Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kronik Penculikan Aktivis dan Kekerasan Negara 1998

Rate this book
Reformasi 1998 merupakan episode sejarah Indonesia penting yang mengantarkan kita sampai di titik saat ini. Buku ini mengajak pembaca untuk berhenti di kalender itu, tahun dari puncak-puncak kekerasan politik yang masif.
ㅤㅤ
Tidak semua brutalisme kekerasan politik itu ditampilkan di sini. Buku ini hanya menyoroti secara spesifik pada soal penculikan dan penghilangan paksa para aktivis prodemokrasi.
ㅤㅤ
Buku ini adalah drama lima babak yang ceritanya terjalin lewat operasi penglipingan. Seperti halnya drama, ada babak perkenalan pemain bintang yang diikuti tampilan masalah dan alasan-alasan penculikan (lanskap politik militerisme beserta institusinya).
ㅤㅤ
Lalu, disusul plot cerita yang dijalin banyak sekali tokoh pendukung; dari para jenderal hingga elite-elite politik sipil; dari korban penculikan, keluarga dari korban yang dihilangkan, hingga para bayangkara hukum yang setia menemani dan membuka pintu gelap “kapal selam” kekerasan yang membungkus wajah kemanusiaan). Drama dipungkasi dengan antiklimaks dan gamangnya ruang pengadilan militer.

506 pages, Paperback

Published January 1, 2024

82 people are currently reading
456 people want to read

About the author

Muhidin M. Dahlan

38 books101 followers
Muhidin M Dahlan lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada tahun 1978. Sempat beberapa waktu mengampuh ilmu di Teknik Bangunan Insitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jogjakarta dan Sejarah Peradaban Islam IAIN Kalijaga Jogjakarta. Kedua-duanya tak selesai. Mantan aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI-MPO), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Menulis empat novel dan terlibat sebagai tim editor buku-buku Pramoedya Ananta Toer di lentera Dipantara sejak 2003, spesial penulis "Pengantar Penerbit" dan sampul belakang.

Sekarang menjadi kerani menengah di Indonesia Buku (I:BOEKOE) dan pernah ditugasi sebagai koordinator penulisan riset, seperti Seabad Pers Kebangsaan (1907-2007), Kronik seabad Kebangkitan Indonesia (1908-2008), 1001 Saksi Mata Sejarah Republik.

http://archive.ivaa-online.org/pelaku...

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
84 (58%)
4 stars
52 (36%)
3 stars
7 (4%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 40 reviews
Profile Image for — Prbw.
31 reviews
February 16, 2024
Jika ingin melihat lebih jauh lagi soal kasus peculikan yang dilakukan dirinya pada 1998 dalam pemilihan presiden yang dimenangkannya kali ini, Prabowo memang terlihat lebih percaya diri dan tak ambil pusing. Nyaris semua kritik atas kejahatannya di masa lalu itu tak digubris.

Sepertinya, salah satu faktor penting: nyaris semua elite militer yang dulu terlibat dalam pemecatan Prabowo dari kemiliteran karena kasus penculikan sekarang mendukung dirinya jadi presiden. Hasil selancar di Google dalam kurun waktu setahun terakhir: Subagyo HS kasih rumah pemenangan timses pada Mei 2023. Wiranto dan Agum Gumelar penting disorot karena sekarang mendukung Prabowo setelah dua pilpres sebelumnya berseberangan. Kalau SBY, sih, memang sudah dukung sejak 2014.

Itu artinya, tak ada lagi hambatan untuk Prabowo membangun citra dirinya “sama sekali tak bersalah” di hadapan publik yang ogah membaca masa lalu.

Di Indonesia, aktor militer sangat mungkin sulit diadili jika punya “loyalis dan jejaring yang kuat”. Apalagi setelah tangannya berdarah, ia cuma dipecat tanpa pernah dibawa ke pengadilan. Malah kabur ke luar negeri.

Buku ini cukup membantu kita untuk memahami keruwetan itu.
Profile Image for Heni.
Author 3 books45 followers
March 12, 2024
Membaca buku ini adalah sebuah pengalaman baru. Format kliping, mengumpulkan berita dari berbagai sumber, yang kemudian artinya berita ini dituliskan dari berbagai sudut pandang, menjadikan cerita dan kronologi yang tersaji di buku ini objektif, seobjektif2nya. Kalaupun ada narasi menggiring ke arah tertentu, hasutannya lembut dan nyaris tidak terlihat.

Membaca fiksi, yang seringkali diremehkan, menjadikanku paham tentang cerita dari berbagai sudut pandang. Setiap manusia punya versi cerita mereka masing2. Dalam buku ini, karakter fokus yang disorot adalah Prabowo dan para Aktivis Prodemokrasi. Aku tidak meragukan fakta yang ada, tapi tidak ada salahnya memandang peristiwa itu dari berbagai sisi, kesaksian dan pengakuan, dan menyadari bahwa semua orang yang terlibat mungkin juga menyembunyikan sesuatu. Kita tidak akan pernah tahu.

Buku ini merangkum kejadian berdarah di Indonesia tahun 98-99 (berfokus pada penculikan para aktivis prodemokrasi) dengan detail, mulai dari peristiwa Kudatuli yang dianggap katalis dari kerusuhan sampai sidang pelaku penculikan. Latar belakang karir militer Prabowo dituliskan dengan detail, termasuk saat beliau masih di Akabri. Karena aku sudah begitu familiar dengan cerita penculikan ini, bagian yang paling menarik di Kronik adalah sudut pandang para jenderal yang diduga terlibat serta kesaksian dari tubuh militer sendiri. Mereka punya opini, punya fakta, dan bagusnya buku ini tidak menyimpulkan apapun, sehingga narasinya tetap senetral mungkin.

Untuk teman-teman yang belum familiar atau bahkan tidak tahu tentang kejadian 98 (mungkin saat itu belum lahir), buku ini sangat kurekomendasikan. Tidak untuk membenci atau membenarkan apa-apa, karena toh setelah mengetahui beberapa nama, kalian akan sadar bahwa politik itu memang hampir selalu kotor dan penuh sandiwara, jadi rasa benci akan percuma. Bacalah buku ini supaya ingatan tentang sejarah kita tetap terpelihara & dengan pengetahuan itu, kita bisa lebih bijak dalam menyikapi banyak hal, khususnya politik dan kuasa.
Profile Image for Ms.TDA.
233 reviews3 followers
August 16, 2024
Sebelum buka dan baca buku ini, aku pasti sudah tau kalau bakalan banyak hal yang sebenarnya sudah bukan menjadi rahasia lagi. Paparan informasi pada klipling dibuku ini menurutku amat sangat banyak menyusun puzzle2 sejarah yang masih simpang siur (walau masih juga banyak yang simpang siur tapi jujur buku ini amat sangat membantu!).

Satu hal dipikiranku setelah selesai baca buku ini, “GILA”!!🙂🫥
Profile Image for Ann. .
68 reviews
February 1, 2025
I JUST WANNA SAY, WE LOVE YOU INDONESIA 🦅🦅🦅🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥 RRAAGGHHHHH🦅🦅🦅🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥
Profile Image for yossi.
47 reviews2 followers
Read
October 22, 2025
"Lupa adalah sahabat karib impunitas (...) Bukan tidak ada kejahatan saat tidak ada saksi mata, tapi tidak ada lagi kejahatan saat tak ada lagi yang ingat dan mempedulikannya."

"Karena memang nyaris tidak pernah ada hukuman bagi pelaku kejahatan HAM. Karena impunitas. Bangsa ini memang pemurah, sayangnya termasuk dalam urusan nyawa yang cuma selembar ini"

Satu buku bermuatan kliping koran pada masanya membantu kita untuk tetap ingat atas salah satu sejarah kelam yang pernah menimpa di Indonesia. Saya sangat mengapresiasi bagaimana buku ini memberi informasi dari berbagai sudut pandang sekaligus mengamplifikasi suara korban.
Profile Image for Rosa.
25 reviews
February 14, 2024
Buku ini cukup membantu kita menyelami informasi yang sebenarnya juga sudah pernah tayang di koran-koran di era tersebut. Sekali lagi, ini sudah pernah tayang. Isi buku ini tidak lain tentunya sesuai intro buku: klipingan koran 98-99 terkait penculikan aktivis.

Pemberian bab khusus untuk Munir pada buku ini cukup menjadi pengingat bahwa ada pun diantara ribuan orang yang berusaha *tanpa sadar berperan dalam* menyembunyikan fakta, akan selalu ada orang yang tulus untuk merajut, menuntut, dan memperjuangkan fakta itu untuk dapat muncul ke yang berhak mendengarnya (dalam hal ini keluarga aktivis). Semangat Munir mengingatkan kita bahwa apapun hasil akhir, pada akhirnya proses pencarian kebenaran lah yang akan kita ingat selalu dengan haru dan bangga. Barangkali sebenarnya pun diantara kita saat ini sedang ada Munir-Munir baru.

Epilog buku ini juga cukup berperan, “Sebab lupa tak bisa membebaskan kita”. Pemberian contoh-contoh pengumpulan bukti sejarah lainnya membuat buku ini serasa tidak berdiri sendiri: penyebaran fakta pada publik adalah hal yang sangat penting dan mengulasnya kembali dengan apa adanya adalah suatu kesatuan.

[Tambahan]
Siapa sangka, hari ini saya selesai menuntaskan buku ini (tersisa setengah bab tentang Munir dan epilog nan epik dari Zen RS), tanggal 14 Feb 2024, saat pemilu presiden 2024 yang diantara calonnya merupakan tokoh yang paling sering disebut di buku ini. Terlebih hasil quick count malam ini beliau menang telak 1 putaran. Berandai-andai, 25 tahun yang lalu apakah para aktivis pejuang reformasi pernah berandai-andai hal ini akan terjadi?
Profile Image for Putri.
140 reviews6 followers
July 28, 2024
everybody should read this book!!!
Profile Image for Winni Rulianti.
46 reviews
February 24, 2025
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah. Awalnya, buku ini cukup membosankan. Di halaman awal, saya sering mengantuk setiap membaca halaman awal karena bahasanya seperti buku pelajaran. Tetapi, saya salah. Semakin ke belakang, semakin seru dan semakin mata saya terbuka. Saya yang selama ini hanya tahu Prabowo turut serta dalam perisitwa 1998, tapi tak tahu jelas apa yang diperbuatnya dan bagaimana dampaknya untuk negeri ini. Di buku ini dikupas tuntas. Bagaimana Prabowo dibesarkan, sampai kepada dicopot jabatannya. Sekarang saya mengetahui dengan jelas apa yang telah dilakukannya pada tahun 1998. Buku ini wajib dibaca oleh anak muda Indonesia, khususnya mereka yang tidak tahu bagaimana sepak terjang Prabowo selama masih muda. Mereka juga perlu diperkenalkan pada banyak sosok pahlawan yang memperjuangkan HAM bukan dengan bambu runcing, tapi dengan mengungkap fakta betapa kejamnya kekuasaan oligarki pada saat itu. Walaupun, nyawa taruhannya, seperti kisah Munir.

Seperti apa yang disampaikan di akhir buku ini, salah satu hal yang paling membahayakan bagi bangsa ini adalah impunitas, yaitu melupakan sejarah. Dengan melupakan sejarah, para elite dapat terus menguasai negeri ini dengan menghapus rekam jejak di masa lalu. Maka, bacalah buku ini sebagai salah satu sarana untuk melawan impunitas itu.

Salam.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Aulia Darmawan.
41 reviews
December 26, 2024
Buku Kronik Penculikan Aktivis karya Muhidin M. Dahlan ini mengungkapkan pengalaman pribadi penulis yang merupakan salah satu korban penculikan di masa Orde Baru. Buku ini bercerita tentang kisah penangkapan dan penyiksaan yang dialami oleh aktivis-aktivis yang berjuang untuk demokrasi dan hak asasi manusia pada masa itu.

Melalui buku ini, Muhidin menceritakan bagaimana dia dan rekan-rekannya diculik, diperlakukan dengan kejam, dan berusaha bertahan hidup di tengah ketidakpastian. Selain itu, buku ini juga memberikan gambaran tentang bagaimana rezim Orde Baru mencoba menekan gerakan-gerakan pro-demokrasi dengan cara-cara kekerasan dan ketakutan.

Dengan gaya bahasa yang sederhana dan langsung, buku ini membawa pembaca untuk merasakan betapa beratnya perjuangan para aktivis pada masa itu. Buku ini bukan hanya mengungkapkan penderitaan fisik, tetapi juga perjuangan mental dan semangat yang tidak padam meski dalam kondisi yang sangat sulit.

The Chronicle of Activist Kidnapping memberikan kita pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah kelam Indonesia dan betapa pentingnya perjuangan untuk kebebasan dan keadilan. Buku ini sangat cocok dibaca oleh mereka yang ingin lebih mengenal sejarah aktivisme di Indonesia dan juga untuk menghargai keberanian para pejuang hak asasi manusia.
21 reviews
December 6, 2025
Bagi yang merasa dirinya berkewarganegaraan Indonesia, maka menurut saya, ia wajib membaca buku ini, bukan untuk sekadar tahu, tetapi agar kita tidak buta terhadap salah satu bab paling genting dalam perjalanan bangsa. Buku ini menyusun kliping berbagai pemberitaan koran pada masa-masa reformasi, dirangkai secara kronologis sehingga kita dapat menelusuri kembali peristiwa-peristiwa itu dengan lebih jernih. Sebagai pembaca, banyak rasa ingin tahuku terjawab, meski tak sedikit pertanyaan yang tetap menggantung tanpa kepastian.....

Salah satu hal paling mencengangkan dalam buku ini adalah dugaan keterlibatan Prabowo Subianto dalam aksi penculikan aktivis pro-demokrasi. Tidak hanya sekadar rumor, Prabowo sendiri mengaku bertanggung jawab atas penculikan sembilan aktivis tersebut. Bahkan, ayahnya, Prof. Sumitro, tak ragu untuk mengungkapkan bahwa Prabowo memang terlibat—walaupun dengan alasan “hanya menjalankan perintah.” Ini membongkar kenyataan pahit bahwa dalam politik, sering kali keputusan-keputusan besar diambil dengan dalih yang jauh dari akal sehat. Penculikan ini bukanlah aksi spontan, melainkan bagian dari strategi besar yang melibatkan banyak pihak.

Kemudian, ada fakta lain yang tak kalah mengejutkan: pemecatan Prabowo dari jabatannya sebagai Komandan Jenderal Kopassus ternyata jauh lebih politis daripada yang kita bayangkan. Pemecatan ini diambil bukan hanya untuk meredakan gejolak publik, tetapi juga untuk memastikan bahwa para elit militer lainnya tidak turut terseret dalam pusaran skandal ini. Pemecatan Prabowo, meskipun terlihat sebagai langkah untuk menegakkan keadilan, sebenarnya merupakan upaya untuk menjaga "harga diri" militer sekaligus menenangkan rakyat. Namun, ini juga menimbulkan pertanyaan besar: apakah Prabowo hanyalah korban dari permainan kekuasaan yang lebih besar?

Proses peradilan yang terjadi setelah itu pun penuh dengan kejanggalan. Kasus penculikan ini nyaris hanya berhenti di tim mawar yang dipimpin oleh Mayor (Inf) Bambang. Nama-nama atasan mereka—yang seharusnya bertanggung jawab—sama sekali tidak disebutkan dalam persidangan. Rantai komando seperti terputus begitu saja, menghilangkan jejak keterlibatan orang-orang penting di balik layar. Inilah yang membuat kasus ini semakin kabur dan penuh dengan teka-teki.

Dan lebih absurd lagi adalah pernyataan-pernyataan dari para pejabat yang terlibat dalam kasus ini. Misalnya, pernyataan dari KSAD Jenderal Subagyo yang mengatakan bahwa penculikan aktivis hanya merupakan "kesalahan analisis perintah atasan." Sebuah alasan yang sulit untuk diterima akal sehat. Atau dakwaan terhadap anggota Kopassus yang menyebutkan bahwa penculikan dilakukan oleh tim mawar hanya karena "panggilan hati nurani" untuk menjaga negara dari aktivis yang dianggap radikal. Pernyataan seperti ini jelas menunjukkan betapa besarnya upaya untuk menutupi kebenaran dan mempermainkan opini publik.

Selain itu, buku ini juga menyadarkan kita tentang bagaimana operasi penculikan ini bukanlah tindakan yang dilakukan oleh segelintir orang saja. Melibatkan banyak pihak dalam tubuh institusi militer, operasi ini tak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan atau bahkan keterlibatan para penguasa wilayah. Dan inilah yang mengerikan: banyak nama besar yang harusnya bertanggung jawab atas kejahatan ini, namun mereka tetap tak tersentuh hukum. Justru, para "pion" di lapangan yang menjadi sasaran hukuman.

Apa yang membuat cerita ini semakin gelap adalah hilangnya jejak Prabowo selama proses peradilan. Setelah pemecatannya, Prabowo menghilang begitu saja. Keberadaannya baru diketahui setelah sebuah surat kabar kecil di Lebanon secara tidak sengaja memberitakan bahwa Raja Lebanon menawarkan kewarganegaraan kepada Prabowo. Ke mana dia menghilang? Apakah ini sebuah bentuk pelarian dari tanggung jawab, atau justru tindakan ksatria untuk menghindari lebih banyak darah yang tertumpah? Pertanyaan ini tetap menggantung hingga hari ini.

Namun yang paling mengejutkan adalah kenyataan bahwa hingga sekarang, Prabowo tak pernah tersentuh hukum. Padahal, dia sendiri mengakui keterlibatannya dalam penculikan tersebut. Hanya sanksi administratif yang diterimanya—padahal tindakannya jelas merupakan pelanggaran pidana yang sangat serius. Begitu juga dengan kenyataan bahwa banyak orang yang menjadi korban penculikan ini, mulai dari sopir hingga pedagang yang tak ada kaitannya dengan politik. Penyiksaan yang dialami para korban juga jauh lebih kejam dan tak manusiawi daripada yang bisa kita bayangkan, tetapi dalam persidangan, kata "penyiksaan" sama sekali tidak pernah disebutkan. Ini membuat seluruh proses hukum terasa begitu tidak adil.

Buku ini lebih dari sekadar catatan sejarah. Ia adalah sebuah peringatan bagi kita semua bahwa untuk membangun masa depan yang lebih baik, kita harus belajar dari kesalahan masa lalu. Kita tidak bisa terus-menerus melupakan atau menyembunyikan kebenaran di balik narasi-narasi palsu. Buku ini mengajarkan kita bahwa merawat sejarah adalah cara terbaik untuk meramal masa depan—karena dengan mengenali luka lama, kita bisa memastikan bahwa luka yang sama tidak akan terulang lagi.

Jadi, bagi setiap orang Indonesia yang ingin memahami lebih dalam tentang bagaimana sejarah politik negara ini terbentuk, dan bagaimana kita bisa belajar dari masa lalu, buku ini adalah bacaan yang wajib. Ini bukan hanya tentang mengetahui siapa yang salah atau benar, tetapi tentang menghargai perjalanan panjang bangsa ini dan memastikan bahwa generasi mendatang tidak jatuh ke dalam lubang yang sama. Jangan lewatkan kesempatan untuk membaca buku ini, karena hanya dengan memahami masa lalu kita dapat menatap masa depan dengan lebih bijaksana.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Iqbal Wahyu Perdana .
3 reviews
October 12, 2025
Buku yang sangat bagus bagi kita yang ingin merawat ingatan akan salah satu peristiwa paling krusial dalam sejarah panjang bangsa ini. Buku ini berisi kumpulan kliping berbagai surat kabar sekitaran peristiwa reformasi yang disusun secara runtut berdasarkan timeline.

Buku ini sedikit menjawab berbagai macam rasa penasaran saya terhadap peristiwa tersebut, meskipun masih banyak pertanyaan yang sebenarnya belum terjawab.

Berikut adalah beberapa poin yang saya rangkum setelah membaca buku ini.

1. Dugaan keterlibatan Prabowo terhadap aksi penculikan aktivis pro demokrasi agaknya memang sangat kuat, dan itu dibuktikan dengan pernyataannya sendiri didepan pers bahwa dirinya bertanggung jawab atas penculikan 9 aktivis. Didukung dengan pernyataan dari ayah Prabowo, Prof. Sumitro yang mengakui sendiri keterlibatan sang anak namun dengan dalih hanya menjalankan perintah.

2. Pemecatan Prabowo adalah suatu hal yang sangat politis dan melalui pertimbangan yang sangat matang agar menghindari terseretnya para elit militer lainnya dalam kasus ini.

3. Peradilan terhadap kasus ini praktis hanya berhenti pada tim mawar, rantai komando seolah terputus pada Mayor (Inf) Bambang (Ketua tim mawar). Nama-nama atasan mereka bahkan tak pernah disebut dalam persidangan.

4. Dalam perjalanan kasus ini para terduga pelaku maupun institusi kerap mengeluarkan statement pembelaan yang sangat absurd dan sulit dicerna akal sehat. Seperti contohnya statement KSAD Jend Subagyo yang mengatakan bahwa penculikan aktivis adalah kesalahan analisis perintah atasan. Atau isi surat dakwaan terhadap anggota kopassus yang berbunyi "penculikan dilakukan tim mawar, yang dipimpin oleh Mayor (Inf) Bambang, berdasarkan panggilan hati nurani untuk mengamankan negara dari gangguan para aktivis radikal."

5. Ada banyak nama-nama besar yang harusnya bertanggung jawab karena operasi ini dilakukan didalam tubuh sebuah institusi dan lokasinya lintas komando. Jadi, adalah sebuah kemustahilan jika para penguasa wilayah tersebut tidak mengetahui operasi operasi yang terjadi diwilayahnya. Dalam artian ini mereka juga ikut terlibat sepenuhnya.

6. Ketika proses peradilan terhadap para terdakwa tengah berlangsung, Prabowo menghilang (kurang lebih 4 bulan setelah pemecatannya). Keberadaannya baru diketahui setelah surat kabar kecil di Lebanon tak sengaja memberitakan tawaran kewarganegaraan Raja Lebanon bagi Prabowo. Apakah ini jiwa ksatria?

7. Prabowo sendiri adalah pelaku sekaligus korban. Disebut korban karena dirinyalah yang harus dikorbankan demi meredam kemarahan publik. Opini publik saat itu beranggapan bahwa banyak orang-orang lain yang diduga kuat terlibat, termasuk pangti saat itu, Presiden Soeharto.

8. Penculikan orang tidak jarang kerap kali salah sasaran dan serampangan. Ada sopir, pedagang bahkan pengamen jalanan yang diculik tetapi masih dipertanyakan keterlibatan mereka dalam dunia politik.

9. Peristiwa penculikan orang kerap kali dibarengi peristiwa penyiksaan yang sungguh diluar nalar dan keji, dan yang sungguh ironis, kata-kata penyiksaan tidak pernah disebutkan dalam persidangan sehingga tidak bisa menjadi pemberat tuntutan terhadap para pelaku kejahatan tersebut.

10. Hingga detik ini, Prabowo tak pernah tersentuh hukum, padahal dia mengakui sendiri keterlibatannya. Otoritas berwenang juga tidak pernah merekomendasikan untuk me-mahmil-kan Prabowo. Sanksi yang diterima hanya bersifat administratif, padahal tindakan yang dilakukannya adalah tindakan pidana.

merawat sejarah adalah cara terbaik bagi kita untuk meramal masa depan. Dengannya kita bisa belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga cita-cita akan masa depan yang lebih baik itu bisa lebih mudah dicapai.

"Perjuangan manusia melawan kekuasaan itu seperti perjuangan ingatan melawan lupa". —Milan Kundera—
Profile Image for Christmas.
266 reviews1 follower
March 16, 2024
Saat peristiwa Mei 98 terjadi, saya belum genap berusia 8 tahun. Yang saya ingat hanyalah bapak saya tidak bisa pulang ke rumah karena kantornya yang terletak di daerah Sunter chaos. Bapak saya pun harus bermalam di sana dan baru kembali pulang keesokan harinya. Tentu saya saat itu sempat melihat berita tentang kerusuhan, tetapi hanya lewat begitu saja di kepala saya yang berusia 8 tahun kurang itu.
Bertahun-tahun kemudian, ketertarikan untuk memahami sejarah negara ini pun muncul. Perlahan saya menelusuri, begitu pula dengan peristiwa 98. Tentu sejarah ini tidak banyak disinggung di kelas. Sejarah ini menjadi sejarah pinggiran. Sejarah yang dapat kita temui di luar ruang kelas, di diskusi-diskusi, dan obrolan tongkrongan.
Saya pun menyadari, sebagai generasi yang lahir/tumbuh dengan tidak menjadi bagian dari peristiwa maka akan menghadapi sedikit kesulitan untuk paham. Sejarah yang 'formal' terlalu kuat sehingga cerita dari sisi lain selalu dianggap sebagai kebohongan. Hal inilah yang terus menerus dipelihara yang kemudian mengerdilkan generasi-generasi muda jadi berjarak dengan peristiwa ini. Ini bisa kita lihat pada Pemilu 2024 ini. Anak-anak muda yang lahir jauh dari peristiwa merasa mereka yang peduli tidak bisa move on dan suka sekali mengungkit masa lalu.
Maka buku ini adalah pijakan awal yang baik untuk kita merapatkan jarak antara generasi muda dengan peristiwa buruk bangsa ini. Buku yang berisi kumpulan kliping berita terkait peristiwa 98 dan penculikan para aktivis ini menjadi gerbang awal untuk kita mulai memahami bahwa bangsa kita sengaja membuat kita lupa dan abai akan kesalahan lampau.
Beberapa potongan berita diurutan sesuai kronologi waktu, beberapa lainnya disesuaikan dengan tema. Bagian yang bikin bergidik ngeri adalah membaca kesaksian para korban. Sampai saat ini tidak ada upaya penyelesaiaan yang berarti. Yang ada malah cemooh karena kita dianggap berkubang dalam kesedihan dan membenci perubahan. Padahal ya perubahan dimulai dari kesadaran negara akan kesalahannya dan menegakkan keadilan dengan sebaik-baiknya.
Lewat ulasan ini, saya mengajak kita semua untuk terus mencari tahu, terus membaca, dan terus bertanya. Karena pasalnya sejarah yang disuguhkan selama ini adalah sejarah yang dimonopoli penguasa. Ada banyak cerita dan kesaksian yang sengaja dipinggirkan agar kita lupa dan abai demi melenggangkan kekuasaan. Semoga kita bukan pelupa.
Profile Image for ayaw.
15 reviews
December 26, 2025
Buku ini rasanya bukan sekadar bacaan, tapi catatan sejarah yang bikin dada berat. Dari awal baca, langsung kerasa kalau isinya tegas, gelap, dan jujur. Muhidin M. Dahlan nulis dengan gaya yang lugas tapi tetap naratif, jadi walaupun topiknya berat, masih bisa diikuti tanpa harus jadi “anak politik” dulu. Yang paling kena, buku ini nggak cuma ngomongin peristiwa 1998 secara garis besar, tapi benar-benar mengajak pembaca masuk ke kronik: bagaimana aktivis diculik, bagaimana negara berperan, dan bagaimana kebenaran sering kali ditutup rapat. Bacanya bikin sadar kalau sejarah yang sering kita dengar di sekolah itu versi singkatnya aja, sementara luka-luka manusianya jarang dibahas. Bahasanya nggak lebay, nggak dramatis berlebihan, tapi justru karena itu terasa dingin dan nyentil. Banyak bagian yang bikin mikir, marah, dan diam lama. Ini tipe buku yang habis dibaca tuh nggak langsung bisa lanjut ke buku lain, karena kepalanya masih penuh. Minusnya mungkin buat sebagian orang: buku ini berat secara emosional dan bukan bacaan santai. Kalau bacanya pas lagi capek atau pengen hiburan, bisa kerasa melelahkan. Tapi menurutku, itu bukan kekurangan memang dari awal buku ini nggak diniatkan buat “nyaman”. Nilai plus besar: buku ini penting. Penting buat diingat, penting buat dibaca, dan penting buat generasi yang nggak ngalamin langsung 1998 tapi hidup dengan dampaknya. Kesimpulannya, ini buku yang perlu dibaca pelan-pelan, dengan pikiran terbuka dan hati siap. Bukan buat cari hiburan, tapi buat ngerti dan mengingat.
Profile Image for sekar banjaran aji.
165 reviews15 followers
April 30, 2024

🌹Terakhir aku membaca kliping mungkin tahun 2017, saat hidupku bergantung pada sebuah perpustakaan kecil di Pasar Minggu. Setelahnya aku punya kliping hanya dari kasus-kasus hukum yang dibuat ototidak oleh para klienku. Buku ini memang jadi gambarang buku kliping terbaik dalam kepalaku. Runut dan runtut dalam logika.

🥀 Kekuarangannya mungkin karena stitching yang tebal beberapa artikel tidak bisa terbaca karena kena penjilidan.

🌻 Buku ini aku baca menjelang pemilu sampe sebelum aku masuk rumah sakit. Pengalaman membacanya menjadi menyenangkan tapi memilikinya hari ini begitu menyakitkan karena faktanya hari ini buta sejarah menciptakan penjahat jadi pemenang.

#KronikPenculikanAktivis #MuhidinMDahlan #WhatSekarReads2024 #WhatSekarReads #PrabowoPenjahat
Profile Image for Telur.Kecap.
4 reviews
October 13, 2024
Seperti tak jera dengan apa yang terjadi, Walaupun 98 masih belum lama terjadi, dan masih banyak hal-hal yang belum terungkap, berulang kali masyarakat dipaksa untuk kembali ingat dengan sikap represi dan kekerasan yang terjadi. Sebut saja peringatan darurat, juga dengan tahun 2019 (reformasi dikorupsi), dan yang lainnya. Begitu banyak bukti yang terlampir di media sosial, begitu banyak yang menyuarakan, namun kembali, masyarakat hanya bisa menuntut, gigit jari, dan melihat para pemangku kekuasaan beratraksi tanpa penyelesaian yang pasti.
.
Buku bagus untuk terus mengingat apa yang pernah terjadi dan apa-apa yang belum terselesaikan sehingga dapat menimbulkan simpati. Pengigat juga untuk, “Jika mereka bisa jadi target, kenapa kita tidak bisa target?” semua bisa kena.
Profile Image for Ishak.
38 reviews1 follower
March 25, 2024
"Lupa adalah sahabat karib impunitas. Dengan lupa, praktik impunitas menjadi semakin mudah dijalankan. Impunitas, atau dibebaskannya pelaku kejahatan dari sanksi secara cuma-cuma, akan terasa sebagai hal normal dan biasa saja jika semua orang melupakan apa yang pernah terjadi. Bukan tidak ada kejahatan saat tidak ada saksi mata, tapi tidak ada lagi kejahatan ssat tak ada lagi yang ingat dan mempedulikannya." -Zen RS.
Semoga kita terus memelihara ingatan sejarah bangsa kita agar kita tidak mengulangi kesalahan masa lalu. Ini juga menjadi catatan pribadi untuk diri saya sendiri untuk memulai mendokumentasikan kehidupan bangsa ini. Panjang umur perjuangan!
Profile Image for Mawa.
172 reviews4 followers
October 23, 2024
Buku ini dengan forma kliping dari berita-berita di koran di zaman 'berdarah.'
Aku sangat berharap mereka-mereka yang terlibat di kejahatan negara terhadap rakyatnya bisa terbongkar dan kita tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Citra Prabowo yang dulunya garang berubah menjadi gemoy, memanfaatkan citra itu sekarang beliau menjadi Presiden negara ini.
Aku sangat ingin mengetahui.
Kalau memang dia tidak terlibat, bisakah beliau mengutarakannya dengan jelas tentang peristiwa-peristiwa ini?
Aksi Kamisan, menjadi simbol perlawanan dan upaya meminta pertanggung-jawaban negara.
Profile Image for Gee.
47 reviews
November 3, 2024
Lumayan mudah dibaca karena lebih banyak klipingan2 koran. Kronologi dan variasi sumber media juga bantu banget gambarin situasi saat itu. Bisa juga dipakai untuk melengkapi puzzle2 yg di kurikulum sekolah ternyata tidak tersampaikan….

Yet we need to know…

Yang kegambar jelas sih betapa chaos nya 97-99…

Masih banyak pieces puzzle yang rasanya butuh diisi sama another book sejenis ini lagi tuk bisa kasi konteks lebih dalam dari peristiwa2 penting yang disebutin.
Like tragedi bom kelapa gading? Penyerangan partai?

Worth to read, way to go in enlightening people🤲
Profile Image for Firza Aliya.
18 reviews
September 13, 2025
Buku ini kalau ga salah terbit di tengah masa pemilu 2024 (atau setelahnya) dan sudah menjadi wishlist karena ingin mendalami kekejian di masa itu, apalagi pemimpin negeri periode ini adalah nama yg sering disebut di buku ini.

Semua orang harus baca agar tersadarkan betapa rendahnya nilai hak asasi manusia di negeri ini. Dan semoga semua orang punya akses yang mudah untuk membaca buku ini, mengingat kehadirannya yang saat ini susah dicari.

Di luar dari isinya, ada cukup banyak eror di penulisan dan layout. Harapannya bisa diperbaiki.
Profile Image for Cikal Annisa.
54 reviews
November 10, 2025
penjelasannya rinci dan dibagian awal sudah dijelaskan terlebih dahulu ada yang sesuai dengan tanggal kejadian dan ada juga yang diurutkan berdasarkan peristiwa.

menjadi salah satu buku yang bikin gak enak tidur dan sampai kebawa mimpi buruk entah mungkin karena pelakunya masih ada dan lebih mudah terlihat jadinya membayangkannya lebih riil.

semoga kejadian di buku ini tidak terulang, tapi rasanya mungkin sudah terulang dan kita bangsa yang sangat pemaaf lagi pelupa bahkan untuk urusan nyawa manusia.
Profile Image for Finesta Biyantika.
353 reviews
October 26, 2024
Siapa yang bilang tragedi 98 bukan pelanggaran HAM berat?! MAU MARAH!!!

Melalui format kliping, kita diajak menyelami kejadian di rentang waktu 98-99. Tentang penculikan aktivis kala itu. Tentang orang tua yang kehilangan anaknya, yang bahkan sampai sekarang belum ada titik terangnya. Tentang seorang Ayah yang berjuang demi anak-anak yang hilang itu, yang akhirnya ikut hilang. Munir namanya.

Semoga kebenaran itu cepat datang. #MenolakLupa
Profile Image for Mutiara.
118 reviews5 followers
November 4, 2025
Sesuai judul; peristiwa penculikan aktivis di tahun 1998 di susun kronoligis dengan format kliping. Banyak cuplikan dan potongan koran, berita, wawancara, testimoni dari tokoh-tokoh yang terlibat di tahun 1998. Menarik, karena buku ini menyediakan fakta, dengan bukti tertulis. Perlu dibaca sih, supaya bisa melihat se-chaos apa negara ini di tahun 1998 waktu itu

Semoga kita semua selalu peduli dengan sejarah.
Profile Image for nana.
238 reviews
Read
June 10, 2025
A reminder of how deceitful Indonesia’s armed forces were; how hard it was for them to admit their wrongdoings. Their impunity made them even more notorious. To this day, they still speak in the only language they understand—violence. Also, a must read lest you forget the sins of Indonesia’s current President.
Profile Image for syarif.
295 reviews58 followers
September 4, 2025
Saat institusi kekuasaan kengalami krisis kepercayaan, kita jadi lebih memilih untuk mendengar banyak suara masyarakat dari media yang dimuat. Tetap berisik menyuarakan kebenaran dan keadilan di berbagai media termasuk sosmed ya teman-teman!!.
Profile Image for Nad.
86 reviews7 followers
March 2, 2024
Terima kasih karena telah membuat arsip yang sangat berharga untuk salah satu tragedi terpedih di Indonesia.
Profile Image for zalquds.
7 reviews
March 30, 2024
Pertama kali baca buku tipenya kayak dokumentasi versi foto, kumpulan informasi fakta yang di ‘abaikan’ bagi sebagian orang. Buta mata, buta hati. Cocok buat kamu yang mau liat sisi gelap sejarah🥲
Profile Image for Kuma.
45 reviews
December 29, 2024
“Arsip surat kabar sering kali menjadi benteng perlindungan terakhir menghadapi wabah amnesia sejarah.”
Displaying 1 - 30 of 40 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.