Jump to ratings and reviews
Rate this book

Anatomi Perasaan Ibu

Rate this book
Ketika anakku lahir, ternyata aku tidak hanya merasakan kebahagiaan saja. Ternyata jadi ibu tidak hanya berisi kebahagiaan. Emosinya sepaket dengan perasaan tak berharga, kesepian, kesedihan, kemarahan, hingga perasaan mulai gila. Saat baru saja melahirkan sang bayi, ibu bisa merasakan hati yang berbunga-bunga sekaligus rasa sepi yang mengakar.

Pada hari-hari yang berat ibu juga kerap kehilangan diri, tetapi hal ini jelas tak akan dibagikan di internet. Itu terlalu nekat. Sebab ketika membagikan cerita bahagia saja, ibu masih sering mendapatkan koreksi atas kekurangannya dalam pengasuhan. Ibu selalu dituntut menjadi sempurna.

Aku tak mau lagi menyembunyikan diri dan cerita-ceritaku. Aku memilih melawan konsep kesempurnaan ini dengan membagikan cerita tentang menjadi ibu yang lebih jujur. Di buku ini, aku membagikan pengalaman menghadapi setiap emosi yang hadir ketika baru menikah, hamil, melahirkan, menyusui, dan menjalani keseharian ibu.

149 pages, Paperback

Published January 1, 2023

5 people are currently reading
100 people want to read

About the author

Sophia Mega

4 books136 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
36 (39%)
4 stars
37 (40%)
3 stars
16 (17%)
2 stars
3 (3%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 26 of 26 reviews
Profile Image for Sintia Astarina.
Author 5 books358 followers
September 7, 2023
Kalau ada yang pengin marah-marah habis baca Anatomi Perasaan Ibu, aku malah ngerasa sedih bukan main. 🥺💔

Sedikit banyak aku menemukan diriku di tulisan-tulisan Mega. Bagaimana kami ingin lepas dari kontrol orang tua karena merasa sudah dewasa, bagaimana kami ingin diberi kepercayaan untuk melakukan lebih banyak hal besar, kami yang takut bergantung pada orangtua karena semata-mata nggak ingin dapat respon penolakan, juga bagaimana kami “melawan” demi ingin membuktikan bahwa kami cukup capable.

Nggak mudah ya, jadi perempuan, apalagi menjadi Ibu. Pergumulan yang disampaikan Mega secara blak-blakan kukira masuk akal, meski setiap dari kita punya pengalaman berbeda-beda.

Dan meski aku belum menjadi Ibu, aku melihat ada sosok Mama di rumah yang mungkin juga pernah mengalami apa yang Mega rasakan.

Kini, aku tahu kenapa Mama selalu pengin diajak jalan-jalan, sesimpel makan di luar biar nggak perlu pusing mikir mau masak hari ini, esok, lusa, dan seterusnya.

Kini, aku sadar kenapa Mama selalu lebih ceria sehabis berolahraga bersama teman-temannya. Ia butuh “libur” dari perannya sebagai Ibu. Dan seperti yang disampaikan dalam buku, “𝗦𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗿𝗹𝘂 𝗹𝗶𝗯𝘂𝗿. 𝗠𝗲𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗹𝗶𝗯𝘂𝗿 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸𝗹𝗮𝗵 𝗲𝗴𝗼𝗶𝘀, 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗯 𝗶𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗴𝘂𝗻𝗮 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗲𝗻𝘂𝗵𝗶 𝗵𝗮𝗸 𝘁𝘂𝗯𝘂𝗵.”

Kini, aku tahu kenapa duduk di sofa berjam-jam sambil scroll TikTok sampai ketiduran, jadi satu-satunya aktivitas me-time yang membuatnya tetap waras di tengah hari yang grabak-grubuk.

Menurutku … selagi Ibu (istri, partner, teman, siapa pun sosok perempuan itu) masih ada, ini kesempatan untuk memikirkan kembali cara pandang kita terhadap perempuan dan seluk-beluknya.

Apa yang selama ini keliru, tapi kita diam saja? Apa yang perlu dibereskan? Bagaimana kita bisa mengurangi beban perempuan dari tuntutan nggak rasional? Kurasa buku ini punya banyak bocorannya.

Semoga Anatomi Perasaan Ibu bisa jadi permulaan bagi para perempuan untuk mengambil sejumput keberanian, demi hidup yang lebih membebaskan.
Profile Image for Puty.
Author 8 books1,377 followers
April 17, 2024
Yang pertama dan utama, saya salut sekali atas keberanian Sophia Mega untuk menulis buku ini dengan begitu jujur, tentang perasaannya, tentang situasi kesehatan mentalnya, tak lupa tentang keluarganya. Buku ini begitu personal, menceritakan pengalaman penulis sebagai seorang perempuan sejak sebelum menikah, hamil dan kemudian punya anak; terbagi menjadi 4 bab yang terdiri dari tulisan-tulisan singkat (total 147 halaman).

Sebagaimana subjudulnya, isi buku ini kebanyakan berisi curahan hati atas hal-hal tidak nyaman yang terjadi pada apa yang dianggap 'rute hidup bahagia perempuan': menikah, hamil, menjadi ibu. Unsolicited advices dari mertua, lelahnya menyusui, pembagian peran di rumah sebagai pasutri, berat badan yang bertambah dan tubuh yang berubah, dst. Beberapa bagian terasa sangat intens, mungkin relate dengan sebagian orang walau bisa jadi menimbulkan anggapan bahwa penulis terlalu sensitif dan berlebihan bagi sebagian lainnya.

Buat saya semua tulisan di buku ini enak dibaca, namun secara struktur agak membingungkan. Banyak pengalaman pribadi yang dipadukan dengan fakta lalu ditutup dengan saran untuk umum sehingga ada kesan generalisasi pengalaman. Rasanya terlalu personal untuk dianggap buku self-help dan saya setuju dengan ulasan yang bilang kalau buku ini lebih cocok masuk genre memoir.
Profile Image for Wanderbook.
125 reviews40 followers
September 5, 2023
Membaca buku ini dalam sekali duduk (dan tiduran).
Wah— rasa-rasanya banyak hal yang ku rasakan di dua tahun pertama menjadi ibu tergambarkan dengan apa yang dituliskan penulis.

Perasaan selalu lelah, bingung dan gampang tersinggung mendengar apa yang orang2 katakan tentang keputusan pengasuhan yang aku pilih 🥲 terlalu relevan sampai-sampai tidak bisa menyimpan buku ini sampai habis.


Buku ini menurutku sangat cocok dibaca semua orang.
Ibu yang membaca bisa merasa punya teman senasib seperjuangan.

Ayah yang membaca jadi tahu rumitnya hari-hari yang dijalani Ibu terutama di tahun-tahun awal kehidupan anak.

Orang dewasa yang belum punya anak, baik yang belum ataupun sudah memutuskan ingin atau tidak ingin punya anak juga bisa tahu kalau punya anak tuh perjuangan panjang dan tidak seindah apa yang di lihat di sosial media.

Nenek Kakek dan calon nenek kakek juga sangat-sangat cocok membaca buku ini untuk memahami adanya jarak pengetahuan yang membuat beberapa informasi yg mereka pahami dulu tidak lagi sesuai dengan sekarang.


Sebuah buku parenting yang jujur, kamu tidak akan menemukan tips teknis pengasuhan anak di buku ini, tapi justru banyak menemukan proses penulis ‘mengasuh’ diri sendiri untuk menjadi Ibu yang lebih baik setiap harinya.
Profile Image for summerreads ✨.
110 reviews
September 8, 2023
Menghabiskan buku ini dalam sehari.
Walau 70%-nya kurang related karena aku bukan ibu-ibu yang mengurus anak, tapi menurutku isinya bagus dan mencerahkan. Jadi banyak tau bahwa emosi merupakan hal yang penting, ibu-ibu juga perlu me-time, perlu dukungan dan tentunya jadi tau juga bahwa tekanan masyarakat pada perempuan memang besar sekali.

Perempuan dituntut terus sempurna sementara lelaki tidak. Lelaki lebih leluasa jadi dirinya sendiri, sementara perempuan bahkan jarang diberi apresiasi ketika berhasil melakukan hal yang baik namun kerap disalahkan ketika ia keliru atau memilih sesuatu yang “tak baik” menurut pandangan orang kebanyakan.

Menurutku buku ini cocok dibaca cowok-cowok atau para suami, atau bahkan ortu-ortu yang kerap memberi tekanan berlebih kepada anak perempuan/menantu perempuan/pasangan mereka.

Topiknya mungkin dekat dengan kehidupan sehari-hari bagi mereka yang sudah menikah. Bahasanya ringan dan gaya menulisnya pun menurutku enak.

Semoga ke depannya banyak buku-buku semacam ini, biar lebih membuka pandangan baru tentang banyak hal di sekitar.
Profile Image for Saifana Ratu.
6 reviews
September 4, 2023
Rasa penasaran buat baca buku ini muncul karena Mega sering banget posting tentang perjalanan menulis bukunya di Instastory. Ngeliat gaya menulis Mega yang enak dibaca bikin saya yakin harus banget beli pas bukunya sudah terbit nanti.

Selain alasan di atas, saya merasa kayanya perlu membaca, memahami, dan mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan mengambil keputusan untuk menikah dan menjadi seorang Ibu ke diri saya sendiri. Ngeliat satu per satu temen-temen seangkatan mulai menikah dan punya anak, bikin saya jadi agak merenung “ooh, udah masuk fase ini ya….”

Terlebih jajaran keluarga yang secara terang-terangan udah minta saya untuk menikah dan segera punya anak. Setiap kali ada acara keluarga yang saya hadiri, selalu ada aja minimal satu pertanyaan kapan mereka bakal dapet undangan dari saya atau bahkan menyuruh saya buat langsung cepet-cepet punya anak. Seolah permintaan mereka itu hal yang wajar diminta untuk sanak keluarganya yang perempuan dan masih melajang.

Sebetulnya dari lama udah mulai bertanya-tanya ke diri sendiri, “suatu hari nanti kenapa ya saya harus merit? Apa ya yang jadi dasar buat ambil keputusan itu selain rasa cinta? Kalo udah merit kenapa ya saya harus punya anak? Kenapa ya kok kayanya harus sepaket?”

Isi dari buku ini cukup memantik dialog sama diri sendiri terkait hal ketubuhan dan hak untuk mengambil keputusan. Juga sebagai pengingat saya secara pribadi untuk berempati kepada perempuan terhadap setiap keputusannya serta kesengsaraannya yang disembunyikan.

Mega, dengan penulisannya yang terstruktur dan tutur bahasanya yang sangat mudah dimengerti (bahkan buku ini bisa habis dibaca dalam sekali duduk) bisa membuat pembacanya relate meskipun belum menjadi seorang Ibu. Bahkan menurut saya laki-laki pun bisa juga enjoy membaca buku ini (malahan menurut saya harus baca sih). Karena selain menceritakan pengalaman beratnya menjadi Ibu dan perempuan, pembaca juga bisa merefleksikan bagaimana relasi dirinya terhadap tubuh, orang tua, dan pasangannya sendiri.

Selain itu saya jadi semakin dibuat kagum dengan temen-temen perempuan yang saat ini mengemban multiperan: seorang istri, ibu, dan mungkin juga pekerja. Dimana menjadi perempuan sendiri aja tekanannya udah sebegitu beratnya di society kita yang patriarkal ini, dan mereka masih bertahan hingga saat ini dengan sekuat tenaga agar tetap menjadi waras. (Silahkan bun, jadwalkan me time nyaaa💅🏽💆🏻‍♀️🧖🏻‍♀️🏃🏽‍♀️🏝️)

Teruntuk saya dan teman-teman perempuan lainnya, saya rasa buku ini bisa menjadi teman di kala masa-masa sulit itu terjadi. Terus ingat bahwa kita berhak meminta bantuan saat beban terasa begitu menyesakkan dan merasa nggak sanggup menyimpan semuanya sendiri. Ajak dialog diri ini sebelum mengambil keputusan dan berikan kesadaran secara penuh akan hal itu. Karena menurut saya rasanya perempuan nggak perlu menjadi sempurna, cukup menjadi sejujurnya diri ini dengan berkeinginan untuk terus belajar.
Profile Image for Assyifa.
15 reviews
December 9, 2023
Aku sering berkata ke beberapa teman dekatku bahwa aku takut punya anak. Aku takut harus melahirkan seseorang ke dunia yang menurutku kejam. Dari buku ini aku tahu, itu bukan pemikiran aneh seorang perempuan.

"Aku juga takut anakku akan menjadi diriku, menjadi seseorang yang sering mengutuk nasib telah terlahir di dunia."

Akurat!

Sophia Mega melanjutkan dengan pernyataan bahwa perempuan punya hak untuk mendengarkan tubuhnya sendiri. Aku menerjemahkannya dengan perempuan punya hak untuk memilih memiliki anak atau tidak memiliki anak. Keduanya punya risiko dan keduanya harus dipilih secara sadar oleh perempuan.

Anatomi Perasaan Ibu terbagi dalam empat bagian, yaitu Pernikahan, Hamil, Melahirkan, dan Menjadi Ibu.

Mungkin aku harus sepakat dengan beberapa orang yang mengatakan buku ini cukup terasa "marah-marah", tapi sangat banyak pemikiran dan pengalaman Sophia Mega yang justru menjadi pembelajaran baru.

Aku sepakat dengan Sophia Mega yang selalu menekankan bahwa pengasuhan dan pekerjaan domestik bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, melainkan juga ayah. Keduanya bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak anak, begitu pula menyelesaikan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Aku juga sepakat bahwa perempuan harus menyadari bahwa ia tidak sendirian dan tidak masalah untuk meminta bantuan. "Ibu tidak pernah sendirian kok." Begitulah yang ditulis Sophia Mega.

Meskipun sebagaimana setiap orang memiliki pemikiran dan pendapatnya masing-masing, ada beberapa pernyataan Sophia Mega yang tidak bisa aku amini. Bukan masalah tentunya.

Bagiku, Anatomi Perasaan Ibu merupakan buku yang insightful. Mungkin bukan sebuah buku yang menenangkan, tapi setiap perempuan rasanya akan memiliki keterkaitan dengan cerita-cerita Sophia Mega.
Profile Image for Nike Andaru.
1,634 reviews111 followers
November 9, 2023
96 - 2023

Mega menuturkan dengan sangat penuh dari soal pernikahan, menjadi perempuan, ibu dan semua ceriita dibalik semua keruwetan menjadi orangtua.
Semangat ya semua perempuan dan para ibu.
Profile Image for Rewina Pratiwi.
58 reviews2 followers
February 5, 2024
● Ada empat bagian dalam buku ini. Pertama, yakni bagian pernikahan lalu disusul bagian kedua yang membicarakan tentang pengalaman hamil. Ketiga, adalah bagian melahirkan, dan yang terakhir adalah tentang pengalaman menjadi ibu. Semua bagian diramu dari pengalaman langsung penulisnya, Sophia Mega, sejak ia mengambil keputusan untuk menikah hingga pengalaman ketubuhannya sebagai perempuan yang membangun keluarga dan memiliki anak.

● Menurutku, buku ini semacam alarm nyaring. Pengalaman Mega di buku ini cuma sebagian kecil banget dari pengalaman ketubuhan perempuan saat menjadi ibu yang selama ini mungkin nggak banyak dibicarakan dengan lugas. Misal, seorang perempuan yang memiliki anak biasanya akan terjebak dalam romantisme menjadi 'ibu' dan hukum balas-budi. Lalu perempuan tersebut akan melupakan begitu saja rasa sakit dan payah yang ia rasakan dan menukarnya dengan citra ibu yang welas asih sebab di masa depan ia berpikir semua jerih payahnya akan dibayar oleh dharma bakti anaknya. Nah, di buku ini Mega berusaha buat ngajak para ibu untuk mulai berpikir bahwa menjadi ibu yang sempurna itu mustahil dan utopis sekali. Jadi ibu yang 'capek' juga nggak apa, lho. Asal ngerti gimana coping-nya.

● Gaya cerita buku ini amat sentimental dan personal. Beberapa bagian mungkin akan menguras energi karena akan intens banget diceritakan. Yang aku suka dari buku ini adalah, aku melihat Mega sangat berusaha untuk menjadi ibu yang berkesadaran penuh dalam pengasuhan. Kita juga akan membaca perjalanan Mega buat mencari pertolongan psikologis. Sekali lagi, ini artinya seorang ibu juga nggak apa lho minta bantuan.

● Meski secara keseluruhan aku suka buku ini, tapi menurutku gaya penceritaan yang intens dan bersumber hampir hanya dari pengalaman penulisnya saja akan lebih ciamik kalau masuk ke kategori memoar. Anyway, aku suka banget gaya penceritannya yang mengalir dan ringan. Kinda page-turner.

● Terakhir, ingin kurekomendasikan buat teman-temanku yang sedang akan dan sudah menikah. Baca, deh.
Profile Image for Rara Auliyah.
3 reviews
January 18, 2025
Bagiku ketika membaca buku “Anatomi Perasaan Ibu” mungkin kurang related untukku karena kebetulan aku belum menikah dan memiliki anak. Namun, cukup menyentil perasaanku ketika membacanya. Mungkin karena ketika aku membacanya, aku teringat Ibuku. Beliau menikah di usia yang cukup belia. Aku membayangkan betapa sulitnya menjadi seorang ibu yang jauh dari keluarga di usia yang masih dikatakan muda, dan harus beradaptasi dengan orang asing yang akan menjadi anggota keluarga baru. Membayangkannya saja cukup membuatku bergidik ngeri.

Kembali lagi pada buku ini di bagian awal, kutemukan sebuah kalimat yang cukup menarik perhatianku dan berbunyi “Jadi ibu tidak hanya berisi kebahagiaan”. Oh betapa terkejutnya aku tepat setelah membaca kalimat tersebut. Mungkin di hari-hari yang sibuk, ada pergumulan dalam diri seorang ibu seperti apa yang disampaikan Mega secara gamblang pada buku ini.

Dalam konstruksi sosial di lingkungan kita menuntut seorang Ibu harus sempurna. Ibu diharapkan menjadi sempurna—selalu sabar, penuh kasih, multitasking tanpa cela, dan terus hadir tanpa pernah terlihat lelah. Namun, di sisi lain, ayah sering kali diberi ruang untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa beban ekspektasi yang sama. Seperti missal, seorang ayah mengganti popok atau memasak makan malam, ia dipuji sebagai ayah yang luar biasa. Ini berbanding terbalik apabila ibu melakukan hal yang sama, mereka menganggap hal tersebut “wajar” bahkan ketika ia melakukannya sambil menahan lelah atau sakit.

Kritikan dan tekanan terkait pola pengasuhan pun ibarat menjadi makanan setiap hari. Entah itu berasal dari orang lain ataupun bahkan keluarga sendiri. Semua ini menciptakan tekanan yang tidak adil. Ibu bukan hanya bertanggung jawab atas keluarganya, tetapi juga atas pandangan masyarakat tentang bagaimana seharusnya ia bertindak. Ia terperangkap dalam ekspektasi yang tidak pernah dibuat untuknya—seolah-olah kebahagiaan keluarga sepenuhnya bergantung padanya.

Narasi ini perlu diubah. Keputusan pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama, bukan beban yang hanya ditimpakan pada ibu. Perempuan layak mendapat apresiasi untuk semua yang telah ia lakukan, dan lebih penting lagi, ia berhak membuat kesalahan tanpa terus-menerus dihakimi.
Menjadi ibu bukan tentang menjadi sempurna; Ia berhak merasa lelah, berhak berkata "tidak," dan berhak membuat pilihan yang sesuai untuk dirinya sendiri. Tubuhnya adalah miliknya; pilihannya adalah haknya. Ibu harus merdeka atas tubuh dan pilihannya. Dengan begitu, ibu akan memberikan cinta tanpa batas, kepada dirinya sendiri dan kepada orang-orang yang dicintainya.
Profile Image for Lana.
80 reviews6 followers
April 8, 2024
(Siapapun tolong ingatkan aku untuk baca buku ini lagi dalam 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, dan sebelum kapanpun aku memutuskan untuk menjadi orangtua...)

A must read.

Sejak beberapa tahun yang lalu, aku mulai suka baca segala hal tentang perempuan, feminisme, parenting, dan sejenisnya. Buku-buku ini membuatku membayangkan kehidupan mamaku sebagai perempuan dan sebagai seorang ibu. Walaupun tidak mengerti sepenuhnya karena aku belum menjadi ibu dan belum sepenuhnya dewasa, setidaknya aku bisa lebih memahami apa yang dirasakan mamaku yang tumbuh sebagai seorang perempuan. Aku belajar berempati ke mamaku, bukan hanya karena ia ibuku yang melahirkan dan membesarkanku, tapi karena ia juga seorang perempuan seperti aku.

Aku membeli dan memulai membaca buku ini dengan intensi yang sama, ingin mengenal mamaku lebih jauh, kali ini ingin lebih memahami perjalanannya menjadi ibu. Tapi anehnya, buku ini malah membuatku lebih membayangkan diriku sendiri.

Sophia Mega menceritakan dengan sangat detail setiap step perjalanannya menjadi seorang perempuan dan seorang ibu. Dari keputusannya menikah, hamil, melahirkan, dan mengasuh. Ia juga menjelaskan banyak hal dari sisi klinis/kesehatan dan sisi psikologisnya. Walaupun sebenarnya aku sudah tahu bahwa memutuskan untuk melahirkan dan mempunyai anak itu susah, aku baru benar-benar tersadar bahwa menjadi ibu sesusah itu. Butuh kesadaran yang sangat penuh untuk memutuskan menjadi orangtua, dan aku rasa buku ini menjadi bekal untukku yang perlu tahu dulu prosesnya seperti apa (walaupun perjalanan setiap orangtua pasti berbeda) dan risiko atau konsekuensi yang datang di setiap step-nya.
2 reviews
June 30, 2025
Setelah membaca buku Anatomi Perasaan Ibu, jujur saya justru merasa lelah secara emosional. Buku ini sangat kental dengan emosi, terasa begitu dekat dan nyata. Penulis banyak membagikan pengalaman pribadinya sebagai seorang ibu, istri, dan sedikit peran sebagai menantu—yang di beberapa bagian memang cukup menguras emosi pembaca. Mulai dari persoalan dengan mertua saat pasca-melahirkan, dinamika hubungan dengan suami yang kadang memahami, tapi kadang juga tidak, hingga perjuangan menjalani peran sebagai ibu baru.

Beberapa bagian cukup menyentuh dan sangat bisa dirasakan, terutama bagi ibu baru yang sedang mencari validasi atas perasaannya. Pada bagian ini, saya merasa divalidasi, seolah-olah apa yang saya rasakan itu wajar dan tidak sendiri. Bagian-bagian ini cukup memberi semangat dan dukungan emosional.

Namun, sebagian besar isi buku ini adalah curahan hati pribadi Penulis. Mungkin bagi sebagian ibu baru, kisah-kisah ini bisa sangat relevan, tapi bagi saya pribadi, tidak semua bagian terasa relevan. Mungkin karena pengalaman masing-masing ibu sangat berbeda.

Awalnya saya membeli buku ini dengan harapan bisa lebih memotivasi dan menguatkan diri setelah menjadi ibu baru. Tapi ternyata, yang saya rasakan justru kelelahan emosional setelah selesai membacanya. Meski begitu, Saya jadi lebih bersyukur—karena saya tahu, apa yang dialami oleh Penulis tentu bukan hal yang mudah dan pasti sangat tidak nyaman untuk dijalani, but she made it through.
Profile Image for Sylwty.
72 reviews
September 29, 2023
Membaca buku Anatomi Perasaan Ibu seperti naik roller coaster.

Aku bisa merasakan perubahan-perubahan emosi dari buku ini. Buku ini sangat enak dibaca, hal pertama yang membuat aku tidak bisa melepaskannya.

Buku ini ditulis dengan menampilkan masalah yang dihadapi penulis. Pikiran yang mengganggunya, dan jawaban-jawaban yang beliau temui dari membaca buku dan jurnal.

Aku sangat senang buku ini ada. Pernikahan dalam kepalaku memang sudah sangat buruk. Aku tidak melihat kebahagiaan yang membuat aku ingin buru-buru menikah dari pernikahan orang tuaku, dan pernikahan saudaraku.

Buku Anatomi Perasaan Ibu ini memberikan gambaran utuh soal pernikahan. Bahwa memang isinya tidak seromantis di media sosial, tapi juga tidak seburuk penilaian dalam kepalaku. Aku hanya perlu menemukan lelaki yang mau membangun relasi setara (yang mencintaiku dan aku cintai hahahh).

Mau mengurus rumah bersama, bertanggung jawab atas pilihan berdua, dan mau terus belajar memahami hidup yang bajingan ini.
Profile Image for Maknunah.
95 reviews
December 31, 2024
Isi pikiran perempuan yang memulai peran baru "ibu"

Ternyata menjadi ibu tidak hanya berisi kebahagiaan, setiap perempuan harusnya memiliki hak atas tubuhnya sendiri, apa yang dia inginkan? Apakah dia siap dengan peran baru dan menjalani fase menjadi ibu. Bererapa perempuan beruntung dipertemuakan dengan pasangan yang menghargai hak tubuh seorang perempuan.

Bahwa menjalani peran sorang ibu bukan hal yang mudah, fase baru dalam hidup seorang perempuan yang harusnya bisa mereka pilih dengan penuh kesadaran, keinginan, dan hati yang lapang. Agar fase menjadi ibu lebih ringan untuk dijalani perempuan harus mempersiapkan bekal ilmu, emosi, finansial, dan bukan hanya perempuan itu tapi juga pasangan. Karena peran baru seorang ibu bagi perempuan sama saja dengan peran baru seorang ayah bagi laki-laki.
Profile Image for Ais Fahira.
50 reviews1 follower
October 1, 2025
Aku memang bukan seorang ibu. Tapi aku merasakan kepenatan menjadi seorang ibu juga lewat curahan hati ibuku. Ibuku juga kesulitan saat menyusuiku karena putingnya datar, harus operasi caesar sebab aku enggan muncul dari jalur yang dianggap normal. Dan semua itu juga dihimpit ekspetasi dua keluarga, belum lagi ibuku harus mengurus rumah tangga padahal jahitan caesar belum kering dan mencuci nifasnya sendiri.
Aku sudah lama mengikuti Kak Mega sejak ia masih aktif di Channel Youtubenya mengulas buku. Aku juga mengikuti akun Instagramnya, Kak Mega sangat jujur dan berani menuliskan apa-apa yang masih dianggap tabu. Dari sana aku banyak belajar juga, sepertinya kita memiliki banyak kesamaan, buku, kopi dan usaha-usaha menganalisis apa yang terjadi pada diri kita yang sejak kecil tak pernah divalidasi emosinya.
Profile Image for Nur.
9 reviews
August 24, 2024
Sejujurnya udah cukup lama baca buku ini, tapi yang paling berbekas adalah, bagaimana ka Mega sangat jujur dan seapa-adanya dalam menulis semua pengalaman beliau ketika menjadi seorang pasangan, menantu, anak, dan ibu. Satu yang selalu teringat adalah kalau kita gapapa kok jadi ibu yang banyak belajarnya, belum bisa ini itu, dapet dukungan dari pasangan, teman, atau bahkan expert. Gapapa kok, ngasih tau maunya kita dan pasangan ke orangtua dan mertua, meski bisa jadi banyak argumentasi dan tensi, selama ada alasan dan baik cara penyampaiannya, go for it. Karena ibu juga harus sehat, baik fisik dan mentalnya.

Semangat untuk semua ibu, karena ibu juga punya perasaan yang harus dijaga dan dirawat.
Profile Image for Laura Yuwi.
209 reviews15 followers
April 26, 2025
Ketika kita nyaman dengan tubuh kita dan tak lagi bersembunyi, kita pun akan jadi lebih adil dengan tubuh, tak lagi mengutuknya di depan cermin. Kalaupun kita ingin menurunkan berat badan, pertimbangannya bukan lagi karena komentar orang lain.
Kenyamanan ini membuat kita siap menjadi pelindung bagi tubuh sendiri. -- Hal. 103

Ibu, ini memang tidak mudah, tetapi mau, ya, bertahan menghadapi setiap kesulitan? Ibu tidak pernah sendirian, kok. Ketika fisik dan jiwa sedang tidak baik-baik saja, ada orang-orang yang punya kemampuan membantu jika ibu mengizinkannya. -- Hal. 146

Author adalah aku. Related banyaakk bangeetttt. Dr awal aja udah related soal alasan menikah krn mau 'kabur' dari aturan rumah, gak mau dikekang lagi. This book is for me bangettt
6 reviews
January 30, 2024
Buku ini mengajarkan kita mengerti perasaan seorang ibu, perasaan yang seringkali diabaikan orang lain terutama ketika ibu sudah memiliki anak. banyak orang hanya fokus kepada anak, sedangkan sang ibu dituntut untuk ini dan itu, kekurangan pada anak pun disalahkan kepada ibu tanpa kita tahu bahwa sebenarnya ibu sudah menyalahkan dirinya terlebih dahulu sebelum orang lain meyalahkanya. buku ini membuat pembaca merasa bahwa sosok seorang ibu adalah sosok pahlawan sepanjang hidup seorang anak. sosok ibu adalah sosok manusia paling tangguh dan harus dirangkul serta diperhatikan layaknya seorang anak.
Profile Image for Tita Amelia.
74 reviews
March 16, 2024
Highest appreciation untuk author!! Buku ini bicara sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya bahwa masa kehamilan dan menjadi seorang ibu tidak seindah seperti yang dibagikan melalui media sosial. Biarpun saya bukan seorang ibu, tapi saya pernah tinggal dengan salah seorang keluarga jauh saya yang mengalami baby blues. Saya melihat sendiri bagaimana dia berjuang sebagai seorang ibu baru. Sementara mertua dan ibunya sendiri seringkali mengomentari caranya mendidik anak. Hampir setiap hari saya mendengar atau melihat sendiri bagaimana adu argumen tentang pola mengasuh anak, dsb.
Buku ini saya baca sebagai bentuk apresiasi setinggi-tingginya untuk para ibu dan support saya sebagai sesama perempuan. Walaupun saya belum (dan mungkin tidak) menjadi ibu, tapi dari buku ini saya belajar banyak pengetahuan mengenai tubuh perempuan, dan saya mengharapkan ke depannya saya bisa lebih ramah dan suportif kepada rekan2 saya yang ingin, sedang berusaha, ataupun sudah menjadi ibu.
Satu catatan penting dari buku ini yang saya ambil: "Tak ada yg salah dgn perbedaan pendapat. Kita hanya perlu belajar untuk menyampaikan atau menahan suatu pendapat. Selama pendapat itu tak pernah diminta, kita tak perlu menyampaikannya".
Profile Image for Faizah Andi.
20 reviews
January 8, 2024
Penuturan perempuan yang menuliskan pengalaman dirinya sebagai perempuan yang telah menikah dan punya anak. Menuliskan pengalaman diri bukan perkara mudah sebetulnya, karena kita perlu menelanjangi diri sendiri.

Ada emosi yang meledak-ledak pas baca buku ini. Ada juga bagian yang menyisipkan hal-hal psikologis dan menceritakan pengalaman si penulis bertemu dengan psikolognya.

Buku ini menuangkan pengalaman diri, ekspektasi masyarakat, dan bagaimana pihak luar berupaya mengontrol perempuan juga bagaimana si perempuan itu sendiri berusaha untuk tetap waras. Menjadi dirinya sendiri.
Profile Image for Yoyovochka.
308 reviews7 followers
March 6, 2024
Buku tipis ini sesungguhnya padat. Sangat menggambarkan perasaan seorang perempuan, bukan hanya ibu yang dituntut oleh segudang tuntutan sosial. Membaca buku ini seperti membaca kisah saya sendiri: menyakitkan, membuat kesal, tetapi pada akhirnya meredakan karena saya yakin saya tidak sendirian. Cocok dibaca oleh semua perempuan yang akan maupun tidak ingin menjadi ibu, perempuan yang hadir untuk mendukung perempuan lain dan bukannya mencerca, juga kaum pria agar lebih memahami perempuan.
Profile Image for Aldilia Wyasti.
23 reviews
November 14, 2023
A good reflection for mothers.
We don't have to be "a perfect mother" as what society pushed we are to be.
Its normal to feel the emotions, let our kids experience discomfort ,hence they would cultivate the resilience. Communication between us and spouse are essential. Once we understand ourself, we understand others
13 reviews
August 23, 2025
- bahasanya ringan dan digunakan sehari-hari sehingga sangat familiar dan mudah dicerna
- pikiran, emosi dan perasaan si ibu bisa disampaikan dengan baik
- referensi bacaan yang menjadi sitasi dalam setiap narasinya membuat tulisan ini menjadi kuat
- cocok utk yg mau menikah, baru nikah, mau punya anak, lagi hamil, habis lahiran, dan semua ibu lainnya. Bittersweet ❤️
Profile Image for Ardiyanti Achtar.
7 reviews
October 19, 2025
Buku ini terlalu emotional. Melihat judulnya aku kira akan memberikan solusi untuk mengatasi tekanan2 yg seorang ibu rasakan. Namun menurutku buku ini hanya sebagai media untuk penulis mengeluarkan unek2nya.
Profile Image for Tirani Membaca.
126 reviews1 follower
September 30, 2023
Bagus banget… buku self help pertama yg kubaca dan nggak mengecewakan sama sekali. Buku ini bikin aku makin hormat dan sayang banget ke ibukku ❤️
Profile Image for Lajeng Padma.
53 reviews
November 22, 2025
Ada banyak tips & wawasan baru bagi saya soal 'jadi ibu'. Sebaiknya dibaca saat mood sedang baik, jika tidak akan ikut emosi 🤣
Displaying 1 - 26 of 26 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.