What do you think?
Rate this book
Fatima
"JANGAN ... JANGAN ... JANGAN ANAKKU YANG DIPERKOSA. BIARKAN DIA TUMBUH DALAM KESUCIAN, BIARLAH AKU - IBUNYA YANG BERKORBAN ..." JERIT ITU DILANTUNKAN OLEH RELUNG HATINYA. TANGANNYA GEMETAR MEMBUKA PENITI KEBAYA, DAN DIA PUN MENARIK KAINNYA.
0OH, ITULAH SUARA BERGUMAM LELAKI YANG MELIHAT PEMANDANGAN YANG MENAKJUBKAN,
FATIMA DIBAWA OLEH TENTARA JEPANG KE BURMA, NAMUN KAPAL YANG MEMBAWA ROMUSHA ITU DIBOM! FATIMA TERDAMPAR DI MALAYSIA. SEJAK DARI TANGAN JEPANG KEMUDLAN JATUH KE TANGAN BELANDA.
FATIMA ... FATIMA ... HIDUP INI ADALAH PERJOANGAN TANPA AKHIR.
0OH, ITULAH SUARA BERGUMAM LELAKI YANG MELIHAT PEMANDANGAN YANG MENAKJUBKAN,
FATIMA DIBAWA OLEH TENTARA JEPANG KE BURMA, NAMUN KAPAL YANG MEMBAWA ROMUSHA ITU DIBOM! FATIMA TERDAMPAR DI MALAYSIA. SEJAK DARI TANGAN JEPANG KEMUDLAN JATUH KE TANGAN BELANDA.
FATIMA ... FATIMA ... HIDUP INI ADALAH PERJOANGAN TANPA AKHIR.
208 pages, Paperback
First published May 1, 1981
1 person is currently reading
7 people want to read
Ratings & Reviews
Friends & Following
Create a free account to discover what your friends think of this book!
Community Reviews
Displaying 1 - 2 of 2 reviews
December 19, 2025
the ending!??? is it a happy ending? but for who?
July 9, 2013
Kesetiaan Titie
Berindah-indah dengan deskripsi bukan ciri Titie Said. Ia lebih nyaman melukis dengan dialog, dan terutama melalui apa yang ada di benak tokoh utamanya--seorang perempuan Kauman yang tidak néko-néko (dan karena itu observasinya--observasi kita, pun selalu terbatas hanya untuk hal-hal yang pokok saja, tidak merambah ke tetek-bengek detail sekunder).
Konsistensi seperti ini potensial menggganggu (misalnya kadang terasa 'ada yang kurang'). Tetapi sepertinya juga di situlah letak kelebihan 'Fatima'. Karena tidak terhalang aksesoris teknis yang berlebih, momentum-moentum yang predictable pun bisa menghantam dengan kekuatan penuh. Kesetiaan Titie pada substansi (tidak terjebak 'kulit' atau apalagi tergoda 'kosmetik') memungkinkan Fatima bercerita banyak. Tanpa tergesa.
Berindah-indah dengan deskripsi bukan ciri Titie Said. Ia lebih nyaman melukis dengan dialog, dan terutama melalui apa yang ada di benak tokoh utamanya--seorang perempuan Kauman yang tidak néko-néko (dan karena itu observasinya--observasi kita, pun selalu terbatas hanya untuk hal-hal yang pokok saja, tidak merambah ke tetek-bengek detail sekunder).
Konsistensi seperti ini potensial menggganggu (misalnya kadang terasa 'ada yang kurang'). Tetapi sepertinya juga di situlah letak kelebihan 'Fatima'. Karena tidak terhalang aksesoris teknis yang berlebih, momentum-moentum yang predictable pun bisa menghantam dengan kekuatan penuh. Kesetiaan Titie pada substansi (tidak terjebak 'kulit' atau apalagi tergoda 'kosmetik') memungkinkan Fatima bercerita banyak. Tanpa tergesa.
Displaying 1 - 2 of 2 reviews