Jump to ratings and reviews
Rate this book

Daging Akar: Sajak-sajak 1996-2000

Rate this book
Saya suka akan sejumlah besar sajak Gus yang dikemas dalam buku ini � Sajak pertama yang berjudul �Daging� saya baca sebagai sejenis kredo yang menjelaskan bahwa puisi berayun-ayun antara �dongeng� dan �daging.� Penyair adalah puisi itu sendiri, ia cuma dongeng dan konon, tetapi sekaligus daging � di tengah perkembangan puisi yang miskin penguasaan atas bahasa di negeri ini, Gus telah berusaha untuk dengan cermat menciptakan bahasa � Gus tidak bersembunyi di balik pilihan kata yang gagah, tidak menggunakan tameng kalimat-kalimat yang tak juntrung tatanannya. Ia tidak terutama menggambar tetapi berpikir, namun sadar bahwa dalam puisi, apa pun harus menjadi konkret karena hakikat seni adalah mengkonkretkan yang abstrak �



Sapardi Djoko Damono

70 pages, Paperback

First published January 1, 2005

1 person is currently reading
69 people want to read

About the author

Gus tf Sakai

32 books19 followers
Gus tf Sakai, lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh Sumatera Barat. Ia menamatkan studinya di Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang. Mulai menulis prosa pada usia 13 tahun sejak sebuah cerpennya memenangkan hadiah pertama pada sebuah lomba penulisan cerpen. Hingga sekarang ia telah menyelesaikan 2 novel, 7 novelet, dan 18 cerpennya memperoleh penghargaan yang diselenggarakan oleh berbagai media seperti majalah Anita, Femina, Gadis, Hai, Kartini, Matra dan harian Kompas.

Karya-karyanya:

* Segi Empat Patah Sisi (novel remaja, 1990
* Segitiga Lepas Kaki (novel remaja, Gramedia, 1991)
* Ben (novel remaja, 1992)
* Istana Ketirisan (kumpulan cerpen, 1996)
* Sangkar Daging (kumpulan sajak, 1997)
* Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (kumpulan cerpen, 1999), diterbitkan The Lontar Foundation dalam bahasa Inggris dengan judul The Barber and Other Short Stories 2002)
* Tambo, Sebuah Pertemuan (novel, 2000)
* Tiga Cinta, Ibu (novel, 2002)
* Laba-Laba (kumpulan cerpen, 2003)
* Ular Keempat (novel, 2005)
* Daging Akar (kumpulan sajak, 2005)
* Perantau (kumpulan cerpen, 2007)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
7 (11%)
4 stars
16 (26%)
3 stars
29 (47%)
2 stars
7 (11%)
1 star
2 (3%)
Displaying 1 - 7 of 7 reviews
Profile Image for Roos.
391 reviews
January 22, 2008
Benar kata Gus kalo puisi bisa membuat penyairnya berubah posisi menjadi pembaca kalo sudah berupa puisi. Dan bukan suatu bentuk upaya untuk berburu makna, karena kadang proses pembuatan puisi tersebut tidak terpikirkan makna, malah kadang makna keluar ketika posisi penyair-nya sudah berubah menjadi pembaca-nya.

Dan kata Bapak Sapardi kalo "upaya" berburu makna itu baru muncul jika puisi dengan cerdik menyediakan kemungkinan untuk dibaca berulang kali, walaupun kadang setiap pembacaan bisa melahirkan makna yang berbeda.

Buku puisi ini dibagi menjadi 2 bagian : DAGING (1997-1998) dan AKAR (1996-2000), Dan 2 puisi yang aku suka dan tahu memaknainya tanpa harus mengulang dalam membaca adalah:

" Bukan Bagian "

Suatu ketika - entah bila -
aku bukan bagian dari alam raya. Tentang apakah manusia,
tentang apakah dunia, bagiku semua kosong saja. Tak ada pikiran
tentang hidup karena aku tak bakal berurusan dengan mati.
Tak ada apapun kata dalam bunyi karena aku bukan bagian dari ensiklopedi.

Suatu ketika - entah bila -
aku bukan bagian dari alam raya. Anda melihat bintang,
aku belum ada dalam kerlipnya. Anda melihat laut, aku belum
ada dalam ombaknya. Adakah anda, seperti mereka, mendapatkan belum dalam tak ada? Setiap waktu, setiap ketika, mereka mendengar.

Diamku dalam suara. Melengking, Merintih, jauh menuju tiada.


" Bersama Suara "

Bersama suara: kau menyelam kedalam kata. Menyilih,
mencari ia yang kaupikir ada disetiap rupa. Tapi rupa
punya wajah lain. Tapi batok punya kepala yang lain.

Bersama suara: kau katakan tangis dalam tawa. Menyilih,
mencari ia yang kau pikir ada disetiap canda. Tapi canda punya tangis yang lain. Tapi tawa punya gegaduhan yang lain.

Bersama suara: kau menjadi sabun. membalon membusa-busa.
Profile Image for kinu triatmojo.
288 reviews3 followers
October 10, 2007
Sajak-sajaknya punya gaya. Gustafrizal Busra, nama lengkap penulis yang betul-betul menggantungkan hidupnya dari menulis ini. Gus tf Sakai dipakai ketika menulis cerpen/novel sedangkan untuk puisi ia lebih suka memakai nama Gus tf saja. Membaca puisi-puisi karya Gus tf dalam Kumpulan Puisi Daging Akar, kita seperti diajak ke dalam pencarian panjang tentang eksistensi dan makna hidup; dua tema yang biasa menjadi kegelisahan para penyair.
Profile Image for Jasmine Aulialorca.
7 reviews6 followers
Read
December 8, 2015
buku ini saya temukan dirak perpus, sepertinya belum pernah ada yang meminjamnya. entah, saya cuma mau baca. mungkin karna tipis dan bisa cepat selesai bacanya. jadi saya pinjam.
sebenarnya saya tidak paham sebagian besar apa makna dari sajak dan puisinya. hanya beberapa saja. mungkin benar, tidak semua hal harus dimaknai untuk dinikmati.
Profile Image for heri.
280 reviews
November 23, 2014
banyak yang menarik, banyak juga yang sulit dipahami (meskipun tak semua puisi harus dipahami untuk bisa dinikmati). dan menjadi makin menarik dengan tulisan mbah sapardi di akhir buku (membantu menafsirkan beberapa puisi gus tf sakai menurut beliau).
Profile Image for Muhammad Rajab Al-mukarrom.
Author 1 book28 followers
September 3, 2015
buku puisi yang tipis. puisi-puisinya singkat pula. namun sayang, tak banyak puisi dalam buku ini yang punya kesan mendalam saat dibaca.
Profile Image for Willy Akhdes.
Author 1 book17 followers
April 19, 2017
Daging Akar

         akhirnya, siapa kausebut kini: Si serat dingin
ataukah daging yang terjanji? Seperti takdir, sosoknya
rebah membuntuti. Hanya pada waktu ketika bergerigi,
akan bisa kutangkap ia: Saat mengerut dalam diri.

         akhirnya, siapa kautangkap kini: Si serabut mati
ataukah sel yang berjalin? Seperti lilin, nyalanya lirih
terpantul cermin. Hanya di pedih-akar ketika terpilin,
akan bisa kuraih ia: Jawaban lain untuk dunia lain.

Johor Bahru, 1999
Displaying 1 - 7 of 7 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.