Jump to ratings and reviews
Rate this book

TETRA KARYA PUTHUT EA

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

Rate this book

319 pages, Paperback

First published January 1, 2005

122 people are currently reading
1542 people want to read

About the author

Puthut EA

68 books236 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
272 (26%)
4 stars
415 (40%)
3 stars
266 (25%)
2 stars
49 (4%)
1 star
29 (2%)
Displaying 1 - 30 of 175 reviews
Profile Image for Thesunan.
54 reviews20 followers
July 18, 2010
Peringatan :This review has been restricted to several readers because it contains curcol

Bagi yg mengharapkan hasil review dari seorang reviewer profesional, silahkan meninggalkan halaman ini dan disarankan tidak melanjutkan membacanya, kecuali anda ingin muntah2, demam tinggi, diare, atau dianggap tidak prima.








Kenapa saya membatasi yg baca review saya, karena review saya tidak mengikuti pakem2 yg berlaku dalam menulis review, diantaranya adalah (dikutip dari salah satu sumber):

1. Menilai Plot - maju, mundur, flashback - kecepatan alur

Jujur saya gak ngerti tentang Plot, saya gak ngerti tentang masalah penerbangan, cara mundurin pesawat, cara majuin pesawat apalagi kalo nyuruh saya bawa pesawat secepat kilat (flash). Mungkin rekan2 yg bekerja di salah satu maskapai penerbangan atau yg kuliah di jurusan penerbangan bisa memberikan penjelasan kepada saya.

2. Menilai Karakter / Penokohan

Menilai karakter merupakan salah satu kelemahan saya, bertahun2 saya kuliah saya gak pernah hafal cara menilai karakter, saya selalu membuka tabel untuk mencari nilai suatu karakter, dan salah satunya bisa dilihat di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Ascii

menilai penokohan, ini jg saya masih belajar, kebetulan saya berencana mau buka toko, mungkin klo toko saya udah jadi, saya bisa sedikit bercerita tentang cara menilai toko eh penokohan.

3.Menilai suasana (atmosphere)

Saya beberapa kali mengunjungi Atmosphere yg ada di jalan Lengkong Bandung, cuma saja saya gak sempet menilai suasananya, terakhir saya ke Atmosphere di malam Valentine, kebetulan ada band Kerispatih manggung di sana, wah sayang sekali ya vokalis Kerispatih udah diganti, we want Sammy Kerispatih!!!!

4. Pelajaran yang dipetik

Memetik pelajaran bukanlah sesuatu yg akrab ditelinga saya, saya lebih senang memetik bunga/"bunga" yang baru tumbuh, atau memetik buah tetangga, apalagi kalau sudah masuk musim rambutan atau mangga.. gak tau kenapa, hasil buah yg dipetik dari pohon tetangga tanpa bilang dulu sama yg punya selalu terasa lebih nikmat..(apalagi kalau memetik buah yg lain)


5.Masalah teknis buku (misal typo, jilidan gak kuat, sampul jelek)

Entahlah saya gak peduli sama urusan kaya gini, saya selalu teringat sama pepatah yang mengatakan : Don't Cover a Book by The Judge serahkan sama ahlinya saja, urusan koper-mengkoper serahkan sama tukang potokopi dan hakim tetaplah di pengadilan. Teringat waktu masa2 skripsi dulu, saya menyerahkan urusan jilid dan sampul sama tukang potokopi dan gak meminta bantuan sama om saya yg kebetulan seorang hakim, karena saya tau om saya pasti gak akan bisa membantu.

6.Logic check

Kerjaan yg saya geluti sekarang gak jauh2 dari masalah ini, salah satunya debugging program yg pasti melibatkan pengecekan logika, namun saya masih gak merasa mumpuni dalam bidang ini, waktu kuliah saya dua kali mengambil matakuliah Logika, yg pertama dapat 'D' dan yg kedua dapet 'C', ini salah satu bukti ketidakprimaan saya..

Last but not least, dari point 1-6 itu, peresensi profesional selalu memberikan kritikan membangun. Something for the readers, the writer, the production team to learn from.


karena saya bukan peresensi profesional dan bukan tukang bangunan, maka saya tidak bisa memberikan kritik yg membangun.

Kredit: Adira finance, FIF, Busan finance,

nb: maaf bulan ini saya belum bisa bayar cicilan, maklum proyekan lagi seret..

saya kira cukup penjelasan kenapa saya tidak bisa menjadi seorang reviewer profesional. Mari lanjutkan ke isi curcolan.

-----------------------------------------------------------------------
Sesungguhnya, aku hanya ingin kebahagiaan yang sederhana. Sesederhana membangunkan seseorang dari tidurnya di pagi hari, dan kemudian bercinta. hal. 7

Tidak banyak novel Indonesia cinta2an yang saya baca ditulis dari sudut pandang Lelaki, terutama yg ditulis tanpa banyak menye2. Yang paling saya ingat adalah novel Always Laila , dan novel karya Puthut EA ini yg baru saja selesai saya baca.

Sebuah novel yg bercerita tentang hal yg mungkin klise tapi selalu menjadi topik yg menyenangkan untuk dibahas. Membaca novel2 seperti ini selalu memunculkan kupu2 di perut saya, yang pasti gak bisa sembuh walaupun sudah minum larutan cap kupu2.
Adanya kesamaan kisah tokoh di novel dengan kisah saya membuat saya mencintai novel ini dari awal sampai akhir.

Pernahkah mencintai seseorang tapi kita gak bisa memilikinya?
pernahkah kita jatuh cinta kepada orang yang salah.?
pernahkah kita mencintai pada waktu yg tidak tepat?
atau pernahkah anda terluka dan berupaya menyembuhkan diri dari luka itu.?

buku ini bercerita tentang semua itu..

Pernah saya mengalami masa2 hilang semangat, masa2 suntuk akut menyerang. Berminggu-minggu mengurung diri di kamar, tergeletak seperti paus terdampar merenungi perjalanan hidup. Tiduran, nonton tv, baca buku sambil mendengarkan musik, sangat2 tidak produktif. Udara yg getir memenuhi kamar, terasa ada yg kurang. Sangatlah membosankan, bahkan mimpi sebagai bunga tidur pun terasa membosankan.

Teman saya merasa risih liat keadaan saya yg seperti itu, berbagai macam cara mereka lakukan agar saya keluar dari keadaan itu. Sampai mereka sibuk mencarikan saya pacar, tapi memang cinta dan perasaan tidak bisa dipaksakan. Kebanyakan wanita yg dikenalkan pada saya gak bisa menerima masa lalu saya, dan merasa cemburu sama wanita di masa lalu saya. "Aku telah mencintai seorang perempuan, dan dia meninggalkanku. Satu2nya kesalahanku adalah karena aku terlalu mencintai perempuan itu, dan sialnya aku tak bisa mencintai yg lain lagi. " hal. 15

Dan momen itu pun datang, momen ketika perempuan itu meminta maaf atas segalanya, atas kesalahannya. Saying trully sorry, meminta saya mengakhiri penderitaan ini. Dia meminta saya berjanji, saya jawab saya berjanji. Dan saya pun meminta dia berjanji jangan pernah menghubungi saya lagi.

So I say thank you for the scars
And the guilt and the pain
Every tear I've never cried
Has sealed your f*cking fate


Dari dulu saya menyatakan bahwa saya sudah move on, sudah sembuh, tapi ternyata lagi2 saya dihadapkan pada suatu keadaan dimana saya ternyata gak benar2 move on. Terutama bila badai yang bernama kenangan itu muncul.

Ia, kenangan, bisa datang dari apa saja, dari mana saja, seperti setan. Ia bisa menyentak ketika kita sedang mengaduk minuman. Ia bisa menerabas hanya lewat satu adegan kecil di film yang sedang kita nonton. Ia bisa menyeruak dari sebuah deskripsi novel yang sedang kita baca. Ia bersemayam di mana-mana. di bau parfum orang yang bersimpangan dengan kita, di saat kita sedang termangu di pantai, di saat kita sedang mendengarkan lagu. hal.140

Kenangan : Dia datang tak dijemput dan pulang tak diantar seperti Jaelangkung. Dan sialnya lagi, setiap badai kenangan itu turun, ia hanya mempunyai satu kepastian: rasa sedih yang menyesakkan.


Oooh Bunda maafkan anakmu yang ganteng ini, orang lain sudah bisa membikin novel yg bagus ini, sedangkan anakmu membikikn review yang baik saja tidak bisa.


-------------------------------------------------------------------------------
---bitter man-----

baca buku ini sambil dengerin lagu Skid Row - I Remember You

http://www.youtube.com/watch?v=ivFYVA...


Woke up to the sound of pouring rain
The wind would whisper and I'd think of you
And all the tears you cried, that called my name
And when you needed me I came through

I paint a picture of the days gone by
When love went blind and you would make me see
I'd stare a lifetime into your eyes
So that I knew you were there for me
Time after time you were there for me

Remember yesterday - walking hand in hand
Love letters in the sand - I remember you
Through the sleepless nights and every endless day
I'd wanna hear you say - I remember you

We spend the summer with the top rolled down
Wished ever after would be like this
You said I love you babe, without a sound
I said I'd give my life for just one kiss
I'd live for your smile and die for your kiss
Profile Image for Yuli Hasmaliah.
71 reviews1 follower
April 15, 2018
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu. Jangan membaca buku ini sambil mendengarkan lagu Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dari Fiersa Besari ft. Thantri. Sungguh kalian akan dibabat habis mewek dibuatnya!

Ya, cinta tak pernah tepat waktu. Kisah cinta pilu yang dialami oleh lelaki malang terhadap berbagai wajah gadis yang di temuinya. Pilu karena semuanya tak berakhir bahagia.

Ini adalah kali pertama saya membaca karya Phutut Ea. Kata orang-orang bagus, dan menurut saya pun memang bagus. Ceritanya memang sederhana dan gaya penulisannya pun sama. Awalnya saya pikir ini kumpulan cerpen karena terbagi dalam beberapa bab, namun saya salah. Ah, memang saya seringkali salah.

Sebenarnya saya bukanlah tipikal orang yang beranggapan bahwa 'waktu yang salah' namun 'tepat pada waktunya', ya lagi-lagi saya selalu mengaitkan dengan ajaran agama yang saya anut kan. Semua yang terjadi, bahkan cinta sekalipun, sudah direncanakan dengan oleh Tuhan. Semua yang terjadi sesuai dengan kehendaknya, sesuai dengan waktunya, ya, di waktu yang tepat; semuanya hanya tentang kesiapan dalam diri saja. Tapi lagi-lagi logika dan hal-hal lainnya jika dikaitan dengan cinta hanya akan menjadi suatu hal yang saya yakin akan bertolak belakang.
Profile Image for nindy.
29 reviews25 followers
August 9, 2016
Saya bukan tipe gadis yang akan membeli buku tanpa perencanaan yang matang. Jika tiba di sebuah toko buku dan membaca blurb kemudian tertarik, biasanya saya hanya mencatat judul bukunya dan kembali lagi ke toko buku di kemudian hari untuk meyakinkan diri apakah saya memang benar-benar menginginkan buku tersebut. Tetapi saat menyambangi Gramedia dan mata menangkap sebuah buku karya Puthut EA, saya tidak dapat membantu kecuali mengambil bukunya dan menyiapkan beberapa lembar rupiah. Penulis ini tidak asing di telinga saya, mungkin karena Papa pernah menyebut namanya beberapa kali di masa lampau.

Judulnya menarik. Begitupun dengan satu paragraf blurb yang membuat penasaran. Novel ini menjanjikan sebuah hal soal hidup yang berharga dan layak dijalani. Lima belas bab tertulis di sini, diawali dengan Pengantar Penerbit dan Prolog yang cukup mengundang keinginan untuk segera menyelami kisah demi kisah.

Menggunakan sudut pandang orang pertama, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu memudahkan saya memahami pengenalan tokohnya. Gaya bahasa yang luwes tapi tidak kelewat gaul juga menjadi satu nilai tambah. Sempat dibuat bingung pada beberapa bagian mengenai perubahan sudut pandang, tapi tidak mengurangi kekhidmatan membaca dan pemahaman mengenai alur ceritanya.

Plot dibuat maju-mundur, tapi tetap dengan pembawaan yang apik sehingga tidak membingungkan pembaca. Ada kalanya saya diajak turut resah dengan pemikiran-pemikiran tokoh Aku yang seringkali mencampuradukkan kenyataan dengan badai kenangan masa lalu. Setiap detilnya terasa tidak memaksa. Saya cukup menikmati jalan ceritanya hingga sampailah pada bab mengenai masa lalu tokoh yang penuh dengan istilah-istilah politik dan membahas birokrasi. Menurut saya, bab ini kurang memiliki pengaruh pada keseluruhan cerita. Boleh saja jika ingin melewatkan bab mengenai kelamnya masa lalu tokoh yang berhubungan dengan sejarah politik negeri. Walau di bab selanjutnya ada pembahasan sedikit, toh bagi saya itu tidak berpengaruh apa-apa. Sedikit bosan saat berada pada bab ini, tapi kebosanan saya terbayar oleh serunya bab-bab lanjutan.

"Perilaku orang yang jatuh cinta memang menjijikkan. Tapi, cinta memberi sesuatu yang menurutku mengenakkan." --hal. 43.

"Di atas seluruh kesempurnaan hanya ada sikap sederhana dan rendah hati." --hal. 100.

"Ibarat seorang atlet yang cedera, seharusnya disembuhkan dulu luka itu, baru ia berlatih lagi dan bertanding lagi. Sebab, jika ia terluka dan tetap berlatih serta bertanding, kamu akan semakin terluka, bahkan jika kasus itu sepertimu, bisa melukai orang lain." --hal. 185.

"Aku tidak punya alasan untuk tidak mencintaimu sampai kapan pun." --hal. 203.


Membaca novel ini seperti memainkan kisah hidup saya sendiri, menonton ulang, kemudian mencatat bagian-bagian mana yang perlu dan tidak perlu diingat sebagai pembelajaran. Tema yang diangkat cukup dekat dengan pengalaman saya. Bolehlah ia berjudul Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, tapi jangan terkecoh menganggap buku ini akan menyajikan seluk beluk mengenai urusan cinta saja. Novel ini mengajak saya memahami arti mencintai diri sendiri, juga menyembuhkan luka yang mungkin masih tersisa pada hidup saya.

Menariknya, dalam Cinta Tak Pernah Tepat Waktu juga disebutkan beberapa nama penulis yang juga teman Puthut berkarya, seperti Eka Kurniawan. Mereka seakan menjadi cameo pada novel ini, bahkan tokoh Puthut EA sendiripun muncul. Seolah-olah sang tokoh Aku berkawan dengan penulis-penulis dengan gaya menulis serupa.

Bintang lima tidak akan ragu saya berikan untuk karya Puthut satu ini apabila bab yang membuat saya sempat berhenti membaca ditiadakan.
Profile Image for Innike Sumarni.
17 reviews
February 13, 2025
Novel ini mengingatkan saya dengan novel Laut Bercerita karya Leila Chudori, meskipun novel ini lahir lebih dulu dan lebih banyak menceritakan sisi kegagalan romansa tokoh Aku.

Jujur saja, sekitar 3/4 buku ini bikin saya ikutan stress dengan karakter dan keresahan tokoh utama. Apalagi cara si tokoh menyikapi semua itu, bikin makin-makin. Meski begitu, gambaran yang disajikan sangat realistis, bahkan masih relate hingga kini walau novel ini telah ditulis dua puluh tahun yang lalu…
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
August 1, 2021
Kesimpulannya, Puthut EA mengajarkan:

Selesaikan, lalu sembuhkan dulu segala bentuk perasaan dan luka masa lalu, sebelum berani melangkah, sekaligus memulai cerita (cinta) yang baru.
Profile Image for Qayiem Razali.
886 reviews84 followers
February 19, 2025
25/2025

-Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
-Puthut EA

Jujur, saya membeli novel ini kerana ingin merasai dulu bagaimana rasanya mendalami kisah ini sebelum menonton filemnya kelak. Fikir saya, ceritanya lebih kurang kisah cinta yang kita baca di novel novel tempatan. Namun, ternyata saya silap.

Buku ini lebih kepada tentang falsafah dalam percintaan. Bagi saya terlalu banyak ayat ayat puitis yang tersusun indah tentang cinta yang kita kira sering saja tidak tepat waktu. Saat kita siap mendapatkan cinta, cinta itu rupanya siap untuk pergi. Meninggalkan kita yang kelelahan sendiri. Dalam cerita ini, sehingga ke akhirnya 'aku' masih setia memilih sepi. Sakit bukan memilih sepi?

Kesimpulannya, buku ini perlu masa untuk dihadam sebenarnya. Perlu dibaca ketika minda sedang lapang. Kalau tidak, memang agak sukar untuk difahamkan ceritanya. Lain lain bagi saya okay okay saja.
1 review2 followers
December 25, 2016
Saya mengenal Puthut EA dari karya-karya cerpennya, serta ini adalah perdana bagi saya membaca novel karya beliau. Saya baru menemukan buku ini di tahun 2016 lewat terbitan Mojok, padahal buku ini terbitan 2005. Tak apalah, sebab saya masih merasakan kepuasan tersendiri usai membaca novel ini. Puthut EA sukses mengabadikan kisah di dalam novelnya ini, bahwa barangkali jika kita baca berpuluh tahun lagi karyanya masih tetap mengesankan dan mengagumkan.

Puthut EA secara tidak langsung telah mengajarkan saya tentang percintaan. Melalui Cinta Tak Pernah Tepat Waktu saya secara terbujur kaku –layaknya orang mendapat ilham- dari kisah-kisah yang tak terduga mengenai jodoh, wanita, kenangan, masa lalu, pahitnya kopi, sebagainya dan sebagainya. Dibingkai nan apik dan segar dengan tema besar cinta.

Membaca paragraf demi paragraf Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, menghadirkan kesan penasaran tersendiri, bagaimana kelanjutan si aku ini dengan tokoh-tokoh wanita yang sengaja dihadirkan, bagaimana kelanjutan si aku melawan masa lalu suram dan kenangan yang pahit, dan pertanyaan terpenting; bagaimana akhir kisah si aku, mendapatkan kekasih atau tidak. Saya mengakui bahwa Puthut EA penulis yang terampil merangkai kata hingga terbentuk kejutan-kejutan kecil, hingga pembaca dibawa jengkel juga melihat tingkah pola si aku. Pada paragraf-paragraf awal pembaca ditunjukkan bentuk-bentuk pesimis dari karakter si aku ini. Selanjutnya cerita semakin larut dan cair, dirangkai dan diabadikan dalam kisah cinta penuh kikuk, kebimbangan, dan diksi-diksi yang sarkas tapi bikin ketawa.

Penasaran! Satu kata tepat yang berhak menggambarkan keadaan saya ketika membaca novel ini. Puthut EA sukses menjadikan manusia demam akan keingintahunan yang tinggi, penasaran, atau bahasa kekiniannya; kepo! Sejujurnya ada kekhawatiran juga apakah kisah ini akan berakhir bahagia atau dibiarkan tetap sendu, namun saya sudah siap sedia menerima resiko hasilnya, apapun akhirnya, saya seperti kesetanan ingin tahu! Saya pasrah saja Puthut EA ingin membawa saya kemana, hingga saya tersadar dan menemui hasil yang, ah sudahlah. Hanya Puthut EA sang penulis yang mengerti.

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu secara keseluruhan memiliki daya pergolakan batin yang dahsyat, kisah tidak menggebu-gebu namun meninggalkan pemaknaan yang dalam. Tokoh si aku dicerca oleh dirinya sendiri, sehingga terlihat dalam perceritaan ini ia tampak bingung sendiri memikirkan kehidupannya yang diperumit oleh dirinya sendiri pula. Karakter aku ini didesak oleh kenangan dan masa lalu yang pelik, yang menjadikannya selalu tampak murung, bersedih, putus asa, bermuram durja dan istilah-istilah mengenaskan lainnya. Si aku selayaknya ingin bebas dari belenggu itu, ia berusaha sekuat tenaga dalam mengobati luka-lukanya.

Puthut EA secara gamblang ingin menyatakan ataupun mendefinisikan cinta dalam bahasa yang lebih sederhana. Bahwa seuntai cinta sejujurnya hanya sesederhana dalam pengungkapkannya. Barangkali cinta memang sesederhana itu, namun Puthut EA juga yang menggiring pembaca memperumit definisi cinta yang sederhana. Bahwa ibaratnya sebuah kapal yang berjalan di laut merupakan hal sederhana, namun bukankah selalu terdapat badai yang kapanpun siap menerjang sebuah kapal di laut? Puthut EA -melalui novel ini- memaketkan kesederhanaan itu dengan badai dan kelam. Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu ini adalah novel perenungan dan perjalanan, bahwa hidup jugalah berisi sebuah perenungan dan perjalanan. Saya menikmati novel ini, layaknya saya menikmati hidup ini! Selamat membaca!
Profile Image for Yurika .
78 reviews
September 13, 2017
Cerita ttg cinta memang kadang klise tapi nggak pernah ada habisnya buat dibahas. Novel ini pun bercerita ttg seorang laki2 yg mencari cinta sejati dan menyembuhkan diri dari luka masa lalunya.

Si tokoh utama, "Aku" masih belum bisa move on dari mantan yg sudah meninggalkannya utk menikah dgn org lain. Lalu dia mencari pelarian dgn memacari banyak perempuan tapi semuanya kandas.
"Aku telah mencintai seorang perempuan dan dia meninggalkanku. Satu2nya kesalahanku adalah krn aku terlalu mencintai perempuan itu dan sialnya aku tdk bisa mencintai yg lain lagi" (hlm.18)

Perjuangan "Aku" utk melupakan masa lalunya tdk mudah krn kita tdk bisa begitu saja menghapus kenangan.
"Kenangan itu seperti kubangan lumpur hidup. Tanpa sadar kita terperosok di dlmnya, dan ketika kita mencoba utk keluar dari kubangan itu, ia semakin menyedot masuk" (h.166).
Buku ini banyak quote2nya yg bikin baper, kyk yg gini nih :
"...kenangan bisa dtg dari apa saja, dari mana saja seperti setan. Ia bisa menyentak ketika sedang mengaduk minuman. Ia bisa menerabas lewat adegan kecil di film. Ia bisa menyeruak dari deskripsi novel yg sdg kita baca. Ia bersemayam dimana2 (h.166).

Di bab2 awal sempet kesel juga dgn karakter tokoh utamanya yg terkesan malas dan pesimis dgn hidupnya, juga sifatnya yg gampang jatuh cinta dan menebar harapan ke banyak perempuan.
Setelah berkali2 gagal menjalin cinta, pada akhirnya ia menyadari, bahwa ia harus menyembuhkan dulu luka dari masa lalu sebelum siap utk cinta yg baru.

Meskipun ceritanya ttg cinta tapi nggak menye2. Buat yg pernah mengalami patah hati krn ditinggalin pacar, buku ini kyknya cocok krn banyak nasehat2 bijak ttg cinta. Seperti nasehat dari tante Wijang, "tanggung dan obati lukamu. Jgn pernah mencoba utk mencari penggantinya sebelum km yakin benar bahwa km telah sembuh" (h.179)
Dari sekian banyak kisah cintanya, menurutku yg paling tak tepat waktu adalah saat perkenalannya dgn Kania. Karena suatu kebodohan dan kekonyolan, akhirnya si tokoh utama gagal lg mendapatkan cintanya.
Profile Image for Hana Ahmad.
57 reviews27 followers
April 1, 2015
Aduh kasihan. Bagaimana ya, ketika hati kita sedang berdegup dengan lajunya saat terkait dengan panahan cinta seseorang, namun rupanya ia hanyalah sebuah rasa yang tidak sempurna, hanya sendirian, seperti bertepuk sebelah tangan.

Semuanya jadi serba tidak kena, bertemu perempuan asing di sebuah acara, diusik hati dengan perempuan - teman rapat si ibu, perempuan yang mencintai kamu namun sudah berkahwin dan mimpi berkahwin dengan perempuan sekian sekian dan penasaran dengan perempuan yang baru dikenali di sebuah kedai kopi. ah, sememangnya cinta tidak pernah tepat waktu.

Bahagian yang paling saya suka pastilah di mozek dua belas; Berkas Kenangan.
Profile Image for Ade Putri.
216 reviews
January 25, 2019
Untuk awalnya, cukup melelahkan sekali baca novelnya. Terlalu banyak cerita yang diselipkan, malah terkesan alurnya jadi melebar kemana-mana. Jadi agak bertele-tele. Dan menurut saya, kalau itu dihilangkan pun tidak akan pengaruh apa-apa pada ceritanya. Hanya sebagai detail, yang kayaknya tidak begitu perlu juga ditulis. Bahkan saya sempat mengira ini kumpulan cerita pendek yang ceritanya memang terpisah. Karena memang tidak nyambung.

Selengkapnya di Delina Books
Profile Image for Sevma.
70 reviews14 followers
August 26, 2017
Sepertinya, Puthut EA sedang berusaha memfiksikan kisah cinta kawannya yang pahit. Saya takjub saat membaca namanya sendiri muncul bersamaan Eka Kurniawan di bab akhir--sebelum epilog.

Di akhir epilog, selepas paragraf terakhir buku ini, seyogyanya, setiap pembaca patut membatin, "Cinta memang tak pernah datang tepat waktu."
6 reviews
February 3, 2018
Sekarang aku tau kenapa buku ini best seller. Buku ini seperti buku panduan. Memulai memahami diri sendiri sebelum memahami aspek lain, kemudian berkenalan dengan individu lain, mengolah rasa, baru memutuskan. Apabila gagal, buku ini juga seperti memberi "tuntunan" untuk "pengobatan".
Ah
Aku jadi ingin bertemu Tante Wijang-ku sendiri.
Profile Image for Farah.
Author 9 books52 followers
November 26, 2011
... a book that make me laugh & smile....
Profile Image for yema.
101 reviews
April 4, 2022
4.5

Aku agak susah sih dapet "connection" sama tokok utama
Profile Image for yun with books.
714 reviews243 followers
February 16, 2021
"Setiap orang punya pengalaman yang buruk. Tapi menurutku, tidak baik kalau seseorang menularkan emosi buruknya itu pada orang lain...

Ibarat seorang atlet yang cedera, seharusnya disembuhkan dulu luka itu, baru ia berlatih lagi dan bertanding lagi. Sebab, jika ia terluka dan tetap berlatih serta bertanding, kamu akan semakin terluka, bahkan jika kasus itu sepertimu, bisa melukai orang lain.

Kalau boleh menyarankan, ubahlah cara hidup seperti itu. Tanggung dan obati lukamu. Pasti sembuh. Jangan pernah berpikir tidak akan sembuh. Dan jangan pernah mencoba mencari penggantinya sebelum kamu yakin bahwa kamu telah sembuh."


my reaction when I finished this book:


Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskan buku pertama karya Puthut EA yang aku baca. Alasan awalku untuk memiliki dan memutuskan untuk membaca buku ini adalah aku demen banget sama judul bukunya . Titik.
Pikiran pertamaku mengira bahwa buku ini akan berisi tentang kutipan-kutipan cinta nan puitis dan sendu. Tapi saya salah.. *ketawa*
Buku ini tragis tapi kocak! Tokoh utama yang dari awal tidak memiliki nama, hanya ada "aku", "kamu", dan "dia" dalam menceritakan perjuangannya untuk mencari cinta, kehilangan cinta dan bangkit dari kejatuhan cinta.
Buku ini ditulis dengan premis cerita seringan mungkin, tidak ribet, dan menurutku tektokan percakapannya juga pas. WALAUPUN, ada beberapa bagian yang menurutku agak "dih....kok gini", but that's okay. Pun buku ini diceritakan secara runtut dari awal mengapa si tokoh utama selalu apes kalau soal menemukan jodoh, seperti ada yang "tidak pas". Lalu, dilanjut dengan cerita masa lalu si tokoh utama yang terpuruk dan jatuh karena cinta, serta perkembangan kebangkitan si tokoh utama dalam menemukan diri sendiri dan cinta kembali.
Akhir cerita dari buku ini memang agak bitter dan seakan-akan tidak selesai, tapi itulah hidup, tidak akan pernah selesai kalau kamu belum meninggal.

Hal yang aku sukai dari buku ini adalah halaman pembuka, prolog yang ditulis berhasil membuatku bergumam, "kayaknya gue bakal suka sama buku ini,". Benar saja, keseluruhan buku ini sangat relatable dengan keadaan banyak orang saat ini (termasuk aku), yaitu takut untuk berkomitmen mencintai lagi setelah kehilangan cinta dan jatuh dalam jurang yang orang lain bilang "patah hati." Jika aku membaca buku ini 2 tahun lalu, buku ini akan jadi bekalku untuk bangkit dari keterpurukan karena kehilangan orang yang dicintai, tanpa kejelasan, ditinggalkan begitu saja.
Tapi, karena aku membaca buku ini sekarang ketika aku sudah "sembuh", aku hanya bisa tertawa, tersenyum dan memaklumi semua yang dilalui si tokoh utama dalam buku ini. This book is too personal for me, jadi yaaaa.... suka aja bacanya, lancar aja gitu, gak ada bosen-bosen gimana. Karena, literally and technically I've been there dan sudah pernah bertemu dengan orang yang persis dengan si tokoh utama ini.

Aku selalu suka membaca perspektif laki-laki dalam melihat dan merasakan sesuatu. Buku ini menjelaskan dengan cukup detil bagaimana laki-laki juga sama vurnerable-nya dengan perempuan jika telah kehilangan jati diri akibat putus cinta. Intinya, mau laki-laki atau perempuan, kalo sudah patah hati sepatah-patahnya, ya tetap aja linglung.
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu mengajarkan bahwa cinta memang tidak pernah tepat waktu, cinta kadang membuat kita kehilangan sekaligus menemukan diri kita sendiri, cinta hanya boleh dirasakan dan diperjuangkan oleh orang yang kuat.

Overall, first impressionku terhadap tulisan Puthut EA positif dan tidak sabar untuk membaca karya-karya beliau yang lain. Pun, aku merekomendasikan buku ini untuk kalian yang merasa bahwa membutuhkan "panduan" mencari jati diri setelah putus cinta atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai. Buku ini menurutku penyemangat yang cukup realistis dan mudah dilakukan, cukup manusiawi juga, se-manusiawinya manusia ketika kehilangan cinta pertama atau kehilangan cinta terdalamnya.
Profile Image for Afrianti Pratiwi.
100 reviews28 followers
March 18, 2021
Ini kali kedua saya membaca buku Cinta Tak Pernah Tepat Waktu karya Phutut Ea. Saya memilih membaca ulang dengan alasan saya nggak paham isinya pada pembacaan pertama entah karena buru-buru atau memang ekspektasi saya ketinggian. Waktu itu, sekitar 4 tahun lalu saya membacanya dengan harapan buku ini bisa memberi saya pencerahan atas hal-hal di luar kuasa saya menyangkut kisah cinta yang memang sangat memuakkan.

Karena terjebak pada bab di mana si tokoh "aku" ikut organisasi mahasiswa 1998, saya jadi merasa buku ini penuh dengan intrik politik, padahal nggak gitu hei. Setelah membaca ulang saya baru tahu bagaimana sakitnya mencintai seseorang dan terlambat mengungkapkannya. Sialan memang.

Buku ini pernah ketumpahan air hujan di kosan. Saya hampir nangis-nangis nggak karuan melihat kamar kosan yang bocor dan buku-buku saya jadi korban sepulang dari luar kota. Sumpah, saya sampai mengutuk yang punya kosan karena nggak kunjung membetulkan atap kosan, tapi tetap berterima kasih juga karena telah menyelamatkan sebagian buku saya walau nggak tepat waktu. Karena buku-buku saya tetep basah dan bergelombang.

Sama halnya seperti perasaan yang yakin kalau hari tidak akan hujan, tapi ternyata pas kita keluar malah hujan deras. Sialnya kita nggak bawa payung. Cerita cinta di buku ini pun demikian. Kita sudah yakin bahwa hubungan akan lancar jaya, ternyata hambatan malang melintang di depan mata tanpa sebelumnya bisa kita lihat.

Lagi-lagi saya mendapati buku dengan sudut pandang orang pertama yang nggak pernah menyebutkan nama. Sama seperti novel Kamu karya Sabda Armandio, buku ini jadi bikin saya terinspirasi, alih-alih sibuk memikirkan nama atau dibuat pusing dengan nama tokoh yang super banyak, buku ini memberi keleluasaan pembaca untuk mengenal tokoh “aku” melalui karakter yang digambarkan selalu sial dalam hal asmara.

“Hei… berhentilah menyalahkan dirimu sendiri. Kamu memang dalam keadaan kacau. Wajar saja kamu berpikir untuk hal-hal seperti itu. Kamu hanya sedang tidak ingin membuat banyak kesalahan seperti yang sudah-sudah…” Hlm. 128.

Perjalanan pertamanya dibuka dengan cerita pertemuan bersama mantan. Mantan ini memang kadang mengusik banget ya. Datangnya nggak diduga, tapi bikin pikiran porak poranda. Mau segimanapun bersikap jaim di depan mantan, tetap saja si tokoh “aku” nggak bisa menyembunyikan kegugupannya. Tapi seperti kebanyakan lelaki, ia pintar ngeles, alias punya serangan balik untuk si mantan yang datang tiba-tiba ini.

Perjalanan si tokoh "aku" dengan beberapa perempuan juga nggak pernah banyak berhasilnya. Saya mau ngetawain dan bilang kalau dia apes banget, tapi kasihan juga. DItambah si “aku” ini udah didesak untuk menikah sama ibunya. Dalam beberapa bab buku ini tentu saja diceritakan bagaimana si tokoh aku mengalami jungkir balik perasaan saat menyukai seseorang.

Pertama, ia masih cinta dengan si mantan yang ditemuinya di sebuah pesta. Sayangnya nggak bisa balikan lantaran si mantan sudah berkeluarga. Kedua, perempuan yang didekatinya setelah si mantan sudah memberikan respon baik, tapi ternyata si “aku” malah nggak ingin menjalin hubungan baru karena dianggap itu hanya memperumit hidupnya. Ketiga, perempuan yang dijodohkan ibunya, ia naksir, tapi sepertinya juga tidak berjalan mulus.

“Aku takut, dalam emosi yang tidak stabil itu, aku justru akan menyakiti banyak orang sehingga malah menumpuk-numpuk permasalahan.” Hlm 66.

Sampai suatu hari ia bertemu seorang gadis yang membuat dadanya berdesir dan naksir. Tapi… karena ini adalah ending cerita, saya nggak mau spoiler, kamu bisa baca sendiri bukunya dan rasakan sensasi greget sambil nyesek dan menyesal kenapa buku ini judulnya Cinta Tak Pernah Tepat Waktu.

Selain membungkus cerita cinta, buku ini juga bicara tentang perenungan dan relasi kehidupan yang bisa dibilang cukup menggambarkan keadaan di tahun 1998. Gerakan-gerakan mahasiswa saat masih gencar-gencarnya untuk menjatuhkan rezim juga sedikit banyak diceritakan. Saya nggak tahu apakah bagian ini merupakan kisah nyata yang sengaja dimasukkan supaya kisahnya lebih realis atau memang mengambil setting waktu di tahun tersebut. Tapi setelah membaca bagian ucapan terima kasihnya, saya menyadari bahwa memang buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata.
---

Dari segi tulisan, saya juga menyukai penuturan Phutut EA yang sederhana dan mudah dipahami. Akhirnya setelah membaca ulang buku ini saya sudah bisa mengutuki dan memaki adegan demi adegan yang bikin si tokoh “aku” apes melulu.

Bagian favorit saya tentu saja ketika si tokoh “aku” menceritakan soal surga kecilnya di beberapa kota. Tapi saya jatuh cinta pada penggambaran surga kecil di Salatiga yang berupa sebuah sanggar yang bangunannya terbuat dari kayu dan dikelilingi tumbuhan menghijau. Karena saking sejuknya tempat itu di pikiran saya, maka saya mengutip bagian favorit itu di sini.

“Jika kamu main ke sana, kamu akan diterima dengan baik. Hanya ada syarat kecil yang harus kamu penuhi: matikan telepon genggammu! Selebihnya, silakan makan apa yang mereka makan. Kalau kamu mau, kamu bisa ikut mencangkul tanah, memberi makan ikan-ikan di kolam, mencari rumput dan memberi makan kambing-kambing di kandang belakang, atau bersuntuklah di dalam perpustakaan. Tidak akan yang menegurmu dan memarahimu, sekali lagi kecuali jika kamu menyalakan telepon genggammu.” Hlm 196 – 197.

Menurut saya, menyenangkan sekali untuk bisa hidup di sana. Apalagi syaratnya hanya harus mematikan telepon genggam. Bukankah hidup terkadang akan lebih tenang tanpa huru-hara dari telepon genggam?

Gara-gara membaca buku ini juga saya jadi ingin berkunjung ke Jogja dan Solo, entah kenapa. Mungkin karena saya ingin menemui seseorang di sana. Semoga waktunya tepat.

Sekian dan selamat membaca. Tetap waras dan jaga kesehatan!
Profile Image for Inggirwan Prasetiyo.
14 reviews
June 3, 2024
Kisah cinta yg berakhir kandas harus dilalui berkali-kali oleh tokoh bernama N. Susah move on dan gampang baper sepertinya memang sifat yg sulit untuk dihilangkan dari diri sang tokoh. Meski begitu, ia selalu menemukan "surga kecil" sebagai tempat untuk menenangkan diri.
Profile Image for Qureee.
23 reviews
December 6, 2017
dari semua novel indonesia yang pernah saya baca ini yang sedikit berbeda isinya, alurnya tidak tertebak dan greget greget menyebalkan, untungnya ini fiksi.
i learned not so much from this novel but enough :')
Profile Image for Mutia Senja.
75 reviews9 followers
March 23, 2024
Ini menyebalkan banget sih. Ke-prank cinta tuh sakitnya minta ampun. Dalam novel ini, paling nyesek pas jatuh cintanya sama Kania. Nyeselnya kerasa banget. Ini part sedih, tapi bacanya justru bikin ngakak! Ceritanya menghibur banget. Nggak sabar pengin nonton versi film-nya.

Momen pertama yang bikin aku mesam-mesem adalah ketika kencan nonton teater sama Kikan (hal 79). Ini konyol sih! Kok bisaaa gitu loh. Kelihatan banget kepolosan tokoh utama. Ingah-ingihnya menonjol pas berhadapan sama cewek, tapi herannya, gampang banget si orang ini naruh hati? Aku sampe bingung pas baca, trus jeda sambil mbatin: Eh bentar, ini cewek yang mana?

Merasa dikerjain pas lagi sama Kikan lagi (baca hal 83). Udah serius-serius nyimak alurnya (meski feelingku bilang: loh kok cepet banget nikahnya?). Ternyata.. aku lagi diprank. Apalagi poin sungkan membicarakan anak. Hmm, ini sih humornya kelewatan. Aku ngerasa novel ini bahasanya obrolan banget. Tulisannya lugas.

Sepanjang baca, dialog langsungnya lumayan banyak. Ini bikin suasana sangat terbangun dan terkesan riil. Sebagai pembaca, aku terbantu ketika membayangkan dialog mereka. Baik dalam telepon, maupun obrolan tatap muka.

Bab “Ketika Musim Demam Tiba”, terasa banget perpindahannya. Tiba-tiba si penulis membicarakan hal serius dengan membawa tragedi 1998. Pokoknya baca novel ini kalau pengin bacaan yang menghibur dan ringan.

#cintatakpernahtepatwaktu #puthutea
Profile Image for Arman Dhani.
49 reviews18 followers
December 31, 2020

Buku ini adalah salah satu dari sedikit buku yang masuk kompilasi buku yang wajib dibaca sebelum akhir zaman versi saya. Buku ini, seperti judulnya, bercerita tentang kisah-kisah cinta yang dimulai namun urung selesai. Disusun dengan sangat bernas oleh Puthut EA sebagai sebuah kisah otobigrafis (fiksi?) yang teliti. Detil-detil sederhana yang mengisahkan kehidupan aktivis sebelum dan sesudah 98 dan bagaimana kehidupan pribadi mereka.

Ada banyak fragmen dialog, monolog dan deskripsi yang membuat novel ini harus dibaca oleh para mahasiswa dan so called aktivis sosial media. Bukan karena ia bicara tentang gerakan sosial tapi ia berkisah secara nyata bagaimana sebuah gerakan dilangsungkan. Tapi tentu saja ada kisah pelik percintaan yang membuat para penderita patah hati seolah memiliki kedekatan dengan narasi yang ditawarkan. Penolakan, cinta yang gagal juga bagaiman seorang lelaki secara keras kepala jatuh cinta.

Lagi pula ada satu kalimat masyur yang akan membuat novel ini abadi. "Aku ingin mencintaimu dengan cara yang paling sunyi." Selebihnya biarkan anda dibuat mengumpat tentang pasangan yang "terlepas begitu saja tanpa berhasil diselamatkan".
Profile Image for Mina.
20 reviews48 followers
March 26, 2013
Kurang ajar!!!
Bentar ya saya beresin hati saya yg berantakan dulu abis baca ini. :')

Buku ini udah lama ingin saya baca akhirnya baru sekarang kesampean. Tak sampai sehari, saya dengan sesak napas mengkhatamkan buku yg sarat pesan-pesan tersurat mengenai kaidah menata diri menghadapi kehidupan yg tak jelas arah rimbanya khususnya kehidupan percintaan.

Saya senang membaca tulisan yg menggambarkan jalan pikir tokoh utamanya yg kacau-galau yg banyak dijumpai di buku ini.
Ah, seperti tidak asing bagi saya..

Tentu saja itu keahlian si penulis menjelaskan dinamika pola pikir si tokoh utama mengingat penulis pernah mengambil jurusan filsafat. Tak pelik pembaca terbuai dengan permainan kata yg membelit-belit.

Yasudah, pokok'e saya suka dengan buku ini.
Profile Image for Darnia.
769 reviews113 followers
June 28, 2016
Tadinya mau ngasih dua bintang aja. Seperti pada kasus pas baca Where She Went - Setelah Dia Pergi gw agak gak simpatik sama tokoh lelaki tapi gagal move on. Gw gak bilang kalo ceritanye menye-menye. Diksinya keren soalnya. Tapi bab-bab awal cenderung bikin bosen.

Satu bintang tambahan itu, gegara si tokoh "Aku" mulai bercerita tentang surga-surga kecilnya, hingga petualangan bersama rekan-rekan penulis (ada Eka Kurniawan, Puthut EA, Anas dan Muhidin) untuk meraih cinta di Kafe Rahasia. Bagian itu cukup menarik dan mendadak...tamat. Gw rasanya lebih menggemari cerpennya Puthut daripada novelnya.
Profile Image for lilgirl 💕.
136 reviews9 followers
November 18, 2017
Pertama kali membaca novel karya Puthut EA and you can tell that I’m astonished.. Jujur beli novel ini karena terpikat dengan judulnya dan summarynya eh ternyata pas dibaca jauh, jauh dari ekspektasi dan that’s a good thing! Biasanya saya pasti tahu alur ceritanya kayak gimana eh novel ini sama sekali tidk seperti yang saya bayangkan dan setelah sekian lama saya menemukan lagi novel yang tidak saya ketahui alur ceritanya. Sangat menyenangkan membaca novel ini! Best Seller benar-benar berada di liga yan berbeda yaah...
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Heni Mujaa.
168 reviews22 followers
May 17, 2016
I once read this book years ago from a local library and I always remember that I used to like it a lot. That's why I keep hunting it down. But when I reread it today, idk why I feel... different. or it's just me. I like "Seekor Bebek yang Mati di Pinggir Kali" more than this one.
Profile Image for neea.
2 reviews1 follower
October 9, 2008
ini juga bagus...
puthut mang keren
Profile Image for Nadia Fadhillah.
Author 2 books43 followers
October 18, 2012
Baca novel ini rasanya seperti baca puisi. Pemilihan katanya bagus diksinya tepat dan cerdas.

Sialnya tokoh utamanya persis aku. Sial! ok
Profile Image for nur'aini  tri wahyuni.
894 reviews30 followers
April 13, 2018
ga selesai. ga sanggup. buat saya buku ini terlalu apa ya, saya menyebutnya; ego sentris.
Profile Image for Sukmawati ~.
79 reviews34 followers
January 7, 2023
Cinta Tak Pernah Tepat Waktu (CTPTW) merupakan novel tentang lika-liku seorang laki-laki yang berjuang untuk sembuh dari penyakit patah hati. Tokoh laki-laki bernama "aku" ini punya masa lalu jatuh cinta pada seorang wanita. Namun, akhirnya kandas karena mengetahui bahwa si wanita sudah menikah. Herannya, si wanita malah sama-sama masih menyimpan harap pada tokoh "aku". Dan di situlah awal mula badai kenangan menimpa si laki-laki sampai terinspirasi menjadikan sebuah karya fiksi.

Inti ceritanya sih begitu. Tapi dari bab awal sampai akhir terutama di pertengahan saya kurang begitu menikmati. Sebabnya uraian cerita terasa berbelit-belit. Banyak penyebutan tokoh yang dihadirkan seakan sebagai 'cameo' belaka. Sedangkan tokoh utamanya sebetulnya hanya berkutat pada "aku" dan masa lalunya.

Terlepas dari itu, novel ini juga memberikan sedikit gambaran seperti apa orang-orang yang bekerja sebagai "pembunuh bayaran" alih-alih disebut penulis betulan. Hidup dalam kebebasan waktu dan pilihan seringkali menjadikan penulis dipandang sebelah mata. Padahal mau apapun profesinya, selama itu bisa menjadi sumber penghidupan, ya nggak ada yang perlu disalahkan. Yang penting fokus dan produktif. Itu pula barangkali pesan yang ingin disampaikan oleh Puthut EA dalam novel ini.

Ada satu paragraf menarik terkait produktivitas dan mentalitas kerja yang disematkan Puthut dengan cukup baik. Katanya, "Produktif adalah kata kunci. Kalau kita produktif, mental kita akan semakin baik. Orang yang tidak produktif, tidak merasakan pahitnya bekerja, akan cenderung mempunyai mental buruk." (Hlm. 182)

Kutipan lainnya yang saya suka ialah sepenggal narasi di halaman 194. Bunyinya begini:
"Dik, menurutku, apa yang kamu makan itu berpengaruh besar dengan apa yang kamu pikir, dan berpengaruh besar terhadap keseluruhan hal yang kamu kerjakan..."

Mengingat sejumlah adegan, tingkah pola tokoh "aku" yang terbiasa hidup dalam kebebasan dunia dewasa dengan segala angan-angannya, novel ini memang layak baca untuk usia 17+. Buat anak-anak jangan coba-coba 😆

Begitu saja ulasan singkat tentang CTPTW dari aku. Semoga membantu menjawab rasa penasaranmu.
Profile Image for Jonas Vysma.
30 reviews32 followers
September 7, 2018
Hmmm... ini adalah novel yang menarik bagi saya. Karena, saya tidak tahu pasti, bagaimana novel yang tidak menarik. Apalagi menyoal ‘saya’ sebagai subjek pembaca, setiap orang memiliki kriterianya, sekalipun kamu kritikus sastra hingga kritikus lambeturah.

Pertama, judul yang digunakan bagi saya cukup mewakili keseluruhan isi yang Puthut paparkan dalam rangkaian keseluruhan cerita; Cinta tak pernah tepat waktu. Kedua, potongan-potongan bab dalam cerita dibangun dengan bahasa yang sungguh renyah dan beberapa kali menggelitik, serta beberapa momen yang lain dibuatnya pembaca menanggapi imajinasi terhadap ceritanya dengan haha, apaansi, saaelo. Ketika membaca judulnya, bagi saya isinya tidak jauh berbeda dengan tebakan awal saya, berkutat dengan keseharian & kisah cinta muda-mudi abad 21 awal.

Saya rasa selain menulis novel, Puthut juga mampu membuat buku motivasi. Karena pada bab 7 di buku tersebut, kalimat-kalimat yang digunakan mampu membuat saya terkesima, hehehe. Dan ini adalah buku ketiga Puthut yang saya baca dengan kedua mata saya secara langsung. Pada buku ini seakan saya bisa menebak karakter Puthut dalam menghadirkan sebuah karya sastra. Ia ingin memindah peristiwa keseharian ke dalam novel, dengan sentuhan dialog yang tidak menyusahkan pembaca, demikian jika saya membaca Puthut.

Dan pada sebuah epilog di akhir cerita adalah sebuah penegasan untuk menggarisbawahi (menggarisatasi juga boleh) bahwa tokohnya si Puthut selalu saja ada dalam waktu yang kurang tepat. Namun saya kurang menyukai 2 bab sebelum sebuah epilog, entah karena apa, saat menulis tulisan yang kamu baca ini saya belum bisa menguraikannya.

Tapi setidaknya, buku ini saya rekomendasikan kepada khalayak yang sedang ingin menumbuhkan minat baca. Intinya, pokonya, kamu harus segera nyatakan cintamu ke dia! Langsung banget pokoknya, no fafifu banyak pertimbangan!
Displaying 1 - 30 of 175 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.