What do you think?
Rate this book


408 pages, Paperback
First published January 1, 1986
"Semua ingin menjadi priyayi. Yang sudah priyayi ingin menjadi lebih priyayi lagi. Yang sudah kaya ingin lebih kaya. Yang sudah punya pangkat ingin punya pangkat lebih tinggi. Itu semua menjadi priyayi. Salah satu saja, namanya priyayi. Apalagi kalau ketiganya..."Sebagai generasi Jawa baru yang tinggal di Jawa--walau Jawanya bagian luar--terus terang saya merasa kesulitan menyesuaikan diri. Orang-orang, terutama yang lebih tua, mengkode saya harus bersikap begini dan begitu. Mengartikan maksud dalam isyarat diam, atau malah perkataan yang sebenarnya berarti sebaliknya. Intinya ribet deh, kalau kamu orangnya straightforward tapi tinggal di Jawa, hahaha. Makanya saya relate sama tokoh Ni anak bungsunya Pak Bei ini:
Ni makin menyadari bahwa ada beberapa bagian dalam kehidupan di rumahnya yang tak sepenuhnya bisa dipahami secara gamblang. Kadang ini membuatnya jengkel dan tak puas. Tetapi juga kadang membuatnya seakan terlindungi. Karena kalau ada sesuatu yang salah, ia tidak merasa secara langsung. Ia cukup merasa dengan celaan atau kritikan.Saya ikut gregetan bareng Ni, menyaksikan betapa mbulet-nya komunikasi dalam keluarganya sendiri. Penuh dengan perkodean dan ekspektasi tak terucap yang alasannya untuk menjaga nama
Cara bertahan dan bisa melejit bukan dengan menjerit. Bukan dengan memuji keagungan masa lampau, bukan dengan memusuhi. Tapi dengan jalan melebur diri...