Haji Marhum meninggal! Penduduk desa penasaran, siapa yang akan mewarisi perkebunan kembang nyekar beliau, sedangkan juragan tanah itu dikenal tak punya istri atau anak? Selama hidup, beliau tinggal bersama pengurus rumah berserta Jayanti dan Kusuma, dua gadis yatim piatu, anak-anak mantan pekerja yang tewas akibat bencana.
Seminggu kemudian, datang pemuda kota bernama Entong mengaku sebagai anak mendiang. Baru sehari pemuda itu di sana, Jayanti langsung menyadari bahwa yang ahli waris itu kejar cuma harta peninggalan sang majikan. Entong tidak punya kepedulian terhadap perkebunan itu, apalagi niat merawat usaha yang almarhum rintis demi memastikan warga desa punya kehidupan layak. Benar saja. Segera sesudahnya, Entong menyingkirkan Jayanti, Kusuma, dan Mbok Rohma dari kediaman tersebut, lalu memanfaatkan fasilitas yang ada mengikuti kebutuhannya semata.
Tak lama, muncul tiga orang ahli waris berikutnya. Setiap ahli waris membawa cerita mengejutkan mengenai masa lalu Haji Marhum. Entong berang. Demi memastikan jatah warisannya tidak berkurang, Entong melakukan berbagai taktik tidak terpuji. Jayanti yang tumbuh dalam teladan Pak Haji berusaha menggagalkan rencan rencana kotor si pemuda kota. Namun, kemunculan satu lagi ahli waris membuat hidup Jayanti kian porak-poranda.
"Bukan keluarga namanya kalau saling menyerang dan menjegal, memanipulasi dan menyakiti."
Novel ini merupakan salah satu pemenang cerita khatulistiwa tahun 2022. Bercerita tentang Jayanti, seorang anak mantan pekerja Haji Marhum yg meninggal akibat bencana. Semasa Haji Marhum hidup Jayanti membantu mengurus perkebunan dan beberapa usaha yg dikelola Haji Marhum. Masalah kemudian muncul saat Haji Marhum meninggal dan muncul seorang pemuda kota, Entong, yg mengaku sebagai anak haji Marhum dan ingin mengambil alih harta warisan Haji Marhum tanpa memperdulikan kelangsungan perkebunan dan usaha yg dikelola Haji Marhum semasa hidupnya.
Saat Entong mencoba agar segera bisa mengklaim semua warisannya, muncul pula ahli waris lain yg membuat Entong merasa terancam dan melakukan segala cara agar jatah warisannya tidak berkurang.
Novel ini menjelaskan bagaimana proses pembagian harta warisan baik itu secara hukum dan agama. Juga bagaimana prosesnya secara hukum jika terdapat sengketa atau ahli waris yg lebih dari satu.
Baca novel ini tuh aku dibuat emosi dan banyak-banyak istighfar liat kelakuan tokoh-tokohnya. Yang serakah, manipulatif dan menghalalkan segala cara agar keinginannya terpenuhi, bahkan sampai tega mengutuk seorang anak padahal dia sendiri tidak pernah mengurus si anak dari kecil.
Memang yg namanya uang itu ga kenal yg namanya saudara, makanya banyak tali persaudaraan yg terputus hanya karena uang dan warisan.
Terdapat plot twist yg lumayan mengejutkan, dan disaat alu pikir salag satu tokoh ini bakal membawa angin segar untuk Jayanti, tapi ternyata dia sama aja kayak yg lain, bikin pengen maki-maki jadinya 🤬.
Walau banyak bikin emosi pas baca, tapi tetep ada part-part yg bikin terharu pas bacanya. Aku suka saat Jayanti berani mengambil keputusan untuk menjauh dari semua masalah yg ada dan memilih untuk melanjutkan hidupnya dengan tenang dan jauh dari orang-orang toxic yg belakangan mengelilinginya, walaupun memang tetap berat baginya karena meninggalkan hal yg selama ini diurus dan dijaganya sepenuh hati.
Untungnya endingnya memuaskan, apalagi ada romansa tipis-tipis antar Jayanti dan Jonathan yg bikin reda dikit emosiku pas bacanya
Overall aku menikmati baca novel ini. Tulisannta enak, page turning, kesan pedesaannya berasa banget, deksripsi alamnya, warga-warganya, keseharian mereka semuanya dapet banget, berasa adem gitu. Walau ceritanya bikin emosi tapi banyak pelajaran yg bisa diambil dari novel ini, seperti jangan menyepelekan pekerjaan orang lain, jangan serakah dan tamak sampai-sampai menghalalkan segala cara dll. Recommended banget buat dibaca. Aku jadi penasaran pengen baca novel pemenang cerita khatulistiwa yg lain nih
Nyekar (ziarah kubur yg dibarengi dengan penaburan bunga dipusara makam) sebuah istilah yg tidak asing di telinga. Sejak kecil gw udah dikenalkan dengan istilah tersebut dan sering diajak untuk ikut melakukan tradisi ini.
Ternyata tradisi ini ada tata cara serta tujuannya. Menurut pemahaman gw pribadi, tradisi ini mempunyai makna yg baik yaitu jika menggunjungi "masa lalu" diharuskan untuk memberi kesan yg baik (adem dan wangi). Tapi kadang terlintas hal konyol dipikiran gw saat melakukan tradisi ini, yaitu gw harus memberi kesan yg baik namun kenyataannya apakah memang baik-baik saja? Bunga dan air hanya sebagai alat untuk meredam sementara gerahnya suasana kehidupan dan menyamarkan bau busuk dari sisi gelap setiap manusia.
Melalui buku ini penulis memaparkan fakta, bahwa Harta dapat merekatkan yg retak, mendekatkan yg jauh serta membuka cerita lama yg sudah terkubur lalu ditaburi bunga yg disambut dengan suara gemericik air.
Seperti kata pepatah;
Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan nama, karena hartanya sudah balik nama, gimana caranya? 🤣
Buku ini memberikan panduan bermacam cara untuk melalukan proses balik nama harta yg sudah direlakan oleh pemiliknya. Bagi kalian yg masih bingung tentang urusana harta gono-gini, silahkan baca buku ini.
Penulisannya rapih banget, jadi enak dibaca. Ga kerasa tau-tau udah habis aja. Karya dari mbak Ishmaly Hana Hamdi satu ini gw baca sambil dengerin alunan kroncong abadi dari Mus Mulyadi dengan teknik langsung rekam. Jadi ada salah-salah kunci dikit ga masalah, natural. Toh, hidup ga selamanya selalu benar...
Setelah sekian lama semangat membaca yang menurun karena salah pilih buku, buku ini merupakan satu dari dua buku yang mengembalikan semangat membaca.
Setiap mendekati Ramadhan, keluarga besar saya sudah diramaikan dengan pembicaraan terkait nyekar. Terutama karena ada makam keluarga di Solo.
Buku justru tidak membicarakan prosesi nyekar seperti judul, namun mengisahkan tentang orang-orang yang mendadak pulang dan mengaku sebagai kerabat Haji Marhum yang belum lama meninggal.
Jayanti memang perempuan desa biasa, tapi ia adalah sosok yang selama ini digemplang langsung oleh Haji Marhum. Ia sangat tahu bagaimana cara berbisnis ala Haji Marhum, serta bagaimana bersikap pada sesama. Bahkan orang lebih mempercayai Jayanti dibandingkan orang yang mengaku kerabat Haji Marhum.
Seperti umumnya pembagian harta warisan, ada saja yang bersikap curang, bergaya bak serigala berbulu domba.
Pada akhirnya memang yang baik akan selalu menang. Sayangnya kisah percimtaan Jayanti yang menutup semua kerusuhan dengan epik, kurang panjang alias dikisahkan singkat saja. Padahal bisa jadi bagian yang seru.
Ini adalah buku ketiga dari seri khatulistiwa yang saya kasih bintang lima. Kenapa? Ada banyak alasannya: - alurnya rapi dengan tingkat kejengkelan dan kekesalan yang meningkat seiring bab. XD Saya emosi sekali dibuatnya, baik karena konflik maupun karena tokoh-tokohnya itu sendiri; - penokohannya kuat sekali. Saya yakin, pembaca bisa menemukan tokoh-tokoh di dalam buku ini dalam kehidupan keseharian. Buat saya, ini nyata sekali dan saya pribadi pernah ketemu orang-orang begini selama hidup; - konfliknya realistis, tidak dibuat-buat atau diada-adakan. Memang begitulah hidup. Memang begitulah manusia dengan seribu satu permasalahannya; - tidak ada saltik.
Saya suka banget sama tokoh utamanya yang meski lembut di luar, tetapi tegas di dalam. Berani ambil keputusan dan menentukan jalan hidupnya sendiri yang menurut saya sangat manusiawi dan realistis alih-alih menyinetronkan diri awwkwkw.
Buat saya, buku ini wajib dibaca buat yang suka novel bertema lokal, dengan budaya lokal, dan pola pikir yang saaaaangat lokal sekali.
Aku padamu Jayanti. Baguslah kalau kamu memutuskan untuk kabur dari orang-orang beracun ini. Saya pun demikian.
Judul: Nyekar Penulis: Ishmaly Hana Hamdi Rate: 4.6/5
Pembagian warisan Haji Marhum berlangsung pelik. Ahli waris yang sebelumnya tidak pernah terlihat, bermunculan seperti katak sehabis hujan. Pak Haji ternyata memiliki banyak rahasia masa lalu yang baru terbuka setelah pemilik perkebunan itu wafat.
Saat membaca buku ini, gambaran yang jelas muncul di pemikiran saya seperti sedang menonton film Indonesia di layar lebar. Alurnya rapi dan karakter tokoh antagonisnya betul-betul membakar emosi. Akhir cerita sangat memuaskan karena tidak ada lagi pertanyaan yang mengganjal. Sayangnya, tidak ada catatan kaki yang menerjemahkan bahasa Inggris dan Jawa yang digunakan dalam cerita. Meskipun hanya kosakata sederhana dan jumlahnya tidak banyak, saya merasa catatan kaki tetap diperlukan.
An ordinary but also unusual story. The author is quite brave to touch on Islamic Inheritance Law and the polyandry case making it the background of the problem. Interesting!