Itu baru bahaya, bahaya banget. Nggak satu pun dari Olga atau Hesti yang boleh tahu keadaanku sama Sandi. Maksudku, Hesti membatalkan pertunangannya gara-gara Fauzan selingkuh. Lalu, aku memaki-maki selingkuhannya dan berpidatio panjang lebar soal membenci cewek seperti Cindy yang mau jadi selingkuhan. And here I am, exactly the same just like Cindy. Hesti bakal membunuhku kalau sampai tahu!
Here are my thoughts in many forms. I'd write it plainly, as a poem or as a fiction in English or in Bahasa Indonesia-my first language. Every click has its own risk, be a grown up and take it, or leave it. I currently work as a professional in PR industry, once in a week I teach creative writing class in a uni. In my spare time I enjoy all spices within my single girl life. Happiness, craziness, sadness, contentment, ambitions, decisions. Mistakes. Love.
Kekecewaan saya pada ending ‘miris’ yang disajikan Kristy dalam novelnya, L, tidak mengurangi minat saya untuk selalu menantikan karya-karyanya selanjutnya. But, rasa-rasanya, sejak L, saya belum lagi menemukan novel dengan sampul depan bertuliskan nama salah satu penyiar radio kondang di Bandung tersebut. Maka, ketika saya mengunjungi situs inibuku.com, dan menemukan novel perdana Kristy bertajuk Perempuan Lain ini, tanpa berpikir panjang, saya langsung memesannya. Lebih-lebih novel ini masuk dalam daftar promo novel yang dijual discount. Wow, saya makin gemas ingin segera mengoleksinya.
Agak terlambat, memang, bila saya baru membaca novel ini. Berhubung telah banyak yang membaca dan mereview novel ini terlebih dahulu ketimbang saya, baik di blog maupun situs komunitas pembaca. Tetapi, saya tetap semangat menulis review novel bersampul unik ini (khas Grasindo). Selain karena memang pantas untuk direview juga karena saya ingin “melegitimasi” kepiawaian Kristy sebagai salah satu ‘calon-penulis-favorit’ saya. Hehehe, sok banget deh gue…
Saya merampungkan membaca novel bersetting kota kembang, Bandung, dan sekilas kota Jakarta ini, dalam tempo tiga hari, di luar jam kantor dan diselisihi kesibukan ber-facebook-an. Dalam kondisi memungkinkan, weekend atau day off, saya bisa saja menyelesaikannya dalam sehari (atau bahkan hitungan jam).
Basically, I love it. Seperti halnya, L, novel ini benar-benar mengalir dengan lancar. Bebas dari segala macam hambatan yang ribet. Kaitan satu konflik dengan konflik lain terajut dengan rapi dan logis-logis saja. Meski, beberapa kadang masih mengundang tanya, karena terlalu terlihat serba kebetulan. What a coincidence! Tetapi dalam dunia nyata pun tak jarang kita temui sesuatu secara kebetulan, bukan? Jadi, selama tidak selalu serba kebetulan rasanya tak perlu berpayah untuk mengritik bagian yang ini secara berlebihan. Lebay deh…
Bukan tema baru. Saya bisa mengatakannya begitu karena saya terlebih dulu terpikat pada soulmate.com-nya Jessica Huawe. Keduanya sama-sama mengupas seputar perselingkuhan. Secara umum, konflik yang ditawarkan Kristy lebih kompleks ketimbang yang dipaparkan Jessica. Tetapi, tidak etis rasanya membandingkan keduanya, bukan? Ide dan jalinan kedua cerita, tentu saja, telah melalui proses kreatifitas tiada terkira dari masing-masing pengarangnya. Jadi, mari kita biarkan keduanya menjadi karya dengan kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Yeah.
Kembali ke Perempuan Lain. Saya kurang tahu, apakah dalam girl-group, selalu begitu karakteristiknya. Satu centil. Satu tomboy. Satu feminin. Satu kasar. Satu lembut. Hampir-hampir karakteristik begitu yang ditokohkan oleh para pengarang. Tak terhitung rasanya. Pun, dengan bilangan jumlahnya. Kalau tidak 3, ya 4. Sesekali 5. Apakah memang begitu? Don’t know. Jika iya, novel ini juga terjebak ke dalam skema yang sama. Tidak adakah karakter lain yang bisa disusupkan?
Soal penokohan, dari dialog dan penggambaran, sebenarnya tidak ada yang salah. Dari awal hingga akhir, tidak ada yang goyah. Meski saya sempat merasa agak kehilangan dengan sosok Hesti (salah satu girlfriend-nya Maya, si tokoh utama). Dari dialog bagiannya, di sekitar pertengahan, rasa-rasanya tokoh Hesti menjadi tidak lagi seperti penggambaran di awal, lembut dan feminin. Cuman perasaan gue aja kali ya…Sedangkan dari setting-nya, deskripsi Kristy tentang beberapa tempat sungguh-sungguh menghipnotis saya dan menggelegakkan niat saya untuk mengunjunginya. Rasanya begitu nyaman jika bisa menjelajahi Bandung. Saya pernah sekali melakukannya. Dan ingin lagi. Tapi, kapan ya, gue bisa piknik ke Bandung lagi….ngarep mode on.
Soal teknis, damn, saya sebetulnya mencoba untuk tidak mengritiknya. But, I am really sorry. Saya tidak bisa berdiam saja. Entah, kali ini kesalahan saya limpahkan kepada siapa. Harusnya, sih, kepada editornya. Beliau yang memastikan tidak terjadi kerancuan, baik dari segi tulisan maupun kesinambungan cerita, kan? Kristy (kelihatannya mencoba melucu) dengan menuliskan beberapa nama dan produk yang disamarkan. Adiel Peterband (Ariel Peterpan?) dan Nokila (Nokia?). Tapi sayang, tidak semuanya begitu. Nama Krisdayanti dan Luna Maya masih tetap tampil sebagaimana aslinya. Nah, tentang ini, ada beberapa kali ‘keseleo’ menyebut Adiel menjadi Ariel.
Halaman 40: …Pengisi acara yang harus dicari untuk mendampingi Adiel Peterband sebagai…
Halaman 142: …Aku masuk ruang meeting, menyalami Ariel dan mencoba…
Halaman 180: …Lalu, terakhir, biaya jutaan untuk membayar Peterpan rasanya…
Hahahaha. Moga gue ga dicap freak, ya, gara-gara sering protes soal tulisan en ketikan. Tapi, bagi saya kesempurnaan sebuah cerita akan berkurang jika kesalahan teknis begini masih saja ada. Kenikmatan membaca menjadi luruh beberapa derajat.
Anyway, saya punya line yang sangat saya suka. Cerdas sekali. Berikut saya cuplikkan.
Dia meneguk habis kopinya dan mengernyit. Riza tidak mau gula di dalam kopinya, tapi setiap menghabiskan kopi dia selalu mengernyit dan bergumam, “Pahit.”
Hahahaha. Gue bener-bener gak bisa gak ngakak pas baca bagian itu. Gila! Cerdas pisan, euy. Soal ceritanya sendiri, dengan gaya flashback yang cukup konsisten dan tidak bertabrakan satu dengan yang lain serta pas pada tempat dan waktu, saya pikir cukup ramuan olahan Kristy ini. Tidak membuat kenyang, pun cukup untuk mengganjal lapar. Bagi saya, gaya bahasa dan pengunaan prokemnya sudah memadai (sesuai selera saya). Endingnya pun dibuat sangat tidak terduga. Bravo!
Satu lagi yang membuat saya terkesan. Adalah tokoh Riza. Awalnya saya menebak cowok ini naksir pada Tiara, kakak Maya. Belum lagi analogi Maya yang mempertanyakan sikap Riza yang ingin mencari tambatan hati yang mirip Diva-nya Dee/Dewi Lestari (Supernova – Puteri, Ksatria, dan Bintang Jatuh), begitu mengarah ke Tiara. Tidak tahunya Riza malah kepincut pada….ah, nggak deh, lo cari ndiri jawabannya ya….hehehehe.
So, overall, novel ini sangat laik untuk dibaca dan dikoleksi. Terutama bagi yang suka novel metropop dan chicklit. Soal pesan moral yang coba disampaikan oleh Kristy, saya pikir setiap orang akan menemukan versinya masing-masing, jadi silakan membacanya sendiri untuk menemukan selipan hikmah dari rangkaian peristiwa yang diuntai oleh Kristy.
Gara-gara membaca "L" karya Kristy Nelwan yang kedua, aku jadi berburu karyanya yang pertama "Perempuan Lain", berharap mendapatkan sesuatu yang krsty banget.
Dan memang benar, karya ini Kristy banget. Mungkin karena memang karya pertama, jadi belum bisa sebagus yang kedua, yang sampai bikin aku nangis-nangis bombay.
Perempuan lain bercerita tentang seorang Maya Renita, yang memiliki sahabat Hesti. Pertunangan Hesti gagal, karena tunangannya selingkuh. Semenjak itu Maya mengukuhkan prinsipnya sebagai perempuan yang sangat benci dengan pasangan-pasangan selingkuh. Dia menghujat habis-habisan mereka semua, mengabsen semua penghuni kebun binatang, dan memaki para wanita dan lelaki selingkuhan itu.
Namun Maya akhirnya termakan omongan orang sendiri. Ketika ia sedang berhubungan dengan seseorang, dan ternyata orang itu telah memiliki tunangan, Maya rela menjadi selingkuhannya. Di saat yang sama Maya juga punya pacar. lengkaplah, dia bukan hanya selingkuh, namun juga berselingkuh dari pacarnya.
Keadaan serba aneh dan melanggar prinsip Maya ini benar-benar menguji kewarasannya. Badannya tambah kurus, pucat, susah tidur, dan harus selalu menjaga agar hubungannya tersembunyi dari semua orang, terutama Hesti sahabatnya.
Bumbu yang digunakan Kristy di perempuan lain ini hampir mirip dengan novel keduanya, L. Seorang wanita muda, berkarier, mencari cinta, dan secara tidak sengaja bertemu seorang prince charming di warung makan (dua-duanya ketemu di warung makan..). Di tengah bagian pembaca juga akan diajak untuk ikut menyelami patah hatinya sang tokoh utama, dengan segala bentuk depresi, kemelut, dan tingkat konflik yang cukup intens dan tinggi.
Yang aku suka dari novel ini, meskipun ini adalah khas kristy, namun aku ngga menemukan kesamaan di kedua tokohnya yaitu Maya Renita di Perempuan lain dan Ava Torino di L. Seakan memang mereka adalah dua anak kandung Kristy yang begitu berbeda, satu-satunya yang menjadi mirip antara mereka adalah kecantikan dan daya tarik yang mampu membuat seorang prince charming terpikat pada pandangan pertama. Selain itu di setiap novelnya, bahkan mungkin di setiap bab, kita akan menemui berbagai pesan moral dan kata-kata bijak.
Kekurangannya, banyak banget typo di sini. Ngga tahu gimana ngeditnya, yang pasti banyak kesalahan cetak di sini. Misalnya tokoh figuran yang bernama Adiel Peterband di awal cerita tiba-tiba muncul sebagai Ariel Peterpan di tengah cerita. Konsistensi pengarang masih labil kayanya ya,, hehehe.. Selain itu menurutku endingnya kurang greget. Bukan karena aku ngga suka happy ending, cuma happy ending di perempuan lain ini kurang "wow" aja.
Dengan segala kelebihan dan kekurangan novel ini, aku rasa patut lah buat koleksi bukuku, karena udah telanjur suka sama Kristy Nelwan. Ditunggu novel berikutnya ya.. :)
This book reminds me that some books have expiry date, that if you read them long time after the release date, things inside would be no longer related to us readers. Outdated cultural references (Friendster, ffs) might be tolerable and could rise some sort of nostalgic feeling, but the author's writing style somehow annoyed me. She looooved to type like thiiis... and overly abused punctuations like this!!!!!
And I also had problem with the way the author slipped the name of brand/famous people (Nokila and Adiel Peterband, seriously?). It's preferable to make up new names instead, IMO.
The plot is generic and twist is quite predictable, although the route to get there is pretty nice. And as romance, the author didn't succeed at building male characters to turn me on.
I read this because L was so good and Rei was too, but unfortunately I set my expectation way too high. I should've known, tho, for this is her debut and there are not so many good authors who wrote that well in their first attempt.
Endingnya -_______- kan kesian sama si Anu, udh bela2in nganu, ngorbanin nganu, ternyata si Itu malah nggak nerima si Anu. Didepak di menit2 terakhir sebelum ending. Pemeran utama di buang, eehhh malah pemain cadangan suruh masuk. Pas endingnya harusny kek film India kebanyakan, eehhhh malah tetiba ingat kalo si Itu (tb2 jugaaaa) jatuh cinta sm si Onoh. ikh!!!!! •sesungguhnya review di atas ditulis demi menghindari spoiler. Krn, percayalah, novel ini lumayan seru. Jadi kalo ada spoiler, nt nggak nemu kaget2annya. hihi
Di mulai dari alur ceritanya, penokohannya, setting-nya, konfliknya, tutur bahasanya, cara penulis menulis deskripsinya itu nggak ngebosenin sumpah. Aku suka semua... Gaya ceritanya santai tapi disatu sisi malah kocak..
Nggak nyangka dengan tema tentang perselingkuhan, bisa membuat novel ini rame. lucu dan terhibur bangett..
Penasaran sama novel L karya penulis yg lain (siap dibaca)..
Dengan alasan subjektif, saya harus memberikan bintang 5 untuk novel ini. ❤ bukan karena tanpa cela, bukan karena tanpa typo, bukan karena sempurna. Karena saya pernah menjadi Maya, dan novel ini seolah memgungkapkan isi hati saya.
Whoa. Nggak pernah baca karya Kristy sebelumnya, dan actually, nggak berharap banyak.
But guess what? I'm sooo in love with this one!
Dan kalo kalian bertanya kenapa, maka pastinya, bakalan panjang banget jawaban gue nanti. So, I'll try to make it simple. Seriously, I'll try. Just, maaf aja kalo nanti ternyata agak-agak merembet, ya.
Pertama, I love its cover. Hanya minus di font-nya aja, hehe. Sepanjang ingatan gue, Gramedia kalo membuat cover itu biasanya plain, paling-paling hanya satu dua hal saja yang emang jadi fokus. Tapi itu nggak semua, kok. Buktinya ya, Perempuan Lain ini. And honestly, I prefer this kinda cover, yang rame, yang bisa 'bicara' mengenai apa yang ada di dalam novel ini. Yaa, walaupun kalau diperhatiin, gue agak-agak nggak setuju gitu, sih, sama penggambaran tokoh-tokoh di cover-nya. It's just that I have different imagination, kok. Bukan apa-apa:)
Next, gue juga setuju banget sama blurb-nya. Singkat, pas, bikin penasaran. Hell yeah, yang kayak gini ini nih baru yang beneran blurb. Nggak usah panjang-panjang sampe-sampe kita udah tau half of the story. Nggak usah juga puisi-puisi atau kata-kata indah yang nyatanya malah melenceng jauh dari isi. Bukannya nggak boleh bikin blurb dalam bentuk puisi juga, sih, cuman yaa, tolong diperhatiin aja kesesuaian dengan isinya. Biar yang beli juga nggak ngerasa ketipu dan malah kecewa. Ain't it true, readers?
Nah, soal isi? HUEHEH. Agak susah untuk dijelasin gitu, sih. Tapi, ya..
Okay then.
Untuk awal, masih biasa lah, ya. Tapi beberapa jokes di dalam lumayan bikin gue tertarik, begitu juga gaya nulisnya Kristy yang lincah. Yah, dan bawel juga, sih. Beruntungnya, itu semua bikin gue betah, guys. Hehe. Jadi, gue akan menganggapnya sebagai poin plus dari novel ini.
Lalu, kalo ke cerita, sih, sebenernya yang kayak gini udah umum banget. Pasaran. Klise. Kecuali ending-nya. Hihi. But, gaya nulisnya Kristy cukup untuk bikin gue keukeuh untuk ngabisin novel setebal 361 halaman ini dalam beberapa jam saja. Kalo lo pada baca, sih, gue yakin (sebagian besar dari) kalian bakal ngerti juga maksud gue.
Lanjut, ke tokoh. NAH, ini dia nih. Menurut gue, penggambaran tokoh-tokohnya udah pas banget. I love that 3 absurd-but-lovable ladies. Dan, ditambah lagi dengan hadirnya Riza, MY GOD. I JUST LOVE HIM SOOO that I couldn't help myself smiling when it comes to him. Oke, nggak se-berlebihan itu. Tapi intinya gue suka sama dia. Thanks Kristy untuk karakter satu ini:) dan untuk semua karakter juga, ya. Karena semuanya pas, bikin cerita ini utuh.
Hmm, apalagi ya, yang perlu dibahas?
Oh, mungkin kesalahan teknis. Well, gue agak-agak gimana, gitu, dengan typo-typo nggak penting di dalam sini. Kayak Ariel Peterpan yang berusaha disamarin (or for whatever reasons - I have zero idea) jadi Adiel Peterband, tapi malah kadang lupa diganti dan tetap ditulis yang aslinya. Huho, kalau udah baca yang kayak gini gue jadi senyum-senyum sendiri. Belom lagi kata-kata bahasa Inggris yang kadang (menurut gue) kurang sreg didenger kuping. Kayaknya sih, salah grammar. Tapi, ya sudah, ah. Berhubung ini debut, kalau kata orang mah, slaw ae deh.
Untuk moral, I think they're obvious. Eh eh, kok pake they, sih? Well, itu karena menurut gue, pesan moral yang mau disampein penulis tuh ada lebih dari satu. Dan, ya, bisa jadi pendapat gue dengan pendapat orang lain tentang pesan moralnya bakalan beda. Jadi, biar aja kita masing-masing yang menyimpulkannya, ya.
Then, setelah semua ocehan gue yang ngelantur sampe ke Hongkong (bener kan apa kata gue di awal tadi), udah jelas banget kenapa gue jatuh cinta sama novel satu ini. Nah, trus, lo bingung nggak, kenapa nggak gue kasih rate 5/5 aja sekalian? Hmm, itu karena gue kurang sreg aja, guys. Karena terkadang kita bisa jadi suka sama suatu novel karena emang novel itu cocok sama kita, itu selera kita. Bukan karena novel itu nyeritain suatu ide cerita yang luar biasa, atau karena novel itu sangat menginspirasi, atau kisahnya yang sangat-sangat beda dan nggak pernah kebayang, atau mungkin karena tulisannya yang sangat amat tak bercela.
Again, kesempurnaan itu bukan segalanya. Jadi, ya, bukan karena itu.
So, I just think that it would be fair kalo gue hanya ngasih 4/5. Toh yang terpenting novel ini tetep jadi favorit gue, biar gimana juga. Well, HIDUP RIZA! Eh, maksudnya, HIDUP KRISTY! Keep on writing, ya Kris. Gue tunggu tulisan-tulisan selanjutnya, loh.
P.S. Maaf kalo bahasanya jadi informal gini:) Entah kenapa lelah aja nulis pake bahasa baku. Hehe.
Setelah membaca "L", aku pun sangat menyukai gaya penulisan Kristy Nelwan dan benar-benar dibuat penasaran dengan novel debutnya "Perempuan Lain", alhamdulilah tidak perlu menunggu waktu lama aku bisa menikmati novel ini ^^
Seperti membaca "L", aku benar-benar menikmati gaya menulis Kristy yang lincah dan mengalir, semua terasa pas, walau ide yang diangkat terkesan "sudah biasa", tapi penulis mampu membuat ide cerita itu menjadi menarik dan tidak membosankan. Baik tokoh, alur cerita dan konflik terasa pas, walau mungkin sebagai novel debut aku masih menemukan banyak kesalahan penulisan/typo dimana-mana tapi masih bisa kumaklumi, tidak mengurangi sedikitpun ketertarikanku untuk membacanya.
Novel ini mengambil tema tentang perselingkuhan, ya mungkin sudah banyak novel yang mengangkat tema serupa, tapi penulis bisa memberikan warna tersendiri. Novel ini mengisahkan tentang Maya Renita, yang awalnya sangat membenci dengan "wanita yang menjadi selingkuhan/orang ketiga" termakan omongannya sendiri, malah takdir berkata lain dia pun secara tak sengaja menjadi orang ketiga/selingkuhan, bahkan lebih parahnya lagi dia tidak hanya menjadi selingkuhan sebagai seorang yang masih "single", dia pun sudah terikat pacaran dengan pria lain.
Dan dimulailah kisahnya, ketika dia sadar pria yang ternyata berhubungan dengannya sudah menjadi tunangan bahkan akan segera menikah, tidak menyurutkan hatinya untuk menghentikan semuanya, dia masih terlalu terikat dengan pria itu. Hidup Maya Renita pun diwarnai dengan kisah kakaknya yang harus aborsi, teman-temannya yang "unik" dengan segala persepsi masing-masing tentang cinta dan sesosok pria "teman masa kecilnya" yang selalu ada disisinya.
Dan, seperti "L", di Perempuan Lain pun penulis memberikan twist yang lumayan mengejutkan, walau aku sebenarnya sudah mulai curiga dan menebak-nebak selama cerita ini ^^ Endingnya cukup manis, menurutku dan aku akan sangat menanti karya penulis lainnya, walau sampai sekarang penulis belum menulis novel lainnya lagi =)
Udah lumayan lama punya buku ini, dari musim hujan sampe dateng musim hujan lagi. Thanks untuk hobby nge-mall yang memperkenalkanku dengan lesehan langganan, aku bisa dapet buku yang udah termasuk lawas ini dengan harga yang sangat bersahaja. :)
Berkisah tentang Maya, yang sangat membenci hal-hal yang berbau selingkuh. Dia ngedamprat cewe yang jadi selingkuhan tunangan sahabatnya. Sebenarnya ada sesuatu di diri Maya yang bikin aku agak nggak respect. Nggak tahu apa, mungkin gara-gara aku bisa ngebaca beberapa sifatku dalam dirinya, yang ternyata hell-owh so despicable!! Nggak tahu deh, gimana orang lain nilai aku (Kok jadi curhat?)
Nah, despite ketidaksukaannya pada hal-hal berbau tidak sportif macem selingkuh, dia malahan terjebak dalam perselingkuhan itu sendiri. Dia nggak cuma selingkuh, tapi juga nyelingkuhin, nah lo!
Aku suka cara authornya bercerita, ngalir banget, bahkan penggambarannya tentang Bandung dan udara dinginnya bikin aku pengen ke sana.
Di buku ini, seperti buku-buku bertemakan hal yang sama, membuat kita bisa melihat dari kacamata lain. Meskipun selingkuh itu salah, ada kalanya orang nggak menyadarinya, dan menganggap itu hal wajar, toh, yang ngelakuin suka sama suka kan? Jadi mungkin orang yang ditinggal selingkuh juga harus menampar dirinya dulu, mungkin ada sesuatu yang lebih dalam daripada nafsu belaka. Selain itu yah, kayak yang diomongin Maya ke Riza yang by the way, pengen banget punya sobat macem dia, kalo "Cinta itu nggak punya manner, kalo udah cinta sih ya cinta aja... Cinta nggak bisa diatur."
Aw, gara-gara nama kakaknya si Maya sama kayak namaku, aku jadi rada hilang konsen kalo di scene lagi ada dia, hahahahaha. Dan saat pada akhirnya Tiara sadar dan bisa mengevaluasi semua yang udah terjadi dalam hidupnya, aku juga ikutan terharu.
Overall, aku selalu suka baca buku Kristy Nelwan. 3.5 stars aku hadiahkan *yaaayyyy*
Setelah membaca "L" di I-jak dan masih juga hangover sampai dua minggu setelahnya (agak berlebihan nggak sih?), saya putuskan bahwa saya mesti punya versi paperbacknya. Lalu kepo kepo dan ternyata mbak Kristy Nelwan punya satu karya lagi. Mulailah perburuan saya. Tapi ternyata susyahhh sekali didapatnya. Sudah lumayan lawas kan buku itu. Rasanya sudah hampir nyerah, saat suatu hari teman baik saya nge-tag saya di satu OS yang masih punya nggak cuman "L" tapi juga buku ini. Langsung lah saya samber. Apalagi kata teman baik saya itu, buku ini lebih bagus dari pada "L".
Jadi saat paketan datang, dan menemukan buku ini dalam kondisi masih bersegel itu rasanya... mueheheeee.... it's like a treasure.
Hmmm... Apa ya... Mungkin memang sudah gaya bercerita dan penokohannya Mbak Kristy ya, karena saya menghirup aroma Ava Torino yang sangat kental dalam diri Maya Renita. Eh, kebalik ding. Kan Maya duluan yang lahir dari pada Ava. Tapi... ya sebodo lah. Saya masih sangat menikmati buku ini, masih sangat suka dengan gaya bercerita Mbak Kristy, terlepas dari alur dan plot yang nggggg.... hampir identik.
Ohya, kemarin saya ada baca seseorang menulis, 'segala sesuatu yang kekinian akan jadi alay pada waktunya,' Gaya pop dalam buku ini bisa saja jadi terasa alay karena sudah berlalu hampir satu dasawarsa sejak buku ini pertama kali dirilis. Tapi nyatanya enggak tuh! Masih enak dibaca menurut saya.
Satu pelajaran penting yang saya ambil baik dari Ava ataupun Maya adalah, benar apa yang orang jawa sering bilang dalam ungkapan, "barang ala ojo dilok'ke, mundhak nulari," yang terjemahannya kurang lebih: sesuatu yang jelek itu jangan dinyinyiri, nanti bisa-bisa malah kita sendiri yang ikut ketularan melakukan. Noted it. Note to self.
Overall, saya suka buku ini. Walaupun, lebih suka baca Ava sih ngeheheheh.
And the last, nggggg... ini Mbak Kristy nggak pengin nulis buku lagi, gitu?
Novel kedua dari penulis yang kubaca. Padahal novel inilah yang merupakan novel debut penulis. Dari judulnya bisa ketebak jalan ceritanya. Maya marah besar saat memergoki Fauzan yang bertunangan dengan sahabatnya Hesti berselingkuh dengan Cindy seorang model. Bahkan dia tidak henti-hentinya memaki-maki Cindy yang tega saja menyakiti Hesti. Tapi takdir seolah membalikkan segala omongannya saat dia bertemu dengan Sandi GM Perusahaan handphone yang jadi klien EO tempatnya bekerja. Maya tenggelam dalam segala keromantisan yang Sandi berikan. Tapi satu yang mengganjal hatinya yaitu Sandi tidak pernah menyatakan perasaannya secara langsung sampai Maya mendapatkan jawaban atas keganjalan itu. Sandi ternyata sudah tunangan. Maya menenggelamkan diri dalam pekerjaan untuk melupakan Sandi. Sahabat masa kecilnya Riza yang selalu menjadi tempat Maya bersandar tanpa Maya sadari perasaan Riza padanya sudah melebihi rasa sayang seorang sahabat. Usaha Maya hampir berhasil terlebih setelah dia memutuskan untuk kembali berpacaran dengan Jo, pria dari masa lalunya. Tapi saat Sandi menemuinya dengan kondisi yang sama kacaunya dengan dirinya, pertahanan Maya runtuh. Maya kembali bersama Sandi, tunangan orang lain. Lantas bagaimana nasib percintaan Maya? Akankah Sandi memutuskan pertunangannya dan memilih bersama Maya? Dan apakah Maya akan menyadari perasaan Riza padanya? Silahkan baca novelnya Jujur aku lebih suka novel keduanya daripada novel ini. Dari penuturan sampai tema L unggul dibandingkan Perempuan Lain, dan wajarlah menurutku karena ini merupakan novel debut penulis. Tapi gaya bahasanya tetap saja tidak membosankan. Tokoh utamanya juga nggak digambarkan sebagai tokoh yang murahan dan yang paling nggak bisa ketebak justru perasaan Riza. Walaupun jalan cerita novel ini sudah bisa ketebak dari judulnya tapi ternyata endingnya diluar dugaan.
Sekitar 7 atau 8 tahun saya mencari buku ini tapi nggak ketemu. Saya jatuh cinta sama tulisannya Kristy Nelwan setelah membaca bukunya yang berjudul 'L'. L-lah yang membulatkan tekad saya untuk mendaftarkan diri menjadi fans bukunya Kristy Nelwan, yang sayangnya, cuma ada dua buah.
Di 2021 ini saya akhirnya menemukan 'Perempuan Lain'. Saya membaca versi buku elektronik-nya secara legal di aplikasi perpustakaan online milik Pemprov DKI Jakarta.
Surprisingly, in a not really good way, 'Perempuan Lain' tidak se-catchy 'L'. Sangat disayangkan karena premis utama ceritanya menurut saya cukup menarik. Sangat disayangkan karena saya menaruh ekspektasi tinggi sekali karena sudah dibuat jatuh cinta babak belur terhadap 'L'. Di 'Perempuan Lain', Kristy tidak berhasil membangun magis kemistri antar karakternya seperti yang ia lakukan di novel 'L'.
Dibandingkan dengan L yang penggalian kemistri antar tokohnya sangat dalam dan erat, buku ini jadi terasa sekali 'hole' nya. Selain itu, pace yang sedikit terlalu cepat juga mengganjal.
Akan tetapi, terlepas dari itu semua, buku bersampul cokelat ini tetap layak dibaca sebagai hiburan. Tetap menghibur. Sekali lagi saya tekankan, semua kekurangan yang saya sebutkan di atas disebabkan sang penulis berhasil menelurkan novel se-ciamik 'L' sehingga kentara sekali jurang perbedaan antara kedua bersaudara ini. Jika semisal Perempuan Lain ini menjadi karya satu-satunya penulis, beliau tetap pantas mendapat spotlight dan dinanti untuk karya karya selanjutnya.
In other word, saya ngga menyesal jadi fans penulisnya. Buktinya tetap saya kasih 4 bintang. Jika ia nulis buku lagi, tetap saya buru kok. Ciao!
Baca buku ini bikin saya ingat chit-chat ku dengan salah satu teman, dia yang aku anggap lebih wise dariku, mengatakan kalau proses menemukan soulmate itu nggak akan mudah.
dan itulah yang dialami Maya. jadi selingkuhan klien yang udah bertunangan. padahal dia benci setengah mati sama yang namanya selingkuh. Hal yang lebih buruk malah terjadi, pas dia dan mantannya (Jo termasuk mantannya kan?) balil lagi, pada saat yang bersamaan Maya dan Sandi masih main kucing-kucingan sama sahabat Maya juga tunangan Sandi.
aku nggak akan nyebut maya bego atau nelen ludah sendiri. dia udah cukup dewasa untuk memikirkan akibat dan resiko yang akan dia dapat. dari kesalahan, manusia belajar untuk hidup lebih baik.
dan di buku ini, karakter Riza emang bikin saya senyum-senyum. I wish I could find someone like him, anyway..
saya juga sejalan dengan cara pandang Maya terhadap sebuah hubungan, pacar, cewek, cowok, itu cuma label kan? penegasan. aku rasa itu nggak terlalu perlu. selama saling percaya, komitmen dan menghormati. jalani saja. :))
Oya, untuk sampai di konfliknya, Kristy Nelwan terlalu lama bertele-tele. aku hampir nyerah buat baca ini.
tiga bintang untuk Perempuan Lain dan Arizanya :))
Maya dengan kisah selingkuh berbagai versi di sekitarnya; versi Fauzan (tunangan Hesti, sahabatnya), versi Tiara (kakaknya), versi Jo mantan pacarnya, sampai versi dirinya sendiri. Ya, nggak ada yang sangka kalau Maya (dan kita semua pastinya!) yang benci banget sama pelaku selingkuh bahkan dia juga kesel sama Kakaknya sendiri gara2 jadi selingkuhan suami orang, ternyata justru 'terjebak' dalam situasi sebagai selingkuhan tunangan rekan kerja/kliennya sendiri. Maya juga akhirnya merasakan menjadi seorang 'Perempuan Lain'.
Sama seperti novel lain karya penulis, yaitu L, saya dibuat kagum sama gaya penulisannya. Bikin yang baca seolah membacakan kisahnya sendiri. Yup! Bertambah lagi penulis favorit. Semoga Kristy Nelwan cepat terbitin karyanya lagi. Suka dengan khasnya Kristy yang selalu menyisipkan kisah persahabatan di kedua novelnya. Dan satu lagi kesamaan antara L dan Perempuan Lain yang saya ingat adalah apa yaa kalo kata orang2? twist mungkin?! Eksekusinya nggak biasa, walau sempat bisa iseng2 nebak juga siiih.. Manis deh Endingnya :))
Oh demi apapun, tulisan Kristy Nelwan benar-benar mengalir. Sampai ... saya nggak bisa menahan diri saya untuk nggak membaca keras buku ini.
Saya menikmati naik turunnya nada suara saya. Terhanyut oleh tingkah Maya yang ... ingin sekali saya maki, karena berani-beraninya dia menjadi 'perempuan lain' dalam hidup Sandi yang sudah akan bertunangan.
Namun di lain pihak, saya mengagumi Maya yang mampu mengambil keputusan untuk memilih Riza. Walaupun saya sebal dengan Maya, si gadis perokok yang bekerja di sebuah EO. Oh, come on!
Juga ada beberapa bagian yang mengganjal hati saya. Di halaman 83, ada kalimat berikut : 'Entah kenapa, setiap kali ada yang menyodorkan cairan yang katanya enak itu, aku selalu ingat ustazku waktu kecil dulu yang mengatakan bahwa minuman itu sama sekali nggak ada gunanya dan nggak akan ngebawa kebaikan buat aku ataupun orang-orang di sekelilingku.' Duh, terus kalau Maya bisa mikir begitu, kenapa juga dia sampai merokok? Toh sama saja, nggak ada gunanya dan nggak ngebawa kebaikan.
But so far, aku suka alur ceritanya. Twist. Beruntungnya Riza.
padahal saya lebih dulu punya novel L tapi belum sempat dibaca dan malah penasaran sama novel Perempuan lain yang saya beli pertengahan bulan Januari ini di TM Bookstore Detos. dalam waktu sehari aja saya melahap novel ini. ceritanya memang udah biasa tapi yang bikin beda itu rumitnya kasus perselingkuhan dalam novel ini dan bikin pengen baca terus karena penasaran endingnya gimana. nggak cuma bercerita tentang perselingkuhan juga tapi ada yang kena friendzone juga hihihi. saya suka sama gaya penulisan Mbak Kristy yang santai. malah menurut saya kayak percakapan sehari-hari ke sesama temen sendiri, ada monyong-monyongnya. tapi ada yang saya nggak suka dari novel ini. kok ya bisa ada kata 'pe*un'? apa memang wajar bagi editor? menurut saya agak kurang sopan aja.
saya sedihnya klimaks bgt setelah baca L, maka demi bisa move on dari Rei, saya ngerasa harus bgt baca buku ini secara ini satu2nya buku lain dari penulis yg sama.
hmm gimana ya. L jelas lebih bagus dari ini. perkembangannya terasa bgt dari debutnya ini. kalau di L kita dibuat merenung tentang seluruh topik dalam kehidupan, di sini paling cm dibikin merenung di masalah percintaan, khususnya perselingkuhan. itu juga ga merenung2 bgt sih. dan karakter2 di L juga lebih tereksplor. yah, intinya, buku ini terbilang ringan sewajarnya metropop, gak seperti L yg di depan bilangnya metropop, dalemnya mah nipu. kacau.
sayang, ternyata masih blm ada yg bisa ngegantiin Rei di hati saya. tapi endingnya lucuuu, agak ga ketebak ya. buletin ke atas deh bintangnya. hehe.
Hadduuuuhhh..ceritanya klise siihh..ending nya sangat predictable, but I liked it. simple, bukan novel yang sok ribet, tapi ga jelas ceritanya apa. cara berceritanya juga enak banget, bikin gue ikutan ngerasain semua perasaan hampir semua tokohnya, (kecuali perasaan si tunangan orang itu yaaa..)
sebenarnya gue penasaran aja yaaa..dari beberap novel ttg perselingkuhan yang gue baca selama ini, ga ada satupun yang berakhir dengan happy ending untuk si pasangan selingkuh tersebut?? kenapa yaaaahh????
Kalau saya baca buku ini di tahun terbitnya, mungkin saya bisa ngasih bintang lebih banyak.
Bagian membosankan dari novel ini adalah kebanyakan flashback. Sedangkan bagian yang menyenangkan adalah tokoh utama perempuannya yg tidak sempurna. Seperti kata penulisnya, bahkan perselingkuhan pun harus dilihat dari sisi yang berbeda. Maya yg digambarkan sebagai cewek yang anti perselingkuhan, ternyata tidak bisa berkutik ketika dia berada di posisi itu. Hanya saja, kenapa cara mengakhiri perselingkuhannya kayak gitu?
Itu baru bahaya, bahaya banget. Nggak satu pun dari Olga atau Hesti yang boleh tahu keadaanku sama Sandi. Maksudku, Hesti membatalkan pertunangannya gara-gara Fauzan selingkuh. Lalu, aku memaki-maki selingkuhannya dan berpidatio panjang lebar soal membenci cewek seperti Cindy yang mau jadi selingkuhan. And here I am, exactly the same just like Cindy. Hesti bakal membunuhku kalau sampai tahu!
Okay, memang klise, seperti yang sepupu saya yang satu itu bilang. Apalagi hal-hal perfect dan hedonis yang memang obvious banget diadakan supaya menarik. But somehow, saya tidak bisa memungkiri, bahwa saya menikmati saja tuh membaca buku ini. Dan harus saya akui juga, tulisan saya belum juga semenarik punya mbak Kristy ini. Bukan nggak pede, tapi emang belum ...
saya selalu suka tulisan kristy nelwan. sering saya dengar ia berkicau di radio ardan fm Bandung. dia cukup bertalenta. novelnya yang satu ini walaupun tebal tapi tidak berlebihan. dan gaya bahasa yang sangat modern. dengan ending yang mengejutkan. perempuan lain adalah cerminan gadis-gadis ibu kota yang sangat hectic tapi memiliki sisi pribadi di hidupnya. like it
Novel Kristy Nelwan yang saya baca. Cerita tentang seseorang yang benci dengan perselingkuhan tetapi secara tidak sadar ia menjadi selingkuhan seseorang lain yang sudah bertunangan. Cerita ringan dan aku suka dengan suasana Bandungnya yang tergambar sekali. Tapi saya sedikit agak kurang puas dengan ending, walaupun secara keseluruhan saya suka dengan novel ini :)
Sesuai dengan judulnya, buku ini membahas tentang perselingkuhan yang kerap terjadi. Bukan topik yang baru. Tapi aku betah bacanya. Soalnya gaya tulisan Kristy ini enak dinikmati. Santai gitu. Kristy seolah-olah 'lagi ngobrol sama temennya' tentang perselingkuhan pas aku baca buku ini. :)
Nggak akan keberatan kalau dikasih kesempatan buat baca karya Kristy yang lain!
cerita maya yang menjalin hubungan sebagai selingkuhannya sandi yang ternyata maya juga selingkuh dari pacarnya yang selingkuh juga. yah... saling menyelingkuhi deh. kok jadi membingungkan ya? tipe buku yang cepat habis dibaca, tanpa harus banyak mencerna.
Baguuuus... Rekomendasi Ijul nih, sampe bela2in cari buku ini, padahal ini buku udah lama, tahun 2005 apa ya.
Ceritanya bagus. Tokoh2nya oke. Endingnya bagus banget. Covernya agak kurang menarik sih buatku dan beberapa kata2 yg lumayan 'ga enak didenger'nya agak lumayan banyak.
Wew.. makanya jangan suka mencela atau nyumpah2in orang.. Jadinya kaya Maya deh! Katanya gak suka cewek yang selingkuh sama pacar orang lain, eh, ternyata dia mencintai Sandi yang udah punya tunangan..