Jump to ratings and reviews
Rate this book

Koma

Rate this book
Siapa aku ini? Pertanyaan itu terus berdentam-dentam dalam benakku. Nyatanya, aku hanya sebuah jiwa yang terombang-ambing di antara kehidupan dan kematian.

Entah kapan aku akan terbiasa dengan kondisi diriku ini. Aku tidak tahu mana yang lebih parah, hidupku sebelumnya ataukah yang sekarang. Semua terasa absurd semenjak aku tidak bisa menjangkau dunia.

Perjalanan panjang yang kulalui bersama jiwa Leo membuatku menemukan kedewasaan hidup. Dan kerinduan mendalam yang kurasakan pada Raka membuatku ingin segera bangun dari tidur panjangku. Hingga perlahan, tanpa kusadari aku mencintai keduanya.

304 pages, Paperback

First published October 1, 2013

23 people are currently reading
254 people want to read

About the author

Rachmania Arunita

3 books62 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
70 (29%)
4 stars
47 (19%)
3 stars
82 (34%)
2 stars
30 (12%)
1 star
11 (4%)
Displaying 1 - 30 of 48 reviews
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
February 24, 2014
Rasanya, tidak cukup kalau hanya meresensi buku ini dari ceritanya saja. Jadi, bakal ada banyak hal yang mau saya tulis di sini.

Ini buku Rachmania Arunita pertama yang saya baca. Saya cuma melihat Eiffel... I'm in Love lewat poster filmnya dan Lost in Love cuma nonton bagian awalnya yang pas masuk toko. Itu juga kalau nggak salah. Memang salah saya yang bukan penggemar kegiungan cerita cinta.

Maka, saya pun belum punya ide bagaimana isi buku ini. Salah satu (dua, sebetulnya) yang jadi petunjuk adalah judul (termasuk desain sampul) dan promosi di sosmed.

Mari kita lihat judulnya dulu. Koma. Menurut saya ini menarik banget, catchy. Bikin orang mau beli. Lalu, huruf 'o' di Koma diganti jadi tanda baca koma (,). Sebelum saya tahu bahasa Inggrisnya koma, saya memang selalu membayangkan kalau kondisi koma itu seperti gunanya tanda koma pada kalimat, menjeda, tidak berhenti. Jadi, saya berpikir kalau koma adalah anologi yang bagus untuk kondisi macam itu. Tapi ternyata, bahasa Inggrisnya tanda baca itu pakai double m. Ya, nggak pa-palah.

(Kayaknya tadi rada intermeso) Oke, sekarang ke sampulnya. Nggak kalah kece. Kesan ke-koma-annya dapet lewat lambang infinit, karena dia tidak hidup juga tidak mati. Terus, warnanya. Memang, nothing beats brown-navy blue combination, tapi cyan dengan pink ini juga nggak kalah seru paduannya. Suka!

Sekarang, baru ceritanya.

Buat sebuah novel, ini bisa dibilang masuk ke kategori 'inspirasional', karena dari awal saja kita sudah bisa mengutip beberapa kalimat buat dijadikan status bermutu. Kayaknya beda dari karya sebelumnya dulu. Dan, meskipun pertama baca kesannya datar dan hambar (juga ending yang bikin bilang, wut?), setelah kedua kalinya meresapi saya baru sadar kalau ceritanya utuh dan sebetulnya punya suspense yang diletakkan rapi. Endingnya pun SANGAT masuk akal (maaf bagi penganut roman menstrim) dan saya jadi punya gambaran bagaimana sebetulnya orang yang sedang koma itu.

Idenya unik, eksekusinya matang, tampilan kece abis. Sayang, masih ada beberapa typo (bukan typo juga sih, betul-betul salah tulis) seperti 'Alex' yang seharusnya 'Leo' di halaman 112, lalu Jani mengusap pipinya yang berair mata (hlm. 94) padahal sebelumnya disebutkan kalau jiwa tidak bisa menangis. Lalu, menurut saya, terlalu banyak informasi. Seharusnya ada beberapa yang bisa dihapus, terutama info yang suka diulang-ulang.

Kalau lagi bosen menye-menye kegiungan, coba baca buku ini. Best when you've already had breakfast and fresh air :)
Profile Image for Betty Isnawati.
5 reviews1 follower
November 20, 2017
buku yang mengajarkan banyak hal untuk menghargai diri sendiri, untuk lebih bersyukur, untuk lebih mencintai dengan hati. Overall aku suka apa pesan dari buku ini. Pesan yang bermanfaat untuk kehidupan.

Tapi dilihat dari alur cerita, hmmm, so so lah. Sebenernya endingnya bisa ditebak seperti apa saat kamu mulai membaca sampai pertengahan. Mungkin saya yang berekspektasi lebih. Hanya saja endingnya sangat sangat menggantung. Apakah mungkin akan ada sekuel nya? idk.
Profile Image for Adelia Ayu.
147 reviews1 follower
May 31, 2014
Mbak Rachmania pernah mengalami koma beneran ya..........? *digetok*

Ya semua cewek pasti ingin dilihat cantik. Itu sudah pasti. Tapi, kan, tidak semua perempuan itu cukup cantik.

Sebelum mereview, sempet ngelirik di right slide tadi, kok ini buku tag nya cuma novel sama romance. Hm, sebenernya lebih pantas kalau dikatakan novel inspirasi atau motivasi lebih bagus daripada romance. Bagaimana tidak, novel ini penuuuuuuuuuuuuh dengan nasihat-nasihat secara tidak langsung dari Leo yang membuat kita mati bungkam seribu bahasa dengan membatin, "Eh, iya yaaaaaaaaaa."

Sebuah kepahitan berlalu saat kamu memutuskan untuk tidak bersedih karenanya.

Tema yang diangkat Mbak Rachmania sangat keren ya. Sangat sangat keren. Dengan ini, jadi mikir, "Oh, gini ya koma itu?" Ups, tapi aku ngga pengen ngrasain! T_T

Menjadi bahagia itu tidak perlu menunggu kondisi dan alasan. Just be happy

Alur yang dibikin juga bikin pembaca nyaman banget. Ngalir begitu aja. Sampai ngga kerasa sudah baca di akhir halaman.

setiap orang akan dipertemukan dengan orang-orang yang ia butuhkan dalam hidupnya. Baik itu orang yang akan menyayanginya, mengkhianatinya, menyakitinya, mengembangkannya, membencinya, atau mencintainya.

Mengenai karakter, aku suka banget sama karakter Leo. Sangat kuat dibangunnya. Cowok dewasa yang sangat mempercayai kehidupan beserta hukum alamnya ini tidak ada yang kebetulan, semua mempunyai tujuan. Tapi, tidak semua hal kita tau apa tujuan itu, kita cukup menjalani saja. Selama Jani koma, hiburannya ya cuma Leo! Yang membuka mata agar belajar ikhlas akan kehidupan juga cuma Leo! Kurang apa coba, si Leo itu?!?!

Apa hubungannya cinta dengan lamanya kita berkenalan?

Tapi, sayang banget, endingnya bikin kepo! Bikin greget! Ih, dasar Mbak Rachmania!:3
Profile Image for Febrina Erwanto.
Author 1 book6 followers
September 18, 2014
Rachmania Arunita tampaknya melakukan lompatan jauh dengan menulis buku ini. Dari Eiffel, I'm in Love dan Lost in Love yang gaya tulisannya sangat nge-pop dan ringan, tiba-tiba ada buku ini yang cenderung kelam dengan dialog-dialog panjang.
Chapter-chapter pertama bahkan terasa membosankan dengan semua nasihat-nasihat bijak yang seringkali berulang. Untuk yang menyukai buku-buku motivasi diri dan pembelajaran hidup mungkin akan menarik.
Perkembangan karakternya cukup menarik, meski sebenarnya kalau Jani memang semeledak-ledak dan seemosian itu, ia akan membantah semua nasihat Leo kalau menurut saya.
Sayangnya, perkembangan ceritanya terasa datar tanpa ada konflik yang berarti dan endingnya juga cukup mengecewakan, maksudnya jadi open ending tapi rasanya malah menyia-nyiakan perkembangan ceritanya.
Profile Image for mollusskka.
250 reviews160 followers
December 15, 2018
Rachmania lagi mencoba menulis sesuatu yang dalam/filosofis tapi kurang menarik. Jadinya membosankan. Tapi adegan waktu adiknya nangis di rumah sakit itu lumayan menyentuh.
Profile Image for Yusnaeni Yusuf.
16 reviews1 follower
May 25, 2018
I deeply hate sad ending. biarkan kali ini sy spoiler. ngebaca seru-serunya udah keikut perasaan pulak. tiba di halaman terakhir dan sy dsuguhkan sad ending. biarkan sy kali ini jd pembaca yg egois.....hidup sudah nyesek tetiba baca yg nyesek jg. Rinsek hati awak baca ini.
Profile Image for Lisa Isabella.
Author 7 books14 followers
February 20, 2019
Sebuah cerita yang menawan tentang cinta, kondisi yang tidak mati, juga tidak hidup. Rachmania Arunita mempunyai talenta bercerita yang sangat nyata.

Rating Book: ★★★★★ ( (5/5)
Profile Image for Andini.
24 reviews4 followers
March 28, 2019
Menarik membayangkan kehidupan saat berada pada masa koma. Hanya saja ending dari cerita ini agak menggantung, dan membuat saya kebingungan dengan akhir dari cerita ini.
Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
March 13, 2014
Di saat terbangun, Jani hanya tahu kalau Leo sudah menunggu di samping tempat tidur. Apa yang terjadi? Semuanya berangsur jelas. Perlahan-lahan ia sadar kalau ia dapat melihat tubuh yang tergolek itu dari kejauhan. Itu dirinya. Jiwa Jani terlepas di hari kedua saat raganya mengalami kecelakaan mobil. Ia bingung setengah mati. Bagaimana ia dapat kembali? Ia tak ingin mati. Leo, pria itu, pria asing yang tak pernah temui sebelumnya bisa jadi seorang malaikat, tapi mengapa ia tak berkata apa-apa tentang kematian. Leo justru mengajarinya tentang banyak hal; penyesalan, syukur, juga cinta. Tapi, satu hal yang selalu berkebit di hati Jani saat dekat dengan Leo, apa yang membuatnya begitu nyaman di samping laki-laki itu? Lantas bagaimana dengan Raka, pacarnya yang selalu ia rindukan? Jani telah membuat semuanya salah paham.


"Koma" terlihat manis dari sampul luarnya. Biru dan merah muda, membalut menjadi satu tapi satu yang janggal. Keduanya nampak trasnparan, rapuh, juga mengambil tema warna-warna yang cenderung nyaris menyatu dengan latar. Elemen-elemen itu mungkin adalah definisi yang tepat bagi Jani, Leo, Toni, serta jiwa-jiwa lain yang berseliweran di koridor rumah sakit.

Berbeda dari " Eiffel I'm in Love" dan "Lost In Love", Rachamnia Arunita nampak ingin beranjak dewasa dengan tema yang diangkatnya dalam "Koma". "Koma" tak berbicara tentang cinta ala remaja yang banyak adegan manis. "Koma" berjalan dengan alur maju. Tertatih-tatih bersama narasi seorang Jani yang dilanda dilema.

Kalau sekilas dilihat, Jani, memang terlihat dewasa, namun, kalau dibaca dari dialog-dialog yang berusaha dibangun oleh Rachmania, ada kemiripan antara Jani dengan Tita dalam "Lost In Love" juga "Eiffel I'm in Love". Jani digambarkan dengan karakter yang mudah cemas, manja, kendati umurnya sudah 20 tahun, tapi masih saja ingin didengarkan, tanpa mendengarkan nasihat orang lain. Sedangkan kehadiran Leo, ada kesan yang sama saat membacanya dan membandingkan karakter Alex di "Lost In Love", Leo adalah sosok yang baik hati dan pengertian. Tapi, satu yang sedikit mengganggu pada diri Leo. Leo digambarkan terlalu menggurui, ia tahu tentang banyak hal, tapi banyak menjawab pertanyaan Jani dengan ungkapan-ungkapan yang terlalu filosofis. Sedangkan Jani, yang manja, rasanya agak sedikit jomplang untuk merasa kagum dengan mudah pada seorang Leo. Kalau boleh bilang, mungkn harusnya atau harafiahnya, Jani merasa kesal pada Leo yang sok tahu.

Konfliknya cukup menarik. Dari depan, semuanya diceritakan bias, lalu perlahan-lahan menjadi jelas. Tapi kebosanan mungkin ada sedikit menggelitik di adegan tengah, terutama dengan latar yang hanya bergatung pada sebuah rumah sakit tanpa identitas. Keseluruhan cerita, "Koma" agak sedikit mengarah pada basis cerita "teenlit" yang tidak membutuhkan informasi-informasi mendetail, hanya saja "Koma" seperti terimpit di tengah. Di antara tema dan dialog yang berat khas seorang dewasa tapi latar yang sederhana dan kurang bervarian.

Kalau sekilas ditilik, ide dari "Koma" terlihat klise, terlebih sudah banyak juga film-film yang angkat tema serupa (kehidupan alam arwah), namun hal menarik di sini ada pada relasi antara Jani dan Leo. Ada sedikit rasa penasaran di awal cerita, apakah keduanya akan bersatu? Atau malah Jani akan kembali pada Raka? Tapi di akhir ... ups, tentu ini sangat mengejutkan. Rachmania berhasil menutup cerita dengan sangat baik dan ambigu, yang jelas sangat berbeda dengan penutup cerita-cerita khas remaja yang pernah ia tulis sebelumnya.

Dari lima, tiga setengah gue tujukan untuk "Koma". Untuk sampul depan yang inspiratif dan sesuai dengan citra kedua karakter serta idenya. Juga dengan ide menjalin cinta tanpa melibatkan raga. Unik. Cerkas. Dan ringan untuk disimak :)
Profile Image for Pradnya Paramitha.
Author 19 books459 followers
March 20, 2014
KOMA

Sebuah kondisi yang tidak mati, juga tidak hidup. Bagaimana bisa?
Rumah Sakit, sebuah ruang ambigu, di mana kebahagiaan dan kesedihan bertemu dan melebur menjadi satu, juga menjadi sebuah ruang belajar bagi sosok Jani.


Aku merasakan betapa liarnya imajinasi penulis ini. Bukan liar dalam artian jorok, nggak senonoh, atau semacamnya. Tapi liar dalam artian melampauiakal akal sehat, yang anehnya kok rasanya logis-logis aja. Aku mengikuti perjalanan Jani belajar kepada Leo, memaknai berbagai rasa: sakit, takut, marah, dan cinta. Sebuah pemikiran tentang kehidupan yang barangkali bisa kumasukkan dalam rak filsafat (bisakah?), dengan kemasan cerita cinta antara dua arwah.


Aku sukaaaaa banget sama tokoh Jani, dan membayangkannya sebagai seorang gadis mungil manis yang menyenangkan, sekaligus menyebalkan. Tapi justru itu yang membentuk karakternya. walaupun aku agak bingung sih kenapa Jani merasa hidupnya begitu buruk sampai berkali-kali pengin bunuh diri. karena kurasa hidupnya baik-baik saja. tapi karakternya mengalami perkembangan yang pas sepanjang jalan cerita, walau anti-klimaks di akhir, yang membuatku kayak ditampar bolak-balik. Leo, ya ampun, aku cinta dia! Dia terlalu sempurna. Cerdas, dewasa, lembut, tegas, dan misterius. Tapi kadang aku merasa, sebagaimana yang dibilang oleh Jani sendiri, Jani selalu terlihat bego saat bersama Leo. Tapi kan nggak selamanya orang bego, ataupun pintar. Begitulah. Kurangnyaaa...apa ya? mungkin dialog Leo yang panjang-panjang itu kadang sedikit membosankan. Dialog panjang-panjang, isinya nasihat lagi. Kan bosan. Ya, walaupun nasihatnya bukan buat kita, tapi buat si Jani. mungkin ada cara menasihati dengan asik? Entahlah, aku tak tahu juga. Raka, kok dia labil? Aneh. Dan agak ambigu. Tapi manis, jadi yaudah dimaafin.

Sebenarnya aku kasih 4 bintang, tapi aku benci endingnya. Bukan! Bukan karena endingnya buruk atau nggak logis. endingnya sangat logis dan ya memang seharusnya begitu. Ending novel ini mengingatkanku, bahwa jalan cerita dalam novel hanyalah satu titik, atau satu babak kehidupan. Masih ada babak-babak kehidupan setelah halaman terakhir novel selesai dibaca. Dengan demikian, tidak semua masalah selesai seperti yang terjadi dalam novel. Jikalau masalah-masalah itu selesai, masih ada masalah-masalah lain yang akan atau telah datang. Novel ini mengajarkan para pembaca (khususnya aku) yang seringkali terjebak dalam ilusi tentang ending happily ever after , untuk kembali menjejakkan diri dalam realitas--atau yang sering kita sebut realitas ini. Menyebalkan, ya. Tapi yang benar memang seringkali menyebalkan. Haha.

Tapi aku benci. Aku sedih. Aku marah. Aku nggak tahu mau apa lagi, karena untuk kali ini, aku sedikit berharap ada ending yang nggak logis dan penuh keajaiban. Atau kebetulan. Apapunlah. Saking sedihnya, aku kurangin satu bintang ya. Biarin deh. Bukan salah penulis. Bukan salah Jani. Apalagi salahku. Nggak tau salah siapa.
Profile Image for Krisandryka.
42 reviews5 followers
October 18, 2014
Sebuah kepahitan berlalu saat kamu memutuskan untuk tidak bersedih karenanya. -Leo


Koma. Awalnya saya pikir judul itu hanya sebuah kiasan. Mungkin novel ini menceritakan fase stagnan di tengah-tengah hidup seseorang, sama seperti tanda baca koma yang ditempatkan di tengah-tengah kalimat. Namun, ternyata novel ini benar-benar menceritakan seseorang yang sedang koma. Lebih tepatnya, out-of-body experience Jani, wanita 20 tahun yang mengalami koma akibat kecelakaan mobil. Dua hari setelah jatuh koma, jiwa Jani terpisah dari raganya. Di tengah kebingungan itu, Jani bertemu Leo, jiwa lain di rumah sakit itu yang raganya juga sedang dalam keadaan koma. Usia Leo hanya terpaut beberapa tahun lebih tua darinya, dan bagi Jani, Leo is one attractive guy - or one attractive spirit, to be more exact.
Bersama Leo, Jani yang selama ini egois dan gemar menyalahkan orang lain atas hal-hal buruk yang menimpanya, belajar melihat segala sesuatu dari sisi yang lain. Walaupun tubuhnya hanya terbaring lemas dan jiwanya tidak dapat bepergian jauh dari tubuhnya, Jani belajar banyak hal, dan baru mengetahui banyak hal, seperti rahasia yang disimpan ayah dan ibunya, juga perasaannya yang sebenarnya terhadap Raka, pacarnya, dan hubungan mereka yang sudah berjalan lima tahun tapi timpang dan jauh dari kata ideal.
Dan perlahan tapi pasti, perasaan terhadap Leo mulai muncul dalam jiwa Jani…

Finished this in one sitting. Novel ini adalah karya kedua Rachmania Arunita yang saya baca setelah the famous Eiffel, I’m In Love. Dibandingkan dengan Eiffel, novel ini jauh lebih dewasa, lebih ‘berat’, baik dalam segi bahasa maupun jalan cerita. Jalan ceritanya berhasil membuat pembaca terus membalik halaman untuk mengetahui bagaimana akhir kisah cinta Jani dan Leo yang tidak biasa.

Agak disayangkan ending-nya tidak seperti yang kebanyakan pembaca akan harapkan setelah mengikuti alur cerita. Ending cerita ini tidak sepenuhnya good ending atau bad ending, tapi masih menyisakan ruang bagi pembaca untuk bertanya-tanya.
Kekurangan lainnya adalah novel ini terlalu serius, dan tidak ada ruang di tengah-tengah cerita bagi pembaca untuk ‘beristirahat’ dari konflik-konflik yang semakin kompleks. Menurut saya, buku ini juga terlalu banyak memuat nasihat-nasihat bijak yang terlalu gamblang, membuat Koma menjadi semacam buku self-improvement dan bukannya novel fiksi. Secara pribadi saya bisa menikmati buku ini dari awal hingga akhir, namun tidak semua pembaca akan sependapat dengan saya.

Terlepas dari segala kekurangannya, kreativitas Rachmania Arunita merajut cerita cinta dan hidup Jani di saat gadis itu terbaring koma, termasuk penjabaran yang mendetail mengenai bagaimana hukum-hukum alam berlaku bagi sesosok jiwa tanpa raga patut diacungi jempol.

*as posted in my tumblr, http://krisandrykas.tumblr.com
Profile Image for Hana Feberia.
88 reviews3 followers
March 6, 2014
"Semua terjadi untuk alasan yang tepat. Terkadang, kita tidak perlu tahu apa alasannya. kita hanya perlu percaya" -Leo, from pg.265-

well, here it comes Rachmania Arunita! best seller author yang tulisan nya bikin gw jatuh cinta. setelah sekian lama ga nulis akhirnya mbak Nia nulis novel 'koma' ini. it's an accidentally sebenernya nemuin buku ini, kaget juga ternyata Nia yang nulis dan langsung aja gw beli.

gw kira novel ini akan sama dengan novel Nia lainnya yang punya ciri khas cerita yang 'manis' dan lucu gitu lah. ternyata gue salaah. novel ini beda 180° dengan novel ka Nia yang sebelum sebelumnya.

buku ini singkatnya bercerita tentang Jani yang jatuh koma dan terperangkap di dunia 'jiwa' dalam dunia itu dia belajar tentang banyak hal yang tidak dia sadari selama dia hidup. Jani bertemu dengan jiwa-jiwa lain yang berada di Rumah Sakit dan ia jatuh cinta pada Leo, seorang jiwa yang sudah koma di RS tersebut selama 2 tahun.

kalo dibilang utopis mungkin ya mungkin tidak. who knows apa yang dialami seseorang ketika dia koma? gw pribadi dari dulu penasaran bgt ketika seseorang koma, apa yang terjadi sama jiwa nya. mungkin saja yang diceritakan dalam buku ini adalah salah satu jawabannya.

Novel ini sangat mengajarkan gw banyak hal, banyak quotes2 yang cukup menampar gw dan kasih jawaban akan apa yang selama ini gw takutkan dan gw pikirkan tanpa bersifat menggurui.

Tapi lumayan banyak juga kekurangan yang gw temui dalam novel ini, kekurangan yang fatal dalam sebuah novel (kalo menurut gue ya) diantaranya:
1. banyak kalimat yang mubazir.
intinya ada dan tidak nya beberapa kalimat dan chapter dalam buku ini tidak diperlukan kalaupun di hapus tidak merubah inti cerita
2. alur nya lambat.
ini parah banget, udah banyak kalimat mubazir, alur nya lambat pula dan pada akhirnya bikin bosen. padahal cerita nya menarik menurut gw tapi karena kesalahan2 tersebut jadi bikin gw males baca.
3. banyak kata2 yang diulang-ulang.
gw sadar bgt loh beberapa kata2 yang diucapkan Leo udah beberapa kali dia katakan di halaman sebelumnya. ini lumayan mengganggu pas baca. dan dari semua kekurangan tersebut menyebabkan...
banyak yang gw skip dan hanya percakapan nya aja yang gw baca. tapi tetep gw ngerti isi cerita dan makna dari buku ini.

jadi gw masih bingung nih, apakah Rachmania sengaja bermaksud untuk merubah cara menulis nya dan berusaha terlepas dari bayang2 Adit dan Tita (from eiffel I'm in love and Lost in Love) jadi dia bikin novel yang beda dari Nia yang biasanya?

kalo memang iya, I have to admit, I love the old you :(
gw kangen cara menulis Rachmania Arunita yang dulu.
Profile Image for Jessica Aprillia.
3 reviews
May 14, 2014
Yang paling mempengaruhi saya membeli buku ini adalah nama penulisnya yang fenomenal. Selain itu, sampulnya yang juga eye catching.

Ini adalah sebuah kisah yang tentunya diinginkan penulis dapat menginspirasi, membuka mata para remaja, dan memberi pandangan baru melalui karakter, konflik, percakapan dalam novel ini. Plotnya memang terasa lamban dan membosankan, tapi rapi.

Rachmania dapat menggambarkan konflik pada halaman-halaman awal buku, tapi sayangnya percakapan antara Jani dan Leo yang memenuhi halaman-halaman buku ini terasa membosankan. Maksudnya, cara penyampaiannya selalu dipicu dan diakhiri dengan hal yang sama. Namun, saya tak bisa memungkiri bahwa percakapan mereka sebetulnya memang inspiratif. Lewat percakapan-percakapan inspiratif itu saya menemukan jati diri Rachmania sebagai penulis ataupun sebagai pribadi (?) telah berkembang dibandingkan ketika menulis dua buku sebelumnya sehingga ia ingin mengabadikan kedewasaannya melalui novel ini.

Ending novel ini memang sempat membuat saya—sebagai pembaca—kecewa. Namun, kalau dilihat dari sisi penulis, seharusnya saya bisa menebak ending-nya. Dilihat dari karakter laki-laki yang telah muncul dari Lost in Love bernama Alex, eman baik Adit. Tokoh ini sebenarnya hanya pemancing untuk penyatu cinta Tita dan Adit di novel Lost in Love itu. Jadi, ending novel ini pun sama. Tokoh Leo di novel Koma ini juga hanya sampingan. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Rachmania, saya tak mempermasalahkan hal ini. Sebab, setiap penulis pasti memiliki kesamaan pola entah karakter, plot, point of view (pasti), atau plot di setiap novelnya. Itu yang selalu saya sebut dengan muse atau karakter yang dimiliki penulis.

Meski ada kekurangan—tulisan mana yang bisa sempurna—saya rasa Rachmania dapat menyampaikan pesannya dengan baik. Dan, itulah sebuah prestasi untuk Rachmania yang berhasil membius pembaca dengan point of view-nya yang logis, menarik, dan inspiratif.

Untuk saya, novel ini bukan penantian yang sia-sia. Jarak waktu untuk melahirkan novel ketiga adalah waktu yang cukup panjang, tapi tidak sia-sia untuk menunggu kelahirannya. Good job!
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
September 11, 2016
Bagaimana rasanya jika jiwa terpisah dengan raga? Itulah yang dialami oleh Jani. Setelah sebuah kecelakaan yang membuatnya koma, raga Jani terbaring di rumah sakit, sementara jiwanya bebas bergerak di sekitar rumah sakit itu. Jani tidak mengerti apa yang terjadi. Yang dia tahu dalam hatinya ada kekecewaan, kesedihan, rasa lelah dan tersesat.


Saat itulah dia bertemu dengan Leo, sosok jiwa lainnya yang tubuhnya telah terbaring koma selama dua tahun. Leo mengajaknya berkeliling dan berkenalan dengan jiwa lainnya. Yang lebih penting Leo memberikan pemahaman kepadanya bagaimana jiwanya menanggapi apa yang dialaminya saat ini. Ternyata jiwa bisa menembus dinding, tapi jiwa bukanlah hantu. Jika ingin, jiwa bisa menyentuh sebuah benda. Jiwa bisa memancarkan perasaan dan mempengaruhi perasaan orang lain (yang hidup) yang ada di dekatnya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat jiwa, tapi banyak yang bisa merasakannya.

Hidup Jani selama jiwa dan raganya bersatu tidaklah sempurna. Berkali-kali dia ingin bunuh diri. Jani juga tidak akur dengan orang tua dan adiknya. Singkatnya hidupnya penuh kekecewaan. Tapi selama koma, Jani mengetahui lebih banyak lagi. Mamanya yang setia menemani dan mencintainya, Papanya yang ternyata pernah berselingkuh tapi kemudian menyesali perbuatannya, dan adiknya Nina yang kelihatannya membencinya tapi ikhlas ketika dia mungkin tidak akan melanjutkan sekolah karena biaya pengobatan kakaknya.

Membaca buku ini seperti membaca buku refleksi kehidupan. Tadinya saya berpikir buku ini mengandung unsur romance yang seperti umumnya, melihat covernya yang didominasi warna pink dan biru pastel. Ternyata tidak. Pelajaran mengenai kehidupan dan mengharagi hidup lebih dominan. Tapi yang berharap ada romance-nya tidak perlu kecewa karena jiwa juga mengalami rasa cinta. Lantas, apakah Jani bisa tersadar dari koma-nya? Silahkan membaca buku ini untuk mendapatkan jawabannya.
Profile Image for fara.
280 reviews42 followers
January 23, 2023
Terlalu banyak dialog-dialog bijak yang membanjiri, bahkan sampai membludak. Saya tahu, dengan menggandeng tema Koma—di mana seseorang berada di batas antara kehidupan dan kematian, fase perenungan, periode stagnan, kondisi yang serba jalan di tempat—memang akan membawa jalan cerita pada pusaran adegan yang itu-itu saja. Jiwa berpisah dari tubuh, bertemu arwah-arwah lain, berbincang soal kehidupan, lalu memetik pelajaran dari obrolan mereka. Namun, tokoh Leo yang mendominasi dan tokoh Jani yang cenderung mengiyakan segalanya justru membuat percakapan mereka kurang alami, kering, membosankan, dan naif. Terlalu banyak jawaban-jawaban filosofis yang terkesan menggurui dari pertanyaan-pertanyaan Jani. Selebihnya tokoh-tokoh lain seperti Raka dan Nelly juga jadi semacam 'tokoh tempelan' saja dengan kilas balik yang seakan sengaja dibuat untuk 'menyentuh' nurani pembaca.

Saya cukup menikmati bagaimana deskripsi di rumah sakit; soal bangsal-bangsal, juga soal pasien-pasiennya. Di sisi lain, lagi-lagi harus dijatuhkan oleh percakapan yang mendestruksi jalannya cerita. Bagi orang yang suka membaca buku motivasi, kalimat-kalimat di dalam novel ini barangkali akan bisa sangat berarti, tapi bagi yang tidak menyukainya justru akan menganggapnya sebagai nasihat-nasihat sekali lewat. Menyenangkan rasanya bisa turut membayangkan bagaimana rasanya menjadi seseorang yang koma, kebingungan, kebimbangan, ketakutan, dan keragu-raguan soal hidup campur aduk menjadi satu. Untuk sampulnya yang cantik, juga isi cerita yang (lumayan) menarik, saya akhirnya memutuskan untuk memberi bintang tiga. Untuk ending, sebenarnya meski itu adalah hak asasi penulis (yang jelas nggak bisa diganggu gugat) tapi menyerahkan pada imajinasi pembaca dengan menggantungkannya justru membuatnya terkesan 'lepas tangan'. Kurang memuaskan, tapi cukup menghibur untuk mengisi waktu luang.
Profile Image for Nabila Anwar.
Author 13 books13 followers
September 10, 2014
Ini drama yang unik karena tokoh utamanya bukan manusia sempurna. Dia separuh manusia.
Sebuah kecelakaan mobil membuat Jani harus dirawat di rumah sakit dalam keadaan koma. Jiwanya yang terpisah dari raga, bertemu dengan Leo, jiwa lain yang juga koma selama dua tahun. Dari Leo, Jani belajar banyak hal. Tentang memahami dimensi kehidupannya yang baru, cara jiwa saling berkomunikasi, kemarahannya pada keluarga, tentang hidup dan kematian, cinta dan harapan. Jani juga berkenalan dengan jiwa-jiwa lain yang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit. Dengan Alex yang dianggap gila karena kemampuan melihat dan bicara dengan jiwa setelah mengalami koma selama 2 hari. Dengan Nelly, si kecil penderita leukemia yang sudah satu tahun sekarat.

Dalam kondisi koma juga, Jani mendengar hal-hal yang diucapkan orang-orang di sekitarnya. Catat : yang masih hidup.

Ceritanya berjalan mulus. Jani ada di kondisi bingung akut, bertemu Leo yang menjadi guide tournya, dia mulai beradaptasi dengan kondisinya bahkan menyemangati jiwa-jiwa lain. Sampai Jani menemukan kebenaran-kebenaran yang tak pernah dia tahu. Tentang rumah tangga orang tuanya, perasaan Nina si adik rese dan Raka, pacarnya.
Di tengah, saya mulai pening dengan monolog Leo. Pening bin boring. Ini nggak bisa dibendung sampai tiap adegan Leo berorasi, langsung saya skip. –sori, Le-

Beberapa typo ada, sih. Tapi tidak begitu mengganggu. Seperti di satu dialog ditulis ‘Alex’ saat seharusnya yang ngomong ‘Leo’. Atau POV Jani berubah, jadi first person menjadi orang ketiga.

Overall.. ini novel pertama Rahmania Arunita yang saya baca. Dan saya belum kapok baca karyanya.
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
January 23, 2014
"Aku seperti mengenal sosok orang yang terbaring itu. Ia menggunakan alat bantu pernapasan. Sebuah selang putih transparan terjulur ke dalam mulutnya dan wajahnya penuh dengan luka. Bahkan separuh wajahnya masih bengkak dan lebam. Saat aku berada dua meter dari tempat tidur itu, langkahku terhenti. Mataku membelalak. Aku mengenali orang itu!
Itu adalah aku.
"

Saat pertama kali membuka matanya, Jani mendapati seorang laki-laki bernama Leo duduk di sebelah tempat tidurnya. Laki-laki itu menjelaskan bahwa saat ini Jani sedang berada di rumah sakit. Ingatan Jani kemudian perlahan kembali; saat ia menabrakkan mobil ke sebuah tembok beton yang besar. Lewat Leo pula Jani tahu bahwa dirinya sudah berada di rumah sakit selama dua hari; dan orang perta yang ia cari adalah Ibu-nya. Akan tetapi saat Jani bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu kamar, ia mendapati dirinya melihat sesuatu yang hampir mustahil. Tangannya menembus gagang pintu tersebut...

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2014/0...
Profile Image for Febri Candra.
28 reviews
August 9, 2014
Koma. Kecelakaan yang berakibat koma sampai jiwa keluar dalam tubuh membuat hidupnya berubah. Jani perempuan dengan sikap yang merasa selalu diatur oleh ibunya kali ini menyadari apa sebenarnya yang terjadi. Anjani atau Jani bangkit dari tubuhnya dengan keadaan bingung di mana ia merasa ringan dan dapat melihat tubuhnya sendiri membuatnya terkejut. Leo si jiwa yang lama terlepas dari tubuh membantu Jani dengan keadaannya sekarang. Sampai di mana Jani mengerti akan apa yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Lama tak bersatu dengan tubuhnya membuat Jani semakin dekat dengan Leo, di tambah dengan kemampuan para jiwa yang dapat mendengar dengan jelas apa yang dipikirkan dan dirasakan jiwa yang lainnya. Leo dengan mencoba mengumpulkan keberanian untuk memberi tahu apa sebenarnya yang ia rasa terhadap Jani ternyata mendapatkan respon yang positif. Bahagia itu yang mereka rasakan bersama sekarang, tapi makin hari jiwa Jani makin melemah dan saat kembali pada tubuh Jani tiba. Jani telah sadar dari koma nya. Saat terbangun, di depan mata Raka hadir. Raka yang selama ini Jani tunggu di saat koma hadir setelah sadar. But Love just for Leo.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Ninartika.
16 reviews5 followers
February 3, 2014
Saya tertarik membeli buku ini karena ramai dibicarakan di twitter serta judulnya yang menarik, koma. Sesuai dengan kata penulis di bagian pengantar, buku ini merupakan simbol dari fase hidup yang stagnan dan penuh renungan.
Kisah mengenai Jani, seorang gadis yang mengalami kecelakaan dan membuat ia terjebak dalam situasi yang membingungkan. Dia tidak mengerti bagaimana bisa ia menembus gagang pintu serta melihat tubuhnya sendiri yang terbaring dalam keadaan yang mengenaskan. Saat itu dia bertemu dengan laki-laki lain yang ternyata dalam keadaan yang sama dengannya, Leo. Dari Leo ia tahu, bahwa ia sudah koma selama dua hari karena kecelakaan yang dialaminya bersama sang kekasih.
Selama menjadi jiwa yang lepas itulah, Jani banyak belajar. Apalagi dengan kehadiran jiwa Leo, Jani melihat segala sesuatu di sekelilingnya tidak hanya melalui mata, namun juga hatinya. Tentang semua yang terjadi serta orang-orang yang kita temui, semua memiliki alasan.

Review lengkapnya di:
http://tulisancerewet.blogspot.com/20...
Profile Image for Stevinia Epin.
52 reviews
October 21, 2014
buku ini baguuuussssss d(^^)b
rasanya bintang 5 pun ndak cukup..

saya berpikir apa yang penulisnya pikirkan ya saat menulis buku ini.
tulisan patut direfleksikan.
saya tipe orang yang akan menstabilo kata-kata yang ada di buku yang menarik dan menyentuh buat saya, tapi tidak bisa saya lakukan di buku ini, karena nanti semuanya akan menjadi bewarna.
setiap kata yang tertulis penuh dengan makna.

ini buku keren dan saya merekomendasikannya!!

jalan cerita yang tak terduga (ditengah cerita saya coba melirik endingnya seperti apa dan menerka jalan ceritanya akan tetapi berbeda sekali dengan apa yang saya pikirkan).

saya memang lama membaca buku ini karena saya ingin membacanya disaat tenang sambil meresapi setiap kata yang tertulis. setiap kata yang dituturkan oleh Leo.

menurut saya ini buku seperti buku filsafat mengenai hidup dan kehidupan itu sendiri, bagaimana manusia menjalani hidupnya.

melihat kehidupan dari kacamata berbeda.

"tidak ada sesuatu yang kebetulan di dunia ini."
76 reviews
December 27, 2014
Saya membaca novel ini sudah agak lama sih, cuman baru ingat belum sempat nulis review-nya di sini. So, here's my review...

Well, awalnya saya membaca novel ini karena seorang teman saya mengatakan bahwa novel ini bagus banget dan ending-nya unpredictable. Terlebih dia dengan baik hati menawarkan novel tersebut untuk saya bawa pulang alias saya pinjam sementara. Saya pun mulai membaca dengan rasa penasaran yang sudah tinggi. Dan benar saja, novel ini memang bagus banget. Menceritakan Jani, yang dalam keadaan koma (jadi ini latarnya di rumah sakit). Ia lalu bertemu dengan Leo, juga beberapa orang yang sedang koma, dan dari sejak itu Jani ini mulai belajar banyak, tentang kehidupan, dan tentang banyak lagi. Makanya nggak heran banyak banget kalimat-kalimat yang bikin kita tersadar dan kemudian berpikir. Ceritanya sendiri juga bagus. Ditambah lagi, ending-nya yang walaupun masuk akal, emang nggak ketebak, bikin saya bertanya-tanya sekaligus kesal sendiri.

Tapi buat saya, novel ini tetap keren dan layak mendapatkan bintang 4/5.
Profile Image for Hesti Mujiastuti.
49 reviews5 followers
February 18, 2014
Endingnya kampret!!! Aaakkkkkk aku benci ending yg gantung begini ><
Oke maaf.
Dari awal sampai pertengahan, aku sudah menyiapkan 2 bintang untuk buku ini. Cukup 2. Kenapa? Karna aku pusing dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut Leo -_- setiap ucapannya itu sulit dicerna oleh otakku yang tidak seberapa ini -_- tapiiiii setiap aku tutup buku ini, setiap perkataannya Leo pasti terngiang-ngiang di otakku dan membuat aku berpikir dan kepikiran. Gara2 itu, aku jadi selalu gak sabar buat ketemu Leo lagi setiap malamnya.
Dan aku bener2 ngerasain nyeseknya Leo di epilog. Oke. Ini gak adil bgt buat Leo. Sumpah. Errrrr rasanya aku pengen teriak dikuping Jani 'WOY INGET WOY!! INGET!!!!!!'
Errrrr semoga dibikin sekuelnya. Aku penasaran setengah mati sama nasib Leo selanjutnya><
And finally, 4⭐️ karna hampir semua kata2nya Leo masuk akal dan membuatku berpikir kalau hidup itu ya begini :)
Ditunggu bgt sekuelnya!
Profile Image for Fir Isnaeni.
44 reviews20 followers
October 6, 2014
Kehidupan baru Jani bisa dibilang membingungkan. Selain karena ia tak dapat merasakan tubuh dan nafsu, ia juga dapat melihat jiwa-jiwa di sekelilingnya mondar-mandir dan dapat mendengar isi pikirannya. Beruntunglah ia punya Leo, jiwa yang raganya telah 2 tahun dalam koma yang membantunya untuk menjalani kehidupan barunya sebagai jiwa.

Dikemas apik oleh pengarang dan Sutradara yang juga anak dari salah satu dosen saya, Rachmania Arunita dapat menyampaikan maksud dari tiap kalimat torehan aksara di bukunya. Bahasa yang ringan namun dalam, alur maju dengan plot sederhana dan mengena mampu membuat gue berdecak kagum dengan hasil jentikan tangannya di keyboard.

Buku ini mengajarkan kita untuk lebih memahami tentang hati, menghargai tiap helai yang kita miliki, juga menyayangi tanpa perlu imbal balas.

Sayang pada ending. Rapi dan cantik memang, hanya saja bukan itu yang gue inginkan. Hahaha

4 bintang untuk para jiwa bergentayangan dalam hidup mereka yang tak menentu.
Profile Image for Ardelia Karisa.
Author 6 books21 followers
April 23, 2014
Sebenarnya values dari keseluruhan novel ini menarik sekali, kelihatan kalau penulisnya benar-benar mendalami yang akan disampaikan. Tapi sayangnya, cara penyampainannya disini menurut saya kurang dibungkus apik. Terlalu banyak dialog yang terkesan menggurui, karena tokoh cowok yang mahatau dominan sekali di cerita ini. Jadi, nilai-nilai yang disampaikan terkesan cuma omong kosong, nggak ada poinnya, gimana ya jelasinnya. Jadi, pembaca nggak 'kena' gitu waktu bacanya. Jadi cuma kayak narasi kosong, nggak bisa bikin perenungan. Tapi ide ceritanya bagus dan sebenarnya nilai-nilai yang disampaikan bisa mengetuk hati.
Profile Image for Agustine W..
Author 1 book5 followers
July 25, 2014
Novel punya Rachmania Arunita ini ternyata betul-betul di luar pikiran saya. Saya kira pengemasannya itu serius sekali dan beraura suram, ternyata beneran sadis! Gimana tidak sadis kalau caranya penulis menggunakan dunia roh/ jiwa untuk menceritakan kisah Jani dan Leo dengan begitu manis? Ya, memang, menurut teman saya hampir mirip novel If I Stay (Gayle Forman) – yang belum sempat saya baca. Tapi jujur, saya langsung jatuh hati dengan ide cara menulisnya!

selengkapnya di http://duniaalfabetika.blogspot.com/2...
Profile Image for Ayudya Triastika.
17 reviews2 followers
September 3, 2014
Pertama beli buku ini karena pengarangnya adalah pengarang Eiffel I'm In Love. I was expecting to read that drama kind of novel and light love stories, but instead I found a very serious kind of novel. Dailog-dialognya terlalu membosankan. Sebenarnya ceritanya sarat dengan pesan pesan moral, terutama untuk menghargai hidup. Tapi cara penyampaiannya melulu seperti itu dari awal sampai akhir. Entirely boring. Perhaps it's me having a wrong expectation towards this book. But, if the author want to make a mature story, I think she needs to learn how to deliver it in a good way which the readers can enjoy reading it and getting the messages.
Profile Image for Melia.
72 reviews1 follower
December 18, 2014
Tiga bintang.
Dua untuk covernya. Satu untuk isinya. Membaca buku ini menciptakan satu tanda tanya di pikiran saya tentang bagaimana sebenarnya kehidupan antara hidup dan mati, koma. Karena imajinasi saya ketika membaca buku ini malah seperti sedang membaca buku horror dengan roh roh pucat berterbangan dan berbaju putih. Entahlah.
Tidak ada konflik yang berarti serta dialog super panjang yang berulang. Rasanya buku ini lebih pantas bergenre self help daripada romance karena hampir semua kalimat, terutama yang disampaikan Leo adalah kalimat-kalimat motivasi tentang kehidupan. Di buku ini terdapat banyak sekali kutipan-kutipan bagus yang bisa dijadikan status di sosial media. :p
Profile Image for Halida Hanun.
325 reviews13 followers
July 23, 2014
sebelumnya, belum pernah menikmati tulisannya Rachmania Arunita. kalaj filmnya sih dua-duanya ditonton. berbekal dari kesuksesan film eiffel i'm in love, saya mengira novelnya pun pasti bagus maka saya ingin merasakan sendiri tulisan mbaknya.

tapiiiii setelah saya baca, baru juga bab pertama saya sudah bosan. narasinya tidak membuat saya semangat melanjutkan ceritanya. alhasil saya skimming saja. apalagi ada cukup banyak informasi yang diulang-ulang yang membuat saya tambah jenuh saja.

belum lagi saya membaca buku ini setelah menyelesaikan If I Stay. jadi terasa banget jomplangnya.
2 reviews1 follower
February 4, 2014
Akhirnya selesai juga baca novel ini.

Baca novel ini seperti membaca book of wisdom . Rangkaian kata-katanya yang sedemikian rupa dan sarat akan makna .

Tapi sayangnya endingnya tidak seperti yang diharapkan (read: leo dan jani bisa sama sama bangun dari koma dan bersatu..hahah.. Yah that cheesy stuff) dan banyak hal dari sosok leo yang penuh misteri seperti kenapa dia koma, bagaimana dia bisa koma begitu lama, dimana keluarganya, dan sebagainya..

Overall it's a quite interesting novel. I never thougt Rachmania Arunita will give such a different taste and style from eiffel i'm in love.
Profile Image for Asya Azalea.
Author 7 books14 followers
March 4, 2014
Ini novelnya Rachmania Arunita yang lebih 'dewasa', baik dari segi penulisan maupun pemikiran. Aku suka banget novel-novel macam ini, yang pas dibaca bikin merenung, berasa kayak ditampar-tampar. Dan aku gak mau jadi kayak Jani, harus mengalami koma dulu, harus jadi jiwa yang gentayangan di rumah sakit dulu, biar tau apa yang bermakna dalam hidup.

Di tengah-tengah emang agak ngebosenin. Mungkin porsi kalimat, ehm, motivasi terlalu banyak. Ending-nya juga bikin geregetan. Tapi tetep manis lah ya. :)
Displaying 1 - 30 of 48 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.