Jump to ratings and reviews
Rate this book

Bluestroberi

Diary Princesa

Rate this book
"Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?" aku melemparkan pertanyaan cheesy kepada Sisil. Sisil tertawa. "Kamu ingin mendengarkan pujian terus ya hari ini? Tentu saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati."

Aku tertawa mendengar jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.


Princesa atau akrab dipanggil Cesa adalah cewek yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia itu cantik, pintar, populer, dan banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan pacar, enggak bakal ada yang nolak deh! Kecuali cowok yang satu itu. Cowok yang menjadi sahabat kakaknya, Jinan. cowok yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.

260 pages, Paperback

First published February 1, 2014

11 people are currently reading
201 people want to read

About the author

Swistien Kustantyana

1 book2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
17 (17%)
4 stars
34 (35%)
3 stars
40 (41%)
2 stars
2 (2%)
1 star
4 (4%)
Displaying 1 - 30 of 39 reviews
Profile Image for ijul (yuliyono).
811 reviews970 followers
April 22, 2014
3,5 star.

Selalu menyenangkan membaca novel yang di dalamnya juga banyak menyebut atau menceritakan tentang novel/buku lain. Tentu, lebih mudah terhubung dengan mood baca jika ternyata buku-buku yang disebut itu sama dengan buku yang pernah saya baca. Atau sebaliknya, jika buku-buku yang disebut di buku belum pernah saya baca, bisa jadi referensi untuk mencari buku-buku itu nantinya. Diary Princesa ini juga banyak menyebut judul-judul buku populer, sehubungan dengan salah satu tokohnya, Jinan, yang memang gemar membaca.

Jujur saja, jika tidak ada rekomendasi dari teman lain saya mungkin tak berniat mencomot apalagi membaca buku ini. Timbunan buku yang mengantre untuk dibaca di kosan masih banyakkkk, dari penulis yang sudah saya kenal dan saya favoritkan. Jadi, agak gambling juga ketika memutuskan membaca novel ini alih-alih membaca novel lain.

Maka, saya membaca Diary Princesa ini tanpa ekspektasi yang tinggi. Saya hanya ingin bersenang-senang. Dan, syukurlah, buku ini cukup menyenangkan. Tolok ukur pertama dari buku penulis yang baru saya kenal, DIKSI. Oke, saya suka diksinya. Beberapa kalimatnya quotable dan sebagian besar lainnya mengalir mulus, menggulirkan plot yang dibangun oleh Swistien. Tolok ukur kedua: KARAKTER. Well, mungkin dengan pondasi kuat bahwa Swistien hendak mengangkat isu bipolar disorder sehingga tokoh-tokohnya hidup dengan begitu kuat, meskipun (entah karena saya lalai atau apa), saya tak mendapati citra yang begitu jelas tentang tokoh Jinan yang dikisahkan mengalami gangguan itu. Sayangnya lagi saya belum membaca atau menonton film The Silver Linings Playbook yang menjadi inspirasi Swistien dalam menulis Diary Princesa ini.

Untuk ceritanya sendiri, karena mengangkat isu gangguan mental itu, saya cukup bisa menikmati kelabilan beberapa tokoh dan adegan yang dibuat untuk memperkuat karakternya. Terkadang saya geregetan ketika Cesa atau Jinan atau Nathan atau Aksel melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang menurut saya tak semestinya. Well, ini pertanda saya tersedot dalam ceritanya. Dengan judul mentereng, DIARY Princesa, plus gaya menulisnya dari sudut pandang orang pertama yang berkesan curhat, mungkin akan lebih catchy lagi kalau bentuknya benar-benar seperti buku harian. Bahkan, novel ini pun tak disemati keterangan waktu, lazimnya buku catatan harian/kronologi kejadian. Entah sih, kalau tim editing/layouting atau pengarangnya sendiri merasa terlalu mainstream atau membosankan jika dibikin selayaknya buku harian, tapi untuk saya pribadi dengan kondisi seperti ini sih saya lebih suka bentuknya benar-benar mirip buku harian. Bakal lebih ekspresif dan emosional, kayaknya.

Dengan latar belakang Cesa yang masih SMA, bolehlah saya bilang novel ini masuk kategori teenlit, apalagi adegan dewasa muda-nya masih terbatas. Lagi-lagi, entah saya lalai atau bagaimana, saya kurang masuk dalam latar belakang kehidupan keluarga Cesa-Jinan. Ketika hubungan kakak beradik ini begitu lekatnya, keluarganya digambarkan agak sedikit bermasalah. Sejak awal saya mencoba mencari benang merah mengapa kedua orangtuanya menjadi tidak akur begitu. Hmm, di sini saya agak tidak sabar hingga tak memperhatikan detailnya, sampai akhir saya gagal paham, fufufu.

Novel ini punya dua warna kontras yang menyatu dengan baik. Cesa yang bisa dibilang anak geng populer di sekolah, modis, cantik, banyak penggemar, memiliki kehidupan glamor khas ratu geng anak sekolahan. Plus, stereotip tak suka baca buku. Di sisi lain, ada Jinan dengan gangguan yang dialaminya dan segala keanehannya menjadikannya cewek yang jutek dan dingin serta penikmat buku tulen, bahkan cenderung gampang terobsesi sama buku. Paling menarik tentu kehadiran Nathan dan Aksel di tengah-tengah kakak beradik ini. Dua cowok ini berhasil menjadi ornamen yang pas untuk meramaikan kisah keduanya.

Meskipun tidak secara utuh, tapi saya menyukai kovernya. Porsi terbesarnya sih karena gambar ilustrasi setumpuk buku dengan punggungnya tersemat judul-judul buku yang saya kenal: The Kite Runner (Khaled Hosseini), All-American Girl (Meg Cabot), The Silver Linings Playbook (Matthew Quick), jadinya saya suka. Hanya tone warnanya yang cenderung gelap membuat saya agak mengernyitkan dahi, entah kenapa.

Secara keseluruhan, saya menyukai novel ini. Debut yang menarik dari Swistien. Menghadirkan kisah remaja yang tak biasa. Memang tak orisinal, namun mampu memberi warna lain di dunia perbukuan remaja tanah air. Kelemahan mendasar novel ini ada di cetakannya yang masih cukup banyak ditemukan typo dan inkonsistensi penggunaan suatu kata/istilah. Buat saya itu memengaruhi mood baca, meskipun tidak mengganggu esensi ceritanya.

Good job, Swistien. Ditunggu karya-karya berikutnya. Kali ini 3,5 bintang untuk curahan hati yang begitu kompleks dari Princesa tentang Jinan.

Selamat membaca, tweemans.

Giveaway di sini (s.d. 26 April 2014): http://www.fiksimetropop.com/2014/04/...
Profile Image for Citra Pertiwi.
17 reviews
February 25, 2014
Apakah kamu kira hanya kamu…
Yang merasa banyak berkorban?
Yang merasa diabaikan?
Yang mencintai dia?

Cesa menyayangi Jinan, kakaknya yang memiliki masalah dalam mengatur emosi. Kakak beradik itu memiliki kepribadian dan penampilan yang sangat berlawanan. Cesa bisa dikatakan memiliki semua yang diingini para cewek, dia cantik, pintar, baik, disukai cowok-cowok, dan juga memiliki sahabat. Cesa sadar akan kelebihannya itu, jadilah dia tidak mengerti, mengapa Nathan, cowok yang disukainya sekaligus sahabat kakaknya, tidak tertarik padanya. Cesa terbiasa untuk menemani Jinan yang emosinya naik turun seperti roller coaster, saat dia menghadapi masalah. Hidup Cesa tidak luput dari persoalan hidup. Di usianya yang sekarang, dia menyadari bahwa sebenarnya keluarganya tidak baik-baik saja. Segala sesuatu menjadi rumit ketika masalah datang bersamaan. Aksel dan Vendetta, dua cowok yang naksir Cesa menambah masalah yang harus dihadapi Cesa.

Saya sangat suka gaya bertutur dalam novel ini. Ketika membacanya, saya tidak henti-hentinya bersyukur telah menemukan penulis Indonesia yang penuturannya seperti ini. Seperti ini bagaimana? Saya sendiri tidak tahu bagaimana mengatakannya secara tepat, penuturan ini memiliki rasa yang sama ketika saya membaca terjemahan seperti dalam Love, Stargirl; Second Helping; atau juga All American Girl.

Saya termasuk orang yang tidak suka menangis dan sebisa mungkin menghindarinya. Ketika saya ingin menangis karena sesuatu, saya akan menahannya. Bukan apa-apa, saya tidak suka saja akan efek yang ditimbulkan ketika dan sesudah menangis, hidung tersumbat susah bernafas dan mata akan membesar seperti habis disengat tawon. Membaca Diary Princesa ini membuat saya menangis, tapi saya rela. Kenapa begitu? Saya seolah merasakan ketulusan dalam karakter-karakter dalam novel ini, terutama Cesa dan Jinan. Emosi yang mereka rasakan menular kepada saya. Saya kira karena konflik logis yang benar-benar terbangun.

Alur dalam novel ini saya kira progresif, tetapi ada beberapa fragmen yang seperti flashback. Alur maju untuk kisah yang dialami Cesa dan Jinan pada masa sekarang, sedangkan beberapa fragmen yang menggunakan alur flashback menceritakan beberapa kejadian yang dialami Cesa dan Jinan sewaktu kecil. Fragmen-fragmen inilah yang membuat saya menangis. Hubungan Papap dan Mamam, orangtua mereka, tergambar juga dalam fragmen-fragmen ini.

Novel ini memang membuat saya menangis, tapi banyak juga momen yang membuat tersenyum. Saya suka dengan dialog-dialog yang ada, misalnya ini;

“Kamu cantik,” itu kalimat pertama Ven ketika kami sudah berada di luar teater.
“Banyak yang bilang seperti itu,” jawabku sekenanya.
Vendetta terkekeh. “Dengar-dengar kamu juga pintar,”katanya lagi.
“Nilai-nilaiku membuktikannya,” aku berusaha menyeringai semanis mungkin.

Dialog diatas membuat saya makin suka dengan Cesa, hahaha. Dia bahkan tidak repot-repot untuk tersipu-sipu atau memberikan jawaban basa-basi rendah hati. Dia menanggapi karena memang begitulah faktanya. Ada banyak sekali hal-hal yang saya sukai dalam novel ini, tetapi saya terlalu malas untuk mengetiknya ulang serta menganalisis tokoh-tokoh dan kejadian, seolah saya lagi bikin tugas kuliah saja. Hehe. Jadi, saya akan menutup ini dengan salah satu kalimat yang saya suka.
“Menurut Jinan itu naïf sekali. Aku selalu membayangkannya begini. Dia meletakkan hatinya di jalanan. Tepat diseberang pintu rumahku yang terbuat dari kaca bening. Aku tentu saja bisa melihat hati yang tergeletak begitu saja di jalan. Aku bisa melihat kejujuran dan kebaikannya itu. Tapi serius deh, meletakkan hatimu di jalanan itu bodoh sekali. Hatimu akan jadi rentan. Coba deh bayangkan, hati yang secara konstan terekspos polusi, juga matahari, hujan, dan serangga yang beterbangan melewatinya. Coba kalau serangga itu mengerubungi hatimu." Nathan.

6 reviews7 followers
March 11, 2014
Buku pertama yang gue baca di bulan Maret :)

Well, gue pernah bilang di review Guitar Notes, salah satu indikasi buku keren buat gue adalah buku yang bikin gue pingin nyoba hal baik yang diceritakan di buku itu. Nah, setelah baca Diary Princesa ini gue dapet 1 indikator buku yang keren --> bikin gue pingin bisa nulis kayak gini! :)
Kenapa?
Teknik bercerita yang dipakai gue suka banget. Cara penyampaian flashback yang kontinyu sejak awal hingga akhir novel terasa mulus (satu hal yang belum bisa gue lakuin pas nulis :D ).
Karakter yang ditampilkan juga sangat kuat, terutama Jinan dan Cesa. Meski POV yang digunakan POV 1 dari Cesa, karakter Jinan bisa tereksplor secara maksimal (gue jadi iri, pingin bisa nulis kayak gini juga).

Kalau pun ada typo di beberapa bagian, nggak sampe nganggu gue baca.

Balik lagi ke buku keren, gara-gara novel ini juga gue pingin baca The Silver Linings Playbook :)

Ok, buat Mbak Swistien, ditunggu karya keren selanjutnya :)
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
March 17, 2014
Jujur ini adalah buku teenlit pertama yang saya baca samai tuntas dan saya "senyam-senyum". Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada penulisnya yang ternyata satu alamamater denganku (aku Teknik Elektro UGM, mbak Swistien Sastra Inggris UGM). Karena penulisnya mau ngasih buku ini gratis ke saya, ini berkah pertemanan secara online.

Ada beberapa hal yang saya sukai dari buku ini, pertama gaya penulisan dari Swistien sangat clear. Saya kadang jengkel kalau membaca teenlit dengan bahasa gue-loe dan tidak melulu dengan kosakata inggris yang seabrek. Dan di buku ini tidak ada itu. Aku-kamu itu sudah cukup mewakili dunia remaja antara Jinan (kuliah tahun pertama sastra inggris) dan Princesa (kelas 12 SMA). Kedua ternyata tema dari buku ini tidak melulu jatuh cinta, meski cinta dan aneka intriknya memiliki porsi yang lebih besar dari problematika lainnya. Misal keluarga, persahabatan, passion anak remaja. Ketiga adalah gaya flashback yang dipakai Swistien sangat mulus bahkan terkesan berganti-ganti plot. Tetapi ini yang unik. Dan yang keempat adalah banyak referensi buku yang disebutkan Swistien dalam buku remaja ini. The Silver Linings Playbook, Eon karya Alison Goodman (aku belum baca dan kepigin baca), Haruki Murakami (meski tidak disebutkkan judulnya), buku AS Laksana, dll. Jadi anak remaja yang membaca buku ini pasti secara langsung maupun tidak akan tertarik dengan judul-judl buku maupun film yang disebutkan dalam buku ini.

Ceritanya kakak beradik Jinan dan Princesa yang hanya selisih 1,5 tahun memiliki kepribadian yang berbeda. Cesa seperti putri cantik dengan kecantikan luar biasa, pintar, dan banyak dimintai cowok. Sedang kakaknya Jinan, adalah cewek dengan kelainan bipolar disorder (jujur aku baru tahu) yang memiliki mood seperti roller coaster. FYI Bipolar disorder (also known as bipolar affective disorder, manic-depressive disorder, or manic depression) is a mood disorder and a type of mental illness characterized by episodes of an elevated or agitated mood known as mania that often alternates with episodes of depression.

Masalah pertama adalah cinta. Jinan disukai Nathan, tetapi berlaku dingin. Sedang Cesa diam-diam juga mencintai Nathan, meski sering jalan dengan kawannya Aksel dan Vendetta. Sedang di keluarga mereka juga memiliki masalah kedinginan antara mamam dan papap. Papap selingkuh. Dan ketahuan bahwa Jinan hamil dulu sebelum mamam dan papa menikah.

Untuk tidak spoiler cerita keseluruhan, intinya demikian. Untuk membaca seluruhnya silakan baca dan beli buku ini.

Kisah Cesa dan Jinan, membuatku merenung bahwa kecantikan fisik yang sempurna tidak melulu membuat orang tenang. Buktinya Cesa selalu menyalahkan Jinan, bahkan berusaha merebut orang yang disukai Jinan. Jadi ingat peribahasa rumput tetangga lebih hijau dari halaman sendiri, sebaik apapun punya kita, milik orang lain itu lebih indah sepertinya.

Kehadiran Nathan dalam keluarga Cesa-Jinan sedikit 'aneh'. Bahkan saya berpikir bahwa Nathan adalah 'simpanan' mamam. Karena Nathan terlalu dekat dengan Mamam, padahal tidak ada hubungan keluarga.

Dan ada yang sedikit kurang nendang, yaitu kemunculan masalah mamam-papap di tengah cerita. Andai buku ini fokus pada masalah Nathan-Cesa-Jinan dengan bipolar disordernya akan lebih fokus. Karena permasalahan mamam-papap kurang dalam diulas dalam buku ini.

Sehingga kefokusan cerita Cesa-Nathan-Jinan akan menguatkan kalimat Seandainya jatuh cinta bisa diatur dengan siapa,(hal.167). Karena Cesa benar-benar "ngawur" dalam jatuh cinta.

Cinta itu datang tiba-tiba saja dan kadang terlalu bandel untuk diusir pergi.

Cinta itu cinta saja. Nggak butuh kenapa dan karena. melting banget baca bagian ini...

dan kalimat penutup manis dari Swistien Jika kau mencintai seseorang sampai terasa sakit, maka tak akan ada lagi rasa sakit, yang ada hanya lebih banyak lagi rasa cinta

(apa aku mulai menyukai teenlit?)
Profile Image for Halida Hanun.
325 reviews13 followers
November 12, 2014
Begitu membaca judulnya yang terlintas adalah tokoh dalam buku ini (Princesa) pasti secantik putri (princess), makanya diberi nama seperti itu. Ya benar, Cesa panggilan akrab Princesa, memang cantik, baik, pintar, dan banyak disukai orang termasuk para cowok. Tapi mana ada manusia yang sempurna, begitu pun dengan Cesa.

Di saat orang lain sibuk dengan pacarnya, kerap kali Cesa harus membatalkan acara dengan pacar atau pun cowok yang disukainya demi menjaga kakak tercintanya, Jinan. Di saat banyak cowok yang menyukai dirinya, justru satu-satunya cowok yang ia cintai malah lebih memilih Jinan dari pada Cesa.

Buku ini menceritakan banyak mengenai kehidupan kakak-beradik Jinan dan Cesa, serta Nathan cowok yang hadir di dalam kehidupan keduanya. Cerita dalam buku ini diambil dari sudut pandang Cesa dan menggunakan alur flashback yang sangat mulus dieksekusi oleh penulis, karena saat membacanya saya tidak mengalami kebingungan. Selain itu, diksi yang dipakai pun sangat apik juga mengalir. Jika ada beberapa orang yang mengatakan bahwa membaca buku ini seperti membaca buku terjemahan, saya setuju.

Dan yang paling saya suka dari buku ini adalah karena banyak mengulas sedikit mengenai beberapa buku, terlihat dari sampul depan buku ini. Senang aja kalau ada cerita yang menyebutkan buku ini-itu di dalamnya. Apalagi jika buku-buku tersebut belum pernah saya baca, memperbanyak pengetahuan saya tentang buku juga memperpanjang wishlist saya. Hehehe.

Di halaman-halaman awal (mungkin sampai bab 3), saya seperti memiliki love-hate relationship dengan interaksi antara Cesa dan Jinan. Kalau lagi gemas dengan tingkah mereka, saya tutup bukunya. Tapi nggak lama kemudian saya buka lagi karena penasaran dengan kelanjutan kisahnya. Barulah belakangan saya ketahui bahwa memang cerita ini mengenai salah satu tokohnya yang mengidap bipolar disorder, poin tambahan untuk buku ini dan penulisnya. Di saat banyak penulis menceritakan kisah remaja penuh bunga-bunga dengan bumbu menye-menye, Swistien mengangkut isu bipolar disorder dalam bukunya. Apalagi saat menuturkannya sangat minim sekali penggunaan istilah-istilah psikologi yang akan membuat pusing. Baru di bab belakang Swistien menyebutkan kata bipolar disorder tersebut. Sayangnya, buat saya isu ini kurang tuntas dieksekusi. Kalau saya sih inginnya dibahas juga mengenai penanganan serta penyembuhan bagi penderita bipolar disorder itu.

Selain itu, sangat disayangkan juga bahwa format dalam buku ini seperti format cerita-cerita yang lainnya. Padahal dari judulnya yang mengandung kata diary, saya membayangkan format penulisannya seperti kalau kita menulis diari, misal diberikan tanggal kejadian.

Tapi lebih dari itu, buat saya buku ini adalah langkah awal yang baik bagi Swistien dalam memulai kariernya sebagai penulis. Can't wait to read her second book! Dan terima kasih sudah memperkenalkan saya denga Cesa. :)

review lengkap baca di: halidahanun.blogspot.com
Profile Image for Azi.
6 reviews17 followers
March 5, 2014
saya termasuk orang tidak begitu suka membaca novel teenlit, yang menurut saya selalu bercerita klise tentang remaja yang rebutan pacar dan biasanya ditambahi dengan sedikit konflik tidak penting untuk membuatnya sedikit berbobot.

Tapi saya menemukan sesuatu yang berbeda dari Diary Princesa ini, disamping kenyataan bahwa penulisnya adalah kawan baik saya (saya merasa bangga dengan itu), sebelumnya saya sudah sering membaca karya-karya dia sebelumnya di cerpen dan blog, tapi sungguh menulis novel memerlukan kerja keras, fokus dan cerdas. Dan saya melihat Titin, begitu panggilan dia, telah mampu menyuguhkan sajian komplet dalam novel pertama-nya (jika kalian membacanya, kalian tidak akan mengira itu novel pertamanya).

Ketika saya mendapatkan kopian dari sang penulis, yang dengan baik hati mengirimkannya ke saya, saya tidak bisa berhenti membacanya, so sekitar 200 halaman habis saya lahap dalam waktu kurang dari sejam, saya memang monster jika sudah berhadapan dengan buku menarik.

Bagi saya, Diary Princesa ini seperti nasi rames komplet, dan teramu dengan bumbu original yang hanya bisa didapatkan dari keunikan penulisnya.

Cesa would be nothing without Jinan, itu kesan saya, cerita tentang Cesa saja akan sama dengan novel teenlit yang biasanya, tapi ke-exist- an Jinan, benar-benar mewarnai cerita ini.

Saya tidak menulis resume disini, jadi go and get this novel, you would enjoy it and then love it ;)
Profile Image for Alvi Syahrin.
Author 11 books725 followers
April 1, 2014
This novel was written by Cesa's point of view and I found it enjoyable. However, I wish I could read Jinan's point of view.
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
March 18, 2014
AKu suka sekali dengan buku ini. Cara Kak Swistien bercerita smooth dan menyenangkan. Aku juga suka tokoh Princesa dan Jinan, mereka unik. Ditunggu buku selanjutnya, Kak Swistien ^^
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews295 followers
February 26, 2016
review lengkap: http://kubikelromance.blogspot.com/20...

Usia Cesa dan Jinan tidak terpaut jauh, hampir dua tahun tapi jangan dilihat dari segi usia karena Cesa lah yang berperan sebagai kakak, selalu melindungi Jinan dan menemaninya ketika menangis berjam-jam. Dari segi sifat dan rupa mereka juga jauh berbeda. Cesa tipe cewek populer, cantik, mempunyai banyak teman, banyak disukai orang lain (khususnya cowok) dan nilai pelajarannya pun juga memuaskan. Berbeda dengan Jinan, dia tipe kutu buku, suka menghabiskan waktu membaca buku lalu menceritakan isinya kepada Cesa. Jinan tomboi, berambut pendek, berkulit cokelat. Jarang sekali punya teman, hanya Nathan yang selalu ada di sisinya.

Dia akan mengatakan apa saja yang dia pikirkan. Dia mengatakan apa pun yang ada di otaknya, termasuk saat dia jatuh cinta sama cowok. Tak ada yang bisa mengerti mengapa Jinan bisa meledak marah tanpa alasan. Juga ketika dia merasa sedih berkepanjangan. Tapi kemudian dia bisa tiba-tiba menjadi sangat bahagia. Tak ada yang bisa mengerti semua itu Hanya satu kata yang diberikan semua orang untuk Jinan. Satu kata yang menyederhanakan semuanya, tapi pada saat yang sama menyakiti Jinan sebagai manusia; aneh.

Jinan memang aneh, emosinya kerap sekali labil, mood-nya seperti roller coaster, drama queen. Dia tipe orang yang ceplas ceplos, bila menyukai seseorang dia akan langsung mengatakannya, tanpa memikirkan dulu dampaknya. Jinan tidak suka basa basi, susah bergaul dengan orang lain, hanya Cesa lah yang bisa mengerti dirinya, walau kadang tidak habis dipikir juga. Jinan juga sinting, sering sekali dia terobsesi dengan semua novel yang dibaca dan film yang ditontonnya, dia akan berusaha mewujudkan apa yang dia suka dari novel dan film tersebut, dia akan menirunya.

Memang sih jatuh cinta itu tidak bisa diatur dengan siapa. Tapi menurutku jatuh cinta itu bisa direm. Kalau memang sudah tidak mungkin lewat jalan yang itu, ya dihentikan saja. Injak rem, putar arah, pindah ke jalan lain.

Cinta itu datang tiba-tiba saja dan kadang terlalu bandel untuk diusir pergi. Seperti cintaku padamu.

Dari luar kehidupan Cesa tampak sempurna, kenyataanya adalah sebaliknya. Keluarga mereka berkecukupan tetapi hampa. Papap tidak pernah ada di rumah, Mamam sibuk dengan toko kuenya, jarang memperhatikan mereka. Mamam juga lebih peduli dengan Jinan, lebih sayang padanya. Ketika banyak cowok yang melirik Cesa, misalnya saja Aksel dan Vendetta, hatinya malah tertambat pada Nathan, Cesa sungguh-sungguh mencintai Nathan, yang jelas-jelas menyukai Jinan. Kadang dunia memang tidak adil.

"Inget deh. Every cloud has a silver lining. Pasti ada hal baik yang bisa kita dapatkan dari situasi yang paling sulit dan paling menyedihkan sekali pun."

Ketika akan membaca buku ini saya tidak berharap terlalu tinggi, sudah lama tidak membaca teenlit dan saya kira ceritanya akan sama dengan kebayakan teenlit yang sudah ada. Ketika saya mencari info tentang buku ini saya mendapatkan tema yang penulis angkat yaitu tentang bipolar disorder, issue yang cukup hangat akhir-akhir ini. Dan, ketika saya menutup buku ini, wow, benar-benar tak disangka kalau saya sangat menikmati cerita yang penulis buat. Saya serasa membaca novel terjemahan.

Dari covernya mungkin kita akan bertanya-tanya kenapa ada judul buku yang cukup populer? Seperti dugaan saya, buku-buku tersebut memang ada di dalam cerita, jadi cocok karena berkaitan dengan isi cerita. Warna ungu tuanya juga terkesan kelam, sama halnya aura yang saya dapat ketika membaca buku ini, ada sentuhan dark-nya. Dari review mbak Uci yang saya baca, Diary Princesa terispirasi dari film Silver Lining Playbook, tapi penulis membuatnya berbeda dengan sudut pandang si adik dan beralur flashback, seperti novel Luna karya Julie Ann Peters. Saya selalu suka ketika ada buku di dalam buku, sepertinya buku di novel ini adalah favorit penulis juga, lalu dia terapkan ke sifat Jinan. Misalnya saja ketika Jinan menonton Gossip Girl, dia memasang rolling door di antara kamarnya dan kamar Cesa. Ketika Jinan membaca novel All-American Girl (favoritku juga!), dia ikut-ikutan mencelupkan semua bajunya ke dalam warna hitam.

Kekurangan buku ini, sebenarnya tidak banyak dan kalau benar-benar fokus tidak akan menjadi masalah. Sayangnya saya orangnya kurang jeli. Pada bagian awal saya agak keteteran mengikuti alur flashbacknya, alurnya memang cepat tapi lama kelamaan akan terbiasa kok, penulis juga memberi tanda sebagai pembeda waktu. Kemudian penulis juga sering mengulang tentang sifat Jinan yang aneh, berbeda dengan orang lain. Mungkin maksudnya ingin menegaskan tetapi saya lebih menyukai ketika penulis membeberkan sifat Jinan melalui perbuatan tidak lazimnya, lebih mengena.

Saya juga sampai mengulang membaca ketika siapa yang mengajak Cesa nonton duluan. Pertama Sisil membawa surat dari Vendetta untuk Cesa, kemungkinan berisi pernyataan cinta. Kemudian ada Aksel yang datang mengajak nonton. Di iya-nin sama Cesa tapi tidak ada kelanjutannya, sama halnya dengan surat itu tadi, bagian ini yang membuat saya sangat bingung. Kemudian Vendetta mengajak nonton tetapi kali ini dijabarin kronologinya. Beberapa waktu kemudian gantian Aksen yang mengajak nonton. Mungkin hobi Cesa memang menonton film tapi alangkah baiknya kalau ada adegan yang nggak diulang, biar nggak bosan.

Latar belakang keluarga Cesa dan Jinan yang broken home juga tidak dijelaskan dengan lengkap. Dari awal saya bertanya-tanya bagaimana tanggapan orang tua mereka perihal penyakit Jinan? Sampai akhir tidak ada jawabannya, bahkan ada bagian yang menjelaskan kalau Mamam biasa saja menanggapi ketika Jinan ada masalah menyangkut sifat luar biasanya. Apakah rumah tangga orang tua Cesa retak gara-gara Jinan karena tidak kuat menghadapi sifatnya? Itu dugaan saya, melihat kadang penyakit yang ada pada anak bisa menyebabkan retaknya rumah tangga.

Saya suka cara penulis bercerita, ceplas-ceplos, nggak ada bahasa yang lebay, ada perumpamaan yang saya suka banget. Simple tapi mengena.

"Tapi ada yang lebih bodoh sebetulnya," katanya.
"Siapa?" tanyaku.
"Aku," dia tertawa, "karena aku membuat pintu transparan dari kaca bening padahal aku tahu benar ada hati yang tergeletak di seberang pintu itu. Seharusnya aku membuatnya dari kayu jati atau beton sekalian agar tak perlu melihat hati yang sering terkena polusi dan terpapar matahari itu."

Kelebihan penulis dalam novel ini adalah karakter para tokohnya. Digambarkan dengan sangat jelas, baik melalui lisan ataupun adegan sehingga membuat para tokohnya terasa nyata. Saya juga bisa memahami perasaan para tokohnya, baik Cesa dan Jinan, walau cerita dikisahkan dari sudut pandang Cesa, pembaca akan dibawa menelusuri karakter Jinan. Cesa yang merasa dunia tidak adil pada kakaknya dan pada dirinya sendiri. Kenapa dari semua cowok yang menyukainya dia malah jatuh cinta dengan cowok yang menyukai kakaknya sendiri, yang tidak mudah jatuh hati pada orang lain? Dilema. Apakah mengalah atau sekali saja menang dari kakaknya? Penulis sukses membuat karakter Cesa yang cukup menyebalkan, egois tetapi kita akan merasakan juga di balik sifatnya tersebut tersimpan rasa sayang yang besar untuk Jinan.

Saya juga menyukai karakter pendukung yang lain, porsi mereka pas dan berada pada tempatnya. Nathan dan Aksel tipe cowok yang loveable, rela berkorban demi cewek yang disukainya. Sayang, endingnya tidak sesuai harapan saya. Awalnya ingin menurunkan rating gara-gara endingnya ini, tapi yasudahlah, yang saya suka dari buku ini adalah hubungan antara Cesa dan Jinan. Menurut saya, penulis sukses membawa 'roh' dari novel Luna. Kerasa sekali ikatan antara Cesa dan Jinan. Btw, novel itu juga merupakan novel yang membuat saya terharu dan membuat saya untuk lebih berpikir terbuka mengenai transgender. Dalam kasus ini, penulis mengajak agar kita lebih memahami para bipolar disorder.

Penulis tidak serta merta menjelaskan apa itu bipolar disorder tetapi dengan adegan yang dilakukan Jinan. saya lebih suka seperti ini, jauh lebih mudah memahaminya daripada menggunakan kata-kata, mudah membayangkannya. Ada adegan yang cukup membuat saya terharu, ketika Jinan diceritakan putus dengan Abim, sepele memang tapi bagi Jinan itu masalah besar. Sangat besar.

Saat itu aku betul-betul berharap Abim melihat semua ini. Kadang orang-orang yang tak mengerti Jinan akan mencibir atau bahkan tertawa karena mengganggap Jinan terlalu berlebihan, terlalu mendramatisasi segalanya. Termasuk sekarang ini.
Ya Tuhan. Cuma diputusin saja kepingin mati. enggak banget sih.
Mereka akan berpikir seperti itu. Mereka tidak tahu jika orang-orang seperti Jinan memang tidak diberkahi dengan perasaan dan emosi yang normal. sedikit saja mereka dibuat merasa tidak berharga, mereka akan depresi dan ujungnya ingin mati. Aku benci orang-orang seperti mereka yang tidak mengerti Jinan. Aku benci Abim yang membuat Jinan seperti ini.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar tentang bipolar disorder, tetapi baru kali ini saya membaca tentang cerita yang mengambil tema tersebut. Pesan moral yang penulis sisipkan adalah agar kita jangan sekali-kali menghina, menertawakan emosi mereka yang kerap sekali labil. Melalui Jinan, kita diajak untuk menyelami sifatnya, mencoba memahaminya, mereka bukan untuk dijauhi, bukan untuk dilecehkan, mereka sangat perasa, mereka tidak bisa berpura-pura, kadang perbuatan yang awalnya bercanda bagi mereka dampaknya bisa sangat besar.

Bagi orang lain menahan marah itu urusan gampang. Tapi tidak bagi orang-orang seperti kamu. Mereka selalu menyalahkanmu karena menjadi pemarah. Mereka nggak mampu menghargai detik-detik yang berhasil kamu selamatkan tanpa meletupkan amarahmu. Mereka nggak pernah mau melihatnya dari sudutmu, Jinan.

"Cinta itu cinta saja. Nggak butuh kenapa dan karena. Aku pernah membacanya entah di mana. Lagi pula, mereka yang menderita bipolar disorder bukan monster. Mereka memang tidak diberkati dengan emosi yang stabil. Mereka tidak diberkati dengan kontrol atas emosi mereka. Tapi Cesa, mereka tak pandai berpura-pura. Menurutku itu sebuah berkah yang luar biasa. Lihat sekeliling kita. Kadang aku bosan dengan topeng-topeng yang dikenakan teman-temanku. Kadang mereka palsu. Fake. Atau apalah namanya. Aku juga seperti itu. Sering mengenakan topeng. Sering palsu. hanya bersama Jinan aku bisa menjadi diriku sendiri."

Debut yang cukup bagus dari Swistien, saya berharap bisa membaca tulisannya yang lain. Saya berharapnya cerita berikutnya lebih orisinil, ada adegan yang membekas tetap bukan dari novel favorit penulis, seperti mencelupkan baju ke warna hitam, misalnya. Saya inginnya ada yang khas dari Swistien. Dan saya nggak percaya kalau dia tidak pernah menang lomba, ratusan lomba. Mungkin benar, Tuhan sudah bosan, kasihan dengan usahanya :D.

Bagi yang mencari teenlit yang lain daripada yang lain, maka cobalah yang satu ini.

4 sayap untuk bendungan yang jebol dan dam yang ambrol.
Profile Image for Klub buku Mirror.
45 reviews45 followers
April 24, 2014
Judul : Diary Princesa
Penulis : Swistien Kustantyana
Penyunting : Laras Sukmaningtyas
Perancang sampul : Neelam Naden, Aldy Akbar
Penata letak isi : Aldy Akbar
Penerbit : Ice Cube
Terbit : Februari 2014
Tebal : x + 260 hlm.
ISBN : 978-979-91-0679-7


Synopsis :

“Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?” aku melemparkan pertanyaan cheesy kepada Sisil. Sisil tertawa. “Kamu ingin mendengarkan pujia terus ya hari ini? Tentu saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati.” Aku tertawa mendengar jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.

Princesa atau akrab disapa Cesa adalah cewek yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia iu cantik, pintar, populer dan banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan pacar, enggak bakal ada cowok yang nolak deh! Kecuali sahabat kakaknya, Jinan. Cowok yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.

***

Princesa. Gadis yang cantik, baik hati, pintar dan populer. Dia bisa memperoleh perhatian dan cinta siapa saja dari laki-laki disekelilingnya. Kecuali Nathan.

Jinan. Kakak Cesa yang pribadinya justru bertolak belakang dengan Cesa. Jinan adalah sosok yang memiliki gangguan tentang pengendalian emosinya. Sosok yang justru mengundang Nathan untuk mendekat.

Nathan. Laki-laki sekaligus sahabat bagi Jinan. Bisa juga dikatakan keluarga bagi Cesa dan Jinan. Sosok yang mampu membuat Cesa dan Jinan tertawa dan sedih di saat yang bersamaan.

***

Kisah ini adalah kisah seorang Princesa. Seorang gadis cantik, populer, baik hati dan idaman bagi semua cowok. Semua? Sepertinya lebih tepat semua minus satu, Nathan. Yah. Princesa tumbuh bersama dengan ibu dan kakaknya, Jinan. Sosok ayah yang harusnya selalu hadir, justru tak pernah memberi perhatian khusus padanya. Sosok ibu juga sama saja dengan ayahnya walaupun intensitas pertemuan dengan ibunya lebih banyak.

Cesa memiliki 2 laki-laki yang mengantri untuk mendapatkan perhatiannya. Yang pertama Vendetta dan kedua adalah Aksel. Kedua pria itu juga memberi perhatian khusus untuk Cesa. Sehingga gadis itu memiliki sedikit pengalihan terhadap kondisi keluarganya. Yah. Keluarga Cesa bukanlah keluarga yang dibilang harmonis. Ayahnya yang seorang peneliti menghabiskan waktunya di luar rumah untuk meneliti segala sesuatu yang menarik untukknya. Ibunya sibuk mengurusi bisnis cakenya dan Jinan sibuk untuk mengurusi emosinya sendiri.

Jinan yang merupakan kakak Cesa memiliki semacam gangguan mengenai pengaturan emosinya. Sering kali ia meluapkan apa yang ada di dalam emosinya tanpa berpikir dua kali. Sosok yang seperti Jinan tidak bisa mengatur kesabaran. Ini yang membuat Jinan sedikit kurang berinteraksi dengan dunia luar secara ramah. Memiliki masalah dengan cowok karena sosok di masa lalu membuat Jinan memilih untuk sendiri. Berbeda dengan Cesa yang digandrungi banyak cowok tapi juga memutuskan menjomblo karena sudah ada yang menempati hatinya.

Sosok Cesa dan Jinan bisa dikatakan bertolak belakang. Karena memang Jinan adalah kebalikan dari Cesa, begitu pun sebaliknya. Masalah tentang masa lalu, konflik dalam keluarga yang memaksa Cesa dan Jinan mengatur emosinya. Hingga masalah hati yang membuat keduanya kebingungan. Sosok Nathan diantara Cesa dan Aksel, serta sosok Jinan diantara Cesa dan Nathan.

Hingga sosok Nathan menjadi bumerang sendiri diantara Cesa dan Jinan yang membuat mereka hilang kendali tapi justru dari sanalah mereka belajar untuk ikhlas dan sabar.

Bagaimana Jinan mengatasi masalah emosinya?

Bagaimana konflik yang terjadi antara Jinan dan Cesa?

Bagaimana kisah Cesa akan berakhir?

***

Well, aku harus mulai komentarin covernya dulu, nih. Aku salut sama desain covernya. Juga ilustrasinya. Tumpukan buku yang tadinya membuat aku bingung, jadi menemukan titik terangnya setelah membaca buku ini. Itu adalah buku-buku yang dibahas di dalam Diary Princesa. Quotes di cover juga cukup menggambarkan sisi perasaan dari sosok Cesa. Untuk pemilihan warna, mungkin banyak yang mengatakan nggak setuju dengan pemilihan warna gelap. Tapi menurut aku, itu sudah mewakili isi ceritanya.

Untuk gaya bercerita penulis bisa dibilang cukup baik. Semuanya diambil dari sosok Cesa yang menceritakan semuanya. Dari judulnya Diary Princesa, mungkin hanya sedikit saran. Melihat dari sosok Cesa yang memang dipandang sedang curhat, bukunya mungkin bisa di desain layaknya diary. Nggak usah kayak diary yang bagaiamana, mungkin referensinya bisa ngambil Paris karya Prisca Primasari. Jadi dapat banaget feelnya.

Seperti sosok Cesa yang dalam keluarga dan cinta memang mengalami masalah. Jadi warnanya cukup mewakili. Perpaduan warna keseluruhan dari covernya sudah pas menurut saya.

Awalnya sih, saya mutusin untuk baca Limit dan We Quit Us dulu, tapi covernya melambai-lambai sih. Jadinya, Diary Princesanya dibaca duluan. Dan cukup sesuai dengan ekspektasi saya. Saya cukup suka dengan bahasa yang digunakan. Wow.., diksi yang digunakan membuat saya memberi dua jempol. Saya suka kalimat-kalimatnya yang quotable banget. Saking banyaknya, salah satu member bikin file dilaptopnya khusus untuk quotes diary princesa. Setting. Biasanya penulis juga menekankan sedikit lebih penting tentang masalah ini. Karena penulis sekarang telalu cenderung hanya fokus pada cerita tokohnya tanpa memperlihatnya setting yang sebenarnya cukup penting untuk membangun karakter tokoh dan membuatnya semakin hidup. Untuk settingnya sendiri, mungkin masih perlu dikaji lagi. Dengan memperhatikan sepanjang cerita dalam buku ini, mbak Swistien sebenarnya dengan diksinya bisa membangun setting yang kuat.

Untuk karakter tokoh sendiri, point of viewnya sendiri lebih pada sosok Cesa. Sehingga mungkin di sini porsi untuk sosok Jinan yang cukup mengambil peran penting seperti dilupakan. Kita bisa mengetahui sosok Jinan dari semua cerita-cerita Cesa. Tapi tidak dalam sudut pandang Jinan sendiri. Mungkin penulis bisa menyelipkan satu atau dua paragraf cerita yang diambil dari sudut pandang Jinan, jadi kita sedikit tahu bagaimana cara pandang Jinan tentang sesuatu. Karena memang cerita ini difokuskan pada sosok Cesa.

Masalah yang diangkat juga cukup menarik antara konflik keluarga dan sosok Jinan yang menderita bipolar disorder. Ngga cukup banyak yang ngangkat topik ini ditambah dengan gaya bahasa penulis yang memang nyaman untuk diikuti. Jadi bawannya yah enjoy aja. Mengenai sosok Jinan, ekspektasinya nggak sampai pada titik dia bisa marah-marah atau cemburu pada sosok Cesa. Tapi lagi-lagi, bipolar disorder mampu untuk berbuat hal itu.

Pemilihan endingnya sendiri bisa dibilang cukup berani. Karena pembaca diminta untuk benar-benar bisa mendalami endingnya Tapi agak sedikit kurang mengeai akhir dari kisah mama Cesa dan Nathan. Karena sosok keduanya nggak terlalu dijelasin lagi setelah konflik Cesa dan Jinan mencuat.

But, overall aku suka banget sama gaya bahasa yang terkesan curhat dari mbak Swistie. Aku suka sosok Cesa mbak, walaupun sedikit nyebelin juga,,, hehehe ^_^

I give 3,6 star for your book.
Profile Image for Chacha.
90 reviews6 followers
January 29, 2019
Menceritakan tentang Princesa, cewek yang menurut orang di sekitarnya sempurna. Namun ia sendiri merasa tidak. Banyak cowok yang menyukainya, namun ia menyukai Nathan, cowok yang menyukai kakaknya sendiri yang sikap dan penampilannya berbanding terbalik dengan Princesa.
Aku sendiri nggak begitu suka sama novel ini. Bukan maksudnya menjelekkan lho. Tapi ini pendapat aku, dan masalah selera aku. Aku kurang sreg sama gaya tulisannya, yang mungkin nggak biasa buatku. Tapi aku akui dari ide cerita, novel ini bagus.
Profile Image for Yuliani.
34 reviews
November 10, 2020
memiliki keluarga broken home dan kakak yang mengidap penyakit mental bipolar disorder, membuat Cesa dituntut dewasa dalam segala hal. Cesa yang harus menghabiskan berjam-jam untuk menemani Jinan menangis, memberi pelukan, selalu menjadi pihak pendengar, memberi banyak waktunya bersama Jinan, dan Cesa yang harus selalu siaga menjaga Jinan agar tetap baik-baik saja. belum lagi ketidakharmonisan orangtuanya, membuat Cesa dan Jinan tidak mendapat hak perhatian sebagai anak. Cesa bilang, hidupnya seperti bertamasya ke neraka.
46 reviews2 followers
October 20, 2018
Anjir lah buku ini keterlaluan bikin meweknya. Kirain semacam teenlit pada umumnya, ternyata konfliknya dalem. Penulisnya cerdas, terlihat dari caranya bercerita. Bikin ga pengen berhenti
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
September 9, 2014
Judul: Diary Princesa
Penulis: Swistien Kustantyana
Penerbit: Ice Cube Publisher
Halaman: 260 halaman
Terbitan: Februari 2014

"Menurutmu kenapa Aksel menyukaiku?" aku melemparkan pertanyaan cheesy kepada Sisil.

Sisil tertawa. "Kamu ingin mendengarkan pujian terus ya hari ini? Tentu saja karena Princesa itu cantik, pintar, dan baik hati."

Aku tertawa mendengar jawabannya. Seandainya saja Sisil tahu, aku mengharapkan jawaban lain kenapa Aksel menyukaiku. Jawaban yang tidak standar. Seperti jawaban milik Nathan.


Princesa atau akrab dipanggil Cesa adalah cewek yang penuh percaya diri. Dia tahu kalau dia itu cantik, pintar, populer, dan banyak yang naksir. Cesa bisa saja memilih cowok mana pun untuk dijadikan pacar, enggak bakal ada yang nolak deh! Kecuali cowok yang satu itu. Cowok yang menjadi sahabat kakaknya, Jinan. cowok yang Cesa tahu menyimpan rasa hanya untuk kakaknya.

Review


Pertama-tama, terima kasih untuk Mbak Titien (saya panggil begitu boleh?), sang penulis yang telah memberikan novelnya untuk saya baca dan saya review. Kebetulan banget saya lagi suka baca seri Bluestroberi-nya Ice Cube ^^.

Kedua karakter utama di novel ini, Cesa dan Jinan, memiliki karakter yang bertolak belakang. Cesa adalah si gadis "sempurna" yang tahu bahwa dirinya cantik dan cerdas, serta tidak malu-malu untuk mengakui hal itu.

Aku ini cantik. Semua orang juga tahu aku cantik. [...]

Tambahan lagi aku hampir selalu ranking satu di kelas. Jadi selain cantik, aku juga bisa dibilang pintar. (hal. 3)


Berbeda dengan Cesa, Jinan, kakak Cesa, justru biasa-biasa saja.

Penampilannya jauh berbeda dariku. Rambutnya dipotong pendek seperti rambut cowok. Kulitnya cokelat terbakar matahari, hidungnya tidak mancung, dan bibirnya biasa saja. Tak ada yang menonjol dari wajah Jinan. Jika kau cowok dan berpapasan di jalan dengannya, kau tak akan menolehkan kepalamu untuk melihatnya dua kali. (hal. 4-5)


Walau hidup Cesa terlihat sempurna, namun dia memiliki masalah sendiri dalam hidupnya. Jatuh cinta pada cowok yang dekat dengan kakaknya, mama yang tak acuh, papa yang jarang ada di rumah, hingga kakaknya yang mudah marah, sedih, tapi mudah pula merasa bahagia.

Saya pada dasarnya suka dengan semua karakter utama di sini. Baik Cesa maupun Jinan. Alasan sikapnya Jinan cukup mudah tertebak bagi saya. Sekitar halaman 7 atau 8 saya sudah punya dugaan. Waktu itu tebakan saya si Jinan ini dan ternyata memang salah satunya. Saya suka dengan tema yang diangkat ini. Apalagi saya belum pernah (seingat saya) baca novel yang mengangkat karakter seperti itu.

Karakter pria di sini, Nathan dan Aksel, juga sangat likeable. Dua-duanya rela berkorban dan selalu ada buat cewek yang mereka suka.

Untuk Nathan, saya paling suka pembicaraannya dengan Cesa tentang hati dan rumah dari kaca.

"Menurutku Jinan itu naif sekali. Aku selalu membayangkannya begini. Dia meletakkan hatinya di jalanan. Tepat di seberang pintu rumahku yang terbuat dari kaca bening. [...]. Tapi serius deh, meletakkan hatimu di jalanan itu bodoh sekali. Hatimu akan jadi rentan. [...].

"Tapi ada yang lebih bodoh sebetulnya," katanya.

"Siapa?" tanyaku.

"Aku," dia tertawa, "karena aku membuat pintu transparan dari kaca bening padahal aku tahu benar ada hati yang tergeletak di seberang pintu itu. Seharusnya aku membuatnya dari kayu jati atau beton sekalian agar tak perlu melihat hati yang sering terkena polusi dan terpapar matahari itu." (hal. 170-171)


Novelnya lebih fokus ke karakter ketimbang plot. Awalnya mungkin agak membingungkan dan terasa lambat, karena kurang paham arah ceritanya mau kemana, tapi lama-lama gaya bercerita dan karakternya enak untuk diikuti. Tanpa sadar, sudah dekat akhir buku aja :)).

Great job untuk penulisnya. Great job juga untuk editor dan proofreader soalnya kesalahannya sedikit. Cuma satu-dua kayaknya. Kovernya juga bagus. Buku dan rainbow cake di kover juga ada di dalam ceritanya. Jadi berhubungan antara kover dengan isi ^^.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
- 2014 New Authors Reading Challenge
26 reviews3 followers
November 21, 2014
Novel ini sebenernya masuk genre teenlit - dan to be honest, teenlit is not my cup of tea..taaaaapiiii, novel satu ini rupanya beda, BA-NGET. Karena pertama, tema yang diangkat termasuk berat (sejenis sama novel People Like Us) cuma agak lebih berat PLU sih #nyengir, Swistien mengusung tema Bipolar Disorder, klo gak paham apa itu Bipolar Disorder, baca novel ini.

Well, sesuai dengan judulnya "Diary Princesa" ini memang bisa dibilang menceritakan kejadian sehari-harinya Cesa ~ tapi yang membuat "diary" ini menarik adalah cara penulis menceritakan kejadian yang dialami setiap tokoh, yang menurut saya amazing. Baik Cesa maupun Jinan, keduanya bisa menjadi favorit saya. Oh, iya maaf, mungkin kalian belum paham siapa Cesa dan Jinan. Mereka berdua adalah kakak beradik, Jinan adalah sang kakak yang menderita Bipolar Disorder, dan Cesa adalah sang adik yang digambarkan di buku ini serba berkebalikan dengan Jinan (selain kondisi mental.nya tentu saja) baik secara fisik maupun dari kesukaan masing-masing.

Awalnya saya kurang bisa menyukai novel ini, karena jujur saja alurnya lumayan lambat didepan, rasanya hanya monoton menceritakan tentang keseharian Cesa dan hal-hal kecil yang berhubungan dengan kakaknya, Jinan, nyaris tidak ada konflik yang cukup berarti, tapi sekali lagi, cara penulis menceritakan dan karakter yang dimiliki masing-masing tokoh membuat saya terus membaca buku ini sampai habis. KEREN banget cara penulis membangun karakternya.

Saya baru menikmati buku ini ketika menjelang pertengahan, karena disinilah mulai bermunculan berbagai konflik meski gak begitu menguras emosi tapi cukup bikin sedih saya sebagai pembaca. Tapi yah itu, hanya bisa membuat saya sedih tapi gak sampe berlinangan air mata, mungkin karena ini diceritakan dari POV 1 atau mungkin saja emosi yang diberikan penulis di tiap konflik yang terjadi porsinya kurang, semisal saja ketika kedua orang tua Cesa dan Jinan sedang terlibat masalah, dan mereka yang terkena dampak paling besar. Cesa hanya menanggapi "begitu saja" seperti bukan sesuatu yang berarti, cukup kecewa disini dengan sikap Cesa (atau bagaimana penulis menceritakan Cesa). Meski hubungan anak dan orang tua tidak harmonis sekalipun paling tidak perlulah sedikit empati diantaranya, apalagi klo dihadapkan dengan masalah seberat itu.

Mungkin seperti para remaja pada umumnya yang suka menulis diary ~ mereka punya kecenderungan untuk produktif menulis jika sedang ada masalah atau sedang jatuh cinta, iya, saya anggap begitu yang dialami Cesa. Dibuku ini pun Cesa justru lebih banyak memusatkan perhatian pada kakaknya Jinan dan Nathan, laki-laki sahabat kakaknya yang sangat dia sukai, sayanganya Nathan malah menyukai Jinan dan bukan Cesa.

Kehadiran Nathan dan Aksel di buku ini membuat kisah Cesa dan Jinan lebih penuh warna, I love both of this guy, mereka lovable. Tidak berlebihan seperti teenlit umumnya, mereka sangat well, yah..you-know loveable (diulang) sayang porsi keduanya di cerita ini kurang banyak, buat saya kehadiran mereka dicerita masih kurang, I want more! #protes #ngadaindemo

Endingnya, jangan tanya saya soal endingnya..
Karena yah itu, sudah saya bilang barusan, I want more Nathan and Aksel ~ gak terima banget tiba-tiba sudah sampai ending dan bahkan saya belum puas tentang bagaimana kelanjutan kisah Jinan-Nathan-Cesa-Aksel (perhatikan urutannya).

Semoga, Swistien berkenan membuat sekuelnya ~ tapi klo bisa kali ini dari POV-nya Jinan ^_^
Karena pasti lebih berasa lagi Bipolar Disordernya. Ditunggu yah Kakaaaak..! #teriakpakeTOA
Author 4 books21 followers
June 5, 2014
Hampir jam tiga pagi dan aku memutuskan untuk menghabiskan tengah pagi ini dengan membaca buku. Ahay ...
So pagi ini aku baca seri berikutnya dari Bluestroberi yaitu Diary Princesa.
Aku suka banget desain covernya. Menggambarkan isi ceritanya banget.
Jadi seperti judulnya, buku ini berisi cerita Cesa tentang hidupnya yang selalu terkait dengan kakaknya, Jinan.
Cesa ini bisa dibilang punya hidup yang almost perfect. Dia pintar, baik, dan cantik. Banyak cowok di sekolah yang suka sama dia tapi Cesa cuma suka sama Nathan, sahabat Jinan. Sayang, cowok yang dia suka itu malah suka sama Jinan.
Jinan ini berbanding terbalik sama Cesa. Beda dengan Cesa yang cool, Jinan lebih ekspresif. Cenderung drama sih. Hihi. Ini karena dia menderita bipolar disorder yang membuat dia tidak bisa mengendalikan emosinya. (Sila cek di google kalau mau tahu lebih lanjut tentang penyakit ini)
Jinan dan Cesa ini begitu berbeda tapi mereka saling menyayangi dengan caranya masing-masing.
So, saat tahu kalau mereka menyukai cowok yang sama,apa yang akan dilakukan kakak beradik itu? Apa akan ada yang mengalah? Atau mereka akan egois mempertahankan perasaan masing-masing?
Cek bukunya... ;)

Aku suka dengan gaya bercerita mba Swistien di novel ini. Cerdas. Mengingatkanku sama Meg Cabot. Mungkin karena di dalam buku ini disebutkan buku All-American Girl ya, jadi aku teringat dengan cara Samantha Madison-tokoh dalam novel itu-bercerita.
Selain cara bercerita, aku suka dengan banyaknya buku dan lokasi yang disebutkan yang familiar sama aku kayak Kinokuniya Plaza Senayan dan novel All-American Girl itu. Jadi serasa dekat dengan kehidupan para tokohnya. Hehehe...
Dan akhirnya ada juga yang menyebut Gossip Girl di dalam novel. Biarpun yang disebutkan cuma soal kamar keluarga Humprey, but I'm happy. Aku suka acara itu dan aku akan lebih senang kalau yang disebut itu Chuck Bass. Hahaha... *salah fokus*
Dan ada satu yang menurutku menjadi kelebihan dan kekurangan novel ini yaitu perpindahan adegan.
Mungkin karena beberapa hari ini membaca cerita dengan alur lurus, aku agak kebingungan dengan alur loncat-loncat di dalam setiap bab nya. Biasanya flashback cuma ada sesekali tapi di novel ini banyak sekali flashback.
Untungnya aku nggak terlalu terganggu, makanya aku juga menganggapnya sebagai nilai lebih novel ini karena percayalah, menulis alur loncat² yang membuat cerita terus mengalir itu sangat susah. Nggak semua penulis bisa menuliskannya. So, good job mba Swistien.
Oh iya, aku juga suka sama tokoh Cesa dan Jinan.
Cesa itu tokoh yang jarang ada di novel. Well, ya dia memang tipikal pemeran utama dalam novel, tapi cara dia bersikap itu beda. Dia sadar benar dengan kelebihannya makanya aku suka dia. Cool...
Kalo Jinan itu menurutku karakternya kekanak-kanakan tapi dewasa. Adult child kali ya. Biarpun suka drama, menurutku Jinan lucu dan baik hati sekali. Jadi wajar kalo Nathan suka sama Jinan.
Yang pasti aku suka dengan Diary Princesa karena bukan tipikal teenlit yang umum. Apalagi yang dibahas tentang kakak adik. Ini tema yang jarang. Biasanya keluarga hanya jadi cameo dalam cerita. Ya kan?
Makanya baca Diary Princesa ya... ;)
Profile Image for Ditter.
1 review
November 22, 2014
Setiap kali membaca buku baru, saya punya satu kebiasaan khusus, yakni mengawalinya dengan membaca kata pengantar, prakata, ucapan terima kasih, dan halaman tentang penulis.

Biasanya, halaman ‘tentang penulis’ diisi oleh si penulis itu sendiri. Tapi, di buku ini, halaman tersebut diisi oleh sahabat si penulis. Ia menceritakan bahwa Swistien Kustantyana —sang penulis mempunyai emosi yang labil. Katanya, Swistien bisa tiba-tiba sedih dengan kemuraman yang dalam, tapi tidak lama kemudian berubah menjadi enerjik dan bersemangat, seolah-olah tidak mempunyai masalah apa-apa.

“Wih, bipolar disorder, nih,” begitu pikir saya ketika membaca informasi itu. Dan tak disangka, rupanya bipolar disorder menjadi salah satu poin utama yang diangkat dalam novel teenlit ini.

Buku ini menggunakan sudut pandang penceritaan orang pertama. Isinya berupa cerita keseharian Princesa atau Cesa dalam menghadapi berbagai masalah hidupnya, khususnya tentang bagaimana ia menjalani hari-hari bersama Jinan, kakak Cesa satu-satunya. Jinan merupakan sosok yang sangat sulit dihadapi karena ia menderita bipolar disorder.

Hubungan Cesa dengan Jinan sangat kompleks. Cesa sangat menyayangi Jinan, dan begitu pula sebaliknya. Tapi, Cesa seringkali nyaris kehilangan kesabaran dalam menghadapi Jinan, meski kenyataannya ia tidak pernah tega membiarkan kakaknya itu menderita.

Walaupun sepertinya buku ini telah dikonsep dan ditulis dengan baik, tapi ceritanya tidak mampu menghanyutkan saya. Mungkin karena ada beberapa hal kontradiktif di dalamnya.

Misalnya, katanya Cesa berasal dari keluarga broken home. Dijelaskan bahwa kedua orangtuanya tidak pernah peduli kepada Jinan dan Cesa. Tapi, di awal cerita ada adegan tentang mamanya yang membawa seloyang kue sambil menyapa Cesa serta menanyakan keberadaan Jinan. Selain itu, ada pula adegan tentang mamanya yang menasihati Cesa agar berbicara lebih halus kepada sang kakak, atau ketika mamanya bertanya kepada Cesa kenapa ia pulang cepat.

Well, kau tahu, itu adalah gambaran tentang keluarga yang baik-baik saja. Makanya saya agak bingung ketika di bagian berikutnya disebutkan bahwa sang mama sering menelantarkan anak-anaknya dan hampir tidak pernah peduli kepada Jinan dan Cesa.

Selain itu, saya juga kurang suka dengan endingnya, sebab sepertinya terlalu dipaksakan. Jawaban-jawaban atas segala permasalahan yang sudah diceritakan sebelumnya tidak begitu jelas.

Di balik kekurangan-kekurangan tersebut, novel ini juga memiliki poin positif, yakni gaya tulisannya tangkas dan lincah sehingga enak dibaca. Alur maju mundurnya juga rapi. Selain itu, dialog-dialognya menarik dan tidak bertele-tele.

Oh iya, Diary Princesa ini merupakan seri Bluestroberi yang diterbitkan oleh penerbit Ice Cube. Bluestroberi itu sendiri merupakan seri teenlit bergenre dark romance, yakni cerita roman yang cenderung kelam. Jika kebanyakan cerita teenlit berakhir bahagia, maka novel-novel dalam seri Bluestroberi tidak selalu begitu.

Tiga bintang dari lima bintang untuk buku ini. :)
Profile Image for Wuri.
Author 5 books2 followers
September 23, 2014
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Si Cantik

Novel Diary Princes merupakan salah satu dari 13 Seri Bluestoberi dari Ice Cube Publisher. Walaupun tidak masuk tiga pemenang utama lomba yang lalu, tetapi tentu memiliki daya tarik tersendiri sehingga editor memutuskan menerbitkannya. Pasca membaca seri lain, saya sempat beranggapan ceritanya akan masih sama menguras rasa sedih.

Cerita cinta. Tema yang universal tapi memang tidak pernah sepi peminat. Ada Princesa yang cantik, cerdas, populer di sekolah, tapi sesungguhnya tidak memiliki percaya diri sehingga selalu membutuhkan kehadiran orang lain di sisinya. Sementara kakaknya, Jinan, justru sangat bertolak belakang yang memiliki sifat ceplas-ceplos, moody, dan dianggap aneh oleh kawan-kawannya. Tetapi tidak bagi Nathan, teman Jinan, yang kerap main ke rumah mereka.

Konflik mulai muncul ketika Cesa, sapaan princesa, diam-diam jatuh cinta kepada Nathan. Walaupun ada dua cowok populer di sekolahnya yang jelas-jelas mengejarnya. Sayangnya, hati Nathan tersembunyi hanya untuk Jinan. Sementara Jinan dengan karakter yang memiliki kecenderungan penyakit psikologi tertentu, anehnya lebih memilih lelaki yang tidak pernah memerdulikannya.

Masing-masing tokoh cukup menonjolkan karakter. Terlebih antara Cesa dengan Jinan sangat berbeda 180 derajat. Point of view orang pertama memang menceritakan dari pandangan Cesa. Tetapi penulis dapat mengeksplore sikap Jinan dengan sifat “berbeda”-nya itu melalui pernyataan hingga tingkah laku. Dan jawaban mengapa Jinan seperti itu akan ditemukan di setengah akhir novel.

Gaya bahasa yang populer sangat tepat untuk segmen remaja hingga dewasa muda. Beberapa tulisan terdapat kalimat menggelitik sehingga saya terkadang membaca seraya tersenyum. Poin ini yang mematahkan prasangka awal saya kalau Seri Bluestoberi kerap mengumbar kesedihan. Walaupun, karakter Seri Bluestoberi tetap mendominasi ceritanya.

Membaca Diary Princes seakan menyusuri perjalanan Cesa sebagai anak muda cantik dengan “kekurangan” yang disembunyikannya. Mulai soal rasa sampai masalah keluarga sedari kecil. Seakan membuka tabir kehidupan gadis-yang-terlihat-sempurna. Dari banyak cowok yang mengejarnya, dia hanya mengharapkan alasan cinta yang sederhana. Bukan karena kecantikannya, bukan karena kecerdasannya, bukan karena kepopulerannya. Tapi karena dirinya.

Sanggupkah Cesa meraih cinta seperti itu?
Profile Image for Nike Andaru.
1,629 reviews111 followers
October 28, 2014
Apa yang biasanya disuguhkan novel teenlit?
Gak sulit menebak kalo gak tentang cerita di sekolah ya paling tentang cinta ala remaja kan ya, tapi novel ini tidak hanya menulis tentang itu tapi juga kehidupan keluarga.

Sudah lama saya gak baca novel teenlit, karena memang udah umurnya gak baca kali ya. Diary Princesa sebenarnya memang seperti kebanyakan novel tentang remaja yang lain, hanya saja saya seperti bukan membaca buku, tapi lebih ke buku harian Princesa atau Cesa seperti judulnya. Sudut pandang Cesa sebagai anak kedua dari dua bersaudara yang punya kakak perempuan, Jinan yang digambarkan berbeda sekali dengannya dan juga sebagai seorang anak dari Mamam yang memiliki toko roti dan Papap seorang peneliti.


Layaknya buku harian, pembaca akan diajak mengenal karakter Cesa dalam buku ini. Tak hanya Cesa, Jinan sang kakak pun diceritakan dan digambarkan Cesa dengan sangat baik, hingga pembaca bisa melihat bagaimana perbedaan keduanya. Cesa merasa lebih perempuan dibanding Jinan yang tomboi. Cesa pun menceritakan banyak tentang cowok-cowok di sekolahnya yang menyukai dia, kebiasaan Jinan dan bagaimana jika Jinan suka sama cowok dan bagaimana Jinan waktu putus sama pacarnya.

Swistien sebagai penulis buku ini pastinya adalah pencerita yang baik dibalik tokoh Cesa. Kita diajak mengenal tokoh dari sudut pandang Cesa, baik dan buruknya. Hanya saja karena sudut pandang Cesa, kita jadi tidak bisa merasakan cerita versi Jinan dan bagaimana perasaannya terhadap Nathan yang sebenarnya. Begitu juga dengan tokoh yang lain, seperti Mamam dan Papap.

Hampir diseperempat buku ini saya tidak melihat konflik yang berasa kecuali Cesa yang bercerita. Saya sempat menebak-nebak apa yang ingin disampaikan si penulis, mana konfliknya, apa nanti Cesa dan pacarnya, atau Cesa dan Jinan, atau rebutan Nathan mungkin?
Itu ternyata tidak saya temukan, yang muncul justru kehidupan Mamam dan Papap mereka. Memang jadi gak gampang ditebak ceritanya, tapi menurut saya ceritanya jadi gak ada klimaksnya, kurang seru aja jadinya.

Perpindahan setting dari sekolah ke rumah seharusnya bisa dipisah menurut saya, jadi agak lebih enak bacanya. Mungkin jika buku ini dibuat seolah buku harian beneran yang menggunakan font dengan jenis tulisan tangan dan bergaris akan tampak lebih bagus jadi berasa gitu baca diarynya.
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
October 2, 2014
Baru kali ini baca teenlit tapi serasa nggak baca teenlit. Mungkin karena tema remaja yang diangkat di novel ini agak serius: bipolar disorder.

Diary Princessa adalah salah satu novel dari seri #BlueStroberi yang diterbitkan Ice Cube Publisher. Kabarnya, seri ini hampir semuanya bergenre dark romance; cerita tentang remaja yang agak kelam dan nggak happy ending.

Bercerita tentang Princesa atau biasa disapa Cesa, yang bertutur (ya, novel ini memakai PoV 1, anggap saja isi diary dari tokoh Cesa) tentang kesehariannya bersama sang kakak, Jinan, yang menderita bipolar disorder.

Mood Jinan yang naik-turun seperti roller coster rupanya berpengaruh besar pada kehidupan Cesa. Mulai dari tabahnya ia menghadapi emosi Jinan yang meledak-ledak lalu berusaha menenangkannya, konflik antara orangtua mereka yang nggak harmonis, juga tentang kisah cinta mereka yang melibatkan Nathan. Sebenarnya bukan cuma Nathan, masih ada cowok bernama Aksel dan Vendetta yang menambah rumit kisah asmara Cesa.

Plot yang dipakai penulis kebanyakan flashback, di mana tokoh Cesa dijabarkan seringkali mengulas kembali momen-momen yang dilaluinya bersama sang kakak. Yang menjadi poin plus di novel ini adalah kelihaian penulis menyisipkan konflik-konflik dalam alur ceritanya. Poin tambahan lagi karena penulis memasukkan judul novel-novel populer mulai dari novel karya Haruki Murakami sampai penulis lokal A.S. Laksana (yang semuanya belum kubaca) di novel ini, dan memberi informasi tambahan tentang isinya--juga kaitannya dengan tokoh dalam cerita.

Nah, yang menjadi poin minus novel ini ketika aku mendapati beberapa narasi/deskripsi yang terasa diulang-ulang. Misalnya, tentang penjelasan mengenai kebencian Cesa akan sifat Jinan, atau tentang penjelasan mengenai perasaan Cesa pada Nathan. Too much and too tell.

Agak kecewa menjelang ending karena ekspektasiku bahwa akan ada "plot twist" di bagian klimaks novel ini, ternyata nggak ada. Tapi nggak kecewa-kecewa amat, karena dari awal baca terlanjur sudah menikmati gaya penceritaan yang dipakai penulis. Ceplas-ceplos, mengalir, dan tentu saja nggak menye-menye kayak buku teenlit di pasaran.

Ditunggu novel berikutnya, Mbak Swistien!
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
August 17, 2014
I love pretty books. Kadang malah saya membeli buku sesuai dengan sampulnya. Misalnya, di rak saya kekurangan warna biru, maka saya akan masukkan buku biru dengan cerita menarik ke daftar to-buy atau wishlist.

Dan buku ini termasuk pretty book untuk saya. Alhamdulillah saya mendapat novel ini langsung dari penulisnya, Mbak Swistien. Terima kasih ya, Mbak :)

Di halaman awal, Mbak Swistien menulis, 'Semoga kamu suka dengan Cesa.' Ya, Mbak, saya sukses suka dengan Cesa. Dia karakter yang gampang terhubung dengan pembacanya. Jinan juga karakter yang kuat. Saya menikmati hubungan mereka yang bittersweet tapi terasa nyata.

Kisahnya sendiri diramu sedemikian rupa sehingga beberapa pertanyaan terjawab di tempat yang tepat. Ini yang saya suka. Perihal 'keanehan' Jinan, kehadiran Nathan, dan sifat Cesa yang unik (saya menganggap Cesa lebih unik dari Jinan) semua terjabarkan sesuai porsi.

Dan ini yang membuat Diary Princesa istimewa--referensi. Banyak referensi buku, film, kartun (aye, Dragon Ball!), sampai tempat bertebaran di sini. Tapi--CMIIW--ada penulisan 21 untuk bioskop, setahu saya sekarang semua twenty-one berubah jadi XXI. Ketahuan nih, Mbak Swistien generasi ke-berapa haha (nggak jauh dari saya kok, Mbak .___.)

Kalau yang ini mungkin untuk penerbit--ada beberapa kalimat yang tidak menggunakan spasi, masalah teknis sepertinya. Tapi termaafkan karena ceritanya yang cihuy.

Akhir kata, semoga rating di GR bisa ngasih 0.5 star di belakang yang tiga ini dan semoga karya Mbak Swistien yang lain cepat terbit. Indonesia butuh lebih banyak buku bagus nih, Mbak :D

P.S. Salam buat Aksel.
Profile Image for Ardha Kina.
24 reviews17 followers
October 8, 2014
Terima kasih sebelumnya karena telah memilih aku sebagai pemenang giveaway #NovelDiaryPrincesa via Twitter

Membaca novel ini membuatku merasa seperti sedang membaca buku harian, cocoklah dengan judulnya. Perwatakan tokoh serta latar belakang waktu dan tempat dideskripsikan dengan jelas. Ini memudahkan aku untuk berimajinasi dengan lebih spesifik. Sudut pandang Princesa sebagai orang pertama membuat aku bisa terhayut dalam tiap perasaan yang Princesa rasakan. Dari kejujuran emosi itulah yang bisa membuatku simpati, jengkel tapi juga bingung dengan tingkah para tokoh. Yang cukup membuat novel ini tidak biasa adalah flashback yang tersisip di tiap bab yang ada sehingga membuatku makin memahami kepribadian masing-masing tokoh secara perlahan. Pembaca seolah sedang membaca kisah nyata akan hidup yang tidak selamanya berjalan seperti yang mulus.

Penciptaan konflik seperti dam yang ambrol kalau kata tokoh Jinan dalam novel ini, begitu bertubi-tubi pada bagian klimaks. Aku berharap penulisnya membuat sekuel tentang kelanjutan kisah Princesa. Atau mungkin mempertimbangkan untuk memperpanjang cerita dari sudut pandang Jinan, jadi judulnya “Diary Jinan” hehe.

Mau baca selengkapnya, silahkan mampir ke http://www.ardhanikinasih.blogspot.com
Profile Image for Dian Silviani.
46 reviews4 followers
July 5, 2015
mari berkenalan dengan Jinan dan Cesa, adik kakak yang punya kepribadian bertolak belakang.

Cesa, baik, cantik, pintar, ramah, nyaris sempurna. (kalian akan menemukan deskripsi ini ditulis berkali-kali, serius. entah untuk apa.)
Jinan, mengidap bipolar diaorder yang membuat dia punya emosi berlebih. tidak ramah, tidak punya teman kecuali Nathan.

Cesa menyukai Nathan, Nathan menyukai Jinan, Jinan menganggap Nathan hanya sekedar sahabat.

apa yang harus Cesa lakukan?
apa yang sebenarnya Jinan rasakan?
apa yang harus Nathan perbuat?

gak tahu kenapa aku bosan sama karakter Cesa, ngerti Cesa itu cantik, baik, pintar dan bla bla bla.....tapi haruskah di deskripsikan berkali-kali?

aku malah tertarik sama Jinan, pengen tahu bagaimana Jinan berusaha mengendalikan emosinya, bagaimana Jinan menjalani hidup sebagai gadis terpilih.

salah satu quotes fav aku "Jika aku memang baik sekali seperti yg kamu bilang, kamu pasti sudah jatuh cinta sama aku." menandakan bahwa cinta itu jatuh begitu saja tanpa bisa kita pilih.


aku suka gaya menulis Kak Titien, betawi banget, lugas, jelas.

keep on writing, Kak!
5 reviews
November 9, 2014
Judul: Diary Princesa
Penulis: Swistien Kustantyana
Penerbit: Ice Cube Publisher
alaman: 260 halaman
Terbitan: Februari 2014

Buku fiksi karya Swiestien Kustantyana setebal 260 lembar ini terbit dibawah naungan Ice Cube Publisher. Salah satu penerbit buku yang patut dipertimbangkan keberadannya di dunia kepenulisan Indonesia. Pertama kali membaca judul novel ini aku mengira, ini adalah novel curhat sang penulis tentang kesehariannya. Seperti buku-buku fiksi yang sedang nge-hits dikalangan artis twitter. Tapi ternyata tidak, novel ini membahas tentang dunia seorang remaja yang terlihat sempurna, Cesa. Gadis cantik, dengan hidungnya yang mancung, mata jernih, bibir penuh, tulang pipi yang sempurna, juga tatanan tubuh yang proposional. Selain itu dia juga pintar, percaya diri dan mudah bergaul. See, dia sempurna bukan?

see more at http://dunianakremaja.blogspot.com/20...
Profile Image for Nay.
Author 4 books86 followers
December 11, 2014
Rasanya beruntung sekali membaca cerita yang menyenangkan seperti ini.
Aku lumayan menyukai Princesa. Di mataku dia unik, kadang penyayang dan juga sedikit jahat.
Tapi ketika mendapati kenyataan bahwa dia pernah begitu jahat pada Jinan, rasanya sulit memaafkannya.
Entah kenapa aku begitu menyukai tokoh Jinan ini. Kalau jadi Nathan, aku juga akan jatuh cinta padanya.

Semoga ini bukan pertanda buruk tapi aku rasa aku memahami apa yang dirasakan Jinan. Memiliki adik yang sempurna dan selalu ingin mengambil apa yang kau inginkan (dan kau harus selalu mengalah) tentu saja akan membuat depresi. Jinan patut marah, patut kecewa dan dia sangat layak untuk bahagia di akhir cerita.

Setelah menutup buku ini, aku tahu bahwa sepertinya aku akan menantikan karya Mbak Swistien selanjutnya. Entah tokoh unik seperti apa lagi yang akan diciptakannya.


3 reviews
September 19, 2014
Oke akhirnya kelar juga baca Diary Princesa. Dari judulnya saja Diary dan yapsss baca Novel ini seperti membaca sebuah Diary.Begitu hidup dan juga nyata.
Tulisannya benar-benar ngalir dan khas sehari-hari. sangat mudah untuk di mengerti. Karakter Cesa sangat-sangat kuat sekali. Dan juga Jinan. Karakter nya beda sama Novel yg biasanya. Jika biasanya seorang cewek cantik tidak akan menyadari dirinya Cantik. Tapi Cesa? ia menyadari dan karakter itu lah yang membuat Cesa menarik. Alurnya juga juga berbeda . Punya ciri khas banget. Baca Novel ini otak langgsung mendapatkan gambaran seperti apa Cesa Jinan dan juga Nhatan.

Saranya sih cuma satu,kata yang di pakai mungkin jangan di campur aduk. Misalnya Aku-kamu. atau Kau-aku. Nggak-Tidak. Tapi lepas dari itu cerita ini keren dan sangat hidup mengajarkan menerima dengan lapang dada dan juga saling menyanyangi sesama saudara ^^
Profile Image for Irma Arnika.
8 reviews
September 13, 2014
Saya suka banget sama novel ini. ceritanya menguras emosi saya. Ketika membaca novel ini, saya banyak mendapat pemahaman tentang arti cinta, persaudaraan, keklasn dan rasa bersyukur. nggak lupa, mata saya terbuka melihat realita yang ada, bahwa gak semua yang kita lihat diluar baik didalamnya juga baik maupun sebaliknya. Cesa memang cantik, baik, pintar dan baik hati (mendekati sempurna) namun jika kalian membaca novel ini, kalian jadi tahu kehidupan Cesa yang sesungguhnya.

Apresiasi untuk kak Swistien yang membuat novel ini saya beri 4 bintang.
saya harap ada lanjutan kisahnya ya kakakk :D

THANK YOU...
Profile Image for Priska Pavita.
70 reviews4 followers
January 6, 2015
Buku pertama yang dibaca tahun ini. Bagus banget. Serasa baca buku young adult luar. Karakternya juga menarik dan digali secara dalam. Yang kurang mungkin alur maju mundurnya yang agak kurang smooth, membuat kadang enggak ngerti ini sedang membicarakan masa sekarang atau masa lalu (ini menurut aku aja, mungkin). Sama endingnya, realistis tapi rasanya terlalu cepat.
Displaying 1 - 30 of 39 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.