Jump to ratings and reviews
Rate this book

Lupus #1

Tangkaplah Daku, Kau Kujitak!

Rate this book
ISBN: 9786020663579

Lupus adalah cowok manis tapi jail, murid kelas 2 di SMA Merah Putih. Rambutnya berjambul, mirip John Taylor (vokalis grup band Duran Duran). Lupus senang mengunyah permen karet dan hobi main tebak- tebakan.

Banyak kejadian kocak yang dialami Lupus. Misalnya, kencan pertama Lupus gagal hanya karena dia lupa menanyakan alamat pacarnya. Terus waktu ada razia rambut gondrong di sekolah, Lupus panik banget. Tapi dia punya 1001 cara untuk lolos dari razia.

Tapi sebandel-bandelnya Lupus, dia tetap anak yang berbakti pada maminya, juga kakak yang sayang banget pada Lulu, adik semata wayangnya. Tapi apa kata Lulu? “Mami sih lebih cemas kehilangan sendok daripada kehilangan kamu, Pus!”

Whoaaa! Lupus cuma bisa mingkem.

160 pages, Paperback

First published November 1, 1986

111 people are currently reading
1985 people want to read

About the author

Hilman Hariwijaya

113 books218 followers
JAGO NGOCOL SE-INDONESIA
Lahir di Jakarta, tanggal 25 Agustus, bintangnya Virgo, bo! Hilman yang turunan Jasun alias Jawa-Sunda ini punya papa tentara berpangkat kolonel. Mulai ngarang sejak ABG, dengan membuat serial Lupus di majalah HAI yang berhasil mengangat namanya. Ia juga pernah juara ngarang di majalah yang sama. Pernah kuliah di UNAS jurusan Sastra Inggris.

Hilman Hariwijaya dengan Lupus-nya merupakan fenomena dalam dunia penerbitan Indonesia. Lupus#1: Tangkaplah Daku Kau Kujitak, terbit Desember 1986, cetakan pertamanya sebanyak 5.000 eksemplar habis dalam waktu kurang dari satu minggu. Hilman menulis puluhan judul yang meliputi seri Lupus, Lupus ABG, Lupus Kecil, Lupus Milenia, Olga, Lulu, Keluarga Hantu, Vanya, Vladd, Dua Pelangi dan beberapa judul lepas. Beberapa karyanya ditulis bersama Boim,Gusur dan satu bernama Zara Zettira. Tiras total penjualan bukunya mencapai jutaan eksemplar!Jumlah yang luar biasa untuk ukuran Indonesia,mengingat tiras \"normal\" buku lain rata-rata 3.000-5.000 eksemplar,dan itu pun tidak habis terjual dalam waktu satu tahun.

Kisah Lupus menggambarkan gaya hidup remaja. Sarat dengan humor orisinal, terutama unik dalam gaya bahasa dan pilihan kata yang seenaknya. Tapi justru dengan gaya bahasa seperti itulah yang pernah dianggap merusak bahasa Indonesia-Lupus menjadi produk yang khas,disukai dan diakrabi para remaja.

Seri Lupus sudah difilmkan, baik di layar lebar maupun dalam bentuk sinetron. Sedangkan seri Lulu, Olga, Vanya dan Vladd serta beberapa cerita lepas lainnya telah disinetronkan.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
484 (20%)
4 stars
674 (28%)
3 stars
919 (39%)
2 stars
224 (9%)
1 star
42 (1%)
Displaying 1 - 30 of 138 reviews
Profile Image for Leila Rumeila.
989 reviews30 followers
October 22, 2023
1st read : July 2022
2d read : October 2023
Actual 3.5⭐

*Listened the audiobook by Storytel*
Profile Image for Maria Avendias.
17 reviews4 followers
September 15, 2011
Kenal Lupus?
Anak kelas satu SMA Merah Putih yang doyan mengenakan baju lengan panjang itu? Dia lumayan ngetop lho!Serius. Kalau kebetulan kamu mampir ke rumahnya dan menyebut namanya, pasti seisi rumah pada tau semua.
Model anaknya seperti kebanyakan remaja sekarang, kurus dan rada tinggi. Tampangnya lumayan lah daripada kejepit pintu. Yang menarik sih model rambut depan yang panjang hampir menutupi matanya. Sementara bagian samping dipotong rapi ke arah belakang. Sedang bagian belakang, panjang hampir menutupi kerah. "Biar kayak John Taylor" sahutnya ge-er.

"Eh, kamu kalau dari belakang kayak Mick Jagger deh," begitu teman - temannya sering memujinya, "tapi kalo dari samping kok kayak mikrolet..?"
Dan Lupus tak pernah merasa tersinggung diledek begitu.



Serial Lupus yang pertama..
Perkenalan tentang tokoh Lupus, dan kawan2 nya, termasuk pacarnya, Poppy..
Sampe sekarang dibaca pun masih tetep aja ngakak..
Profile Image for Ayu.
73 reviews4 followers
April 2, 2023
Act 3.5/5⭐

Seru juga ikutin kesehariannya Lupus sebagai siswa SMA sekaligus wartawan freelance majalah HAI. Lucu dan kocak bikin ketawa ngakak. Boleh juga lanjut ke buku lain seri Lupus✨

• Review lengkap akan aku up di akun bookstagram ku @booksfairy__
Profile Image for Sheila.
478 reviews109 followers
August 8, 2021
Aaah... nostalgia!
Buku ini berhasil membuat saya terkekek-kekek karena Lupus yang 'ngocol'. Namun tanpa saya sangka, buku ini juga mengangkat isu-isu sosial dan mendobrak prasangka terhadap kaum pinggiran!

Bacaan cepat yang ringan dan menghibur, dapat dibaca di Ipusnas!
Profile Image for Bob.
22 reviews
February 12, 2013
Dari perspektif orang Indonesia yang tidak tinggal di Jakarta, bahasa buku ini terkesan sedikit sok gaul dan sok keren karena banyak kata dan sebutan yang tidak pernah dipakai orang-orang yang pernah ditemui. Bahkan beberapa orang Jakarta yang pernah saya temui pun tidak pernah memakai kata-kata seperti "ngocol" yang sering dipakai dalam cerita-cerita Lupus.

Namun hal-hal seperti di atas juga lah yang membuat cerita Lupus segar, seakan pembaca masuk ke dalam dunia ramaja gaul yang begitu asyik menjalani kehidupan mereka sendiri dan bahkan membuat dunia mereka sendiri mulai dari penggunaan kata-kata yang memang milik mereka. Gaya penulisan Hilman pun begitu mengalir dan mengasyikkan untuk dibaca sehingga kita selalu bertanya-tanya kenakalan dan petualangan apa yang akan Lupus lakukan pada buku berikutnya, halaman berikutnya, paragraf berikutnya, dan kalimat berikutnya.

Sungguh sebuah bacaan yang kocak dan menyenangkan.
Profile Image for Tika Nia.
222 reviews5 followers
October 17, 2023
Kali ini Lupus dibuat sebel sama Yanti -kenalannya di bis. Gara-gara Yanti, Lupus jadi kelupaan ngambil alat & bahan praktikum! Jadilah perlengkapan praktek itu tertinggal di bis😅 Lupus sebel banget, tapi menurutku sih yang salah bukan Yanti tapi Lupus sendiri😬

Terus nih kalo kalian penasaran sama kencan pertama Lupus dan Poppi, nah di sini diceritakan detailnya. Kocak tapi juga ngenes😅 Next, kalian bisa merasakan pengalaman Lupus jadi wartawan freelance di majalah Hai. Seru banget! Bikin aku flashback masa-masa jadi reporter majalah sekolah dulu😁

Hmmm, nggak habis pikir deh sama tingkah Lupus yang berusaha memperdaya Pak Kep-Sek & preman di sekitar kompleksnya Anto😬 Belum lagi paniknya Lupus pas mau apel ke rumah Poppi. Nggak cuma tentang Lupus, kita juga diajak ngakak gara-gara tingkah Boim yang kelewat PD! Novel ini emang seru banget! Selengkapnya baca sendiri deh😌

💭💭💭 Baca review buku lainnya di IG ku @tika_nia

Dulu pas SMP aku butuh waktu berhari-hari buat tamatin novel Lupus ini. Sekarang dalam sekali duduk (sekitar 3 jam aja), ternyata bisa khatam ya😁 Happy banget bisa ngulang baca bacaan zaman SMP dulu😅

Baca Lupus tuh selain menghibur juga dapat sisipan pesan moral. Apalagi di
Bagian 7. Some Things Are Better Left Unsaid, rasanya kayak diingetin lagi: jangan gampang nge-judge orang lain! Terakhir aku rekomendasiin novel ini buat penggemar novel remaja dengan sentuhan komedi😄 Penggemar Lupus komen juga dong, apa yang kalian suka dari novel ini? 😃
Profile Image for ukuklele.
462 reviews19 followers
April 22, 2020
Sepertinya ini merupakan pembacaan saya yang kedua. Pada pembacaan yang pertama--atau lebih tepatnya satu-satunya yang saya ingat sebelum yang kali ini--saya belum menuliskannya di Goodreads.

Buku ini merupakan yang pertama dalam seri Lupus. Semua cerita pada awalnya dimuat di majalah Hai, baru diterbitkan dalam satu buku pertama kali pada November 1986. Buku yang tersedia di rumah saya merupakan cetakan yang keempat, April 1987. Saya tidak mengetahui sesungguhnya buku ini milik siapa dan bagaimana bisa sampai di lemari buku di rumah saya, sebab di lembar kedua ada tanda tangan tak dikenal berinisial A dilengkapi tanggal "20/2 '88". Hmmm .... Halamannya pun sudah menguning, agak kotor, dan ada yang sudah sobek sehingga diselotip. Rasanya seperti suatu benda bersejarah.

Buku pertama dari seri legendaris bagi anak-anak '90-an ini terasa istimewa. Di buku ini kita dapat mengetahui bagaimana dunia Lupus pada awalnya, karena dalam judul-judul selanjutnya akan ada berbagai perkembangan yang menyesuaikan dengan tren zaman. Misalnya saja, di buku ini Mami Lupus masih dipanggil "Ibu", dan sudah ada Poppi, Boim, serta Anto, tapi Gusur dan Nyit-nyit belum.

Ketika Lupus dikenalkan, somehow saya mendapat kesan "Dilan". Maksudnya, sebagai remaja cowok populer pada akhir '80-an-awal '90-an, karakter keduanya pada dasarnya kurang lebih persis: cerdas, banyak akal, humoris, suka merayu cewek yang kadang berhasil kadang kriuk-kriuk, gaul, berjiwa sosial, dan tidak komplet tanpa aksi-aksi tolol atau badung yang entahkah karena iseng belaka atau mempertahankan sikap tertentu (biasalah, soal pride). Mungkin, boleh dibilang mereka ini tipe cowok "ideal" dalam sudut pandang remaja.

Dalam buku yang pertama ini, terdapat sepuluh cerita. Secara keseluruhan, isinya berupa romantika kehidupan remaja yang ringan, sederhana, juga menggelikan.

Beberapa cerita menggambarkan tentang asam-manis berpacaran.

Misalkan, bagaimana Lupus bertemu cewek manis dalam bis yang berakhir dengan kejar-kejaran (#eaaa) dalam "Tangkaplah Daku, Kau Kujitak!".

Ada lagi ketika Lupus janjian sama Poppi, tapi enggak jadi datang karena lupa minta alamat (#eaaa lagi) dalam "Kencan Pertama".

Ketika kemudian Lupus mendapatkan alamat Poppi dan hendak bertandang ke rumahnya, eh, hujan turun dengan lebatnya, tapi sang kekasih rupanya hendak menjemput dengan membawakan payung (#eaaa terus) dalam "Styling Foam".

Beberapa cerita cukup "kritis" terhadap persoalan di sekitar.

Misalkan saja, "Prestise Jazz" secara tidak langsung menyentil tentang fenomena musik jaz di Indonesia yang pertunjukan-pertunjukannya dihadiri sekadar untuk mendapatkan prestise, padahal sulit menikmati. Cerita ini saya rasakan kocak karena baru-baru ini saya menemukan sebuah artikel di majalah Matra, Januari 1995, yang membahas tentang kurangnya apresiasi terhadap musik jaz di Indonesia. Kedua tulisan ini seperti yang bersahut-sahutan.

"Some Things Are Better Left Unsaid" mengungkit tentang kawanan remaja berandal yang diam-diam punya potensi positif (?), atau tidak semestinya dipandang sepenuhnya negatif. Yang menarik, rupanya dari kawanan yang doyan ngompasin ini, ada yang bercita-cita menjadi ABRI. Mengingat buku ini terbit pada masa Orde Baru, saya auto-curiga jangan-jangan cerita seringan Lupus pun dapat dijadikan alat atau merupakan kritik terselubung terhadap pemerintahan pada waktu itu?! Lah, kalau si anak kelak berhasil menjadi ABRI tapi tetap doyan ngompasin orang yang lebih lemah atau rakyat kecil, gimana? #eh.

"Kantin Sekolah" juga cukup menyentil, khususnya terhadap pengusaha kemaruk: sudah punya banyak usaha, tapi tetap ingin merampas kesempatan orang lain. Walaupun cerita tersebut menyiratkan kritik terhadap ketidakadilan, ironisnya, saya merasakan penulis juga bersikap tidak adil terhadap salah satu tokoh di sini, yaitu Ruri. Dia digambarkan sebagai cewek yang sudah mah enggak kece, mau-maunya pula menjadi perpanjangan tangan untuk menjebak orang lain. Istilahnya mah: udah jelek, jahat lagi! Walaupun di dunia nyata ada saja orang yang begitu, saya berpikir: mbok, ya, jangan ngenes-ngenes amat lah!

Cerita-cerita selebihnya bisa dibilang "menohok", atau merupakan ruang becermin diri.

Dalam "Kolak Pisang buat Lupus", tokoh utama kita batal puasa setelah ditraktir cewek cantik yang ditemaninya jalan-jalan keliling Blok M. Memang saat itu ceritanya sedang bulan Ramadan. Pulang-pulang, ketika mendapati bahwa ibunya dan Lulu telah menyiapkan penganan berbuka untuk dirinya, Lupus pun merasa terharu dan bersalah. Cerita ini menimbulkan perasaan miris akan betapa sulitnya menjalankan ibadah ini bagi sebagian orang.

Segaul-gaulnya Lupus, bisa juga dia segan kumpul bareng keluarga besar. Dalam "Tante Neli", Lupus tidak suka pada kakak ibunya yang sangat bawel dan suka membanding-bandingkan dia dengan sepupunya. Tapi, akibatnya mau tidak mau Lupus jadi memikirkan kebenaran perkataan tantenya itu--berintrospeksi diri. Walau pada akhirnya Lupus juga yang "menang", setidaknya cerpen ini hendak menunjukkan bahwa tokoh utama kita hanyalah manusia biasa yang tidak sepenuhnya patut ditiru--dia juga layak dikritisi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dewi.
6 reviews1 follower
April 4, 2008
inilah penulis pualing huebaaad di indonesia menurut sayah...hehehehee.., kenapa begituuuww..???
karena dia bisa menciptakan seorang TOKOH yang sangat fenomenaaaal....
menulis bagus aja siih buanyaak lah yang bisaaaa...
cuman kalo kemudian dia bisa menciptakan seorang TOKOH baru yang sangaaaaat berkarakteeer..., dan teteeeep konsisteeen dengfan karakter aneh dan ngocolnya *si LUPUS itu* sampee bertahun tahuuuuun..., sampe berpuluh2 judul buku..., huwaaa..., rasa2nya cuman man hilman ini masternyaaa...:)
bukunya dia semuanya akuw udah bacaaa...
cuman aku kasih ripiu di buku pertamanya ini..., karena buku inilah yang mengejutkan sayaa.., dan sempet menggemparkan ABG indonesia pada jaman itu...
saya berani memberikan bintang lima pada buku ini.., karena buku ini sangaaat fenomenal...!
man hilman..., bikin lagi yang kayak gini napa man....? hehehehhee
Profile Image for Devisanti.
2 reviews
July 8, 2010
Buku ini dihadiahkan oleh tante ku pada waktu ulang tahun ku yang ke-12. Ceritanya menarik, kocak dan sarat dengan pelajaran mengenai solidaritas sesama teman. Pada waktu itu Lupus adalah ikon remaja 17 tahun di era 90-an yang memang TOP BGT.
Profile Image for Robby.
18 reviews2 followers
August 4, 2009
Hahaha..demi mengenang masa indah smp dan sma dengan kisah cinta yang lugu dan polos dulu maka buku ini saya beli ketika melihatnya di toko buku.
Profile Image for curly daus.
9 reviews
February 4, 2010
ketemu lagi ama nie buku...
gile bacanya aja wajktu smp dulu...
tapi menarik banget..
Profile Image for Elisa.
9 reviews4 followers
June 20, 2011
funny ...
bacaan dikala masih belia oii ...
Profile Image for Annisa.
4 reviews
August 7, 2012
inget banget waktu smp sering mampir ke perpustakaan sekolah buat baca ni novel. susah cari seri lengkapnya yang lain, padahal pengin banget baca semuanya :(
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
March 7, 2022
seri pertama lupus dewasa,meski soal humor saya lebih suka lupus kecil,lebih lucu dan keliatan polos, tapi lupus yg ini cukuplah bikin senyum-senyum ga jelas ngebacanya :D
Profile Image for Hani Mahdiyanti.
217 reviews37 followers
March 11, 2022
Ini buku terbit pertama kali sebelum aku lahir. Tapi masih aja lucu.

RIP Pak Hilman H. pengarang Lupus 😭
Profile Image for Re.
149 reviews5 followers
July 27, 2021
🌟 2.5/5

Terima kasih ipusnas, kenangan pas SD pinjam buku Lupus di perpus bisa terulang lagi, kali ini jadi digital.

Membaca Lupus di umur yang sudah kepala dua ini rasanya seperti makan sayur sop kebanyakan air, meski masih kerasa daging ayam dan potongan wortelnya tapi kuahnya hambar dan bikin begah. Porsi lucunya jadi terasa gak sebanyak ketika dulu masih polos, ketika ngobrol masih bisa lepas aja mengolok-olok orang.

Sekarang, meskipun waktu baca sudah bergumam "harus baca dengan pikiran terbuka" alias jangan gampang menghakimi (kan ini memang buku komedi lawas) tapi tetap saja, unsur-unsur objektifikasi perempuan, candaan rasis atau olok-olok fisik... rasanya melunturkan kelucuan Lupus. Lagipula sedikit demi sedikit lelucon jaman dulu juga sudah lekang dimakan jaman, bagian-bagian yang seharusnya jadi punchline cuma membuahkan senyum getir.

Meskipun begitu isinya gak melulu guyonan yang sudah usang sih. Saya suka bab 7; "Something Things Are Better Left Unsaid". Di sana, Lupus terlihat dewasa dengan pandangan yang sedikit tidak umum, walaupun kalau ditilik lagi... agak gimana gitu ya kalau orang-orang yang biasa menindas dan minta-minta uang punya cita-cita jadi ABRI hehehe ngeri-ngeri sedap!

Bab 8, 9 dan 10 juga lumayan. Apalagi yang 10 hehehe terasa sekali ikutan gemes sama Tante Neli tapi ketika sampai penghujung cerita jadi malah kasihan.

Gaya penulisan gak seberapa masalah sih karena memang sudah sadar, Lupus ini cuma cerita santai remaja Jakarta dulu kala dan memang sekarang pun cuma jadi bacaan selingan diantara buku-buku 'berat' lainnya. Hehehe
Profile Image for ami.
209 reviews26 followers
September 30, 2024
3.5 stars

Ini baru yang namanya timeless. Meski sudah rilis lebih dari 35 tahun yang lalu, humornya masih nendang buatku. Terakhir menghampiri seri ini saat masih SMP, dan karena ternyata ini available untuk dibaca via Gramedia Digital, akhirnya gas aja reread.

Dan emang lucuuuu wkwk. Aku suka sama gaya penulisannya yang smooth dari awal, dan karakter Lupus yang memang nyentrik dari awal dengan kepolosannya dan gaya rambutnya yang ikonik. Rasanya kaya lagi baca keseruan hari-hari anak SMA aja gitu.

Highkey recommended buat yang pengen bacaan pendek (cuma 100 halaman!!) yang ringan dan sarat humor, mumpung buku ini sedang dirilis ulang sebagai bagian dari Edisi 50 Tahun GPU juga><
Profile Image for Candra Aditya.
Author 8 books18 followers
September 15, 2018
Buku pertama Lupus dari serial Lupus yang panjang. Buku ini punya segalanya: culture SMA anak Jakarta, kisah cinta, relationship anak dan keluarga, pengalaman kerja di majalah remaja paling hits pada masanya. Settingnya tahun 80-an, lengkap dengan referensi pop culture yang hits. Beberapa jokes masih berjaya. Kebanyakan melempem akibat usia. But, that's okay. Yang agak aneh justru tone preachy-nya yang kalo dibaca sekarang jadi cringe.

Apapun itu, buku ini sukses memperkenalkan makhluk bernama Lupus yang humble, simple tapi jauh dari kesan kacangan.
Profile Image for Vika.
89 reviews5 followers
May 13, 2020
Menurutku novel ini keren. Walau isinya terkesan banyak lawakan dan cerita kehidupan sehari-hari yang nampak biasa saja, penulis berhasil menyisipkan pesan-pesan kehidupan di dalamnya. Contohnya seperti dalam bab "Some Things Are Better Left Unsaid", di situ penulis ingin menyampaikan bahwa seharusnya kita jangan terlalu dangkal dalam menilai orang. Orang-orang yang nampak seperti 'sampah masyarakat' macam preman, mereka punya latar belakang yang membentuk diri mereka menjadi seperti itu. Pokoknya top deh! Dapat hiburan sekaligus pelajaran hidup
Profile Image for Riva.
56 reviews5 followers
November 20, 2025
4 Stars
Lagi, buku ini adalah salah satu buku yang saya baca pertama kali waktu saya SMA.
Bercerita tentang seorang anak SMA di buku ini kayaknya dia masih kelas 1, yang gak pernah tawuran katanya walaupun bersebelahan dengan SD inpres. Beliau ini banyak banget yang mau diceritain tentang teman-temannya yang katanya absurd.
Seru, lawakannya segar (bagi saya yang emang di tahun 1988 belum lahir.), dan setiap chapternya menyediakan cerita yang engaging namun tidak seragam.
Recommended banget.
Profile Image for Ariyani.
93 reviews5 followers
September 6, 2022
Reread. Baca pertama waktu smp. Buku jadul memang. Dulu aku baca cuma ambil lucunya, eh sekarang jokesnya jd agak gak masuk karna jadul. Pas baca ulang, jadi nangkep beberapa hal yg dulu aku lewatin, ada hal yg bisa jd pembelajaran juga. Menarik. Cerita Lupus pakai setting Jakarta, jadi gak bisa bayangin karena gak pernah tahu tempat-tempat yg disebutin. Gaya rambut Lupus kalo jaman sekarang bakal dijuluki jamet kali yak.
Profile Image for Kathlien.
67 reviews3 followers
April 19, 2022
apa ya, aku ngerasa Lupus ini bacaan yang sangat ringan dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk. dan ga heran kenapa jadi terkenal banget Lupus ini pada zamannya. cara penulisan dan isu sosial yang Pak Hilman tuang ke novel ini tuh keren banget! jadi yaa, bisa dibayanginlah betapa kerennya karakter Lupus di tahun 87-an.
Profile Image for Tiya Mulani.
93 reviews8 followers
May 31, 2022
Iseng minjem Lupus di ipusnas karena pengen nostalgia jaman dulu baca novel fisiknya. Bahkan baca cerita-ceritanya kayak lupa lupa ingat gitu. Bener-bener flashback rasanya!
Tapi setelah dibaca lagi, berasa banget jokes dan alurnya yang sangat sederhana ini udah bukan untuk umur aku yang sekarang lol (berasa tua banget)
Profile Image for Ednanda.
32 reviews1 follower
June 24, 2024
Dari dulu cuma liat judulnya doang. Masalahnya dulu tu sukanya buku-buku yg bercerita tentang anak anak sederhana (di desa misalnya, atau daerah pedalaman), jadi novel ini nggak dilirik. Sekarang baru keinget kalau dulu ada novel jadul ini, alhasil jadi penasaran dan seperti naek mesin waktu.. kembali ke masa 'keemasan'.
Displaying 1 - 30 of 138 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.