Dalam rangka menggali nilai-nilai budaya dan kebijakan lokal inilah, kompetisi Tulis Nusantara digelar setiap tahunnya.
Air Akar adalah kumpulan cerpen karya finalis Kompetisi Tulis Nusantara 2012, yang memuat sepuluh cerpen terbaik, diantara lebih dari seribu karya fiksi yang masuk dan diseleksi pada even tersebut. Air Akar juga menjadi cerita pembuka dalam kumpulan cerpen ini, berkisah tentang kepercayaan masyarakat setempat terhadap ramuan air akar untuk mengobati berbagai penyakit. Ditulis dengan diksi yang indah, aliran kisah yang runut dan sarat muatan lokal, ditutup dengan ending yang menyentak, boleh dibilang, ini adalah cerpen yang berhasil membuka buku ini dengan sebuah sajian yang menawan.
Air Akar - Benny Arnas Untaian Salam dari Pulau Tak Berbentuk - Maria Jeanindya Wahyudi Bunga Kebun Tanjong - Muhammad Nasir Age Barongsai Merah Putih - Ade Sugeng Wiguno Arti Kematian Sedulur Sikep - Aisy Az Zahra Sepasang Kupu-Kupu Hitam Putih - Ari Keling Warisan (Cerita dari Dieng) - Ayu Gendis Penulis Biografi - Bode Riswandi Tandan Sawit - Nafi'ah Al-Ma'rab Protokol Karimata - Wiryawan Nalendra
Saya pernah baca kumcer yang ternyata hasil dari kompetisi menulis cerpen yang diikuti oleh 5000 peserta. Saat itu, saya kecewa karena hasilnya jauh dari harapan. Nah, Air Akar ini rupanya berisi kumpulan cerita pendek kompetisi menulis Tulis Nusantara 2012 yang dari bagian kata pengantarnya diketahui jika kumcer Air Akar ini berisi 10 cerpen terbaik dari 1.412 cerpen yang masuk ke redaksi.
Dewan jurinya pun nama-nama besar. Tentu saja otomatis saya jadi berespektasi saat membacanya.
Dibuka dengan cerpen Air Akar karya Benny Arnas, saya begitu menikmati kisah seputar kehidupan di kampung yang masih erat kaitannya dengan pengobatan alternatif. Tak salah kalau cerpen ini dipilih sebagai judul buku dan pembuka karena memang bagus banget!
Sayangnya, saat baca cerpen yang lain, saya merasa "tensinya" mulai kendur. Saya nggak bilang jelek, tapi jujur saja jadi bertanya-tanya apakah di antara seribuan cerpen lain emang tidak ada yang lebih baik dari cerpen tersebut?
Tapi ya, saya memposisikan diri sebagai pembaca ya hehe, kalau disuruh nulis belum tentu juga saya bisa. Oh ya, selain Air Akar, cerpen lain yang saya suka itu Penulis Biografi. Dua cerpen ini yang meninggalkan kesan cukup kuat. Sisa lainnya tidak.
Dari sekian banyak kumpulan cerita pendek yang ada, cerita paling mengena adalah Air Akar dan Penulis Biografi. Air Akar sangat menggambarkan tabiat orang Indonesia pada umumnya yang bisa "mendapat gelar" dan "merasa pintar" hanya dengan sedikit ilmu. Lain dengan Penulis Biografi, meski jalan ceritanya cukup terbaca sejak awal, topik yang menyelimuti buku karangan sang Penulis Biografi sangatlah menarik.
Agak kaget ngeliat buku ini dikasih rating kecil. Padahal jujur saya sangat menikmati buku ini. Apalagi bab awal yang dibuka oleh "Air Akar" rasanya seperti air mujarab yang membuat saya terbelalak.
Kumpulan cerita pendek ini, adalah finalis Cerita Pendek, KMTN 2012 yang kemudian dibukukan. Walau sama- sama finalis, tapi saya melihat kemampuan yang tidak merata.Karena menurut saya, ide yang baik pun, tidak akan menjadi tulisan yang baik kalau tidak ditulis dengan unsur- unsur penunjang yang lengkap, atau ide hanya jadi tempelan semata. Cerita pendek, yang menurut saya berhasil mengeksekusi ide menjadi tulisan yang baik adalah Air Akar( diksinya keren dan endingnya nendang), juga Tandan Sawit(idenya sederhana, tapi pesannya sampai ke pembaca). Cerpen- cerpen lain adalah gabungan beberapa kekurangbaikkan. Seperti Untaian Salam Dari Pulau Tak Berbentuk( idenya keren, tapi menjadikannya dalam bentuk surat solo, rasanya malah jadi tidak keren), Barongsai Merah Putih( ide bagus, tapi eksekusinya masih mentah)Protokol Karimata( Idenya tentang Mesin Waktu bagus, tapi saya malah pusing membacanya, maaf)..dan beberapa cerita lain dengan masalah yang hampir sama...
Hmm... Membaca kumpulan cerpen Air Akar seperti membaca tulisan-tulisan yang saya baca ketika masih SD.
Air Akar berisi 10 cerpen karya para pemenang lomba Tulis Nusantara 2012. Saya kira seluruh cerpen mengandung tema kearifan lokal. Ternyata bukan. Tujuan diadakannya Lomba Tulis Nusantara adalah untuk mempromosikan daerah-daerah di Indonesia.
Cerpen yang paling saya suka adalah Air Akar karya Benny Arnas. Wajar sih, kalau cerpen tsb dijadikan judul antologi ini. Ending-nya membuat saya tercengang. Cerpen Bunga Kebun Tanjong, konfliknya kuat, twist-ending. Sedangkan cerpen yang lain, s0-so lah. Seperti bacaan anak SD yang sarat pesan moral. Kecuali cerpen Protokol Karimata. Protokol Karimata sangat menarik karena mengusung genre science-fiction, tetapi konfliknya kurang jelas.
Kumpulan cerita yang menjawab banyak pertanyaan bagaimana rangkaian kata berjalin pendek bisa berkisah dari prolog ke epilog lengkap dengan klimaks yang tak harus berada di tengah cerita. Alur maju mundur atas bawah melompat-lompat, membuat mata dan pikiran dimainkan oleh para finalis bermasa depan ini. Patut dibaca dan dinikmati oleh para penulis mula, sekedar dijadikan referensi atau menikmati gaya penulisannya.
I almost underestimated this book. After reading 10 short stories from this book, I get a lot of romantic moments in local wisdom from Indonesia. Indirectly, I get knowledge about some places in Indonesia. For me, this book, that published in 2013, makes me melancholy in unusual ways.
tadinya mau kasih rating 2, tapi karena cerpen Bunga kebun tanjong, warisan, penulis biografi dan tandan sawit, jadinya berubah pikiran. Penulis biografi dan bunga kebon tanjong favoritku!
Membaca Kumpulan Cerpen Air Akar, di sana banyak kisah kaya khazanah nusantara yang belum pernah tersajikan. Pantas cerpen-cerpen ini layak mendapatkan penghargaan.