Kami cuma mampu mengucap, "Allahu Akbar!" Namun setiap kami mengucap kalimat takbir itu, mereka selalu melontarkan ejekan yang amat menyakitkan hati. "Di sini tidak ada TUHAN," bentak bereka.
Astaghfirullah! Hati seperti berkeping-keping. Sementara tubuh saya dan teman-teman tak henti-hentinya mengeluarkan darah. Darah segar mengucur dari kepala sampai kaki.
Sempat menempatkan buku ini dalam list must read setelah lihat reviewnya di akun @pecandubuku di instagram. Tadinya saya mengira ini semacam kisah Tragedi Priok yang diceritakan ulang dengan lebih mendetil disertai dengan fakta-fakta tersembunyi, namun rasanya saya sedikit keliru. . Buku ini lebih tepat jika dibilang kumpulan cerita beberapa korban tragedi Priok yang disatukan. Tentu saja membuat marah dan kesal. Bagaimana mendapatkan keadilan pun sedemikian sulitnya. Saya acungi jempol dulu untuk penulisnya karena telah berusaha mewawancara para korban dan mengumpulan tulisan-tulisan tersebut sehingga menajdi satu buku utuh seperti ini. Terima kasih juga telah membawa kisah tragedi Priok ke 'permukaan'. . Namun, jika ada beberapa hal yang membuat buku ini --menurut saya berbintang tiga antara lain; Subyektif. Buku ini memang bersifat subyektif. Sangat subyektif malah. Semua kisah diceritakan dari sisi korban, tanpa kita tahu bagaimana hal tersebut benar-benar terjadi. Ibarat sebuah film, kita ditempatkan di gang-gang sempit yang mana jalan rayanya adalah pusat kerusahan. Sedangkan, saya lebih berharap jika ditempatkan di atas dengan helikopter agar bisa menilai lebih leluasa apa yang terjadi dan mengamati fakta-fakta yang mungkin luput.
Seperti judulnya, seluruh isi buku ini membuat marah. Tindak kekerasan, baik pada orang yang dianggap bersalah, apalagi kepada orang yang sama sekali tidak bersalah, adalah perbuatan yang tidak pantas dimaafkan begitu saja.
Kalau membaca ini saja bikin saya sulit melupakan penderitaan para korban tragedi Tanjung Priok ini, apalagi keluarga mereka, dan apalagi yang mengalaminya sendiri.
Yang menyedihkan juga adalah bahwa hak mendapat keadilan di negara hukum kita ini rupanya tidak bisa diperoleh dengan cuma-cuma. Harus diperjuangkan terus menerus dengan menolak menyerah.