Katanya, aku harus bekerja keras supaya bisa masuk ke universitas bagus, mendapat pekerjaan bagus, bertemu orang dengan bibit-bebet-bobot yang bagus, menikah, lalu punya anak. Kemudian, di usia tertentu aku harus sudah memiliki rumah, mobil, asuransi, investasi, juga tabungan untuk pensiun. Aku sudah hidup sesuai dengan aturan itu. Aku bertahan, berusaha, dan hidup sekuat tenaga untuk mencapai semua target itu. Suatu hari aku penasaran, memangnya aku mau ke mana dengan bekerja sekeras ini? Apakah jalan hidupku sudah benar? Aku semakin resah. Akhirnya, aku memutuskan untuk bereksperimen. Bagaimana kalau sekali saja aku 'hidup tanpa bekerja keras'? Bagaimana kalau aku tidak mengejar target-target itu?
Duh, Katanya Aku Harus Bekerja Keras merupakan karya non-fiksi yang ditulis oleh Ha Wan, yang berisi tentang esai-esai berdasarkan pengalaman dan perjalanan hidup penulis selama dia bekerja. Karya non-fiksi ini merupakan salah satu karya yang cukup menarik, baik dari segi topik yang diberikan maupun gaya penulisan yang digunakan oleh penulis.
Berbicara tentang tema, sekumpulan esai ini tidak sepenuhnya saya anggap sebagai sebuah cerita motivasi diri, tetapi sebatas cerita-cerita pengalaman yang erat keterkaitannya terhadap realita yang ada, khususnya di zaman modern ini, mengenai pentingnya bekerja dan dorongan apa yang "memaksa" kita harus bekerja keras—Ha Wan secara tegas bersikukuh dalam penekanannya tentang kebutuhan finansial dan kebutuhan spiritual, memberikan gambaran yang luas mengenai lika-liku pergulatan sebagai seorang karyawan dan pekerja lepas di balik keuntungan yang masing-masing mereka miliki; penulis tidak condong untuk mengagungkan mana yang lebih baik, tetapi menuturkan bahwa setiap pilihan kerja akan ada risiko yang tinggi untuk kesejahteraan diri.
Dan menurut saya, apa yang disampaikan memang betul mencerminkan apa yang terjadi dalam dunia kerja sekarang; kenyamanan kehidupan finansial, sekuritas akan kesejahteraan diri maupun keluarga merupakan tolak ukur utama untuk bertahan di satu karir meskipun adanya kekurangan yang cukup jelas. Sedangkan berpindah haluan, terutama menjadi pekerja lepas, memiliki risiko yang lebih tinggi dan belum tentu membantu di kemudian hari. Realita yang sangat prihatin, apalagi... begitulah.
Beralih ke gaya penulisan, Ha Wan menyajikan esai dengan penulisan yang komunikatif seolah penulis sedang mengajak pembaca untuk mengobrol atau berdiskusi, sehingga topik yang disampaikan mampu terpatri tanpa terkesan membosankan. Selain itu, penggunaan ilustrasi hasil karya tangan sendiri menambah daya tarik dan dinamika yang menarik tentang esai tersebut, berfungsi juga untuk menyimpulkan inti setiap bab dalam buku tersebut.
Seperti halnya kumpulan esai kebanyakan, kekurangan buku ini terletak pada pengulangan tema yang terus menerus yang sebetulnya mungkin dapat dipangkas menjadi hanya 5 - 15 bab, bukan berpuluh bab yang terbagi dalam beberapa bagian. Hal ini dikarenakan hampir setiap bab memiliki inti yang mirip sampai beberapa kali merasa deja vu ketika membacanya.
Namun demikian, apakah buku ini masih layak dibaca? Tentunya. Duh, Katanya Aku Harus Bekerja Keras cocok dibaca untuk orang-orang yang kini sedang berada di atas "jembatan hdup", yang sedang di ambang menentukan arah petualangan selanjutnya—sebagai validasi bahwa pilihan mereka tersebut tidak salah dan akan mendapatkan titik terang selama perjalanan.
Katanya, setiap buku akan menghampiri kita di waktu yang tepat. And i felt that! Sebelum baca buku ini sedang berada di quarter life krisis ((again)). Banyak sekali kegalauan dan dilema. Salah satunya tentang; apakah tidak boleh untuk hidup begini-begini saja? Menjadi orang yg biasa-biasa saja dan tidak punya ambisi besar selain bisa hidup tenang dan merasa cukup. Dan ternyata emang nggak papa. Karena hidup berbeda dgn kebanyakan orang tak lantas membuat hidup kita menjadi tak lebih berharga.
Salah satu quote favorit ❤️🩹
"...aku hanya ingin sekali saja hidup tanpa harus berpikir tentang menang dan kalah. …selama ini tanpa sadar aku mengikuti sebuah lomba, namun aku tak tahu perlombaan macam apa. Sekarang aku baru saja menarik diri dari perlombaan itu. Karena sudah tidak ikut berlomba, aku tentu saja tidak menang ataupun kalah."
Setelah lama penasaran, akhirnya bisa baca buku ini juga.
Buku pengembangan diri ini memiliki cita rasa yang berbeda. Dan apa yang dituliskan penulis memiliki keterhubungan dengan diri saya. Selama membacanya, seolah saya sedang berbicara dengan isi kepala saya sendiri. Bagian yang saya sukai ketika si penulis mengungkapkan bahwa menjadi biasa saja pun cukup. Ia pun membongkar bagaimana kerja keras kadang justru menjadi perangkap bagi kita untuk berkembang. Ia juga mengajak kita untuk berhenti sejenak, bukan untuk menyerah, tetapi untuk melihat perjalanan yang telah kita lalui dan beristirahat sebelum memulainya lagi. Tentu, ide untuk menjadi biasa saja, berhenti sejenak, dll yang ditulis di buku ini masih belum lazim di tengah masyarakat yang mengharapkan kita bekerja keras. Maka dari itu, buku ini menjadi pengingat yang baik, khususnya bagi saya.
Aku enjoy banget baca buku ini, bisa banget buat dinikmatin di kala santai. Apalagi dia membawa issue kapitalisme, kemiskinan struktural dengan bahasa yang sangat santai terutama dengan penulis memperlihatkan kondisi Korea Selatan. Manurutku buku ini cocok banget buat kalian yang mungkin perlu waktu istrihat sejenak dari hiruk pikuk dunia sambil minum kopi atau teh di depan rumah atau taman (?). Ya overall ga ada review yang terlalu kritis sih buku ini, isinya lebih ke curhatan penulis tentang gimana kejam nya dunia sekarang dengan segala ekspektasi yang dibebankan kepada kita sebagai manusia.
langsung aku habisin sekali baca! se-enjoy itu bacanyaa. biasanya aku kurang suka buku self-improvement korea karena penerjemahannya kaku, tapi buku ini ngga!
tulisan esai yang ditulis penulis ini relate banget, dia ngga hanya ceritain pengalaman dirinya tapi juga cerita gimana orang-orang korea biasanya ngejalanin hidup mereka. dia juga cerita banyak kegagalan dalam hidupnya dan pemikiran2 yang aku (dan pembaca lainnya) bisa relate. suka banget! 🌟