Isi buku ini mencoba mengkaji seberapa besar pengaruh pemikiran Barat terhadap masyarakat Indonesia terutama masyarakat Jawa yang punya pengaruh kuat dalam pembentukan budaya Indonesia.
Danys Lombart mengkaji lapakah pembaratan di Indonesia merupakan suatu peralihan budaya Indonesia yang sepenuhnya menuju masyarakat yang berorientasi ke budaya Barat atau justru ada suatu penolakan terhadap pengaruh budaya Barat dan mencoba menegaskan bahwa budaya lokal adalah budaya yang harus dipertahankan dan dilestarikan.
Melalui buku ini Denys Lombard mencoba menyajikan sejarah Indonesia dengan menaruh fokus di Pulau Jawa tapi tidak terbatas pada Jawa saja. Pembahasan yang coba ia sampaikan cukup menarik dengan menggunakan penyajian yang agak berbeda dengan penyajian buku sejarah pada umumnya. Secara garis besar, ia mencoba menelusuri pengaruh dari budaya Barat ke dalam Indonesia.
Walaupun ada beberapa detail yang tidak dimasukkan, namun hal itu dapat dipahami sebagai upaya untuk tidak keluar dari fokus pembahasan atau terkait dengan masih kurangnya kajian historis pada masa penulisan buku dibandingkan masa sekarang.
Akan menarik apabila buku ini ditulis pada era reformasi khususnya setelah munculnya internet.
Pada bagian pertama, Denys berusaha untuk menunjukkan sampai batas mana seluruh kehidupan pribumi dipengaruhi oleh budaya impor Barat sekaligus menceritakan bagaimana orang kita merespon akan hal itu. Kira-kira seperti itu premis buku ini.
Saya pribadi sangat menikmati gaya penulisan Denys yang mudah dipahami ketika membicarakan banyak hal yang sangat kompleks seperti pertukaran budaya seperti ini.
Sebagai pengantar ke dua jilid selanjutnya, saya kira Denys cukup baik mengantar pembaca untuk sekadar menengok kelanjutan cerita silang budaya ini.
Kebudayaan China maupun Arab sama-sama berperan membentuk kebudayaan Indonesia sekarang. Tapi sejatinya, jejak dalam bentuk naskah lebih mudah ditemukan untuk China. Saya kesulitan mencari manuskrip Arab.
Saya membaca Denys Lombard pertama kali pada tahun 2009 dengan penuh keterpesonaan. Dan sekarang membacanya kembali dengan keterpesonaan yang sama. Tigapuluhan tahun meneliti Indonesia, ia menghasilkan karya raksasa berjudul Nusa Jawa : Silang Budaya. Karya ini terdiri dari 3 jilid, masing-masing berdasarkan pembagian yang tidak umum. Jilid pertama mengulas batas-batas Pembaratan. Jilid ke-2 mengulas pengaruh jaringan Asia (Cina, India, Arab) dan memberi tekanan pada pengaruh Islam. Jilid ke-3 membicarakan kerajaan-kerajaan konsentris yang menandai pengaruh Hindu Budha di Kepulauan Nusantara. Saya ingin mengulas banyak hal tentang buku ini seandainya bisa. Sayang, saya tidak bisa. Di kepala saya yang sederhana ini tidak terdapat ruang yang lapang untuk kerangka historis dan dasar yang sahih dari disiplin ilmu ini. Saya membacanya, barangkali sebagaimana saya membaca novel. Mulai dari awal cerita dan terus ke halaman berikutnya sambil mengira akan menemukan diri saya sendiri di bagian kisah agak akhir. Ternyata tidak. Nama saya belum ada dalam sejarah. Tidak apa. Tidak ditulis sejarah bukan kisah terburuk saya. Bahkan, ini memang bukan kisah saya.
sudah banyak ulasan terhadap buku ini. pokoknya: keren! jilid satu ini mengulas peristiwa-peristiwa historis yang paling dekat dengan kita masa kini, jilid duanya nanti mengulas hal yang lbeih jauh, demikian pula jilid ketiga -mundur lagi ke belakang- mengulas hal-hal mendasar yang ada di kedalaman mentalitas orang nusantara.
cara mengisahkan sejarah yang seperti ini miirip tindakan arkeolog yang mnegupas lapis demi lapis fakta historis ke belakang, mundur dari posisi terdekat dengan kita.
Buku ini secara komprehensif membeberkan sejarah panjang terjadinya westernisasi (dalam buku ini disebut sebagai pembaratan) di Indonesia. Denys Lombard juga membahas dampak-dampaknya bagi Indonesia hari ini.
Nusantara atau Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Mulai dari tambang dan mineral yang terdapat di dalam perutnya, permukaan tanah yang subur, hingga iklim tropis yang mendukung kegiatan bercocok tanam. Selain itu luas wilayah Indonesia yang didominasi oleh lautan juga terbentang dari Sabang sampai Merauke. Luas lautan Indonesia mencakup dua pertiga dari seluruh luas wilayah Indonesia. Lautan bukanlah pemisah, namun penghubung antar pulau Indonesia. Membahas tentang Indonesia pasti tidak akan jauh dari Pulau Jawa. Di mana hampir semua peristiwa dan sejarah penting terjadi di Pulau Jawa. Maka dari itu tidak heran jika Denys Lombard menulis dan menyusun mahakaryanya yang berjudul Nusa Jawa: Silang Budaya.
Nusa Jawa: Silang Budaya dibagi menjadi tiga bagian yang membahas peradaban-peradaban asing yang memengaruhi budaya Indonesia hingga menjadi seperti sekarang. Peradaban-peradaban asing itu antara lain adalah Barat, Islam, Cina, dan India. Lewat buku pertamanya ini Lombard lebih fokus pada kajian tentang pengaruh westernisasi terhadap Pulau Jawa. Di sini Lombard ingin memberikan pandangan terhadap Indonesia lewat kacamata asing khususnya Bangsa Eropa. Tidak banyak analisis ilmiah mengenai sejarah terbentuknya budaya di Indonesia lewat sudut pandang asing. Pandangan asing ini sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia untuk tahu akan pandangan serta tindakan 'orang barat' terhadap Indonesia.
Dalam buku ini Lombard memberikan gambaran tentang kondisi geografis, geologis, ekonomi, dan sejarah Pulau Jawa secara umum. Proses westernisasi di Pulau Jawa terjadi saat berlabuhnya para pelaut Belanda pimpinan Cornelis de Houtman di Banten. Lalu terbentuklah VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie) pada tahun 1602. Masa kolonial Belanda membentuk empat golongan yang terpengaruh westernisasi. Empat golongan tersebut adalah orang-orang Kristen asli Indonesia, golongan priyai, tentara dan akdemis, dan kelas menengah. Lombard juga membahas warisan-warisan westernisasi yang ditinggalkan oleh Belanda. Mulai dari jalan raya, kereta api, obat-obatan, gestur, hingga bahasa. Gaya arsitektur di Indonesia pun tak luput dari proses westernisasi. Terlihat dari beberapa gedung yang terpengaruh dari gaya Eropa.
Westernisasi juga memiliki dampak buruk untuk Indonesia. Contohnya adalah mengikisnya kebudayaan-kebudayaan daerah di Indonesia. Kegiatan pariwisata yang semakin ramai pun membuat ritus-ritus yang keramat menjadi leper. Prasasti-prasasti dari masa kerjaan Hindu-Buddha pun diimtasi. Sehingga membuat Indonesia miskin akan kebudayaannya sendiri. Terakhir timbul respon dari proses westernisasi di Indonesia. Proses asimilasli terjadi dengan adanya kawin silang antara kolonial dengan pribumi yang menciptakan orang Indo. Orang-orang Indo inilah yang berperan besar dalam proses westernisasi di Indonesia. Di sini terlihat jika westernisasi di Indonesia menciptakan proses asimilasli budaya di dalamnya. Tak hanya sekadar memajukan Bangsa Indonesia, westernisasi juga memiliki kekurangannya tersendiri.
Secara keseluruhan Nusa Jawa: Silang Budaya 1 Batas-Batas Pembaratan adalah sebuah mahakarya komprehensif yang memperlihatkan proses westernisasi di Indonesia secara detail dan apa adanya. Jujur saja sebagai pembaca saya tidak seratus persen bisa memahami isi buku ini. Terdapat beberapa bahasa dan istilah-istilah yang masih asing di telinga saya. Namun gaya bahasa yang digunakan terbilang komunikatif dengan menyertakan beberapa gambar dan ilustrasi beserta penjelasannya. Setiap pembahasan pun dibahas secara mendetail dan lengkap, bahkan bisa dibilang ada beberapa bagian yang menurut saya terlalu kepanjangan. Nusa Jawa: Silang Budaya 1 Batas-Batas Pembaratan merupakan sebuah karya yang perlu dibaca oleh masyarakat Indonesia. Meskipun isinya terbilang cukup berat, tapi buku ini masih bisa dinikmati orang awam seperti saya.