YUDHI HERWIBOWO ia an Indonesian novelist. He was wrote a many book already, from a kind of genres. Usually he use HIKOZZA for japanese novel that he wrote and YUDHI H. for some comedy novel
Tuah sebuah desa adalah tempat wingitnya. Begitu juga desa Ujung Daun, yang juga disebut sebagai desa Ujung karena posisinya yang memang berada di ujung desa-desa lain. Keberadaan sebuah sumur tua angker menjadikan desa ini semakin ujung karena orang banyak cenderung menghindari pergi ke desa itu, apalagi ke sumur tua yang konon dihuni oleh arwah anjing-anjing gila. Dari bab awal aja, pembaca akan disuguhi adegan horor ketika para pekerja jalan tol harus menghadapi serangan asap asal gelap menyerupai puluhan anjing yang benar benar bisa melukai orang yang diserang.
Bagaimana asal muasal keberadaan sumur anjing gila itu? Begitulah kisah ini dimulai dan bergulir. Puluhan tahun sebelumnya, desa Ujung Daun didirikan oleh sepasang suami istri dengan otak bisnis yang jitu. Dari jasa keduanya, desa itu menjadi makmur dan ramai dihuni orang. Tetapi begitulah, kekayaan dan keberuntungan senantiasa mengundang rasa dengki dan iri orang lain. Kisah diawali dengan kepala desa Ujung Daun, Madajatra, yang tengah mencari keberadaan kakaknya. Kuat dugaan dalam pikirannya, sang Kakak tersayang telah tewas di tangan anak dan istrinya sendiri. Dari keterangan seorang pemabuk tuak yang sering mangkal di lapak dusun, dia mendapatkan info kalau ada sosok misterius uang mengotong karung seukuran manusia ke arah sumut anjing gila.
Pencarian pun dilakukan. Puluhan anak buah bahkan dukun dikerahkan untuk masuk ke sumur angker itu demi mengambil jasad kakaknya. Namun, seperti yang sudah diduga sebelumnya, korban malah berjatuhan. Anak buah dan orang suruhannya keluar sumur dengan banyak luka berdarah bekas cakaran anjing liar. Baru setelah menggunakan jasa paranormal bernama Ki Setro Bajrungan, isi sumur itu dapat dimasuki. Alih-alih mendapatkan jasad sang kakak, mereka malah menemukan dia kerangka manusia yang telah dimasukan ke situ sejak puluhan tahun sebelumnya.
Milik siapa kedua kerangka itu, dan di mana keberadaan sang kakak? Kisah kembali bergulir ke masa lampau desa Ujung Daun. Ada sosok ayah dari Madajatra yang rupanya sudah turut meramaikan desa itu sedari awal dengan kemampuannya sebagai semacam Matri, lalu bagaimana kedua pasangan pendiri Ujung Daun mengelola tanah dan menghasilkan pundi-pundi keuangan. Ada juga kisah keluarga dari kakak Madajatra yang rupanya diwarnai dengan KDRT, kemudian dinarasikan juga bagaimana sejarah keluarga kepala desa itu, mengapa KDRT terjadi, berbagai kecurangan dan tindakan culas terkait politik dan suksesi kekuatan khas tahun 1980-1990an, juga misteri tentang pusaka yang bisa bersinar sendiri seolah mengerti saat diajak berkomunikasi.
Pada akhirnya, seiring dengan bergulirnya kisah, misteri sumur anjing gila mulai terkuak. Mengapa anjing-anjing itu bisa melukai, mengapa sumur itu ada di sana, mengapa kisah desa Ujung Daun yang sepertinya sederhana ternyata dibangun dari banyak intrik politik dan perebutan kekuasaan yang berdarah-darah. Pada akhirnya, sebuah keangkeran kadang muncul karena dendam yang tak selesai. Ketika manusia dizalimi dan tak berdaya, mungkin dibutuhkan kekuatan dari alam gaib untuk menunjukkan isyarat pembalasannya. Sumur anjing gila menjadi contoh betapa setiap kejahatan akan terkuak juga pada akhirnya, dan semua perbuatan keji pasti akan mendapat ganjaran yang setimpal.
Membaca novel setebal 151 halaman ini berasa membaca sebuah cerpen misteri koran. Diksinya bagus, alur lancar dan sederhana sehingga sangat menyenangkan untuk diikuti. Pengisahan dituturkan begitu rapi, dengan flashback yang ditempatkan dengan pas, tidak membingungkan. Misteri dibangun perlahan, tapi tidak sampai membuat pembaca kesal karena petunjuk ditebar di seluruh bagian buku. Dari awal, pembaca diajak untuk menyimak dan mengumpulkan petunjuk, sambil.menikmati cerita dengan kejutan baru yang terus muncul. Saya suka dengan konsep novelnya yang lebih ke arah misteri dan bukan horor. Elemen horor memang kental dan ada, tetapi faktor manusia tetap menjadi pelaku utama. Pembalasan dendam pun diplot dengan pemikiran dan rencana tersembunyi. Sedikit agak kecepetan mungkin pada bagian akhir di bagian pembalasan dendam. Bagian eksekusi terlalu lancar jaya dan cepat, tapi menurut saya itu pun sudah cukup.
Tidak ada yang murni putih atau murni hitam di kisah ini. Semua tokoh punya lebih dan kurang, gelap dan terangnya, sebagaimana sebagian besar kita. Saya sendiri tidak bisa sepenuhnya memihak di anu karena si itu ternyata juga punya pengalaman masa lalu yang membuatnya begitu. Demikian juga si itu yang ternyata memang punya dasar untuk melakukannya. Bahkan ada tokoh dari pihak 'jahat' yang saya sukai karena strategi pemikirannya. Pada akhirnya, cerita ini sebagaimana cerita-cerita bagus lainnya, mengingatkan kembali kepada kita bahwa selalu ada konsekuensi dari setiap tindakan yang kita pilih dan kita lakukan, juga bahwa hidup tidak selalu terlihat lurus dan begitu-begitu saja. Mungkin saja, ada misteri yang terpendam sekian lama, menanti untuk dibuka.
Keren sekali mas Yudhi, saya selalu suka kalau beliau menulis genre novel horor misteri begini. Selalu dapat feel horor tapi ga berlebihan, dan ada penjelasan yang dapat diterima. Buku ini bisa dibaca di Gramedia Digital sepertinya.
Semua warga Desa Ujung Daun menghindari satu tempat. Konon, jika mendekat apalagi mengusik tempat tersebut, maka penunggunya akan murka. Sumur Anjing Gila. Disebut begitu karena sosok yang menunggu sumur tersebut adalah sekawanan anjing yang dulunya gila dan dimusnahkan karena dianggap membahayakan warga. Kini, para kawanan anjing membalas dendam.
Walaupun punya tag horor, buku ini sama sekali nggak memberikan kesan horor yang sampai bikin merinding banget. Jadi, aman buat yang kepengin nyoba baca horor, tapi takut.
Sumur Anjing Gila lebih menyoroti tentang drama perebutan kekuasaan, tentang dendam yang tidak berani disalurkan, dan kisah masa lalu indah yang terpaksa digerus paksa karena tidak sejalan dengan kehendak.
Alur lain dari buku ini adalah pencarian kakak kepala desa yang diduga dibunuh dan mayatnya dibuang ke sumur angker. Demi mendapatkan kembali jasad sang kakak, si kepala desa memanggil orang-orang pintar untuk masuk ke sumur. Tentu itu hal yang mustahil, mengingat mendekat ke tempat itu saja tidak akan kembali dengan keadaan prima, bahkan koma. Di sini keseruannya dimulai.
Bagian utama yang aku suka yaitu gaya tulisan penulis. Rapi, apik, diksinya bagus dan nggak berlebihan. Karakter Sadarra yang bingung harus memilih pergi dari rumah atau bertahan. Begitu pula kondisi rumah tangga orang tuanya.
Cerita ini mengenai penggulingan kekuasaan monarki lokal. Orang yang dulunya membeli tanah dari kolonial membangun sebuah peradaban sebelum akhirnya mencoba dirobohkan. Berbekal tekad menggantikan kuasa dan dendam, kondisi berbalik 180 derajat.
Harusnya rating bisa full, bintang 5, tapi bagian ending agak kurang memuaskanku. Seperti diburu-buru. Ada bagian yang tiba-tiba jadi mendukung. Begitulah. Mungkin kalau dipanjangkan alurnya bisa lebih padat dan rapi lagi.
Biasanya, aku kurang bisa menikmati cerita yg pake omniscient pov kayak gini. Soalan kan nggak fokus sama satu tokoh, ya. Tapi cerita ini tuh bisa dinikmati banget.
Walaupun horor, sebetulnya nggak horor-horor banget, sih. Ini sebetulnya lebih ke misteri kali yak. Tpi klopun misteri, kita udah tahu aslinga kayak gimana. Tpi mungkin ini lebih ke misteri kenapa Tibra Sadire jadi menguasai desa.
Puzzle-nya tuh rapiiiii banget. Tiap chapter ada satu fakta baru yang bikin ceritanya makin menarik untuk dibaca. Dan endingnya juga memuaskan banget. Semua dapet ganjarannya masing-masing, wkwk.
Tapi tuh bagian epilog bikin ceritanya jadi gantung, sih. Aku jadi penasaran cincin itu sebetulnya apa.
Sadarra kemudian menyadari bahwa mulut ayahnya diciptakan untuk memaki, tangannya diciptakan untuk menampar atau memukul, dan kakinya diciptakan untuk menendang. Ketika beranjak besar, Sadarra lebih suka menyebut ayahnya dengan panggilan Anjing Gila, daripada menggunakan julukan itu untuk satu sumur yang ditakuti di desanya.
Bagi Sadarra lebih mengerikan ayahnya—Anjing Gila—daripada tempat angker di desanya yang dijuluki sebagai Sumur Anjing Gila.
Membaca buku ini memberikan pengalaman yang berbeda dalam membaca genre horor. Selain membuat bulu kuduk meremang, aku pun disuguhkan dengan misteri dan thriller yang cukup sadis. Agak cukup mengernyitkan dahi dengan ke-gore-annya. Diksi dan penulisannya pun rapi, dibangun pelan dengan alur maju-mundur, lalu BOOM! di akhir.
Plot. Buku tipis. Hanya 160 halaman sekian. Tetapi, begitu padat konflik dan compact untuk plotnya. Ada tiga pusaran konflik di sini:
1. Misi Penyelamatan Sadarra. Sadarra ingin terlepas dari ayahnya yang abusif. Ibu Sadarra yang paling sering menjadi samsak kebengisan Radasamba, ayahnya Sadarra. Hingga suatu hari, tanpa sengaja, Radasamba mati. Sadarra panik dan memasukkannya ke karung. Lalu, dia pun membuang mayat ayahnya. Di sini terjadi kucing-kucingan dengan Madajatra, kakak Radasamba sekaligus Kepala Desa Suka Maju, desa tempat Sadarra tinggal.
2. Kepala Desa dan antek-anteknya. Madajatra beranggapan kalau mayat kakaknya dibuang ke Sumur Anjing Gila. Namun setiap mendekati sumur itu, selalu disertai suara lolongan anjing yang marah. Konon dulu warga desa membunuh para anjing yang dianggap gila—maupun tidak—dan melemparkannya ke sumur itu. Menjadi angker sumur itu. Dan tak ada yang berani mendekatinya. Namun, Madajatra tidak patah arang, dia pun menyewa seorang dukun sakti untuk mencari dan mengambil mayat kakaknya dari sumur terkutuk itu.
3. Tabara Sardie, sang iblis. Serius deh, ini iblis aja minder dengan betapa kejam, licik, picik, jahatnya seorang Tabara Sardie. Rasanya aku sebagai pembaca ingin menimpuk kakek satu ini. Tobat lo udah tua, bukannya lanjut part dua, huhu.
Insight(s).
1. Betapa mengerikannya iri dan dengki. Di buku ini aku menangkap bagaimana dahsyatnya pikiran dan niat jahat manusia. Tidak segan-segan untuk membuat menderita bahkan membunuh. Bagaimana TS (Tabara Sardie) dengan segala kejahatannya di masa lalu, “menurunkan”-nya kepada anak-anaknya juga. Bikin merinding. Dan di sini lebih banyak orang jahatnya daripada orang baiknya.
2. Penggulingan kekuasaan. Di desa ini sebelumnya dikuasai oleh suami-istri, lalu dengan segala intrik politik yang tentunya jahat, terjadi perpindahan kekuasaan. Padahal ini tingkat desa, tetapi kudetanya begitu masif dan terstruktur. Apalagi strateginya nggak main-main. Kayak sudah siap menggulingkan petahana demi menguasai satu desa.
Rekomendasi. 1. Buku ini cocok bagi kamu yang merasa hidupnya harus “diguncang” karena hampir semua isi buku ini bikin kamu kesal, marah, merinding, takut, dan geleng-geleng. 2. Penyuka genre horor dengan kombinasi thriller-mystery dan plot twist(s) yang bikin kamu menduga-duga. 3. Yang sedang reading slump dan butuh bacaan greget.
Beberapa saat setelah selesai baca, Tarik nafas~ Hembuskan~ Satu kata buat buku ini? EDAN!
Madajatra mencari sosok sang kakak, Radasamba, yg tak terlihat belakangan ini. Dia menduga ada hal buruk yg menimpa kakaknya. Lalu,berhembus kabar bahwa Madria, sang ponakan, terlihat kesulitan membawa karung besar ke arah sumur angker, Sumur Anjing Gila.
Konon, 20 tahun yg lalu, Sumur Anjing Gila adalah tempat terjadinya pembantaian puluhan anjing yg diduga terkena penyakit menular sehingga perlu dibunuh dan dimusnahkan. Seiring berjalannya waktu, dgn keangkerannya bahwa sering terdengar suara gonggongan puluhan anjing, kisah tempat tsb diceritakan dengan berbagai versi, bahkan dilebih²kan sehingga banyak orang yg tidak berani mendekat.
Usaha untuk melihat sesuatu yg ada di dalam sumur terus dilakukan oleh Madajatra, bahkan melihatkan orang pintar karena nyatanya 'sosok' anjing² tsb akan secara brutal mencabik siapapun yg mendekati sumur.
Namun, alih2 menemukan yg dicari, fakta baru muncul ke permukaan.
--- Alurnya maju mundur. Flashback ke kisah masa lalu tokoh sehingga dapat ditarik 1 benang merah
Perasaan pas baca: Greget, karena udah tau nih kejahatan tapi dia masih bisa berkeliaran di cerita, bahkan haha hihi. Kan pengin ngasih sianida dikit ya buk:) Shock, setelah ditampar oleh plot twist yang hanya beberapa kata! Kata! Bukan kalimat!👺 Merinding & dag dig dug duer, serasa ikut masuk ke cerita, dan feelnya kerasa bgt! Suka!
Tokoh favorit? belum ada. Bukunya lumayan tipis jadi kurang dalem ttg tokohnya. Kayak sekali lewat aja gituh. Belum ada yg bikin 'meleleh'. Semua tokohnya punya keb*ngsatannya, tokoh yg baik pun punya.
Ending? puas, sambil tertawa lebar, mampus! Tapi... Gara2 kata "Akhirnya aku menemukanmu", saya penasaran kelanjutannya wahai penulis yg budiman 🤯
Rekomendasi buat yg mau baca horor agak thriller dikit. Tapi tolong jangan dibaca pas ramadhan, takut mulut suci kalian mengeluarkan banyak kata kotor ☺ 4/5 ⭐
Genre horor misteri yang tidak menyeramkan, tapi menegangkan dan tambahan sedikit gore. Dengan ide cerita serta isu yang diangkat apik. Perampasan kekuasaan, dendam dan klenik. - Seperti yang terjadi di Desa Ujung Daun atau yang sekarang berubah menjadi Desa Suka Maju. Lebih dari dua puluh tahun keberadaan sumur dekat Desa yang tak lagi digunakan berubah menjadi sesuatu yang mengerikan. Karena anjing gila membawa wabah dan berdampak banyak penyakit pada warga Desa. Pada akhirnya pembantaian massal pada anjing-anjing di Desa pun dilakukan dan semuanya di buang ke sumur yang kini disebut sebagai sumur anjing gila. Tak ada satu pun warga yang mau melewati sumur tersebut karena ada banyak kejanggalan dan keheningan mencekam. Banyak yang ingin mencari ilmu Hitam atau hal lainnya yang bersifat jahat di sumur tersebut yang berakhir mati sia-sia. - Kepala Desa Madajatra yakin kalau kakaknya tewas dibunuh dan mencari keberadaan tubuhnya yang dia dengar di buang ke dalam sumur anjing gila. Meminta banyak bantuan dari orang pintar yang nyatanya menguak banyak fakta kelam yang terungkap dan memiliki banyak benang merah dengan kondisi saat ini di Desa Suka Maju. - Beberapa karakter cukup gila, plot dan konfliknya padat. Menggunakan pov ketiga serba tahu. Semua isi pikiran para tokohnya bikin emosi, gregetan, munafik dan sok jadi cenayang untuk mereka yang iri dan dengki. Rasanya wajar bila para arwah anjing gila membalas dendam dan membuat banyak warga ketakutan dan tidak berani dekati sumur seram tersebut. Ada benang merah di setiap flashback cerita yang menghubungkan banyak peristiwa terutama misteri sumur anjing gila dan kekejaman serta konspirasi yang terjadi pada dua puluh tahun lalu. Beneran gila dan epik. Dan di bagian akhir dibuat makin penasaran dengan siapa dia? Gaya cerita penulis pun asyik, mengalir sampai tak sadar selesai dalam sekali duduk
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buatku, Sumur Anjing Gila ini adalah novel horor dan misteri paket lengkap.
Dari mulai awal cerita, pembaca disuguhi scene dimana seorang mandor pembangunan jalan dikeroyok anjing-anjing 'gaib' sampai mati terkoyak. Baru awal aja udah bikin hook yang bikin pembacanya (aku) nggak mau berhenti baca. "Anjing apaan itu?", "Darimana datangnya?", "Bagaimana asal muasalnya?", "Anjing-anjing itu tokoh jahat atau baik ya dicerita ini?". Pertanyaan-pertanyaan ini berseliweran di kepala sejak bab pertama.
Baru kemudian kisahnya diungkap satu persatu...
Suka banget bacanya karena penjabaran cerita yang sungguh mendetail dari generasi ke generasi (iya, cerita sumur anjing gila ini ditarik sampai generasi sebelumnya untuk kasihtau pembaca asal-usulnya). Semua pertanyaanku terjawab dan akhir cerita-yang meskipun open ending-yang memuaskan!
Mungkin kalau Yudhi Herwibowo menulis genre serupa ini lagi, aku akan daftar duluan buat baca!
Dibandingkan dengan buku-buku Mas Yud yang lain, deskripsi mencekam dan kengerian dalam buku ini merupakan yang paling menakutkan. Tanpa sadar, saya menghembuskan napas panjang setelah selesai menamatkan buku ini. Seakan saya yang mengalami kejadian menyeramkan. Cerita yang mengalir deras menghanyutkan saya dalam banjir kengerian!
Jika teman-teman pernah membaca buku dari Abdullah Harahap, tentunya paham bahwa dalam tiap kisah ada unsur mistis yang ikut berperan kuat. Terutama untuk menciptakan kengerian. Bisa dalam bentuk benda atau kekuatan supranatural.
Dalam buku ini, memang ada unsur mistis, namun menurut saya lebih sebagai pelengkap semata, hanya untuk membangun kengerian. Sedangkan untuk misteri, ternyata bisa dipecahkan dengan sederhana.
Buku tipis dengan cover dan judul menarik. Ternyata ga menyesal juga beli buku ini. Buku yang mudah dibaca, pace-nya cepat, seru.
Genrenya novel horor, tapi bukan horor mainstream. Bukan tipe yang bikin kamu takut sama makhluk-makhluk tak kasat mata, tapi tipe yang bikin kepikiran sifat manusia dan makhluk terseram sesungguhnya. Unsur kleniknya bikin buku ini makin terasa menarik.