Jatuh cinta lagi? Hmm, sepertinya itu tak ada dalam kamus Helga. Kegagalannya soal cinta dan selalu disakiti cowok, menbuatnya sudah merasa cukup dengan kata cinta. Lebih tepatnya, malas memulai semua dari awal. Di tengah hidupnya yang sudah terbiasa tanpa cinta itu, ia dipertemukan dengan sosok Cello. Seorang ‘buaya’ tampan paling hits di kampusnya.
Cello yang awalnya ingin mendekati Una, sahabat Helga, justru terjebak dan malah dekat dengan cewek aneh dan ajaib, bernama Helga itu. Ya, Helga mendapat julukan itu karena dikenal sering berpikir dan bersikap terlalu random. Namun siapa sangka, Cello justru semakin penasaran dengan gadis yang hatinya sudah hampir membeku itu. Bagi Cello, Helga merupakan sosok yang ‘unik’ dan belum pernah ia jumpai sebelumnya. Mampukah Cello, menaklukan hati Helga?
kalo soal effort, di hubungan ini keduanya ngga perlu ditanya lagi kayaknya ya. aku suka sama masing masing tokoh yang punya peranan masing masing. dan gimana keduanya sama sama ngusahain dan ga berat sebelah. aku suka sama karakter cello yang kalo kata helga digambarin kayak rebahan di kasur seudah seharian nanam padi, nenggak es teh manis di bawah terik matahari pukul 12 siang, dan berlindung di perapian waktu badai salju menerjang. AAAAAAA kapan ya "cello-ku" datang???? heushueeh T_T (t-tapi blm siap sih soalnya aku masih kayak helga di buku yg pertama-masih kacau masih berantakan sama isi pikiran sendiri dan blm beres sama diriku)
banyak yang aku pelajari dari buku ini mulai dari hello cello sampai hello (again) cello. gimana penulis ngegambarin konflik yg ada di diri masing masing tokoh, gimana mereka nyeleseinnya, mulai dari perang batin sama diri sendiri sampai masalah sama pihak di luar diri sendiri yang beberapa sering muncul adalah karena salah paham atau KOMUNIKASI. komunikasi yang ternyata sepenting itu di hubungan, mau itu keluarga, pertemanan, terlebih percintaan. kalo dua duanya sama sama mau ngerti dan mau memperbaiki, semua akan terselesaikan.
btw aku ngerasain perbedaannya bgt helga sebelum dan sesudah. hal yang ditekenin selalu adalah tentang menomorsatukan diri sendiri yang mana beda sama egois. kayak dari situ juga aku belajar. dari helga yang awalnya selalu jadi orang yang ga enakan, selalu ngerasa dia pantas buat dapet hal-hal buruk di hidupnya, selalu merasa 'kecil' akan dirinya sendiri, selalu numpuk masalah dan emosi yang mana selalu dia tutupin dan ga diceritain SAMPAI dia sadar. seperti kata penulis, hidup helga banyak berubah setelah kenal cello. perubahan baik yang lebih mendominasi, tentu. ada beberapa dalam dirinya yang cello bantu perbaiki, atau kalo ngga, cello temani selama proses perbaikan. di pertengahan atau mendekati akhir halaman, beberapa hal perasaan dsb yang cello tumpuk dengan sadar ga sadar ngebuat sisi lain cello belum tersembuhkan. ada sisi lain cello yang baru helga tau. dan peranan helga di sana cukup membuat pandangan cello akan hal yang tadinya sesak dan sedih (beberapa hal dalam dirinya menuntut) jadi berubah kebalikannya. dan mungkin ada beberapa konflik kecil, dari keduanya yang penyelesaiannya tuh sama sama saling. kayak semisal somethings wrong with helga, cello coba buat tanya dan memperbaiki. ketika cello yang kayak gitu pun, helga yang nyoba giliran. di hubungan ini yang kutahu mereka sama sama saling, sama sama berjuang, sama sama berusaha, dan yang paling jadi gong nya kisah mereka adalah "dicintai sama besarnya" 🥹😭💖🫵
untuk helga, bahagia selalu cello juga semua tokoh di bukunya juga untuk penulis, kak nadia! 🫶 dan yang baca ini, aku kamu kita semua semoga kita jadi orang yang menomorsatukan diri sendiri di atas segalanya (re: BEDAIN sama egois), yang selesai sama diri sendiri, yang sehat, yang bahagia. i hope we're healed for something that we didn't tell anyone's about. semoga aku kamu kita semua ketemu sama orang yang mencintai kita sama besarnya 🤍
until that day, ayo kita lebih sering nengokin diri sendiri, tanya keadaan dan keluhan. ayo jadi lebih sayang sama diri sendiri, karena ketika kita udah penuh sama diri sendiri, kita bisa nyebar cinta itu juga ke yang lainnya tanpa tertatih-tatih lagi karena pijakan pertamanya udah lebih dulu kokoh. hang on!
"seperti ia yang jatuh cinta padamu, orang yang tepat akan mengajakmu jatuh cibta pada dirimu sendiri. perihal berlomba-lomba dalam mencintai, dibuatnya kamu yang bersaing dengannya. membantu membuang rasa rendah diri dan menjadi pengingat hidup akan nilai yang kau milki."
Novel ini tuh definisi novel dengan karakter cowok-cewek yang aku cari-cari. Kalau dibilang gila, mungkin aku bakal jawab, "iya, sedikit" tapi beneran aku suka sama yang satu ini.
Menurutku, tulisan kak Ijo beneran improve banget di novel ini. Dulu sewaktu baca "Hilmy Milan" aku biasa aja, bahkan terkesan gak se-excited itu. Baca lagi, ke buku "Hello Cello" yang satu ini bikin aku tertarik banget, tapi setelah baca aku ngerasa masih ada lubang-lubang kecil yang menjadi PR dan belum ada jawabannya dandi novel "Hello (Again) Cello" aku ngerasa lebih puas banget bacanya.
Aku suka cara Kak ijo ngedeskripsiin segala sesuatu disini. Interaksi Cello-Helga juga rapi dan aku bacanya nyaman banget, terus sering ketawa-ketawa sendiri karena tingkah dua sejoli itu yang selalu bikin geleng-geleng kepala.
Novel ini bentuknya antalogi, sekumpulan cerita gitu, jadi aku gak bakal bahas alur ceritanya disini, karena memang gak beralur, tapi dari bab 1 ke bab seterusnya masih nyambung.
Oiya, sengaja waktu baca novel ini aku selingin sambil baca novel yang lain, alesannya karena buku ini memang genrenya slice of life gitu, jadi sedikit ngebosenin kalo dibaca dalam sekali duduk (gak ada rasa menantang atau yang bikin penasaran pengen tau endingnya) karena emang gak ada konflik utamanya ya! dan itu maklum saja, makanya aku sambil baca novel lain biar gak bosen-bosen banget! 😉 Bukan nggak bagus, tapi agak bosen aja.
Kalau kalian baca reviewku tentang "Hello Cello" disitu aku nulis, kalau minusnya ada di problem helga dan mama-nya karena masih belum clear, dan ternyata jawabannya ada di novel ini. Akhirnya aku lega banget, Helga dan Mamanya bisa saling ngutarain perasaan mereka satu sama lain, dan itu cukup menyentuh perasaan aku.
Goood job buat Kak Ijo!! I love this so much. Im waiting for your next project 😗😍
Waaah gilak, gilak sih. Fun banget baca buku ini dihari Sabtu. Definisi buku pelepas penat karena se fun itu bacanya. Lanjutan dari buku sebelumnya, hello cello, tapi versi keseharian mereka setelah resmi pacaran sampai rencana ke jenjang berikutnya. Mirip cerpen tapi bukan. Gimana ya hahaha seruuuu. Bener bener dibikin ngakak dan senyum senyum sama pasangan absurd ini, dan celetukannya itu loh berasa real banget. Ngakak. Adegan video by Rifan juga bikin ketawa banget, dan secara tiba tiba dari ketawa langsung netes nih air mata karena orang terakhir yang kirim pesan di video itu. Hebat banget sih Nadia bikin naik turun perasaan pembaca. Suka banget pokoknya geng ini.
*PLEASE BANGET SI NGE-GAS RIFAN ANYA DIBIKIN NOVEL NYA JUGA JANGAN AU AJA. 😍
CELLO SEMPURNA BANGET PELISSS AKU NGGA BISA DIGINIINNNN 😭😭😭
Buku ini is THE BEST Sequel i have ever read (so far atleasttt), Buku ini bikin salting parah and salting is an UNDERSTATEMENT !!!!! SALTINGNYA SAMPE GILA BENERAN PLSSS I CANTTTTT. MY HEART IS TOOO WEAKKKK 💔💔
Membayangkan dicintai oleh penulis seperti Helga, ohmydayysss segala macam keindahan melalu rangkaian kata akan dituliskan untukmu gaksi......
Aku baca buku ini cukup cepet, about 3ish hours udah selesai (i re-read this toooo lol).
ONE THING THAT MADE ME "yaelah.." AFTER READING WAS THE ENDING.. Endingnya berasa ganjel banget😭😭 I NEED MOREEEE
Always waiting for Author's future projects!!!
HAPPY READING ALL 💋
This entire review has been hidden because of spoilers.
apa yaa, kayaknya kalo mau dapetin cerita penuhnya harus beli dua buku (buku pertama & kedua) karena beberapa hal kayak kepotong atau gak selesai di buku pertama. setelah menghabiskan buku pertama (Hello, Cello.) tadinya aku takut kalo buku ini bakal full nyeritain kisah cinta mereka doang, tapi ternyata penyelesaian masalahnya ada di buku ini. buat standar novel yang diadaptasi dari AU, novel ini oke.
ikut berempati pas helga berhasil "ngobrol" sama mamanya dan ketika mamanya confess di akhir, bagian ini menyentuh banget.
udah beli dan baca bukunya dari 2 tahun lalu tapi baru review sekarang.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Novel ini merupakan lanjutan dari novel yang sebelumnya 'Hello, Cello'. Jika di novel sebelumnya menceritakan tentang bagaimana proses perkenalan hingga pendekatan antara Cello dan Helga, maka novel ini merupakan kumpulan potongan-potongan cerita ketika mereka sudah resmi berpacaran.
Semua cerita yang ada di dalamnya pasti akan membuat kamu untuk senyum-senyum salting sendiri, karena ya gimana lagi, nggak cuman Marcello Este aja yang lucu, tapi lengkap kocaknya kalau lagi bareng Helga. Banyak banget cerita yang menarik di dalamnya, mulai dari ngedate tanpa pegang smartphone dan naik angkutan umum tanpa tujuan, merayu Cello yang sedang cemburu, momen pertemuan Helga dengan ketiga saudara Cello, dan banyak momen lainnya bakal bikin kamu terkesan dengan pendalaman karakter dua tokoh utama yang belum dijelaskan di novel sebelumnya.
Di novel ini, banyak banget quotes atau celetukan random, lucu dan menarik yang aku suka. Dan selalu, karya Nadia Ristivani adalah termasuk favorit aku. Sepertinya, kalau ada novel dengan penulis bernama Nadia Ristivani akan punya akses fast track untuk langsung ku beli tanpa harus ku cari tahu dulu sinopsisnya. Selamat membaca teman-teman!
Hmmm another fanfiction dan AU adaption book yah? Aku gatau kalo emang mungkin bukan aku target pasarnya atau gimana, cuma emang sepertinya temen-temenku banyak yang relate sama kondisi Helga. Yap, ngga siap buat berada di suatu hubungan. Tapi itu di sequelnya yang pertama sih. Di buku sequel kedua ini, gimana ya bilangnya? Is this just good to be true? Kayak kebanyakan buku-buku yang diambil dari AU pada umumnya sih... Cuma good things to be found in this book itu quotesnya cukup kece.
i love how they’re always there for each other, even after 4 years
“If you can’t take the stars yourself.. i’ll do it for you. I’ll take the stars for you.” THIS PART IWHSOSJSLK, yang di mana gak cuman peran cowo yang selalu menjadi pendengar tetapi ada saat juga peran cewe menjadi pendengar untuk cowonya, I LIVE FOR THIS RELATIONSHIP🛐🛐
Ini kumpulan cerita pendek Helga-Cello. But imo, karena di Hello Cello aja romance-nya udah bikin kenyang banget hampir eneg, jadi pas baca ini juga udah hambar aja romance-nya.
I didn't find any parts yg bikin ngerasa baper lucu lagi.
Untungnya ada cerita ttg Cello, yg bikin karakter dia kerasa manusiawi karena ternyata punya kekhawatiran juga soal hidup. Terus konflik mamanya & Helga yg ga dikelarin di buku pertama, diselesaikan di sini.
Menurutku pribadi, buku ini ga terlalu urgent sih untuk terbit. Mengingat ending di buku yang pertama sudah sangat memuaskan ekspetasi para pembaca. Buku ini hanya berisi keseharian Helga Cello setelah pacaran dan kebucinan mereka berdua.
Tapi mungkin buku ini memang diperuntukkan untuk fans Helga Cello karena di buku ini semua cerita dan momennya tentang mereka berdua, petualangan dan juga hubungan mereka.
I like this more than the first one somehow. Tiap scene yang dijelasin di sini lebih kerasa apalagi pas Cello & Helga pergi "berpetualang" dengan cara turun di halte random and the comedy in there just HITS.
This entire review has been hidden because of spoilers.