinta sejarah pasti akan mencari kebenaran atas sejarah yang telah dituliskan oleh penguasa tersebut.. Tempo adalah salah satu pecinta sejarah itu

Buku ini sudah saya baca, sekarang saya mau nyari film nya ..

Salam Jasmerah !!!
Profile Image for Finesta Biyantika.
349 reviews
May 17, 2014
Udah beli lama tapi baru sempet baca sekarang. Membuka pikiran banget, apalagi sebelumnya udah nonton The Act of Killing juga. Ngeri banget, ternyata sejarah Indonesia sekelam itu.
Profile Image for Rizky Arya.
126 reviews2 followers
August 4, 2021
Buku ini merupakan kumpulan liputan khusus yang pernah dimuat di majalah TEMPO. Upaya yang dilakukan oleh TEMPO ini bertujuan untuk menengok kembali sejarah ‘pembantaian’ pasca G30S yang jarang dibahas dalam buku-buku sejarah di sekolah. Dengan menyimak perspektif dari para ‘algojo’ ini kita bisa merasakan bagaimana kondisi psikologis dan suasana kehidupan bermasyarakat pada saat itu. Kita tahu kondisi politik Indonesia pada waktu itu sangatlah panas dan kompleks. Sebelum G30S, PKI merupakan partai yang memiliki basis massa yang banyak, konflik dengan berbagai pihak terjadi di banyak daerah. Suasana ini menciptakan ‘api dalam sekam’ yang meledak pasca G30S. Luapan pembalasan dan amarah ini semakin menjadi-jadi karena terus-menerus dipompa oleh ‘proyek’ rezim Orde Baru untuk menumpas komunisme sampai ke akar-akarnya.

Dari pengakuan para ‘algojo’ ini terungkap fakta memilukan bahwa diberbagai daerah terutama Jateng dan Jatim telah terjadi kejahatan kemanusiaan. Pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran, perampasan kemerdekaan, penyiksaan, pemerkosaan, penganiayaan dan penculikan merupakan buah dari kebijakan pembasmian orang-orang komunis oleh negara. Jumlah yang terbunuh ada berbagai versi, mulai dari puluhan ribu sampai jutaan nyawa. Sungguh sebuah tragedi berdarah yang jangan sampai terulang lagi.

Next : https://kepinganarya.blogspot.com/202...
Profile Image for Isabelle.
37 reviews1 follower
October 4, 2024
“Sudah lama ideologi itu (Komunisme, Marxisme, dan Leninisme) bangkrut. Uni Soviet porak-poranda, Cina kini sama kapitalisnya dengan Amerika. Ide masyarakat tanpa kelas ada utopia yang usang dan sia-sia… Dengan kata lain, hadapi komunisme dengan rileks. Sebab ideologi itu sesungguhnya biasa-biasa saja.”


Ada total 10 halaman dalam buku ini, yang dikhususkan untuk sebuah "disclaimer" bahwa laporan investigasi Tempo ini ditujukan untuk tujuan yang lebih mulia dan bukan sekadar "menyudutkan" kelompok tertentu atau pelaku kekerasan. Laporan ini dimuat dan dibukukan agar supaya bisa menginspirasi adanya rekonsiliasi nasional bagi korban-korban dan keluarga korban Peristiwa 1965. Buku ini juga memberikan fakta-fakta Sejarah yang hampir dilupakan banyak masyarakat Indonesia tentang bagaimana aparat militer dan organisasi keagamaan serta tindakan premanisme dapat Bersatu padu untuk membunuh ratusan bahkan jutaan orang.

Lembaga ini bernama Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib), dibentuk pada 2 Oktober 1965 untuk menumpas PKI dan mengambalikan ketertiban negara yang kala itu baru saja dihantam peristiwa Gerakan 30 September. Komnas HAM, melalui penyelidikan yang dilakukan, menemukan bahwa Kopkamtib adalah dalang utama pelanggaran Hak Asasi Manusia berat di peristiwa 1965-1966.

Format buku ini cukup menarik, karena memberikan deretan hasil wawancara dan investigasi terhadap orang-orang yang pernah terkait pembunuhan anggota partai dan simpatisan PKI, dan juga menyorot pengalaman orang-orang yang menyaksikan langsung peristiwa tersebut terjadi. Tak hanya itu, beberapa artikel dari para sejarawan dan peneliti juga diselipkan untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai peristiwa yang terjadi 59 tahun lalu itu.

Kendati demikian, buku ini tidak terlalu menyoroti kasus-kasus yang menimpa perempuan pada masa itu. Kebanyakan yang diwawancarai sebagai korban hanyalah lelaki (hanya ada satu artikel dengan narasumber Perempuan).
Profile Image for Galen Hosea.
15 reviews2 followers
July 14, 2025
Buku ini saya baca setelah menemukannya dalam penjualan buku-buku bekas di suatu rumah di Kota Malang. Menarik. Isinya membaca bagaimana pengakuan algojo- sebutan untuk mereka yang pada tahun 1965-1966 terlibat membunuh orang-orang yang diduga Komunis.

Tempo mengulas bagaimana pengakuan-pengakuan tersebut, hingga pengakuan Algojo yang akhirnya didokumentasikan menjadi dokumenter oleh Joshua Oppenheimer.

Buku ini penting, terkhusus dalam diskursus sejarah Indonesia yang berkaitan dengan 1965-1966.

Profile Image for Kenzie.
31 reviews1 follower
April 7, 2024
As Indonesian, this book makes me realize how the politics in my country is kinda twisted. Also the history itself. We don't know, and never know the truth behind it. The history written by the winner. In this story, the winner is opposition of communism. I think there's no one who can be defined as purely innocent. Everyone have their own needs. Humans indeed a egotistical and greedy creatures.
Profile Image for Ridwan Syafa.
5 reviews1 follower
August 15, 2022
Asli, serem banget. Semua orang indonesia harus tau sejarah aslinya bukan hanya propaganda-propaganda bikinan pemerintah.
Profile Image for Ayu Mintorogo.
134 reviews
December 8, 2024
Sebuah produk jurnalistik, walaupun berusaha fair tetap kelihatan arah tujuan buku ini, sudah benar NU ber tabayun pada tim maksud dari diterbitkan nya buku ini
Profile Image for Salma Feb.
103 reviews1 follower
May 24, 2025
Membaca ini di tahun 2025. Jangankan rekonsiliasi dan permintaan maaf, isunya malah peristiwa pembantaian 1965-1966 akan dihapus dari sejarah versi Kementerian Kebudayaan.
Profile Image for Amanda.
287 reviews
September 16, 2016
Akhirnya selesai baca buku ini juga, setelah nunda nunda baca buku ini dari Juli. Membaca buku ini membuka mata saya lebih jelas lagi tentang apa yang terjadi di sejarah Indonesia. Mungkinkah, semua yang kita ketahui saat ini hanyalah fiksi belaka? Seberapa banyak sejarah Indonesia yang kita pelajari adalah benar? Membaca anekdot anekdot di dalam buku ini, membuat saya ngeri, betapa sadisnya dan ngerinya hal hal yang terjadi..

Lest we forget.
Profile Image for Mugi Sukmana.
16 reviews
February 15, 2017
We write our own story... Then our story becomes the world's history. Know it, share it!
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
October 9, 2015
Udah baca versi majalahnya dan punya dua eksemplar. sebuah kenyataan yang apabila disampaikan jaman gw dapet pelajaran PSPB atau Sejarah pas sekolah dulu gak bakalan percaya.

Gw DULU adalah orang yg cenderung menganggap sejarah adalah sebuah dongeng belaka. Makin lama, makin nampaklah bodohnya gw, dimana kata dongeng dalam konteks tersebut harus gw kasih tanda petik ("...") karena bukan sekedar dongeng.

sebuah kisah pahit tentang negeri ini. bukan siapa yg benar dan siapa yang salah, tapi konspirasi serta adu strategi untuk memenangkan sebuah tampuk kekuasaan harus dibayar dengan jutaan nyawa yang (kemungkinan besar) tidak bersalah (karena tak ada bukti dan sistem "pengadilan" yg dilakukan adalah sistem ngawur).

Inilah perang sipil bagi bangsa Indonesia,perang antara komunis dan Pancasila. Perang selalu melupakan korban,namun korban tidak pernah melupakan perang. Beberapa korban yg selamat, mulai bercerita sebuah kisah yg mengerikan, bahwa kekuasaan akan menghalalkan segala cara untuk makin kuat menancapkan akarnya di negeri ini.
Profile Image for Christian Satrianta Putra.
12 reviews3 followers
October 1, 2015
When began reading the first pages of this book last night, my mind voyaged back to the night I saw ‘Act of Killing’ at MoMa. An old guy, during a Q & A session with the director, stated that history of #Indonesia had stopped in 1965. The movie introduced two main ‘headsmen’ who used to brutally kill great number of communists/PKI-related people during New Order era.


In this book, Tempo team did a magnificent job in exploring the untold history of Indonesia after September 30 1965, the event #Pramoedya Ananta Toer once referred as the biggest genocide in Indonesia. This book includes a number of interviews (not just two!!) with the other ‘headsmen’. Statistic shows 50.000 to 3.000.000 communists had been savagely murdered by those who obtained authorizations.


The book also mentioned some propaganda in the forms of movies and book that were swirling around in society during New Order (even up until now!) so that the hatred toward communism, the ideology that once helped the Nation building up independence, stayed alive. Yes, the door is now open.


Again, kudos to Tempo!

CP
Profile Image for Muhammad Irfan.
144 reviews8 followers
August 7, 2014
Masyarakat Indonesia jika ditanya apakah yang terjadi pada tahun 1965 Pasca tertembaknya jendral-jendral pahlawan revolusi? Pasti sebagian dari mereka akan menjawab ditumpasnya Partai Komunis Indonesia, mereka tidak mengetahui bahwa penumpasannya bersifat masif, berdarah dan berkelanjutan dari 1965 sampai sekitar tahun 1980an. Ribuan kader dan tertuduh komunis dipenjarakan dan dieksekusi tanpa pengadilan terlebih dahulu. Korbannya bahkan tidak jelas, yang pasti jutaan orang telah dihabisi.

Investigasi ini, Tempo telah membahasnya dalam majalah mingguannya pada awal Oktober 2012, yang diterbitkan ulang menjadi buku melalui penerbitan Tempo Publishing. Tidak seperti biasanya yang dimana KPG menerbitkan buku Tempo berkaitan dengan komunis dan peristiwa 1965, kali ini ada kabar bahwa KPG enggan menerbitkan edisi ini. Apakah bersifat kontroversial? Silahkan anda membaca buku ini, dijamin anda akan menemukan hal yang mencengangkan. Selamat membaca!
Profile Image for Hlistiani.
20 reviews
Read
June 17, 2014
Banyak kejutan ketika membaca Tempo edisi ini. Tidak kaget ketika edisi ini akhirnya jadi susah dicari pada masanya.
Kisah tragedi 1965 diceritakan langsung dari narasumbernya. Para algojo yang masih segar bugar diusia senjanya "dipaksa" mengingat lagi kejadian 1965. Awal tragedi 1965 yang didasari tragedi G30S/PKI ini ternyata terjadi dibeberapa daerah di Indonesia. Sadisnya pembunuhan masal diceritakan detail di sini. Penasaran?
Profile Image for Muthia.
33 reviews6 followers
December 28, 2014
Dengan bergantinya kekuasaan, maka lain pula tafsir sejarah yang dapat diperoleh terhadap suatu kejadian. Membaca buku ini membuat saya melihat sisi lain dari lembar hitam sejarah Indonesia yang selama ini saya ketahui hanya dari peringatan dan film propaganda di televisi tiap tahun.

"Bagi sebagian besar anggota masyarakat, khususnya generasi muda, yang perlu dilawan adalah ketidaktahuan. Bukan lupa. Bagaimana bisa lupa jika tidak tahu sejarah sama sekali?"
Profile Image for Fath Surya.
2 reviews1 follower
January 22, 2014
Buku ini memberi pandangan lain terhadap masa lalu Indonesia. Sangat berbeda dengan apa yang selama ini dituliskan di buku sejarah pelajaran mulai dari SD sampai SMA.
Menurut saya penulisannya objektif tanpa ada unsur menuding pihak yang terlibat.
Saya rekomendasikan buku ini untuk dibaca semua kalangan.
Profile Image for Imam Rahmanto.
149 reviews8 followers
March 4, 2015
"Banyak orang mangampanyekan slogan 'menolak lupa' terhadap kejahatan 1965. Memang telah terjadi amnesia sejarah dalam lingkup bangsa-negara Indonesia. Tapi, bagi sebagian besar anggota masyarakat, khususnya generasi muda, yang perlu dilawan adalah ketidaktahuan. Bukan lupa. Bagaimana bisa lupa jika tidak tahu sejarah sama sekali?" --Ariel Heryanto--
Profile Image for Indah Threez Lestari.
13.4k reviews267 followers
November 5, 2013
727 - 2013

Sudah baca versi majalahnya. Itu pun aku beli dua versi, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sekarang beli versi bukunya. Luar biasa memang, harus diterbitkan oleh penerbit Tempo sendiri, tidak diterbitkan oleh KPG seperti edisi khusus TEMPO yang lain.
Profile Image for nawir nawir.
58 reviews54 followers
May 19, 2015
Buku ini cukup membuat hati saya ngilu membayangkan keadaan ketika itu yang kelak menorehkan luka dalam yang panjang dan belum kunjung sembuh. Bagi saya, terus terang bingung seperti apa cara rekonsiliasi yang tepat. Menyembunyikan atau mengungkapkan kah yang tepat?
Profile Image for Yohanes Febriwijaya.
12 reviews
January 20, 2014
what a surprising book, even though i was not there, but my father and grandfather have been a victim too, although not too severe, thanks to God
Displaying 1 - 30 of 36 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.