Atau anak-anak juga bisa memecahkan sebuah kasus kejahatan? Tapi apa yang dibutuhkan untuk jadi detektif? Harus punya gadget supercanggih, punya fasilitas atau wajah ganteng?
Ini adalah kisah detektif Imung. Tentang proses tumbuhnya seorang detektif tengil yang jahil di Jakarta pada 1970-1980-an. Dari kasus pencurian, penipuan, dan penganiayaan yang membuat polisi bingung, sampai perkara rumah tangga yang membuat ibu-ibu cemas, semua dipecahkan bocah piatu ini atas nama mencari kebenaran.
Modal Imung? “Hanya” kecerdasan, ketajaman pikiran, kecintaannya pada teka-teki dan kebaikan hati. Sudah cukup? Belum tentu. Tapi ini cukup untuk membuat yang jahat pontang-panting untuk mengalahkannya.
Seorang yang sangat terkenal di bidang jurnalistik, penulisan dan sinetron. Lahir di Solo 26 November 1948. Sempat kuliah di IKIP Solo selama beberapa bulan, lalu mengikuti program penulisan kreatif di Iowa University, Iowa City, Amerika Serikat (1979). Prestasinya sungguh luar biasa. Banyak karyanya yang telah disinetronkan dan mendapat penghargaan, di antaranya Keluarga Cemara dan Becak Emak, yang terpilih sebagai Pemenang Kedua Buku Remaja Yayasan Adikarya IKAPI 2002. Bahkan karena prestasinya pula, dia sempat masuk penjara selama lima tahun!
Kini ia mengelola penerbitan sendiri yang diberi nama Atmo Group. Ia tinggal di Jakarta dengan seorang istri yang itu-itu saja, tiga orang anak yang sudah dewasa, seorang cucu yang lucu, seekor anjing setia, ratusan lukisan buatan sendiri selama di penjara, serta sejumlah pengalaman indah yang masih akan dituliskan.
Inget series Keluarga Cemara? Aku baru mengetahui dari catatan di belakang buku ini bahwa series merupakan adaptasi dari buku!
Tentang Imung, awalnya kupikir ini akan semacam Conan Edogawa. Ternyata serial Imung tidak menyediakan kasus besar seperti halnya Detektid Conan. Di buku ini hanya diceritakan per kasus. Itupun jika boleh kukatakan, terlalu heroik dan dibesar-besarkan. Apalagi dengan cerita tempatnya Nusantara.
Hal yang membuat saya agak berbaik hati memberikan tiga bintang, cerita-cerita yang bertemakan tahun 80an. Itu saja.
Kamu akan merasa buku ini berasal dari masa lalu, bukan dari latar cerita yg tidak ada ponsel atau komputer tablet. Bukan juga dari permintaan tebusan sebesar 40 juta oleh para pembajak pesawat. Bukan juga dari penyebutan Halim Perdanakusuma sebagai bandara, karena kan tahun 2014 ini Halim kembali jadi tempat penerbangan komersial.
Aura jadul menguar dari pilihan kata2 dalam percakapan yg asli berasal dari tahun 1970an :p.
Bahasa dan istilah yang digunakan sangat sederhana, sehingga rasanya saya diajak nostalgia, balik ke masa-masa di mana saya masih sering baca buku dengan istilah dan bahasa yang sederhana tetapi sungguh menghibur. Rasanya sudah lama saya nggak baca buku semacam ini, jadi bisa dibilang tampaknya itu pula yang menjadi alasan mengapa buku ini betul-betul membuat saya gembira. Untuk ukuran karya pertamanya Arswendo Atmowiloto yang saya baca, saya sangat puas!
Awal mula kisah Imung, sebelum melanglang ke Jakarta di buku 2 dan selanjutnya. Di sini Imung masih tinggal di kota Magelang bersama ayahnya, di rumah sederhana di belakang pos polisi pasar buntu.
Kasus-kasusnya beragam, dari pencurian mangga muda hingga penculikan tamu negara. Khas cerita anak zaman dahoeloe kala. Semuanya beraroma nostalgia, dari tema cerita, pemilihan setting, karakter, sampai bahasa yang digunakan. Termasuk kaki korengan Imung itu... whakaka....
Lengkap sudah saya membaca seri imung dari seri 1 s.d 4, kebetulan saya membaca serinya mundur dari 4 ke 1, menurut saya seri imung salah satu seri yg perlu dilestarikan dan saya menunggu seri-seri selanjutnya. Yang paling berkesan bagi saya adalah betapa penulis Indonesia lebih kreatif dari penulis luar negeri, mereka jika ingin cepat dikenal dan 'laku' maka novel detektifnya rata2 membawa nama-nama detektif yg sudah terkenal sebelumnya sebagai contoh young sherlock,yang menurut saya kurang kreatif. Selain itu kita perlu berbangga diri bahwa Indonesia sudah mempunyai detektif cilik (walaupun dlm novel) jauh sebelum komik detektif conan dan komik detektif lainnya yg saya tahu masuk ke Indonesia. Asyiknya lagi membaca seri imung tidak perlu runut bab1,2,3, dst. karena sebenarnya dibaca terpisah pun masih bisa walaupun kadang ada pembahasan sedikit dari bab sebelumnya namun itu tdk begitu mengganggu. Overall seri imung ini layak dikoleksi terutama bagi penyuka cerita detektif. Salam.
Apa cuma orang dewasa saja yang bisa jadi detektif?
Rasa-rasanya, tidak juga. Demikian yang coba ditawarkan dalam kumpulan cerita ini. Bagi anak-anak dan remaja pria yang tumbuh besar di era 1980-an, tentu sedikit banyak pernah mendengar nama Imung. Walaupun belum tentu masih mengingatnya. Serial cerita detektif Imung ini cukup membumi, tidak semua misteri yang dipecahkan harus berskala besar dan bersifat bombastis, seperti menangkap gerombolan perampok toko emas, menemukan tamu negara yang menghilang, atau menghentikan tindakan brutal para pembajak pesawat terbang. Ada juga yang sederhana, seperti mencari tahu siapa yang mencuri mangga muda, atau ke mana balon anak Nyonya Mohtar menghilang? Yang patut dikagumi dari serial ini tentu saja adalah kemampuan imajinatif penulisnya, Arswendo Atmowiloto yang lebih dikenal dengan serial "Keluarga Cemara"-nya.
Akhirnya baca cerita bikinan Arswendo lagi. Dari cerita, keliatan banget kalau latar belakangnya tahun 70 atau 80-an. Seneng sama cerita Imung ini, soalnya bisa jadi rekomendasi cerita anak-anak yang kreatif dan imajinatif. Maklum, buku lokal bagus buat anak-anak sudah jarang ditemui :D Anak desa yang hidup (sangat amat) sederhana tapi cerdik, penuh rasa ingin tau, dan cerdas a la Sherlock Holmes. Berkat kecerdikannya dia sering dipercaya polisi untuk membantu mengusut kasus & kejahatan. Baca Imung, memberi pengalaman berbeda. Ini kali pertama aku menikmati cerita detektif. Dukung karya asli Indonesia!
Not bad. Arswendo sepertinya tak pernah mengecewakan.
Namun ada satu hal yang janggal. Bila Imung memang cerdas, kenapa setelah membantu keluarga Mohtar dia tidak meminta kudis di kakinya diobati? Silly fool.
I was happy that this book was reprinted again. I have searched high and low for this for a long time. Some of the plots were weak, though, understandable for they were the first ones the series.
menarik, meski di beberapa hal ada kejanggalan namun masih bisa dinikmati sebagai cerita detektif apalagi jika dinikmati dari sudut pandang jaman dan usia imung.