Jump to ratings and reviews
Rate this book

Tiga Bianglala

Rate this book
Itut menjalani hari-hari di Kampung Bala, pinggiran kota Palembang. Ia tinggal berimpitan dalam rumah reyot tapi hangat bersama lima orang saudara, dan kedua orangtua.

Dengan sifat iseng, jail, dan penuh akal, Itut yang berkulit hitam dan kumal mencoba menikmati masa kecil bersama Manna, sobatnya yang cantik dan manis. Bermain cak engkleng, menyewa sepeda, mencuri buah dari pohon tetangga, hingga berjualan es bungkus adalah kegiatan yang mengisi hari-hari mereka dengan segala keterbatasan. Tak peduli pada gerombolan Vivi yang menyombongkan kekayaan, mereka berdua malah memilih berteman dengan Meimei, gadis Tionghoa yang dianggap aneh tapi juara di kelas.

Saat Itut kehilangan ayah, Manna yang kerap dimarahi sang ibu tiri, dan Meimei yang terisolasi karena etnisnya, mereka bertiga saling menghibur dan memberikan semangat. Hingga datang satu mobil mewah ke kampung yang penuh dengan warga miskin tersebut dan mengubah kehidupan tiga gadis cilik itu.

304 pages, Mass Market Paperback

First published November 14, 2013

8 people are currently reading
94 people want to read

About the author

Misna Mika

2 books

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
17 (22%)
4 stars
31 (40%)
3 stars
25 (32%)
2 stars
3 (3%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 17 of 17 reviews
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
January 23, 2016
Sukses bikin ketawa dan terharu pagi-pagi! Ini jenis cerita yang akhirnya bisa saya promosikan ke murid-murid di kelas. Interaksi di dalamnya juga mengingatkan saya sama percakapan mereka. Hanya sedikit 'keliru' di label saja ya, lebih tepat dimasukkan ke kategori middle grade atau istilahnya 'buku KKPK'.

Latar waktunya sudah menarik hati saya, yaitu tahun 1980an. Di Palembang pula, tempat salah seorang teman baik saya tinggal. Tokoh-tokohnya khas anak-anak, dijamin lovable dan langsung relatable dengan anak-anak di sekolah. Itut layaknya jagoan di komik, yang pemberani, jail, cerdas-tapi-dianggap-bodoh, dan suka dengan banyak cewek--eh, cowok. Hehe. Meimei begitu bijaksana karena pengetahuannya yang luas, dan Manna sang Cinderella dari Kampung Bala yang akhirnya menemukan kebahagiaan. Bodor membaca isi kepalanya juga celotehan asalnya, hayang neke urang mah pokoknya. Bandel tapi ya, namanya juga anak-anak.

Sukaaaa sekali dengan kavernya. Ilustrasinya keren!

Anehnya, meskipun jalannya tergolong cepat, saya bisa masuk ke dalam ceritanya tanpa ada emotion lag. Misalnya saja setelah Itut asyik mengobrol dan bercanda dengan temannya, lalu masuk adegan ia kangen bapaknya, lalu menulis puisi, dan akhirnya sebuah berita duka datang. Saya bisa merasakan keduanya dengan seimbang. Ketawa iya, terharu juga iya. Meskipun dialognya identik dengan KKPK atau cerpen Bobo, tapi sepertinya memang begitulah anak-anak kalau mengobrol. Tak sungkan berkata mereka bersahabat dan akan terus menjaga sampai tua nanti (dulu saya gitu nggak, ya?).

Karena latarnya yang jadul, saya ikut memperhatikan kegiatan sekolah di masa itu. Dulu, guru enak sekali melempari murid dan menghukum berdiri karena telat. Sekarang... alih-alih hukuman, kini disebutnya 'konsekuensi'. Yang tidak menaati aturan akan membantu piket membersihkan kelas, salat Dhuha di waktu istirahat, ikut belajar di kelas yang lebih bawah, atau minta tanda tangan guru di surat perjanjian. Saya suka gaya pak guru agama yang meskipun Manna telat karena mengaji tetap memberi Manna konsekuensi. Pak Jainal juga baik. Semoga guru seperti Bu Lastri sudah tidak ada lagi.

Saya mungkin sedang jenuh dengan cerita kelewat realistis, jadi ingin sesuatu yang lucu dan menghibur. Ah, puas sekali membaca ini di pagi-pagi sambil sarapan roti keju. Coba ada Fanta merah juga, lengkaplah sudah!
Profile Image for Speakercoret.
478 reviews2 followers
March 18, 2015
Suatu siang di tepi jalan, seorang gadis kecil membawa setumpuk majalah pinjaman yg gagal dikembalikan karena temannya tdk ada di rumah...
Saat berjalan pulang dengan malas, dia dicegat seorang temannya..
Teman: eh lo disuruh pulang sama kakak lo tuh cepetan
Gadis kecil: ngapain sih tumben amat .
T: bokap lo meninggal, cepet sono pulang
Gk: heh sembarangan amat sih mulut lo!!
T: ude pulangah sono cepetan, liat sendiri ..
Gadis itu berlari dan berlari, berusaha menahan marah karena perkataan temannya... Sampai di depan rumah dr seberang jalan dia melihat pagar terbuka, banyak orang bersama2 mengeluarkan bangku ke halaman..
Perlahan dia menyeberang jalan dan memasuki rumah, tepukan di bahu, usapan di kepala, tatapan aneh orang2.. Di ruang tamu dia melihat teman ibunya menghampirinya, memeluknya kemudian mengambil tasnya.. "yang sabar ya Ti" hanya itu yang keluar dr mulutnya... Gadis kecil itu mulai meneteskan airmata, saat dia dibawa ke kamar dan melihat ibunya sedang tertunduk sambil mengusap airmata dengan ujung kerudung. Pecahlah tangisnya....
-------------------------
kenangan itu kembali lagi saat gw menangis membaca kepergian ayahnya Itut... Jarang teenlit lokal yg menceritakan tentang keluarga dan sahabat...
4*
pesan buat pengarang :
dibikin dong kelanjutan tiga bianglala.. pengen baca kekisah Itut, Minna dan Meimei pas udah dewasa dan bertemu lagi :)
Profile Image for Nidos.
300 reviews77 followers
July 30, 2016
Quite refreshing in its genre--middle grade with so-called kearifan lokal. Our characters were all innocent (except the mean girl one tho, but aren't we the cruelest when we were kids? Kids are innocent yet cruel, I believe.) and the narrator did not trying so hard to impress. Too bad the blurb reveals too much, so instead of "feeling it" when the bomb was dropped, I was just waiting for the bomb to explode because it happened near the ending.

It's still pleasant read, tho. Three stars for em rainbows!
Profile Image for Virginia Natalia Joo.
33 reviews
January 30, 2014
Ah, akhirnya setelah beberapa hari, buku ini selesai dibaca juga :)

Mau tahu nggak, kenapa aku kasih rate nya 4? Padahal, aku jarang lho kasih 4 bintang :))

Jadi, buku ini merupakan inspirasi banget! Pertama, buku ini mengajarkan untuk selalu mengingat teman dalam suka dan duka, dan tidak mementingkan kekayaan. Kedua, buku ini juga mengajarkan untuk bersabar meskipun cobaan ini berat. Dan, buku ini juga mengajarkan untuk tidak sombong meskipun kamu kaya raya sekalipun.

berbeda dengan teenlit lainnya, buku ini tidak berisikan tentang cinta antara perempuan dan laki-laki, tetapi lebih kepada cinta antara keluarga dan sahabat.

Seperti lainnya, tidak ada buku yang benar-benar sempurna. Termasuk buku ini memiliki kekurangan pada typo (hanya ini aja sih sebenernya, jadi nggak begitu penting, aku cuman lagi agak riwil aja tentang typo hehehehehe).

Berikut yang aku temukan :

Hal 10 – Elli segera keluar kamar dari karena takut kehabisan martabaknya – yang seharusnya keluar dari kamar.

Hal 24 – jangan kauulangi – hanya kurang spasi.

Hal 35 – kaukerjakan – kurang spasi

Hal 98 – matanya tetap Manna yg sedari tadi memandanginya – mungkin ini maksudnya matanya tetap menatap Manna yang sedari tadi memandanginya.

Hal 101 – iia tidak tega merusak kegembiraan sahabatnya – seharusnya i nya satu saja.

Hal 141 – meimei terteawa geli – seharusnya tertawa..

Hal 292 – lagsug menarik – seharusnya langsung.

Sebenarnya typo nya tidak terlalu mengganggu :D

Oh ya, apakah kalian tidak penasaran dengan sinopsisnya? Yuk, lihat di bawah ini.


Itut menjalani hari-hari di Kampung Bala, pinggiran kota Palembang. Ia tinggal berimpitan dalam rumah reyot tapi hangat bersama lima orang saudara, dan kedua orangtua.

Dengan sifat iseng, jail, dan penuh akal, Itut yang berkulit hitam dan kumal mencoba menikmati masa kecil bersama Manna, sobatnya yang cantik dan manis. Bermain cak engkleng, menyewa sepeda, mencuri buah dari pohon tetangga, hingga berjualan es bungkus adalah kegiatan yang mengisi hari-hari mereka dengan segala keterbatasan. Tak peduli pada gerombolan Vivi yang menyombongkan kekayaan, mereka berdua malah memilih berteman dengan Meimei, gadis Tionghoa yang dianggap aneh tapi juara di kelas.

Saat Itut kehilangan ayah, Manna yang kerap dimarahi sang ibu tiri, dan Meimei yang terisolasi karena etnisnya, mereka bertiga saling menghibur dan memberikan semangat. Hingga datang satu mobil mewah ke kampung yang penuh dengan warga miskin tersebut dan mengubah kehidupan tiga gadis cilik itu.

Nah, apa kamu masih belum puas juga melihat sinopsisnya? Berikut review-ku ya..

Itut, gadis yang berkulit hitam dan kumal itu, memiliki sahabat baik bernama Manna. Mereka selalu bermain berdua, bersama, hidup terasa indah meskipun susah. Itut bukan anak orang kaya, ia adalah anak dari Pak Ahmad yang hanya bekerja sebagai kuli cabutan, pulangnya pun tidak tentu. Sementara Mak Ijah, ibunya, baru saja melahirkan anak keenam.

Manna, sebenarnya bukan anak yang terlalu miskin, karena ayahnya bahkan memiliki kulkas (yang di jaman itu termasuk mewah) dan juga motor (yang juga mewah di saat itu). Tapi sayang, keberadaan ibu tiri di rumahnya membuat ia tidak nyaman dan harus tinggal di rumah Nenek Tuer, ibu dari ibu tirinya, alias nenek tirinya. Untungnya, meskipun rumah Nenek Tuer disebut sederhana, tapi Manna merasa lebih nyaman disana. Meskipun satu piring makanan akan menjadi rebutan dirinya dan paman-pamannya.

Meimei, gadis TiongHoa yang dikucilkan karena anak perkampungan merasa aneh dengannya. Bagaimana tidak? Di daerah perumahan orang Tionghoa didirikan pagar drum yang besar dan tinggi. Meski begitu, Meimei merupakan gadis yang pandai dan pintar. Ia juga kaya raya, dengan mama yang selalu menyayanginya.

Ketika tiga gadis itu mengucapkan janji untuk selalu bersamanya, ketika nasib merubah kehidupan Itut begitu ayahnya pergi meninggalkan dunia, ketika Meimei dan orangtuanya menerima kehadiran Itut dan Manna dalam kehidupannya, dan ketika Manna harus menyimpan sedih di hatinya karena ibu tirinya mengusirnya… Semua kisah manis itu dikemas dalam buku ini. Bahkan judul “tiga bianglala” itu memiliki arti tersendiri. Penasaran? Silahkan dibuka buku ini, ya! :)

published on my blog : http://jvbooksreviews.wordpress.com/2...
Profile Image for Ari.
1,040 reviews116 followers
Read
August 18, 2016
Buku tantangan #3 reading challenge August; novel lokal.

I'm conflicted so I decided not to rate this book.

Di satu sisi buku ini menyenangkan, adorable and gave me nostalgic feeling. Dialog-dialognya polos, spontan, sometimes naive, khas anak-anak. Meskipun karakternya terlalu hitam putih tetapi saya maklum karena ini buku dengan target reader nya SD-SMP.

Di sisi lain, buku ini juga stereo-typing banget. Bahwa ibu tiri itu kejam, bahwa perempuan-yang-cukup-umur-tapi-belum-menikah-juga akan berubah jadi monster judes dan nyinyir. Stereo-type2 seperti ini menurut saya tidak seharusnya ada dalam buku anak-anak. They'll lingers on.

Profile Image for ayanapunya.
338 reviews13 followers
April 22, 2015
Membaca novel ini membuat pembaca dibawa kembali ke dunia masa kecilnya. Celotehan-celotehan lepas Itut dan Manna begitu terasa segar dalam novel ini. Juga setting tahun 80-an yang digunakan juga semakin membuat cerita menjadi menarik.

https://ayanabooks.wordpress.com/2015...
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
December 16, 2015
Lumayan sukaa.. ceritanya tentang persahabatan dan keluarga. Buat dibaca anak SD kayaknya sih cocok.
Profile Image for LiLa.
317 reviews12 followers
July 19, 2017
Buku ini berkisah tentang tiga orang gadis cilik yang bersahabat: Itut, Manna dan Meimei. Awalnya, persahabatan terbentuk antara Itut dan Manna yang sama-sama berasal dari kalangan menengah ke bawah. Manna tinggal bersama Nenek tirinya setelah Ibu tirinya memiliki anak kandung dengan Ayahnya. Sedangkan Itut dari keluarga sederhana dengan banyak saudara yang bahkan makan pun dijatah. Persahabatan Itut - Manna dengan Meimei dimulai setelah Manna diejek oleh Vivi, anak dari golongan menengah ke atas.
Saya suka karakter bocah-bocah yang ditampilkan. Itut: bocah yang terbiasa "puasa" karena kondisi ekonominya, ceplas-ceplos, lugu, penuh semangat, seolah memandang dunia hanya dari sisi positifnya. Meimei: bocah dari golongan double minoritas sekali (dari agama dan rasnya) yang agak menutup diri karena takut disakiti ternyata sebenarnya kesepian; karena itu dia sangat senang saat Itut dan Manna menjadi temannya.
Tunggu dulu, bocah double minoritas? Ini ada bau rasismenya yah? Yup... tapi tidak terlalu kental kok. Di buku ini hanya digambarkan Meimei (dan orang keturunan lainnya) tinggal berkelompok serta menutup diri karena takut disakiti dan warga pribumi menganggap mereka aneh. Rumah Meimei pernah dilempari batu, dia juga dianggap aneh, hanya sebatas itu.
Saya cukup menikmati buku ini dengan berbagai konflik yang dimunculkan sekalipun alurnya agak terlalu cepat. Memang ada beberapa bagian yang rasanya terlalu drama (terutama tentang nonton bareng Cinderella versi Ira Maya Sopha yang ceritanya begitu mirip dengan kisah hidup Manna) tapi masih dapat saya "abaikan". Dan mulai bagian kemunculan Nenek kandung Itut, kenikmatan saya mulai berkurang... Walaupun saya paham arah yang ditujukan penulis tapi kok rasanya tetap: ga ada arah lain, thor?
Profile Image for Lim Suandi.
6 reviews
April 24, 2020
buku untuk usia SMP, tapi bagus kisahnyo. masih penasaran dimana itu kampung bala di Palembang?
Profile Image for jessmbull.
4 reviews
January 3, 2023
UWAAAA NANGIS BANGETT BACA INII, sedih, terharu, kekeluargaan, persahabatan, konflik jadi satu
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
July 23, 2016
''Eeeeeesssssss bungkuuuuuusssss''
''yoooo eeeesssss bungkuuuuuuusssss''
''wah,Tut, itu gaya baru berteriak. Aku coba ah,,,Yoooo Eeeessss bungkuuuuuussssss''
''enak juga iramanya. Mungkin harus lebih mendayu-dayu lagi Na, seperti ini, yooooo eeeeessssss bungkuuuuuusssss''
''bagus...bagus...aku juga suka hehehe...''

Mereka asyik mencoba cara baru berteriak untuk memanggil pembeli. (hal 40-41)

di halaman itu, saya membacanya sambil membayangkan dan berteriak; gimana sih nada yang lebih mendayu-dayu itu?wqwq

***

Mengetahui buku ini dari halaman iklan di buku Teka Teki terakhir. Sudah sering lihat di iJak tapi waktu itu tidak tertarik. Sampulnya lucu sih, tapi mengingatkan saya dengan sampul cetakan baru Keluarga Cemara. Dan ternyata pas saya baca, ceritanya sekilas mirip.

Menceritakan potret keluarga kecil yang hidup kekurangan di sudut kota Palembang. Sebuah keluarga dengan banyak anak namun penghasilan keluarga hanya seadanya. (selanjutnya baca di review atau sinopsis lain ya,wq)

Ceritanya menarik. Saya lihat di beberapa review, ada yang berkomentar bahwa cerita ini cocoknya disebut KKPK bukan teenlit. Tapi saya kurang setuju. Sebab setau saya KKPK itu penulisnya anak kecil, bukan jenis buku yang tokohnya anak kecil. Jadi ya, saya rasa ini memang layak masuk kategori teenlit.

Saya masih agak kurang sreg dengan nama Itut. Kenapa gak tuti aja gitu. Ya walaupun akhirnya saya tau kalau Itut itu berasal dari nama neneknya.

Saya baca ini kemarin pas tidak bisa tidur. Dan akhirnya malah ketawa sendiri malam-malam karena tingkah laku polos Itut dan gaya penulis di buku ini. Kemon, ok bos, sobatku, suwer, temanku. Gaya bahasanya beneran khas jadul banget jadi lucu.

Tapi,
tapi pada beberapa bab saya merasa kayaknya agak aneh kalau anak kelas 5 memiliki beberapa ide dan pikiran ''yang'' kayaknya terlalu dewasa banget gitu. Penggambaran Vivi yang membenci Itut pun sepertinya juga berlebihan.
Oh, saya juga tidak suka dialog ''hehe''. Terlalu banyak kata ''hehe'' di buku ini. Kalau saya niat mungkin akan saya itung wq. lagian saya nggak yakin kalau di dunia nyata itu beneran ada orang yang suka ngomong sambil mengatakan ''hehe'', hehe

Bagian yang bikin saya sakit perut karena lelah tertawa adalah saat Itut,Meimei dan Manna menjadi genit dan ingin belajar dandan menggunakan bedak dan fanta (sebagai pemerah bibir) karena tidak ada lipstik. Asli, bikin inget waktu kecil banget wqwq

Juara banget deh ini asli. Bikin nostalgia masa kecil dan belajar banget.

***

''Siapa yang tau kepanjangan Jembatan Ampera?''
''Saya pak!'' jawab Hasan
''Ya,Hasan!'' kata pak jainal mempersilakan menjawab
''kata emakku semalam, kepanjangan Ampera itu Amanat Penderitaan Rakyat Selamanya!'' jawab Hasan dengan muka serius dan penuh harapan mendapat pujian pak Jamal.
''Hahahaha...jawabanmu itu benar tapi jangan ditambah selamanya,Hasan!'' Pak Jainaltertawa mendengar jawaban Hasan. Derai tawa teman-teman pun mengikuti.
''Pak, kalau aku sudah besar aku akan bangun satu lagi jembatan seperti itu nanti namanya jembatan cinta'' kata Itut dengan mukanya yang masih menerawang jauh ke awan.
''Hebat! impianmu pasti bisa kau wujudkan kalau kau semangat mengejar ilmu yang tinggi itu Itut! Tapi, mengapa namanya jembatan cinta?'' kata pak Jainal senang sekaligus heran dengan nama itu
''Itut sedang jatuh cinta pak!'' jawab meimei sambil cengir-cengir
anak-anak yang mendengar jawaban itu langsung bereaksi
''Cieeee Ituuuutt'' teriak teman-teman yang membuat wajah Itut memerah karena malu
''Itut suka sama Adi yaaa?'' tanya mereka lagi
''Tidaaaaakkkk'' jawabnya malu-malu sambil menarik tubuhnya berdiri di belakang Meimei yang lebih besar sehingga tidak terlihat lagi oleh teman-temannya (halaman 180-181)

Pas baca bagian ini kenapa saya yang jadi malu sendiri ya?wqwqwq
Profile Image for Tiara Orlanda.
201 reviews18 followers
December 30, 2016
Review selengkapnya https://bookishstory.wordpress.com/20...

Aku penasaran sama buku ini dari pertama kali melihat kovernya. Aku tidak memiliki ekspektasi apa pun hanya berpikir ceritanya pasti akan ringan dan fun mengingat ini adalah genre teenlit. Aku agak terkejut saat membaca buku ini. Ceritanya menarik karena tokoh-tokohnya masih anak kecil, masih duduk di bangku SD serta tempat tinggalnya yang berada di pinggiran kota menjadikan cerita ini terasa jadul, tapi tetap menarik.
Profile Image for Jia Yuuki.
2 reviews
June 28, 2016
Lebih cocok masuk kategori KKPK, bukan Teenlit. Namun bagiku tak masalah. Itut, Manna, Meimei mengingatkanku pada masa kecil. Novel ini recommeded banget dibaca segala usia. Persahabatan, kepercayaan, cinta kasih keluarga, lengkap sekali. Novel yang membuatku makin bersyukur memiliki keluarga dan sahabat yang bersedia menerimaku apa adanya.
Profile Image for Afifah.
409 reviews17 followers
June 1, 2017
3.5 stars. Pertengahan buku terkadang membosankan sehingga butuh waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Suka bagian endingnya :)
Profile Image for Uthie.
326 reviews76 followers
December 14, 2015
suka bukunya, tapi entah kenapa kok rasanya ada yang gak pas gitu ya ._.

paling mewek di bagian ayahnya Itut meninggal. Langsung inget ama Ayah
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 17 of 17 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.