Tahun 1994 adalah tahun paling menyakitkan bagiku. Bahkan, bagi warga di kampungku. Kejadian yang tak disangka kehadirannya merenggut banyak senyum dan kebahagiaan.
Aku yang keras kepala dan egois seperti Pada peristiwa 2 Juni 1994, aku mendapat balasan atas semua perbuatanku. Malam itu riuh suara air naik dengan cepat ke daratan, teriakan, jeritan, dan reruntuhan barang yang saling berbenturan. Aku bersusah payah meneriaki satu persatu nama ketujuh anakku hanyut diempas air malam itu. yang dicambuk oleh takdir.
Review ini subjektif ya, dan ini opini pribadi terserah mau setuju atau ga
Pertama-tama aku terpukau oleh covernya yg cantik dan review sad ending dan aku sangat SUKA DENGAN SAD ENDING (iya saya manusia yg memilih kekejaman dibanding jalan berbunga). Maka dari itulah aku memilih buku ini. Markipas, mari kita kupas.
Kelebihan: Salah satu yang aku senangi dari buku ini adalah endingnya. Man, wow, mati semua, Esa, Dipa, Nadi, Windu, Simbah, mgkin juga Apta. Aku ga pernah mengira bakal endingnya bakal menghabiskan hampir lebih dari separuh anggota keluarga karena sepanjang aku membaca mengira mereka bakalan terpisah2 aja, mgkin amnesia, atau hal2 cliche yg ada di sinetron2 tapi ternyata mati disinilah aku suka karena penulis mampu berani untuk memperlihatkan realita bencana yang tidak memandang siapapun alias bukan PLOT ARMOR. Nah ini aku suka. Aku juga suka ketika ada foreshadowing soal kaki nya Nadi pas dia bercanda sama Dipa ttg tikus dan dia ditemuin karena kakinya mencuat di reruntuhan disitu aku langsung kek WTF.
Kedua, quotes sebelum chapter baru, quotes nya sungguh2 bagus! Ada beberapa yang sampai aku masukin SG sangking kerennya. Nah tapi... Mari kita bicarakan:
Kekurangan:
Haih aku sangat tidak suka dengan GAYA PENULISAN NYA :) padahal quotes2 awal chapter itu sangat bagus, kenapa dalam penulisan cerita jadi DOWNGRADE? aku betul cringe, Sampek berkerut2 mukaku menahan "the ick". Entah kenapa interaksi antar kakak adik itu sungguh cringe dan alay, rasaku aku malah geli bacanya, makanya pas ending chapter aku ga bisa tuntas nangisnya, karena gaya penulisannya sungguh membuat kesal.
Tidak konsisten. Nah contohnya pas awalnya si Hartono bertanya-tanya kenapa si Apta itu murung tapi diparagraf selanjutnya dia jawab sendiri bahwasanya pasti karena bapaknya dan dia sering curhat ke si Hartono, ya kalau udah tau ngapain kau bingung :)
Rush. Terlalu terburu-buru terutama Tobatan nasuha si Bapak, maksudku andaikan aja tsunami udah terjadi nih dan dia baru sadar bahwa anak-anak dia pada metong, nah disitu dia baru merangkul kembali anak-anaknya yg masih tersisa, menyesali perbuatannya, menghukum dirinya sendiri dgn akhirnya bersama si anak. Menurutku si lebih bagus dibanding dengan mode ceramah Naruto (OST Naruto) dari kawan bapak dia, rasaku penyesalannya yah gitu aja, kek anjir ga terasa dia nyesel gitu loh, ini kek udah pulang2 jadi Baek ga tau kenapa kek kesurupan jin Tomang diruqyah abis tu senyam senyum balek kerumah, enak aja gitu doang. Jadi aku kayak, ini apaan sih? Seriusan lu tobat? Yakin? Gini doang? Rasanya setelah 6 tahun dia menyiksa anaknya harusnya si bapak harus kembali dengan penyesalan yg jelas dan bener2 membuatnya terpukul sehingga dia mau jadi orang yg berbeda.
Repititif, Plain dan kata tidak penting Ada juga beberapa kalimat atau kata yang diulang-ulang dan menurutku ini cerita yang datar tidak ada dinamika masalahnya ini cuman kek PLAK, BUGH :) aku rasa tidak perlu dituliskan PLAK, BUGH wkwkwkwk tulis saja "Di keheningan aku berdiri di hadapan Bapak, tangannya telah singgah di pipiku, mengirim rasa tajam ke seluruh wajahku" udah Ga perlu ditulis PLAK, BUGH
Yah walaupun demikian buku ini bisa sukses membuatku nangis walau tidak deres banget seperti yg diharapkan. 1.5 star aku genapin jadi dua.
This entire review has been hidden because of spoilers.
My question rn, why ayam perlu ada pov? And how the actual h*** they understand bahasa ayam seolah2 ayam tu bercakap guna bahasa manusia. I mean, come on. Ayam? Seriously? Astu ending terlalu rushing. Ttba ayah nya taubat nasuha mcm tu je after what he had done? Idk man. Third, struktur ayat dan gaya bahasa. Tbh, I'm struggling abit to understand some of the line disebabkan struktur ayat and gaya bahasa yang dicampur aduk. However, overall i still like the storyline. Just need some improvement. I almost drop to read it because of struktur ayat and takleh brain dgn pov ayam. Terasa lah jugak jadi ayam. Hmmm.
Overall storyline: 3.5/5 Struktur ayat: 3/5 Gaya bahasa: 3/5 Plot: 4/5 Karakter: 3/5
Family banget.banyak kisah dan pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, tentang pentingnya sosok ayah, peran kakek, juga kedewasaan dan kekecewaan 7 anak lelaki. You need tissue for this.
i chose to buy n read this book because i want to read about family-ish type of genre. this book was not that good but not that bad either. the story has its ups and downs. there’s moments that was heart wrenching and would made me cry. since i read the malay translation, it was not translated well. the choice of words could be better and there’s also some punctuation problem. overall i would give the book a 3.8/5.
Must read? if you are looking for family type of book then yes this could be it.
Actually, agak bingung mau ngasih bintang berapa. Karena nano nano banget, ini bukan tipe genre yg kusuka. Karena dia lebih banyak menceritakan daily life yang mostly conversation. Dont hate me if i say that their convs with Hartono is cringe. Okelah klo si ayam bisa paham bahasa kita, tapi mereka paham bahasa ayam ??? Like, what 🤨 where it just said "Kokk Kokk Kokokokk" 😶 and u know what it meanss?????? Seriously ..
Oke mari bahas isi buku ini sendiri. Awal cerita kita disuguhkan keharmonisan keluarga Purnomo yang tampaknya sempurna, istri yang cantik dan pengertian, serta ke-7 anak mereka yang tentunya selalu membuat suasana rumah hidup. Tiba-tiba semua itu berubah setelah istrinya, Ratna, meninggal karena penyakit TBC yang telah menggerogoti badannya dari dalam. Dunia menjadi terbalik, gak ada lagi yang namanya keluarga cemara.
Cerita ini lebih banyak menyoroti ttg Apta, si anak ke-4 anak paling nakal dari saudara-saudaranya yang lain. Bagaimana Apta menjalani sekolah, kehilangan teman, dan usaha nya untuk menemui Bapak. Intinya Apta! Yang lain kurang kesorot, si Khalid kurang di explore begitu juga dengan Esa, Nadi. Si Dewangga cuman dibahas ttg percintaan, si Windu ama si Hartono. Kek gimana ya.. hmm ngerti sih maksud dan tujuan penulisnya itu mau membangun relationship dengan pembaca, tapi kek BOSAN. Masalah nya itu itu aja itu itu aja.
Di akhir cerita baru kita masuk ke THE REASON WHY IT CALLED LAUT PASANG 1994. Yah yang memorable memang cuman 1/4 cerita akhir.
Gak tau apa bakal lanjut ke series Merayakan Kesedihan atau nggak karena pasti gaya penulisannya sama lagi 😑
This entire review has been hidden because of spoilers.
Dari semua buku yang saya beli di toko saya memilih untuk membeli laut pasang 1994 karena saya melihat di review buku ini sangat lah bagus dan buku itu menarik perhatianku saya juga pernah melihat review buku laut pasang ini membahas tentang tragedi yang tak terlupakan dan yang pasti nya menghadirkan banyak pelajaran.
Laut pasang kisah ini terinspirasi dari peristiwa tsunami yang melanda kawasan Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1994. Novel ini berlatar pada tahun 1988, menceritakan kehidupan sebuah keluarga besar yang terdiri dari bapak, ibu, tujuh bersaudara laki-laki, dan kakek (Si Mbah), yang tinggal di Banyuwangi.
Buku ini diawali oleh keluarga cemara yang hidupnya sangat baik,mereka selalu bermain bersama,makan bersama dan ngumpul tetapi seiring waktu ibu mereka ternyata tau bahwa ayah nya sering bermain bersama wanita lain dan juga sering berjudi,bapak nya mereka memang baik dan juga sangat bertanggung jawab namun pertemannya yang memang kurang baik dan menjadikan ia melalukan hal yang negatif. Di suatu hari anak -anak nya bermain bersama, mereka bermain layang -layangan dan melakukan sesuatu yang mereka sukai. Keluarga ini selalu ngumpul bersama dan menceritakan keseharian yang mereka lakukan, seiring waktu bahagia mereka tidak lama karena ternyata selama ini ibu mereka tau bahwa ayah suka bermain bersama wanita lain dan juga suka berjudi tetapi ibu mereka akan tetap diam dan berpura-pura bodoh.Cerita ini diakhiri dengan sisa keluarga yang masih hidup setelah terjadi runtuhan bencana alam hingga tsunami yang mana hanya tersisa khalid dan ayah nya,pasti nya kehilangan anggota keluarga menjadi pukulan tersendiri kepada mereka berdua hingga tidak terbayang kesedihan yang mereka rasakan,entah karena kehilangan atau tentang penyesalan karena tidak bisa menjaga satu sama lain.
setelah membaca buku ini saya bisa tau bahwa kita harus saling menjaga satu sama lain,belajar untuk saling memaafkan dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapin cobaan hidup. Inspirasi dari peristiwa tsunami di Banyuwangi mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan menghormati alam.saya menyukai buku ini karena saat kita baca kita bisa merasakan apa yang di rasakan oleh cerita dari buku ini dan juga menghadirkan banyak pelajaran.Harapan ku setelah membaca ini semoga saya bisa menjaga keluarga saya dan saling menguatkan satu sama lain.
sebenarnya di dalam bukh ini banyak hal bisa di ambil sebagai pelajaran, terutama quotes quotes yang terselip diantara bab.
Tapi, pembawaan dan cara penulis membawakan cerita ini cukup berkesan, karena bisa membuat sy langsung menebak kalau yg menulis cerita ini adalah perempuan. Banyak sikap tokoh laki laki yang menurut sy, secara subjektif kurang menandakan dia seorang dengan gender laki laki, sampai kadang terbayang kalau yang berbicara adalah seorng perempuan.
Sy termasuk orng yang sangat mudah terbawa suasana dari novel, tapi menurut sy, di buku ini kalau mau sedih kadang nanggung, terkesannya buru buru, seperti mau cepat menyelesaikan draft novelnya.
Banyak juga bahasa yang cukup lebay untuk mengggambarkan percakapan tokoh, itu cukup menganggu.
Tapi menurut sy cerita yang di bawakan lumayan mengombang ambingkan perasaan, kadang senang, kadang sedih, kadang kesal. Sy kesal terutama saat kentujuh bersaudara itu bisa mampu dan tidak ada satupun yang membenci bapaknya, apakah mungkin kalau di kehidupan nyata? Sifat dan kelakuan seegois itu dapat dengan mudah di maafkan?
Judulnya laut pasang, sy pikir ceritanya temtang bagaimana mereka menghadapi kehidupan setelah tsunami, tapi ternyata cerita itu ada di belakang, bab bab paling terakhir. Cukup tidak sinkron sih kalau dari penilaian dari sy.
Sekali lagi ini penilaian yg subjektif, ini opini yang sy buat berdasarkan dari pengalaman hidup sy. Sekian
This entire review has been hidden because of spoilers.
Laut Pasang 1994 berhasil membuat perasaan saya naik turun dan jujur saja saya makin dibuat nyesak ngga karuan dengan kondisi ketujuh saudara ini setelah Tsunami menghantam kota.
Saya akui, pembangunan ikatan antar ketujuh bersaudara di sini benar-benar dibalut dengan apik, namun hal ini juga lah yang bikin alur cerita menjadi terasa lambat.
Selain itu, Laut Pasang 1994 yang menggunakan alur maju dan mundur terkadang bikin bingung dikarenakan tidak ada pemberitahuan kalau cerita ini sedang melompat jauh ke belakang atau malah sebaliknya.
Walaupun begitu, saya berterima kasih pada adik sepupu yang telah meminjamkan buku yang menyisakan rasa sesak, kehilangan, penyesalan, namun juga mengajarkan keikhlasan 🥀
Novel yang berisi sebuah keluarga beranggotakan 10 orang, terdiri dari 7 Anak anak Laki-laki, Ibu, Bapak dan Simbah. Di awal halaman berisi kegiatan keseharian anggota keluarga tersebut, mulai dari sekolah, bermain dan meluangkan waktu satu sama lain. Hingga suatu hari konflik muncul, Bapak memutuskan pergi dari rumah karena merasa kehilangan yang begitu berat. Bapak takut akan melukai anak anaknya jika diam di rumah. Novel ini menceritakan tentang kekeluargaan yang erat dan cobaan yang berat. Cobaan yang merenggut nyawa anggota keluarga tersebut. Peristiwa di dalam buku ini benar benar terjadi di Banyuwangi pada tahun 1994, hanya saja sudut pandang nya berbeda. *Kalo mau baca buku ini harus siapin tisu, SEDIH BANGET ASDFGHJKL
This entire review has been hidden because of spoilers.
Aku bukan penulis, tapi sorry ni buku narasinya masih ancur banget. As a reader of hundred books, ini buku yang paling ga worth it buat dibaca. Terlalu banyak tokoh di dalamnya mungkin karena penulis sendiri ingin merepresentasikan "idol-nya", tetapi hal ini justru merusak fokus penulis dalam membangun chemistry 7 bersaudara dalam kisah ini. Saya melirik buku ini karena latar tempat dikisahkan di Banyuwangi, dalam bayangan saya-sebagai warga asli Banyuwangi, buku ini selain menceritakan tragedi tsunami, juga akan menyuguhkan keindahan alam di Banyuwangi. Dan betapa kecewanya, tak ada satu pun kalimat yang menyinggung soal Banyuwangi itu kota seperti apa. Sungguh buku ini masih jauh dari kata layak baca.
Penulisan dicampur aduk sampai tak faham dan tak boleh fokus apa yang cuba di sampaikan. Perbualan antara adik beradik ni agak cringe. Penceritaan melewah sangat dan hujung rushing sangat lah pulak. Ringkas betul hujung dia punya sedih tu.
Kenapa perlu pov ayam? Like they can communicate with each other. Manusia dan ayam??!!!! Tak masuk dek akal.
Overall nak bagi 2⭐️ tapi disebabkan 50 m/s terakhir tu mampu buat air mata/hingus meleleh tak henti jadi kita tambah satu lagi ⭐️
It was saddddddd, second chance to redeem their wrongdoing to his sons and in-laws. But the natural disaster struck and he lost almost everything. I love how the story was told about the struggle of the broken family and how they were viewed by people around them. The fact that their chicken also has their own personal point of view is cackling me. I need to buy the sequel too
bagaimana keluarga itu tetap bertahan meski pasang laut ( masalah ) memecah, hangatnya ketika bersama tidak pernah pudar dan akan selalu dirindukan oleh yang bertahan
tau seri buku laut pasang ini dari tiktok,dan ternyata bagus karena bertema keluarga dan hubungan antar kakak beradik dengan berbagai cobaan yang ada,dan akan lanjut buku" selanjutnya
As a Wattpad story this is nice, but for a book? jelas tidak. Dengan akhir cerita yang sudah terpampang jelas di judul dan sinopsis. Buku ini terasa hanya seperti pengantar dan sangat membosankan.
Pertama kali liat buku ini di ig aku langsung tertarik untuk baca,makanya aku beli buku ini. Pertama kali aku liat ini kayak menceritakan tentang tsunami. Bukunya baguss dan mengandung bawang, apa lagi mereka lucu, tapi sayangnya bapak sangat mengecewakan, masa main dibelakang ibu, kan kasian. Terus mereka ber7 kasian banget udah sedih karna ibu meninggal ditambah bapak berubah jadi jahat, meskipun akhirnya bapak minta maaf. Mereka harus kepisah karna tsunami, terus Nadi, Esa, Dipa, Windu, sama simbah mereka meninggal karna tsunami, Aksa juga malah ilang, padahal mereka baru bahagia 😢. Pokoknya bukunya baguss banget terus kalo misalnya baca buku ini wajibb beli buku selanjutnya biar gak penasaran 😍😍😍