Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kepikiran Dangdut dan Hal-hal Pop Lainnya

Rate this book
“Jutaan orang di Indonesia kepikiran dangdut, hasilnya jogetan. Akademisi kepikiran dangdut, hasilnya rak baru perpustakaan. Mahfud Ikhwan kepikiran dangdut, hasilnya buku bagus.”

Soni Triantoro [Editor]

263 pages, Paperback

Published January 1, 2024

9 people are currently reading
115 people want to read

About the author

Mahfud Ikhwan

23 books74 followers
Mahfud Ikhwan lahir di Lamongan, 7 Mei 1980. Lulus dari Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Gadjah Mada, tahun 2003 dengan skripsi tentang cerpen-cerpen Kuntowijoyo. Menulis sejak kuliah, pernah menerbitkan cerpennya di Annida, Jawa Pos, Minggu Pagi, dan di beberapa buku antologi cerpen independen.

Bekerja di penerbitan buku sekolah antara 2005–2009 dan menghasilkan serial Sejarah Kebudayaan Islam untuk siswa MI berjudul Bertualang Bersama Tarikh (4 jilid, 2006) dan menulis cergam Seri Peperangan pada Zaman Nabi (3 jilid, 2008). Novelnya yang sudah terbit adalah Ulid Tak Ingin ke Malaysia (2009) dan Lari Gung! Lari! (2011). Novelnya yang ketiga, Kambing dan Hujan, memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014.

Selain menulis dan menjadi editor, sehari-harinya menulis ulasan sepakbola di belakang gawangdan ulasan film India di dushman duniya ka, serta menjadi fasilitator dalam Bengkel Menulis Gerakan Literasi Indonesia (GLI).

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
17 (33%)
4 stars
29 (56%)
3 stars
4 (7%)
2 stars
1 (1%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 16 of 16 reviews
Profile Image for Puty.
Author 8 books1,376 followers
August 2, 2025
Selera adalah pertarungan kelas, kita tahu. - Soni Triantoro (dalam kata pengantar)


Kumpulan essay yang apik, asyik, seru untuk dibaca tapi juga begitu penting untuk menyadarkan kita bahwa musik dan film, sebagaimana produk budaya lainnya, tidak bisa dipandang sebagai karya yang muncul dari ruang hampa. Begitu pun bagaimana mereka bersinggungan dengan penikmatnya atau menjadi atribusi kelas bernama 'selera'. Dalam buku ini, Mahfud Ikhwan, memberikan porsi yang adil antara refleksi kehidupan pribadi dan tentang produk budaya pop itu sendiri. Sehingga tanpa menggurui, ia bisa menjelaskan bahwa kecintaan akan koplo dan film India terbentuk dari situasi dan akses, atau bahwa merebaknya dangdut di TVRI juga dipengaruhi alasan politis masa orba.

Walau raja dangdut Rhoma Irama dibahas cukup banyak di sini dan juga Sheila on 7, sebagian nama-nama yang disebut di buku ini... terlampau tua untuk saya (misalnya Pance Pondaag), atau terlalu asing (saya hanya tau 1-2 lagu karya Didi Kempot dan tidak kenal musisi campur sari, ataupun koplo lainnya). Ada beberapa tulisan yang membuat saya merasa 'roaming' total, jadi saya baca selintas saja.

Oh iya, ada pembahasan soal KH Zainuddin MZ yang bukan hanya membawa saya bernostalgia tapi juga membuat saya memahami kehebatan beliau sebagai 'Dai Sejuta Umat' pada masanya dari sudut pandang yang baru.

Saya ingin sekali merekomendasikan buku ini kepada semua penggemar musik yang ingin menulis lebih banyak soal musik. Namun sepertinya, gen Z yang betul-betul ingin menikmati buku ini, perlu usaha lebih keras untuk membarengi proses membaca dengan mencari tau apa-apa dan siapa saja yang dimaksud di buku ini.
Profile Image for Ilham Bangun Asmoro.
37 reviews
February 20, 2024
Buku ini berisi kumpulan esai yang dibuat oleh pak Mahfud Ikhwan di beberapa laman daring. Dari kumpulan esai ini, behind the scene novel dan kumcer pak Mahfud bisa kita lihat. Seperti novel Dawuk, Anwar Thohari, Kambing dan Hujan, aku dan film india menanantang dunia, belajar mencintai kambing serta tak lupa kisah Ulid.

Mengutip dari pernyataan editor pak Soni Triantoro, "Kita bisa anggap Kepikiran Dangdut adalah autobiografi seseorang yang tumbuh dari daerah pinggiran, dan kehausan hiburan. Cara menggambarkan akses-akses yang diperolehnya kadang malah lebih memikat daripada rasa penasaran terhadap musik yang sedang dibicarakannya." Bukan saja penasaran akan hal musik, namun bisa juga hal lain. Kita bisa lihat memang, pada Esai tentang Kebudayaan dan Kotak Korek Api dimana cara menghafalkan baju dan rumah adat masing-masing provinsi di Indonesia dengan mengoleksi kotak korek api yang bagian belakangnya terdapat gambar tersebut. Keterbatasan memunculkan ide yang unik dan menarik. Menyukai lagu Nasida Ria, Rhoma Irama maupun Ida Laila hanya dari Radio, tape milik tetangga ataupun toa Hajatan. Jika anda penyuka Didi kempot, maka aliran lagu nya bukan dangdut atau keroncong, namun terkesan lebih dekat dengan aliran musik pop dialihbahasakan menjadi bahasa Jawa. Dan masih banyak lagi. Esai-Esai yang dibuat terkesan lebih jujur dan relevan. Mengutip kata-kata Katrin Bandel di Pembukaan Novel Ulid.
Profile Image for Anhie Greenish.
393 reviews4 followers
January 15, 2025
Mungkin nyaris satu-satunya hal yang tidak saya sukai dari koplo adalah..... menikmatinya.


Isi esai ini benar-benar bikin nostalgia ke masa-masa dimana dangdut benar-benar menguasai radio sebelum kemudian dihajar oleh musik India dan Melayu. Walau ada beberapa esai yang tidak kupahami karena kurang relate sebagai orang non-Jawa, esai ini masih bisa kunikmati. Favoritku tentu saja esai tentang Sheila on 7 yang benar-benar on point dan kok bisa sih kepikiran gitu.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
February 8, 2024
Kok yaaaa bisa gitu kepikiran dangdut, bikin esai tentang dangdut.

Proses diidentifikasi dan mengidentifikasi diri yanag saya jalani dengan musik yang saya sukai membantu saya untuk membuat simpulan bahwa musik mewakili orang yang menyukainya. Bagi saya, sama kuatnya dengan penamaan (naming) pada fiksi-fiksi di era Victoria.(hal.140)


Sebagai anak pantura, rasanya dangdut/koplo nyaring di telinga, meski tidak sampai di tahap “menggilai”, atau bikin esai seperti Cak Mahfud, kok ya tetap likukan musik dangdut familier di telinga. Lagu-lagu lawasnya juga tidak asing (sama seperti Cak Mahfud saya tidak begitu update soal lagu-lagu koplo kekinian, atau saya juga paling sebel kalau lagu Jawa sudah keminggris dengan dalih modernitas). Buku esai ini sungguh personal, tetapi tetap bisa dinikmati secara berjarak. Cak Mahfud membicarakan “selera” personal musik dan film, tetapi juga di kesempatan yang sama membahas bagaimana perkembangan sosial masyarakat. (Cobalah baca esai: “Menjadi Jawa tanpa Menonton Wayang”—yang menurut saya itu pertanyaan identitas yang sangat dasar. Jawa kamu sekadar identitas dengan mengakrabi wayang dan mahabharata/ramayana atau beyond dari itu. Atau bagaimana perbedaan kelas juga mempengaruhi selera musik. Dan tentu banyak part yang sangat komikal, misalkan esai “Ketika ke Biokskop adalah Sebuah Dosa”—esai ini beneran bikin amsyooong bener juga ya. Dan tentu ada pembahasan detail soal Rhoma Irama dan Didi Kempot, dua ikon yang rasanya tidak bisa dilepaskan ketika membicarakan dangdut/koplo. Namun sebab subjudulnya adalah ‘dan hal-hal pop lainnya’, maka kita akan disinggung pula soal Sheila on 7 juga pop cengeng yang sempat dilarang oleh Pak Harmoko pada masa itu yang menurut Cak Mahfud menjadi “leluhur” lagu-lagu sobat ambyar-nya Didi Kempot.

Lebih dari itu, Cak Mahfud dengan segala kerendahan hati (padahal kita tahu dia pastilah mafhum banget) justru tidak perlu ndakik-ndakik membahas dangdut, tidak ada kutipan teori, tidak ada kutipan pendapat ahli. Yaaa, ini esai yang keseharian dan dekat.

…tentang Efek Rumah Kaca, yang kata Zainuddin, “ditimbulkan oleh semakin banyaknya bangunan dari kaca”. Betul apa betul?(hal.102)




Esai ini konteksnya membahas Dai Sejuta Umat Zainuddin MZ, tapi entah kenapa saya tertawa bukan soal teori yang asal-gatuk-tapi-rada-benar ini, melainkan soal Efek Rumah Kaca (ERK) sendiri dan gedung berkaca—sebab di esai lain Cak Mahfud menyinggun musisi ini untuk menjelaskan bagaimana “kelas” dalam musik itu bekerja. Jadi ketika menemukan kalimat ini saya justru menangkap makna lain yang juga sangat asyik untuk disenyumin.

Oke, sebab saya anak pantura dan tidak begitu asing dengan pembahasan dalam buku ini; maka yaaaa saya takzim sekali dengan buku ini. Kemudian saya jadi ingin mengulangi bukunya Weintraub soal Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia (kalau ini yaaaaa tentu teoritis dan kajian sosial).
Profile Image for Bel 🦔.
81 reviews
March 23, 2025
actual rating 4.75 ⭐️

ini adalah salah satu buku non fiksi yang aku baca sampai habis dan truly enjoy setelah sekian lama! awalnya aku tertarik untuk pick up buku ini karena judul dan cover nya sangat sangat menarik

i always have a soft spot when a nonfiction book talks about pop culture mau itu tentang kultur selebriti, musik, film dan yang lainnya. so this book is perfect to me apalagi ini termasuk essay, yang mana lebih mudah buat aku cerna dibandingkan buku nonfiksi yang terlalu banyak mengacu pada research. aku suka sekali bagaimana penulisnya bercerita kebanyakan dari pengalaman ia sendiri yang surprisingly walau banyak cerita yang ga relate, still very interesting to read

bagian yang aku paling suka adalah “Sheila dan Kita” yang sudah jelas membahas tentang Sheila on 7. cara penulis menjabarkan bagaimana kemahiran Erros Candra dalam menulis lirik-lirik nya sangat menarik sekali. aku juga suka bagian “Ketika ke Bioskop adalah Suatu Dosa” menurut aku apa yang di alami oleh penulis di bab tersebut relate sekali sama aku. orangtua penulis selalu melarang nya untuk pergi menonton bioskop karena menurut nya itu hanya membuang-buang waktu dan menghasilkan dosa, sehingga sampai penulis besar dan tinggal sendiri pun ia masih memiliki pikiran tersebut yang membuatnya takut untuk pergi ke bioskop. sering sekali banyak hal-hal yang sebenarnya sangat normal dan tidak merugikan siapa-siapa namun karena ada pemikiran yang tertanam yang berasal dari orangtua kita atau budaya kita yang menanamkan kalau hal tersebut membawa dosa kita jadi takut akan di hakimi jika kita melakukan itu

overall walau kalian merasa dangdut ga menarik dan ga relate dengan kalian aku tetap akan menyarankan buat baca buku ini, karena di sini kalian bakal tau bagaimana kultur musik dangdut lahir dan bagaimana musik dangdut membentuk orang-orang yang menikmatinya! such a insightful and fuuun read. asooy geboooy 💃🎤🪩‼️
Profile Image for Sunarko KasmiRa.
288 reviews6 followers
September 22, 2024
Kepikiran Dangdut dan Hal-hal Pop Lainnya karya Mahfud Ikhwan merupakan buku non fiksi yang karena dikemas dengan sebegitu baiknya, saya merasa seperti sedang membaca sebuah karya fiksi. Selain itu, buku ini merupakan salah satu buku non fiksi yang dengan kesadaran penuh ingin saya beli dan segera membacanya.

Rupanya perasaan itu divalidasi dengan sebuah fakta bahwa buku ini memang sungguhan bagus dan penting. Bagusnya bagaimana? Sudah pasti karya Mahfud Ikhwan pasti bagus, tulisannya yang tidak muluk-muluk sangat mudah dipahami. Lantas pentingnya? karena membahas isu dangdut dengan cara yang serius. Terlebih lagi, hal-hal yang diangkat dibuku ini kebanyakan memang berdasarkan kegemaran (kegandrungan) penulis akan musik dangdut. Jadi sudah tidak perlu diragukan lagi jika buku ini sudah pasti bagus dan penting.

Jika ada yang mempertanyakan, apakah buku ini cocok dibaca untuk orang yang kurang suka dangdut? Percayalah, buku ini akan memberikan pandangan dangdut dari sudut pandang yang berbeda dari dangdut-dangdut yang selama ini kita tahu. Jadi tentu saja, dengan tanpa berpikir panjang, saya akan bilang cocok untuk semua kalangan.

Pengalaman pribadi yang buat saya cukup menarik (mungkin bisa saja karena saya kurang mengulik) yaitu saya baru tahu setelah membaca buku ini jika Sewu Kutho-nya Didi Kempot ternyata merupakan versi bahasa jawa dari lagu berbahasa indonesia dengan judul Seribu Kota yang dinyanyikan oleh Arie Wibowo. Sebagai orang Jawa yang tumbuh dengan lagu-lagu populer dari Lord Didi Kempot (salah satunya Sewu Kutho) saya mendadak merasa begitu "ambyar".
Profile Image for SEBUAH RUANG GILA.
29 reviews2 followers
February 29, 2024
Mahfud Ikhwan menuliskan pandangan bergairah tentang budaya pop yang lahir bukan karena akses dan selera, namun karena keterbatasan. Hal-hal yang tidak akan dilihat “anak kota” penuh akses yang melihat musik dan film hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai pembentuk identitas seperti masyarakat bersahaja (re: kelas rendah). Bacaan penting untuk kita yang suka merasa “lebih tinggi” dan “lebih nyeni”.
Profile Image for Tri Wahyudi.
46 reviews
August 18, 2025
Selesai baca buku Kepikiran Dangdut dan Hal-hal Pop Lainnya karya Mahfud Ikhwan. Bukunya berisi kumpulan esai tentang musik dangdut dan budaya pop. Gue suka bukunya, informatif, jenaka dan asyik dibacanya. Baca ini gue jadi tau musik dangdut terinspirasi dari penjuru dunia, Arab, Asia selatan sampe rock barat. Baru tau dangdut koplo asalnya dari Jawa Timur.

Terus bahas juga gimana dangdut bisa menangin pemilu di era orde baru, cerita lengkapnya baca bukunya ya hehe. Paling menarik gimana sang penulis cerita dia jatuh hati sama dangdut. Dijelasin juga kenapa dangdut identik sama menengah ke bawah.

Dia cerita “Dari toa hajatan saya menghafal ratusan lagu Soneta, Awara, Nasida Ria tanpa pernah punya satu pun kasetnya.”

Gue pun relate karena tumbuh besar dikelilingi lagu dangdut, di kondangan, tetangga nyetel lagu kenceng, jadi auto hafal liriknya haha. Oh iya idola sang penulis tuh Rhoma Irama, dia nyeritain dengan menggebu-gebu, komplit sampe aktingnya Rhoma di film-film ikoniknya.

Bukunya ga cuma bahas dangdut, bahas film, bioskop, ludruk, lirik lagu, Didi Kempot, Sheila on 7, fenomena yang nge-cover lagu lebih tenar bahkan KH Zainudin MZ. Momen lucu pas dia ikut lomba nyanyi, terus dengerin kaset ceramah KH Zainudin MZ, dan banyak lagi pokoknya.

Sangat merekomendasikan baca buku ini, terutama penikmat musik biar wawasan semakin luas. Paling cocok penggemar musik indie buat baca buku ini, kan mereka terkenal judgmental karena merasa musik mereka paling keren hahaha.
Profile Image for Maudy.
134 reviews5 followers
October 7, 2025
i honestly think this is a brilliant work…it felt so Jawa Timur, felt so mundane (in a good way) — maybe almost felt like knowing Mahfud Ikhwan in real life. like he is your neighbor who happens to talks a lot about what he knows…yes most of it was about Dangdut, but other than that this book felt so rich…there were layers of cultural references and descriptions with RANGE. i didn’t know that Jawa Timur, dangdut, India, bioskop, and warung kopi could be described in such angles.

if you have ever read his other pieces this feels like a background of who Mahfud Ikhwan is, it’s his blood and bones, his childhood, desperation, hope, and bits of his dreams. Dawuk was definitely a chunk of his life.

well tbh i know nothing about dangdut and yet still engaged to read this until the end. writing style was funny and unexpected. chapters are short and packed. also still, if you’re javanese this will be funnier and easier to digest.
Profile Image for Soraya Nur Aina.
156 reviews1 follower
October 11, 2025
Membaca buku ini persis setelah nonton VT euforia Rhoma Irama di Pestapora. Seru, terus keinget pinjem buku ini di temen. Per babnya padet banget, apalagi yang ngga terlalu familiar dengan genre musik ini.

Satu bab, berhenti, lanjut nyatet nama musisi, nama lagu, film. Aku baru tau beberapa hal seperti pemukul simbal itu apa. Cak Sapari pada kesenian Ludruk. Rhoma Irama ternyata salah satu musuh tangguh Golkar karena juru kampanye PPP. Juga, satu bab khusus tentang Zainuddin MZ.

DAANN, baru menyadari sebesar itu nama Rhoma Irama, Sodiq Monata New Pallapa, Soneta. Salut sama riset penulisnya, karena ini pun merupakan autobiografi penulis yang tumbuh dari daerah pinggiran dan kehausan hiburan di Lamongan.
Profile Image for Randy Sofyan.
70 reviews6 followers
August 18, 2024
Akhirnya baca tulisan cak Mahfud! Seru banget lagi kumpulan esai ini, bener-bener jadi bikin kepikiran banyak hal dan meramban daring buat cari tahu lebih jauh soal ini dan itu. “Aku dibajak, maka aku ditanggap” bakal jadi semboyan yang nempel lama sih.🤘🏼
Profile Image for Arum Padma.
115 reviews1 follower
October 31, 2025
Enak dibaca kaya dengerin abang tongkrongan. Ada pengetahuan baru karena aku sama sekali ngga ngikutin musik dan media pop yang penulis alami. Tapi ini buku yang aku rasa ngga punya pengaruh, kalo ngga pernah baca juga ngga rugi.
11 reviews
February 3, 2025
Kumpulan esai menarik. Menyoroti berbagai macam fenomena budaya pop, khususnya musik-musik dari sudut pandang pengalaman personal atau pengetahuan universal
Profile Image for Hendi Basuki.
73 reviews
March 15, 2025
Buku biografi yang menambah literatur tentang musik dangdut dan bercerita tentang orang yang tidak punya privilej dalam memilih selera musik
Profile Image for ^_^.
54 reviews10 followers
November 13, 2025
pengen baca esai oleh mahfud ikhwan tentang naykilla
Profile Image for Dhihya Kito.
94 reviews7 followers
December 24, 2024
dangdut ternyata digunakan untuk senjata politik? itulah oke gas jedag jedug sekarang saya paham
Displaying 1 - 16 of 16 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.