Jump to ratings and reviews
Rate this book

Inyik Balang

Rate this book
Perempuan itu perlahan-lahan menjelma menjadi seekor harimau putih dengan bulu yang jauh lebih kemilau dari silau sajadah imam surau. Seekor harimau besar belaka, lebih besar daripada seekor kerbau bajak, tetapi gerakan kepala dan liuk ekornya lincah umpama tupai jinak di tangan. Sesuatu yang tidak mampu dinalar benak Mangkutak pun terjadi: Labai Lebe dan harimau putih jelmaan perempuan itu berjalan menembus dinding.

Mangkutak terpilih mewarisi tunggane dari Lebai Lebe, membuatnya menjadi bagian dari Alam Sebalik Mata, dan memiliki usia yang lebih panjang. Dengan kemampuan warisan ini, Mangkutak menjadi saksi atas banyak peristiwa sejarah dan gejolak sosial masyarakat Minangkabau, serta perubahan Indonesia. Novel Inyik Balang merentang kisah dengan kelindan legenda dan peristiwa sejarah, mulai era 1800-an hingga Orde Baru.

168 pages, Paperback

Published August 16, 2024

7 people are currently reading
102 people want to read

About the author

Andre Septiawan adalah seorang penulis muda berbakat yang lahir di Pariaman, Sumatera Barat, pada tahun 1995, telah mengukir namanya dalam kancah sastra Indonesia. Pada tahun 2018, alumnus Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas ini mendapat pengakuan internasional setelah tampil sebagai salah satu Emerging Writers di Ubud Writer and Reader Festival 2018. Karya-karyanya pun kerap mendapatkan apresiasi dari berbagai platform sastra terkemuka. Novel perdananya, Inyik Balang berhasil memenangkan hadiah Sastra Ayu Utami untuk Pemula. "RASA" 2025 dan sempat masuk ke dalam daftar pendek buku prosa pilihan Tempo pada 2024 dan daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2025

Karya-karyanya yang lain adalah Suara Murai ( KPG, 2018) yang masuk ke dalam daftar pendek Kusala Sastra Khatulistiwa 2019 untuk kategori puisi, Kalau Begitu Kita Juduli saja Prosa ini Omelan (2020) dan 17 Puisi Cinta untuk Frida (2023), dua-duanya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Karya terbarunya yang berjudul Mangala Ni Foa diterbitkan juga oleh Elex Media Komputindo.

Saat ini Penulis bermukim di Jakarta.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
16 (24%)
4 stars
32 (49%)
3 stars
16 (24%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 20 of 20 reviews
Profile Image for H.
1 review
March 19, 2025
Novel pertama yang saya baca di tahun 2025 yang saya berikan lima bintang.

Sebuah novel fiksi sastra historis, drama, dan fantasi yang menggunakan legenda dalam masyarakat Minangkabau, yakni “Inyiak”, seekor harimau dari alam sebalik mata yang maujud dalam diri anak manusia bernama “Mangkutak”, sebagai pemandu “wisata sejarah” peristiwa-peristiwa penting di Minangkabau, mulai dari Perang Padri, PDRI, sampai PRRI.

Dengan 157 halaman, novel ini tentu tak memiliki ruang yang leluasa untuk menceritakan legenda dan peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Ranah Minang dengan begitu detail dan teknis, tapi kiranya cukup menjadi pengantar yang merangsang minat pembaca, wabilkhusus, anak-anak Minang seperti saya, untuk mengetahui legenda dan babak-babak sejarah penting di Minangkabau.

Hal yang saya senangi dari novel ini adalah bagaimana penulis sisipkan pandangannya sebagai anak Minang akan peristiwa PRRI: ketimpangan pembangunan antara pusat dan daerah dan rezim yang kala itu menuju otoritarianisme, kemudian pandangan-pandangannya tentang politik dan kebangsaan di awal-awal kemerdekaan (percakapan antara Mangkutak dengan Ilyas Hosen yang berkesan sekali), juga bagaimana penulis menggunakan petitih, perumpamaan, dan diksi yang bersumber dari Minangkabau/Melayu dalam gaya bertuturnya, sehingga terasa sekali nuansa dan rasa kemelayuan dalam naskah ini, mengingatkan saya dengan gaya bertutur penulis-penulis lama zaman Balai Pustaka.

Saya kira Andre Septiawan telah menemukan cara bakaba-nya yang unik, yang menjadi pembeda dirinya dengan penulis-penulis lain di masa sekarang.
Profile Image for Puty.
Author 8 books1,378 followers
July 28, 2025
I really think this book deserves more hype! Sebetulnya saya beli secara tidak sengaja waktu membeli buku di lokapasar KPG, kebetulan BBB Book Club sedang membahas buku-buku bertema harimau. Ternyata keren!

Buku karya Andre Septiawan ini menceritakan kisah hidup Mangkutak, seorang keturunan 'Inyiak', manusia harimau yang merupakan bagian dari 'Alam Sebalik Mata', kerajaan yang tak kasat mata. Bukan sekadar fiksi fantasi, Mangkutak diceritakan ada pada linimasa sejarah yang merentang dari tahun 1800an hingga tahun 1998. Sang tokoh utama diceritakan bersinggungan dengan tokoh-tokoh sejarah yang dengan apik dimasukkan ke dalam plot cerita.

Namun, yang menurut saya paling berkesan adalah gaya bahasa yang digunakan. Seperti membaca naskah sastra klasik, tapi tidak sulit untuk dinikmati. Mungkin karena saya tidak asing dengan Bahasa Minang, jadi sepatah dua patah istilah dan petikan adat urang awak malah memberi rasa khas tersendiri. Apalagi saya kerap mendengar cerita 'inyiak' dari keluarga. Buku ini seperti merajut dongeng-dongeng yang menghibur pada arisan keluarga.

Buat saya, pengalaman membacanya menyenangkan dan sulit untuk tidak penasaran dan terus membalik halaman demi halaman.

Sayangnya, buku ini tidak sampai 160 halaman. Masih banyak pertanyaan yang tak terjawab dan bagian yang 'kena tanggung' kedalamannya. Selain itu, alurnya yang maju mundur kurang terasa halus transisinya.

Namun demikian, saya tetap merasa buku ini harusnya dibaca lebih banyak pembaca muda zaman sekarang. Recommended! 🐅

"Kenapa murung sekali wajahmu itu?" Si Penyair bertanya.
"Hamba telah menggadaikan nyawa," tegang lidah Mangkutak menyuara.
"Pada iblis yang mana?"
"Pada seorang perempuan. [...]"
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
August 31, 2025
Saat siuman, Mangkutak ingat bahwa ia pingsan pada Ahad ketiga bulan terakhir di tahun kelima puluh setelah usai Perang Paderi—perang yang pecah akibat pertentangan antara Kaum Padri yang ingin memurnikan ajaran Islam dan Kaum Adat yang mempertahankan tradisi nenek moyang di Minangkabau.

Tepatnya, Mangkutak pingsan ketika sedang mengikuti kompetisi berburu babi yang dihelat oleh Meneer Van Teuk pada 1863. Namun, suatu keganjilan terjadi, ia justru terbangun di hadapan Pak Ketua dan rombongan laskar PDRI—Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (1948), peristiwa saat Belanda melancarkan Agresi Militer II yang menyebabkan Yogyakarta jatuh, sehingga pemerintahan RI dipindahkan ke Bukittinggi, Sumbar.

Serupa sosok yang baru saja diculik dan dilemparkan Orang Bunian ke masa lain, kehidupan Mangkutak pun berubah. Seketika ia pun tergabung bersama tentara militer sebagai asisten peneroka jalan, sebab ia fasih menerka arah setapak dan mafhum pada percakapan binatang. Kekuatan itu ia peroleh setelah bermimpi bertemu harimau putih yang dinamai "Inyik Balang".

Pengalaman ketentaraannya di PDRI, di bawah kepemimpinan Paduka-Yang-Mulia-Presiden Republik Indonesia, pada akhirnya mengantarkannya ke masa PRRI—Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (1958), yakni gerakan yang muncul di Sumbar karena kekecewaan terhadap pemerintah pusat yang dianggap tidak adil dalam pembangunan dan pembagian hasil daerah.

Kira-kira seperti itulah rentang sejarah yang digambarkan oleh Andre Septiawan dalam novel perdananya ini. Plot non-linearnya secara garis besar menghadirkan riwayat sejarah dan gejolak sosial masyarakat Minangkabau di era pra Orde Baru. Melalui pendekatan historis-fantasi, ia mencoba menulis ulang perspektif sejarah berdasarkan ingatan kolektif secara khusus masyarakat Minang dan secara umum masyarakat Indonesia—sebab ada pula potongan cerita tatkala Mangkutak melakukan perantauan ke Batavia dan Yogyakarta.

“Haruskah semua lelaki Minang pergi merantau? Hina-dinakah mereka yang memilih tinggal di kampung halaman? Hilangkah marwahmu sebagai laki-laki kalau tidak pernah kau jejakkan kakimu di pulau seberang?”

Meskipun banyak yang bilang kalau diksi dan gaya penceritaan yang dipakai penulis cukup sulit untuk dicerna, menurutku itulah letak keseruan novel ini. Narasinya memang terasa sangat arkais nan akrobatis—sangat khas gaya penulisan novel sastra angkatan Balai Pustaka, akan tetapi justru itulah yang memberi legitimasi bahwa penulisnya benar-benar menyatu dengan latar belakang penceritaan yang ia bangun. Atau mungkin juga saya bias, sebab lahir dan besar di tanah Sumatera, meski tak pandai cakap bahasa Minang.

Walau begitu, saya agak setuju kalau lompatan plot dan pembagian bab novel ini cukup membuat fokus goyah. Alur kisahnya memang tak kronologis, sekilas mirip gaya bercerita Ayu Utami dalam Saman atau Okky Madasari dalam Entrok. Tapi, lagi-lagi, kerumitan itu juga yang membuat novel ini menarik untuk diulas.

Saya paling suka waktu Mangkutak dipertemukan dengan tokoh bernama Hosen. Menurut saya, itu bentuk penghargaan paling tepat untuk salah satu penulis legendaris—yang juga berdarah Minang—yang namanya nyaris dihapuskan dari buku-buku sejarah resmi versi pemerintah Orde Baru. Terutama saat kedua tokoh mulai beradu dialog, kontan mengingatkan saya pada obrolan yang terjadi antara karakter Hasan dan Rusli dalam novel Atheis (1949).

“Banyak ketimpangan sosial dan ketidakadilan masih merajalela di sekitar kita, dan Saudara menghendaki hidup yang lurus-lurus saja? Saudara kira kita sudah sepenuhnya merdeka? Belum! Belanda pergi, musuh selanjutnya adalah dari orang sebangsa kita sendiri. Zaman sekarang menjadi guru tidak lagi semata mengajarkan alifbata seperti dahulu, Saudara harus lebih daripada itu. [...]”

Mangkutak, yang sebelumnya hanya berkutat dengan buku-buku agama dan sastra saja, seketika ciut saat diajak Hosen berdebat tentang revolusi. Meski kemudian ia lekas sadar, daripada bersahabat dengan orang bebal, lebih baik berseteru dengan orang berakal. Begitu pun yang dialami Hasan, yang merasa ilmu agamanya matang, tetapi menjadi kerdil ketika dihadapkan dengan Rusli yang punya wawasan keilmuan begitu luasnya.

Saya yang membaca novel ini? Tiba-tiba pula merasa kerdil dan miskin ilmu. Maka saya akan mencoba mengamini petuah dari Hosen, “Berpolitiklah, belajar berpikir kritis, wahai Tuan Senang!” Pada akhirnya kita membaca bukan hanya untuk bersenang-senang.
Profile Image for Sunarko KasmiRa.
293 reviews6 followers
May 27, 2025
Inyik Balang karya Andre Septiawan merupakan sebuah novel yang bercerita tentang perjalanan hidup seorang pria sebatang kara bernama Mangkutak. Dibesarkan oleh lingkungan tanpa mengenal sosok orang tuanya tidak lantas menjadikan Mangkutak sosok yang lemah. Sebaliknya, ia menjadi pemuda yang banyak diidami gadis dikampungnya. Ia pun bukanlah seorang pemuda biasa, hal itu diketahuinya ketika ia kemudian hilang (yang sebenarnya ia menyeberang ke alam kasat mata) dan kembali atas bantuan dari kaum ibunya.

Tidak hanya mengangkat isu lokalitas yang belum banyak diangkat penulis lain dan magical realism, novel ini juga menyuguhkan cerita berlatar sejarah dan kondisi politik setelah Indonesia merdeka. Dimana pemberontakan masih terjadi dibanyak tempat.

Profile Image for Prily Ap.
4 reviews
July 1, 2025
Ini merupakan karya sastra alternatif. Mungkin dari alur cerita biasa-biasa saja. Namun, bahasa yang digunakan sangat berbeda dengan buku lain yang ditulis kebanyakan penulis masa kini. Menggunakan latar masa lampau, bahasa yang digunakan pun menyesuaikan zaman itu. Sepanjang narasi banyak sekali metafora dan kosa kata yang asing di telinga. Buku ini cocok buat kalian yang bosan dengan bahasa penulis yang kekinian.
Profile Image for Hadissa Primanda.
242 reviews2 followers
August 2, 2025
senang menemukan dan akhirnya baca buku ini!

menggabungkan elemen sejarah, politik, mitos dan budaya dalam satu cerita dengan unsur Minangkabau yang sangat kental. Sebagai manusia berdarah Minangkabau aku sangat menikmati membaca buku ini karena faktor kedekatan latar, juga gaya penceritaannya yang amat indah dan penuh kiasan, seakan membaca buku-buku terbitan Balai Pustaka tempo dulu.
Profile Image for Raditya Nandiasa.
133 reviews1 follower
September 9, 2024
⚠️ TW: murder, violence, torture, war, prostitution, racism, classism

Judul: Inyik Balang
Penulis: Andre Septiawan
Rate: 3.9/5

Buku fiksi sejarah dengan bumbu legenda Minangkabau ini menggunakan gaya penulisan klasik. Banyak diksi yang jarang digunakan juga bahasa daerah sehingga saya membutuhkan waktu cukup panjang untuk menyelesaikan buku ini. Sering kali saya sekadar memahami kalimatnya tanpa mengetahui arti kata demi kata yang dituliskan. Latar belakang cerita dimulai dari tahun 1800-an hingga 1998 dengan fokus pergerakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). Alur maju-mundur yang digunakan sedikit membingungkan bagi saya. Sisi fantasi dan romansa yang ada terasa masih kurang dikembangkan.
Profile Image for Fadhillahnp.
46 reviews1 follower
October 21, 2024
Wah kacau, malam-malam dibuat bertanya-tanya sama nih buku. Sejujurnya buku ini bagus banget, fiksi sejarah yang dibalut sama legenda orang Minangkabau. Sejarahnya jelas banget, walaupun alurnya maju mundur yang sedikit buat pusing. Apalagi sejarahnya ngebahas tentang masa-masa penjajahan sampe Indonesia merdeka. Cukup padat sih. Tapi bahasa yang digunakan buku ini bahasa klasik yang bener-bener harus dibaca berulang kali biar ngerti. Harus ngeliat KBBI juga buat tau maknanya, belum lagi beberapa pake bahasa daerah juga. Bacanya bener-bener butuh effort hahaha.

Jujur suka banget sama cerita fantasinya. Tapi sampe akhir dibuat bertanya-tanya ini apa? Dan mikir kenapa jadi gini endingnya?
Profile Image for sesamesyrup.
58 reviews
September 22, 2025
⭐4,6/5

Sebuah novel dengan perpaduan antara genre fiksi sejarah (history fiction) dengan realisme magis (magical realism) ini ternyata ditulis oleh penulis yang sama dengan novel Mangala Ni Foa yang kubaca sekitar 2 bulan yang lalu, yang baru kusadari setelah selesai membaca novel ini. Pantas saja selama membaca ini diriku merasa familiar dan berkali-kali terbayang novel Mangala Ni Foa yang rasanya memiliki vibe yang sama meskipun keduanya memiliki kisah yang cukup berbeda. Pada intinya, ini adalah kali kedua diriku dibuat kagum oleh tulisan Uda Andre Septiawan, yang meskipun menggunakan bahasa yang penuh metafora dan banyak istilah dalam KBBI yang kurang umum digunakan tapi masih mudah dipahami dan sukses membuatku diriku terhanyut pada jalan ceritanya. Pemilihan diksi dan ragam bahasa dalam Inyik Balang benar-benar terasa serasi hingga menghasilkan susunan paragraf yang indah seperti sedang membaca sebuah puisi panjang.

Inyik Balang mengisahkan tentang seorang pemuda kampung bernama Mangkutak yang seketika hidupnya berubah setelah diketahui bahwa dirinya seorang inyik 'inyiak' balang dan mewarisi tunggane. Selayaknya harimau, Mangkutak dalam perjalanan hidupnya melompat kesana kemari, dari kehidupan awalnya di tanah Minang sekitar lima puluh tahun setelah Perang Paderi hingga tiba-tiba terbangun pada masa Agresi Militer Belanda II di tahun 1948 yang setelahnya membuat dirinya terlibat pada serangkaian peristiwa penting dalam sejarah Indonesia seperti saat ia tergabung dalam PDRI dan PRRI, serta kehidupannya yang berpindah antara tanah Sumatera dan tanah Jawa.

Novel Inyik Balang pada hakikatnya mengangkat sisi historis dari sudut pandang masyarakat Minangkabau terhadap peristiwa di masa lalu, terutama yang bersumber dari pergolakan sosial masyarakat kala itu. Benar-benar kisah yang cukup padat yang hanya dituangkan sepanjang 157 halaman, lagi-lagi rasanya kurang panjang seperti novel sebelumnya yang sudah kubaca, tapi sangat kuhargai riset penulis yang pastinya dilakukan secara mendalam dan telah dikembangkan dalam sebuah cerita yang sangat apik ini.
Profile Image for Day Nella.
247 reviews5 followers
October 12, 2025
"Di zaman sebegini edan, bungkam adalah satu-satunya jalan agar nyawa tidak minggat dari badan, sekuat-kuatnya dendam lebih baik lagi kita diam." Hal 146
-
Inyiak Balang
Andre Septiawan
Penerbit KPG, Edisi Digital, 2024
📑172 Halaman
Baca di PYC Library
-
“Banyak ketimpangan sosial dan ketidakadilan masih merajalela di sekitar kita, dan Saudara menghendaki hidup yang lurus-lurus saja? Saudara kira kita sudah sepenuhnya merdeka? Belum! Belanda pergi, musuh selanjutnya adalah dari orang sebangsa kita sendiri." Hal 135
-
Di buka dengan prolog pada 1998, sosok pejuang berdarah Minang, berharap kepada maut untuk segera menyongsongnya. Meskipun nyaris abadi dan penuh keberkahan. Nyatanya dia hanyalah manusia biasa, berumur panjang membawa kemalangan. Perang antar saudara yang kian pecah, tidak ia harapkan setelah penjajah angkat kaki. Militer Jawa kini memberangus Tanah Minang, di masa-masa orde baru.
-
Dengan time line antara 1998-1958, penulis mengajak pembaca untuk mengikuti perjalanan Mangkurat. Sosok yang ditinggal yatim dan piatu, juga era setelah kemerdekaan nyatanya masih cukup pelik di Ranah Minang. Dalam sebuah aktivitas perburuan yang diselenggarakan di salah satu area di Tanah Minang, sebuah batas bagian dari alam tak kasat mata, nyatanya mengungkap rahasia lebih dalam tentang mitos Inyiak Balang. Semua benang merah pada akhirnya terhubung pada sosok Mangkurat.
-
Suka banget ketika menguak tentang Inyiak Balang sang legenda yang dihormati, termasuk penjaga atau pelindung bagi masyarakat Minang sampai detik ini. Dan disandingkan dengan sejarah perang Paderi berserta negeri alam tak kasat mata, yang kerap disinggung sebagai warga Bunian. Tak lepas menjadi fokus utama buku ini.
-
Gaya bercerita penulis yang asyik, seolah diceritakan secara langsung, ditambah diksi dan narasinya apik. Seperti penulis lawas. Sisipan dialog khas Minang, membuatku kangen dengan kampung halaman. Banyak informasi sejarah tentang operasi militer yang terjadi pada 1958 dan dibumbui dengan magical realisme.
-
Buat yang suka sejarah, politik, urban legend budaya Minang. Bisa banget baca buku ini..aku rekomendasikan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Mizuoto.
143 reviews1 follower
November 15, 2025
Sungguh mengesankan membaca “Inyik Balang”.

Novel ini berhasil mengawinkan budaya Minangkabau dengan atmosfer sejarah penting Indonesia, yang terjadi di Sumatera Barat (Perang Padri, PDRI–Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, hingga PRRI–Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia), serta dinamika sosial masyarakatnya secara mendalam.

Selain matrilineal, Andre menggambarkan keunikan budaya Minangkabau lainnya: surau sebagai pusat edukasi para pemuda; memperkaya pengalaman dengan cara merantau; penggunaan ungkapan sebagai bagian dari percakapan sehari-hari; ritus perburuan babi; hingga menempatkan legenda orang bunian sebagai entitas lain maupun mengajak berpetualang ke Alam Sebalik Mata. Seperti judulnya, buku ini pun memberikan dimensi mistis pada mitologi Inyiak Balang, manusia harimau dengan segala kelebihannya.

Tidak berhenti pada budaya, novel ini turut mengisahkan perjalanan hidup sang tokoh utama yang ikut menyaksikan dan berpartisipasi pada lini masa sejarah Indonesia, mengajak pembaca untuk menggali kembali kebenaran sejarah yang telah beredar dan diketahui orang banyak. Salah satunya peristiwa PRRI.

Resensi lengkap bisa dibaca di sini.
Profile Image for Clara Sovia Lestari.
25 reviews9 followers
August 23, 2025
Probably the best book I’ve read in 2025 so far. Had high hopes for it and it did not disappoint. Beberapa kata di dalam buku ini mungkin akan terdengar asing di telinga orang-orang yang tidak ter-expose dengan bahasa Minang, tapi harusnya masih bisa dipahami lewat konteks. And honestly, that’s one of the many charms of this book. Very surprised when I learned that the writer is actually a quite young man. Thought this was written a long, looong time ago.
Profile Image for Gigi.
24 reviews2 followers
December 28, 2025
Buku ini saya rekomendasikan untuk penyuka magical realism, dan hisfic. Premisnya sangat menarik karena menceritakan mitos tentang orang2 dulu yang kebal saat disiksa bahkan oleh beragam sajam dan sulit untuk di lenyapkan karena mereka biasanya "punya" sesuatu yang menjaga mereka dan konon katanya mereka mereka diusia senjanya akan kesulitan menghadapi ajal jika si "kepunyaanya" itu belum dilepaskan atau dipindahkan.
Profile Image for Bella Belle.
12 reviews
May 22, 2025
Walaupun banyak kata yang asing oleh telinga, tp keseluruhan novel dapat diterima. Alurnya lancar, tidak basa basi. Penulis tidak terjebak pengulangan yang sering kali dibuat penulis mungkin supaya menambah jumlah halaman atau kata. Petualangan Mangkutak yang seru sekaligus haru. Tidak jelas siapa burung yang meneruskan wasiat Mangkutak. Tapi all and all, buku ini bisa dijadikan jadi referensi karya sastra buat memperluas pengetahuan budaya.
Profile Image for Rievinska RF.
171 reviews3 followers
March 12, 2025
Sebagai orang berdarah Minang, seneng banget nemu buku ini. Walau bahasanya agak susah dipahami, tapi tetap enjoyable. Apalagi waktu Mangkutak ketemu tokoh-tokoh penting negeri ini yang bikin hah-hoh saking takjubnya.

Love this!
Profile Image for Angelina Enny.
Author 12 books8 followers
June 7, 2025
Cerita yang unik, tentang urang Minang di masa2 sejarah nasional. Tapi aku kurang bisa mengikuti dengan ragam bahasanya, meskipun terdengar indah.
Profile Image for M. Agung Triwijaya.
80 reviews4 followers
July 30, 2025
novel yang sangat menarik. mencoba menulis ulang perspektif sejarah dalam sudut pandang lain. Uda Andre memberikan napas baru dalam cerita sejenis.
Displaying 1 - 20 of 20 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.