Umurnya delapan belas tahun, berandalan sekolah, pernah tinggal kelas, dan FOBIA KUCING. Buat Arka, makhluk lucu itu adalah monster menakutkan. Tubuhnya bakal kaku dan panik akan melandanya kalau dia ketemu kucing. Masalahnya, cewek yang Arka suka adalah Tiffany, pemilik kucing persia bernama Percy.
Sebelum ngedapetin cinta Tiffany, Arka mesti sembuh fobia kucing dulu. Dia minta bantuan Damar—sahabatnya, dan Agni—teman Damar yang kuliah jurusan psikologi. Mereka nyoba berbagai metode penyembuhan. Mulai dari yang ilmiah sampai yang aneh bikinan Agni sendiri!
Kalau seseorang takut kucing sih enggak apa-apa. Ada harapan bisa disembuhin. Tapi, Arka malah nemuin fobia lain, yaitu fobia jatuh cinta! Aduh, gimana cara sembuhnya, tuh?
Baca buku ini seperti dijebak. Ekspektasi saya cukup besar, karena idenya sendiri menarik. Tapi banyak kegagalan yang dilakukan penulis dalam eksekusi ceritanya. Prolog dan bab 1 yang tidak perlu karena Amelia harusnya mempersingkat inti tanpa harus ngalor-ngidul, inget ya, ini prolog. Pembukaan untuk memperlihatkan siapa Tiffany ini... tidak berhasil menarik perhatian pembaca dan apa-apa yang disampaikan di sini sering membuat saya mengerutkan kening. Alasan tokoh Arka jadi begitu juga kurang kuat. Bad boy-nya maksa, kagok, dan nggak bisa narik simpati saya. Tiffany yang nggak ada menarik-menariknya, padahal sangat dijanjikan sekali di blurb yang jadi alasan Arka pengin sembuh dari fobianya. Dialog aku-kamu antar tokoh Arka-Damar yang terkesan feminim dengan tambahan "bro-broan" supaya kelihatan macho. Tokoh Agni yang... come on, apa yang bisa diharepin dari mahasiswa psikologi semester 1--sori bukan menggeneralisir atau menggeneralisasi atau apalah. Bahkan saya pernah ngobrol dengan mahasiswa psikologi tingkat 3 saja dia bergeming pas saya tanya soal aghoraphobic dan cara ngatasinnya. Saya nggak tahu penulis saat menulis novel ini terinspirasi dari drama atau film asia mana, yang pasti sulit banget membayangkan cerita ini berlatar Yogyakarta dan, blurb-nya yang menjanjikan itu beneran menjebak. Kelebihan yang saya temukan di buku ini, layout-nya oke dan karena scene-scene yang disajikan pendek, buku setebal 300-an halaman ini nggak begitu berat dilalui (tapi cukup stres juga sih bacanya). Saran untuk penulis, belajar dari Marry Amato kalau mau buat cerita dengan scene pendek, ngena dan tokoh-tokohnya adorable.
Jujur aja, baca buku ini rasanya terombang-ambing sama alur cerita. Rasanya setiap tokoh punya rahasia dan masa lalu masing-masing yang mempengaruhi mereka mengambil keputusan dan tentunya keputusan itu juga mempengaruhi jalan cerita.
Tokoh Arka Setiandi walaupun ganteng dan anak orang kaya, seperti tokoh-tokoh utama cowok di novelnya yang dreamy dan kebanyakan gak realistis, menurutku, dia cukup realistis di sini. Dan gak selamanya tokoh utama cowok itu pure baik dan mendekati sempurna. Di sini kelihatan banget Arka masih berusaha mencari jatidirinya, masih memberontak dari orangtuanya, dan tentunya mencari siapa 'jari manis'nya.
Meskipun aku agak kecewa karena berharap keseluruhan cerita seharusnya tentang Arka yang berusaha mengatasi fobianya terhadap kucing, aku suka novel ini. Novel ini adalah salah satu dari sedikit novel remaja Indonesia yang bakal aku rekomen ke orang lain untuk dibaca.
membacanya membuat saya senyum-senyum sendiri serta tertawa geli. cerita yang menarik dan memuaskan hasrat membaca saya :) namun buku ini mengandung sedikit ramuan ginko biloba yang seharusnya dibaca 17 tahun keatas :D recomended deh (^^)b
Awal baca aku cukup excited sih tapi mulai masuk pertengahan, I started losing interest in this book, aku bahkan sempat nganggurin buku ini selama beberapa hari. Berhubung aku terus kepikiran sama tbr ku yang numpuk, ya aku paksain deh buat habisin buku ini. Mengapa aku sempat tidak tertarik untuk lanjut baca buku ini? Karena aku rasa ceritanya berputar-putar, kesana kemari. Sampe greget sendiri sama si Arka, dia sebenarnya suka sama siapa sih-_-. Lidya kah? Tiffany kah? Agni kah? Atau jangan-jangan dia sukanya sama sahabatnya, Damar? Hahaha😆 Si Agni juga, uuuuuh gak punya pendirian banget, aku tuh paling gasuka sama karakter yang suka sama dua orang gitu wqwq jadi aku sempat gasuka sama Agni ini. This book is okay, but I don't feel like re-reading it in the future.
Buat pecinta kucing garis keras seperti aku, di tambah iming-iming cowok berandalan, tukang bikin onar, dan pernah nggak naik kelas bernama Arka Setiandi, buku ini jelas kayak magnet di segitiga bermuda. Setelah diPHP selama 2 minggu sama OLshop langganan yang ternyata buku ini Out of stock, dan mencoba peruntungan di OLShop lain yang sama-sama out of stock, akhirnya aku membeli ditoko buku, dengan harga yang lebih mahal (ya iyalah!). Tapii, pembacaan buku ini kuakhiri dengan helaan nafas panjang. Kalau kata Oasis: Where Did It All Go Wrong?
Ceritanya tentang seorang bad boy(mengacu pada janji di sinopsis) yang takut kucing tapi jatuh cinta sama cewek pecinta kucing. Maka, si Arka Setiandi ini minta bantuan psikolog untuk menyembuhkan fobianya itu demi si cinta sejati. Sayangnya, dalam usahanya itu, Arka justru bertemu dengan cinta yang lain. Sekian.
(+) Tentu saja tema perkucingan yang di ambil. (+) Di awal ceritanya menarik, cukup bikin ngikik-ngikik. Terutama setiap kali Arka berhadapan dengan kucing. Kok ada yaa orang setakut itu sama hewan selucu itu? Haha (+) Perjuangan Arka layak diacungi jempol sih. Tapi kenapa penolakan Tiffany nggak ditunjukan dengan adegan aja? Biar lebih nendang galaunya si Arka itu! Haha
(-) Karekter Arka nggak jelas. Jadi si Arka ini bad boy apa good boy? Aku nggak nemuin karakter bad boy yang dijanjikan di sinopsis dalam isi buku ini. Yang kutemukan justru Arka yang manja, egois, plin-plan (tapi mungkin karena dia masih remaja. jadinya labil), dan mikirnya agak kayak cewek. Memang, penulis udah ngasih narasi bahwa nggak ada orang yang sepenuhnya bad atau sepenuhnya good. Tapi ya nggak begini juga. Tokoh berandalan dalam pikiranku itu ya kayak si Dani. Ya, tapi kan itu hanya dalam pikiranku. Nggak tau deh kalau Mas Anang. Karakter Agni lebih nggak jelas lagi. Sungguh. Barangkali yang dimaksud cewek aneh itu yang kayak Agni ini kali ya? Yang paling nggak ngerti adalah ketika Agni dilabrak Lidya karena Damar, dan dia malah berharap Damar ada di sampingnya untuk meredakan kesedihannya. jelas-jelas masalahnya itu Damar woy! Terus Agni marah-marah karena Damar lebih memilih menemani sahabatnya daripada dia, padahal sebelumnya dia getol banget bilang kalau mereka bertiga sahabatan. Di sini aku sadar kalau aku dan Agni nggak cocok. Kami beda prinsip (tsah). Sungguh aku nggak ngerti jalan pikirannya. (-) Nggak ada chemistry antar tokoh. Ya selain Arka dan Damar. Tapi, tahu kan maksudku? Lagipula, persahabatan Arka-Damar ini lumayan aneh menurutku. Sesama cowok ada juga yang maksa-maksa temennya cerita kalau ada masalah? Haha. Setauku, cowok-cowok nggak terlalu suka curhat, atau maksa-maksa temennya curhat, tapi mereka saling mengerti dan memahami dalam ketidakmengertiannya dan ketidakpahamannya itu (tsahh). Tapi nggak tau juga sih. Aku juga bukan cowok :D Barangkali memang ada sih persahabatan cowok yang kayak cewek. Toh, cewek-cowok sama-sama manusia. (-) Banyak adegan nggak perlu, yang kayaknya nggak ngaruh juga kalau dicut. Jadi kesannya kayak dipanjang-panjangkan aja gitu. terutama setelah penolakan Tiffany, sampai akhir buku ini, aku hanya mendapati kegalauan dan sikap plin-plin gak jelas antar tokoh yang diulang-ulang lewat adegan Arka-Damar-Agni lagi ngapain. Oke, barangkali penulis ini menunjukkan keakraban 'persahabatn' mereka yang menjadi masalah di halaman selanjutnya. (-) Dialognya kaku nanggung, alias ada yang pakai bahasa baku, dan ada yang pakai bahasa percakapan biasa. Tapi ini mungkin sekadar soal selera. Karena setting di Indonesia, aku lebih suka novel yang menggunakan bahasa sehari-hari dalam percakapan. Lebih terasa real gitu. Tapi novel ini, ada yang memakai bahasa baku seperti 'saja' dan 'sudah'. kecuali lagi ngomong sama dosen, guru, atau orang-orang yang baru dikenal, kenapa nggak 'udah' dan 'aja'? Biar nyambung dengan bahasa slenge'an yang lain.
Well, Where did it all go wrong? mungkin aku aja yang berekspektasi terlalu tinggi. Buku ini, seperti ketentuan Goodreads, was ok. Tapi aku nggak suka.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Jujur baca buku ini feeling gue jadi naik turun >_< pertama gue pikir "waah kayaknya bakal seru dehhh." 1/4 halaman "hmm kok bosen yaa?" 1/2 buku "Aduh kok giniiii?!"
Sebenernya ide ceritanya menarik seorang cowok bernama Arka Setiandi yang punya fobia terhadap kucing, yup that fluffy little thing. Okay pertama gue kira cowok macem apaa sihh yang ampe takut ama kucing, ampe takut sendiri kalo tuh cowok utama agak melambai XD ternyata enggak loh, Arka orangnya cool, berandalan, tajir, anak satu-satunya, ranking terakhir, sempet tinggal kelas, dan masih santai-santai aja meski udah kelas 12. Tapi dia punya kelemahan yakni takut kucing >:D
Ngakak banget pas Arka ceritain kenapa dia bisa kena fobia ini wakakkaka *senjata makan tuan itu namanya* Okay jadi Arka ini naksir sama cewek namanya Tiffany nah malangnya Tiffany ini punya hewan peliharaan kucing yang dikasih nama Percy ;3 naaah karna pengen meraih cinta *cielah* Arka mutusin buat ngilangin fobianya. Bestfriendnya Arka, Damar bantuin Arka dengan ngenalin Arka ke temen psikolog maniacnya dia namanya Agni. Nah you know lah ya what's gonna happen XDD.
Soo somehow terjadilah cinta segiempat atau segitiga antar Arka,Agni,Damar,Tiffany. Well boleh gue bilang gue gasuka sama Agni, cengeng, nyebelin, pencemburu, gabisa pernah move on, rese deh pdhl gue berharap lebih sama heroine ini.
In the end emang sih pake acara 5 years later segala agak terlalu dipaksain menurut gue tapi semuanya berakhir happy ending. Sooo buat semua kekocakan Arka dan sikapnya Arka yang cool keceh dan katanya mirip sama mantan gue Mario Maurer C:::: *HAHAHA* gue tinggiin dikit lagi bintangnya tadinya hanya mau ngasih 1 star. Sayangnya Agninya rese! huh!!
Secara tidak terduga, aku suka novel ini. Terlepas dari apakah aku suka atau tidak dengan pasangan di epilognya, yang jelas, aku menikmati buku ini dari awal sampai akhir. Memang sih, kadang agak terganggu dengan cowok lemah yang spoiled seperti Arka dan cewek lemah yang sok tegar seperti Agni.. tapi dua tokoh itu memang diberi karakter seperti itu oleh si penulis.
Highlight novel ini ada di nilai-nilai instrinsiknya, soal cinta, keluarga, persahabatan, bahkan kehidupan pelajar dan mahasiswa. Aku suka nilai-nilai itu. Antimainstream. Baca saja sendiri, kalau tidak percaya ;)
Yang mengejutkan lagi, novel ini ditulis oleh Amelia, penulis yang menulis novel Promise You. Kalau boleh jujur, novel ini JAUH lebih bagus daripada novel pertamanya. Sepertinya aku akan tertarik untuk membaca buku-bukunya yang berikutnya.
Eniwei, aku bukan ailurophobia, tapi juga bukan ailurophile lho.. meskipun demikian, aku tetap menganggap novel ini menarik! Apalagi pas baca alasan ailurophobia-nya Arka.. Duh!
P.S. Aku suka tokoh Damar di sini.. dan agak kecewa karena tokoh Lidya yang awalnya 'baik hati' jadi 'pendendam' karena ditolak cinta.
Fav.quote: "Menolak cinta bukan sebuah kejahatan. Jahat jika kita memaksa seseorang untuk mencintai kita." dan "Cinta pertama memang sulit dilupain, tapi cinta terakhir yang paling sulit ditinggalin."
Well, selalu ada ruang tersisa buat cinta pertama :")
Iki novele edan tenan.. bener bener edan.. ada bagian yang pas bacanya tuh air mata tumpah tapi sekaligus senyam-senyum sumringah.. OMG..ini manis asam dunia percintaan yang layak banget dibaca anak-anak remaja mau gede..
Ada yang susah move on, ada yang gampang suka sama lawan jenis tapi ga berani langsung diungkapin, ada yg udh kelamaan pdkt akhirnya ditolak juga..
akhh bener-bener deh komplit isinya kayak makan es campur :D manis dan segerrr :))
Karakter Arka dan Damar ini sebenarnya menarik. Tapi lama-lama jadi biasa aja. Kurang gereget. Saya suka karakter Tiffany, sayangnya penulis enggak banyak bahas dia.
Cerita awalnya cukup seru, sampai pertengahan ... hmm ... kenapa ceritanya jadi begini ya? Rasa remajanya jadi jauh berkurang. Mungkin penulisnya memang nggak membidik kehidupan remaja juga sih.
Susah juga bikin review novel ini tanpa spoiler. Jadi segitu aja deh. Heu :D
ceritanya bagus, cuman radak bingung di bab 24 disaat arka sakit dan dijenguk darma, nah arka bilang habis makan malam dg agni sama lidya. bukannya seharusnya shinta adiknya agni ya? kan lidya benci sama agni setelah kasus dg damar itu? dan endingnya diluar dugaan terutama damar, dia kan waktu itu nolak lidya karena lagi pdkt sama agni tapi diakhir cerita malah pacaran. klo masalah arka sama agni seh udah bisa ditebak dri awal. Secara keseluruhan bagus deh buat dibaca.
Gimana yaaa. Jarang-jarang kasih dua bintang buat baca novel. Okeee, gue emang pinjem novel ini, nggak beli, jadi ga rugi-rigi amat...
Ide ceritanya seh seru, tapi pas buka halaman awal langsung jeder. Terus agak pusing sama tokoh-tokohnya yg buat gue ga realistis. Ada sih novel-novel yang jual mimpi bed, ada... tapi ko disini ya norak... *duh maapin*
Arka juga ga buat gue jatuh cinta gitu.
Ah, sudala. Semoga Amelia gadis kecil lincah riang mau nulis yang lebih baguz... :-)