Tidak ada yang abadi di dunia ini. Lautan akan mengering. Gunung akan rata. Benua terpisah, bersatu, dan terpisah lagi. Apalagi cinta pasangan manusia. Sehebat apapun cinta tersebut, pasti akan berakhir. Maut dan waktu akan menelannya.
Inilah kisah seorang laki-laki usia 70 tahun, yang ditinggal istrinya meninggal setelah begitu lama menikah bersama-sama. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Bagaimana dia akan melewati sisa hidupnya?
Apakah masih seru? Apakah masih ada petualangan baginya.
"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."
"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."
Kisah bermula dengan sebuah kehilangan, seorang wanita yang dikasihi, teman hidup buat puluhan tahun kini pergi meninggalkan dia...sendiri. Di sebalik rasa kehilangan itu, beberapa kejadian yang terlihat aneh berlaku ketika hari pemakaman berlangsung.
Sekawan burung terbang berlegar-legar di angkasa, ada haiwan yang muncul dari hutan berhampiran, seolah-olah turun bersedih dengan berita kehilangan itu. Bu Susi amat baik dengan siapa pun, semua kenalan, rakan, ahli keluarga berdatangan.
Pada awalnya, aku ingatkan ini kisah slice of life yang akan membawa kita mengenali susuk Bu Susi tersebut. Rupanya bukan. Patut buku ini dimasukkan dalam kategori remaja. Kisahnya akan membawa kita mengembara ke dunia lain melalui pintu rahsia yang berjaya Bambang temui.
Pesanan terakhir Bu Susi kepada suaminya Bambang, "kau akan melalui sebuah pengembaraan yang hebat", akhirnya menjadi kenyataan. Rahsia disebalik kata-kata yang diulang oleh burung Boe itu juga akhirnya terjawab.
"Bambang! Bambang! Kerajaan Waktu Terancam!". Itulah yang asyik diteriakkan oleh burung Boe, buatkan Bambang rasa seperti suatu pesanan yang cuba disampaikan. Sejak pemergian Bu Susi, Bambang hanya duduk termenung diteres rumah sambil melihat hutan kecil disekitarnya. Teres itu merupakan tempat kegemaran isterinya. Mereka sering menghabiskan banyak waktu berbual di situ.
Namun sekarang, hanya tinggal Bambang. Dia tidak tahu mahu membuat apa setelah isterinya tidak lagi bersama.
Burung Boe itu akan muncul dan mengulang kata-kata yang sama. Bambang akhirnya nekad untuk mencari maksud dalam setiap kata-kata burung boe itu, juga maksud disebalik mimpi yang sering muncul setiap malam. Bermulalah pengembaraan penuh misteri dan cabaran.
Kisah ini saya rasa bukan untuk semua, mungkin untuk mereka yang sukakan kisah kembara bercampur magis akan menyukainya. Demi membuka pintu ke masa lalu, mereka terpaksa menghadapi halangan, menggunakan kepintaran dan membuat pilihan.
Beli sebab karya terbaru Tere Liye. Saya baru mengenal beliau. Mula mula baca, ok lagi. Tapi di pertengahan, reading sy agak slow. Sbb more tu fantasy genre. Sy agak kurang genre tersebut. Tapi overall okay je.
Tidak terbayang sama sekali bahwa dibalik kisah memilukan di awal buku ini justru adalah awal dari sebuah petualangan yang seru. Seperti dijungkirbalikkan oleh keadaan dalam waktu sedetik. Tiba-tiba aku sudah diajak bertualangan setelah dihancurkan oleh sebuah perpisahan. Yang benar saja!
Buku ini mengajarkan bahwa memang tidak ada yang abadi di dunia ini. Di dunia ini. Laki-laki berusia 70 tahun ini banyak sekali diberikan sebuah perpisahan dan diajarkan arti sebuah perpisahan itu sendiri.
Menurutku, kekurangan di buku ini justru bukan cerita di dalamnya, melainkan adalah nama. Iya, nama tokoh utama, laki-laki berusia 70 tahun itu. Ya, memang hanya sebuah nama, tetapi entah kenapa membuatku terganggu. Rasa-rasanya kurang cocok untuk cerita seru petualangan seperti ini. Sekali lagi, ini hanya menurut pribadiku. Sementara nama-nama tokoh-tokoh lain di sini sudah cukup oke. Namun, meskipun menurutku nama tokoh utama ini kurang cocok, bukan berarti tidak bagus lho ya dan tidak cocok untuk berpetualang di dunia nyata. Maafkan aku, Bambang.
Kisah pertualangan Pak Bambang yang kematian isteri dikasihi di Dunia Bawah bersama Penguasa Hutan dan kesatria-kesatria terbaiknya dalam menemukan mesin waktu. Pertembungan antara Penguasa Hutan dan Raja Kegelapan yang digambarkan dalam naskah ini seumpama menonton filem aksi.
NOTA :
Sedikit merasa tertipu dengan tajuk dan sinopsisnya. Menjangkakan naskah ini membawa ceritera ‘slice of life’ Pak Bambang dan puteri - puteri nya setelah kehilangan Susi sebagai sosok seorang isteri dan ibu. Malangnya tidak.
Saya salah mengira kalau buku ini adalah slice of life, berdasarkan pada Blurb di back cover buku ini berkisah tentang lelaki umur 70thn yang ditinggal mati oleh istrinya dan kisah akan bercerita seputar hidup dia setelah istrinya wafat, bagaimana dia menjalani proses setelah berduka itu dan proses move on-nya.
Namun, semua perkiraanku itu semua salah besar, buku ini tidak seperti yang saya pikirkan, di luar dari dugaanku buku ini adalah fantasi, layaknya serial bumi. Namun, lebih dewasa tapi bukan tere liye kalau bisa ditebak. Ternyata ada hal implisit di blurb-nya yang baru saya tau setelah selesai baca.
Buku ini menceritakan tentang kehilangan, penerimaan, masa lalu, masa depan & keserakahan yang dibungkus rapi, elegan & fantasi ala serial bumi. Ada beberapa elemen dalam buku yang mengingatkanku akan beberapa film yang pernah saya tonton seperti Alice in borderland dan The Boy and the heron tapi bukan berarti saya mengatakan ini jiplakan dari film itu, Big No!, mungkin hanya terinspirasi saja. Hanya saja, jika pernah menonton film² itu kalian akan mudah mengimajinasikan apa yang digambarkan dalam buku.
Saat awal membaca buku ini, belum banyak yang mereview ini di goodreads dan di Instagram pun saya masih belum menemukan akun booksta yang mereview setidaknya di beranda saya sih.
Akhir buku ini itu berkelindan dengan awal mula kehidupan dari sang tokoh utama, bambang saat pertama kali bertemu dengan istrinya yang diceritakan meninggal di awal buku ini.
Secara keseluruhan, buku ini tetap bagus untuk dibaca setidaknya bagi saya yang bosan dengan serial bumi, buku ini fresh secara penceritaan di genre fantasi dengan penulis yang sama.
Beberapa quotes dalam buku:
"..... Kita boleh jadi menemukan banyak hal saat kehilangan .... Dan sebaliknya, kita boleh jadi kehilangan banyak hal saat menemukan ...."
"Jangan terjebak dengan masa lalu. Kita tidak akan pernah bisa memperbaiki masa lalu, karena itu telah terjadi, tapi... Kamu selalu bisa memperbaiki masa depan. Menemukan keluarga baru, cinta baru...."
ternyata kisah petualangan, saya pikir slice of life penuh makna macam Janji.
buat saya agak kurang, ya, mungkin karna memang fokus di fantasy nya, sementara kesimpulan dari blurb nya ga dapet kek apa yg dipelajari di kisah ini dari pov seseorang yg ditinggal pergi pasangannya. plus beberapa part terkesan cringe banget lagi 😭
keknya ini rating terendah buku Tere Liye yg saya baca.
Reviewku menyebutkan salah satu kunci cerita di novel ini, ya.
Tahun 2025. Bambang, seorang laki-laki tua berusia 70-an ditinggal pergi oleh Susi, istri tercinta, untuk selama-lamanya. Apakah benar untuk selama-lamanya? Bambang dan keempat putrinya sangat terpukul atas kepergian Susi, tapi bagaimanapun juga kehidupan harus tetap berjalan. Bambang dan Susi hanya tinggal berdua setelah anak mereka bekerja dan memiliki keluarga masing-masing. Rumah mereka berada di lereng bukit, teknologi pada tahun itu sudah sangat maju. Bambang adalah seorang pengusaha besar yang menemukan beberapa teknologi terbaru, dia sangat pintar. Namun, pesan terakhir Susi beberapa bulan sebelum meninggal membuatnya terlihat seperti orang yang tidak waras. Apa maksud dari pesan Susi waktu itu? Petualangan hebat apa?
(Silakan baca 𝘣𝘭𝘶𝘳𝘣-nya) Apa yang kalian bayangkan tentang cerita di novel ini? Awalnya aku mengira buku ini bercerita tentang Bambang yang larut dalam kesedihannya, pembaca akan ikut larut dalam kesedihan yang dipenuhi dengan air mata, kenyataannya adalah tidak. Novel ini adalah tentang penyesalan, kehilangan, pengorbanan, keserakahan, dan penerimaan terhadap takdir yang sudah terjadi yang dikemas dengan sesuatu yang berbeda. Latar tempat pada masa itu sudah tidak bisa dijelaskan lagi, kalau kamu pernah membaca karya Tere Liye dengan teknologi masa depannya, kalian pasti sudah tahu, 𝘸𝘰𝘳𝘭𝘥 𝘣𝘶𝘪𝘭𝘥𝘪𝘯𝘨-nya juara!
Kalau kamu tipe pembaca yang merasa kalau kover novel itu mewakili isi ceritanya, tolong, kali ini jangan pakai prinsip itu. Kalian bisa lihat sendiri kalau kover dan bookmark-nya sangat berbeda. Aku kasih tahu kalian kalau bookmark-nya ini adalah kunci dari kelanjutan cerita di novel ini. Penasaran, gak? Aku yang baca novelnya aja kaget, loh!
Aku suka sekali dengan tema ceritanya. Penggambaran karakternya juga detail, bisa dilihat dari cara mereka mengambil keputusan. Ceritanya seru dan mendebarkan!
Novel ini juga akan mengingatkan kita kembali kepada masa kecil kita, entah itu bahagia maupun tidak.
Aku kena tipu. Kena tipu ekspektasiku sendiri 😭 Padahal udah jelas-jelas ada ungkapan “Don't judge a book by its cover,” dan padahal aku udah tau buku-buku bang TL itu nggak bisa ditebak, tapi masih aja kecelik ☺️
Seperti blurb yang ditampilkan, buku ini diawali dengan kisah meninggalnya istri Pak Bambang, Ibu Susi. Pak Bambang sangat terguncang dengan kepergian istri tercintanya. Setiap hari beliau hanya melamun dan melamun. Nggak tau harus melakukan apa. Hingga suatu malam, di malam kesekian setelah kepergian Bu Susi, Pak Bambang bermimpi aneh tentang istrinya. Dan itu terjadi selama beberapa hari, dengan mimpi yang sama. Mimpi yang membuat Pak Bambang berpikir bahwa itu adalah pesan dari istrinya. Mimpi yang kemudian membawa Pak Bambang berpetualang.
So, yeah, cerita di buku ini sebenarnya cerita fantasi. Sebagai pengikut Bumi series, petualangan yang disajikan di sini sangat familiar buatku, tapi keseruannya nggak sebanding dengan petualangan di Bumi series (this is just my two cents). Meskipun alur ceritanya terasa agak ridiculous karena genrenya tiba-tiba berubah, tapi banyak pesan bertebaran di sepanjang cerita. Dan pada akhirnya, buku ini mengajarkan pembaca untuk menerima, sebagaimana hakikat kita semua dalam menghadapi kehilangan atau kepergian ❤️��
TMI—Di halaman terakhir, aku cekikikan karena beberapa detail plot twist-nya yang luput kuperhatikan 😂 Yah, udah jadi ciri khas bang TL, sih, memoles "jejak" sedemikian rupa untuk mengecoh pembaca-pembaca yang mudah lengah kayak aku gini ☺️
Novel ini bercerita tentang kehidupan Bambang sebagai seorang pria tua yang ditinggalkan istrinya menghadap Sang Pencipta. Dengan alur maju dan sudut pandang orang ketiga, pembaca akan diajak untuk merasakan duka sekaligus petualangan yang tak biasa.
Novel ini menggunakan dua latar berbeda yang disebut Dunia Atas dan Dunia Bawah. Di Dunia Atas, Bambang adalah seorang pria berusia tujuh puluh tahun dengan duka mendalam karena baru saja kehilangan istrinya. Sedangkan di Dunia Bawah, ia berubah menjadi sesosok anak berusia belasan tahun yang tiba-tiba harus terlibat dalam kekacauan dan menyelamatkan dunia bawah dari kehancuran.
Sejujurnya, judul, blurb dan cover novel ini menurutku gak cukup untuk menggambarkan isi cerita novel ini secara umum. Aku kira ceritanya bakalan sedih, gloomy dan segala perasaan yang mewakili kehilangan. Iya sih, di bagian awal cerita emang berasa banget sedihnya Bambang kehilangan Susi. Dunianya berasa runtuh, semangatnya hidupnya hilang dan seolah tak akan pernah tergantikan.
Tapi setelah sampai di Dunia Bawah, feelnya langsung berubah. Dunia Bawah yang penuh fantasi dan tantangan dengan berbagai teka-teki, tidak menyisakan waktu untuk kita bisa gloomy lagi. ...
Kematian Susi membuat Bambang yang berusia 70 tahun berduka. Seakan kehilangan pijakan setelah sang istri tiada. Keempat anaknya yang khawatir berusaha menjaga ayah mereka, namun sebuah mimpi mengubah psikologis ayahnya. Hidupnya yang kini sendiri setelah kehilangan belahan jiwanya menemukan sebuah misi berdasarkan teka-teki di mimpi. Benarkah ia akan bertualang seperti pesan istrinya sebelum meninggal? Apa yang ia temukan saat ia mencari?
Bab awal rasanya saya bisa bersimpati dengan tokoh utama. Duka yang dalam membuat berhalusinasi. Namun saat konflik dan genre berubah menjadi fantasi, saya agak terhibur tapi kurang dapat rasa yang awalnya sudah deep. Ternyata memang buku ini ditujukan untuk remaja usia 15+. Seru memang, tapi makna kehilangan menjadi light dan malah menimbulkan pertanyaan tidak logis tentang Susi di ending.
Cocok dibaca untuk remaja yang suka genre fantasi, petualangan, dan belajar memaknai kehilangan.
Siapa yang favorit baca novel genre fantasi disini? kalau kalian termasuk pecinta genre fantasi, sini! buku ini cocok banget!
Awalnya, aku kira buku ini menceritakan tentang flashback atau alur mundur tentang kisah cinta Bambang dan Susi. Bagaimanakah cara mereka bertemu. Seperti apa sih lika-liku kehidupan mereka. Intinya ga jauh-jauh mirip seperti buku "tentang kamu" atau "janji", yang didalamnya terdapat nilai-nilai unsur-unsur kehidupan sosial. Tapi justru aku keliru... justru cerita ini malah mengandung genre fantasi. Persis seperti suasana di cover bukunya. Justru cerita ini, vibesnya mirip sperti serial bumi. Isi ceritanya lebih condong ke petualangan fantasi, teka-teki. Dan menariknya lagi, latar dicerita ini adalah tahun 2050. Yang dimana teknologi udah super canggih. Ada perasaan greget sendiri pas lagi baca dipertengahan. Dan pas baca di akhir, kalian harus main logika buat ambil kesimpulan cerita disini guys...
buku ini sangat rekomendasi buat yang suka fantasi, tapi kalau yang gasuka fantasi, yaaaa...sabar-sabar bacanya. Nanti bakal bosen sendiri. jujur aku agak bosen, karna emang aku ga terlalu suka genre fantasi.
2.5/5 Ini kali pertama gue gak rampung baca bukunya bang Tere. Sebenernya beli ini tuh gak ada rencana sama sekali. Gue buletin buat beli soalnya sinopsis belakang buku bikin gue rindu sama plot cerita yang mirip sama The Man Called Ove. Gue pengen tau perspektif ketika selama sisa hidup lo sama orang terkasih tiba-tiba terenggut. Gimana caranya tetap berpijak sama kaki sendiri dan tetap terbelenggu sama si mendiang istri. Tapi, kok ternyataaaa bukan tentang itu, malah fantasi. Sebenernya gue suka banget sama fantasi, tapi lebih ke fantasi yang sekalian ribet pusing daripada fantasi yang ada di buku ini. Ditambah lagi gue gak ada mood buat baca buku fantasi, jadi, setiap gue baca gue berusaha on track. Walaupun kayak hah? Lah? tapi gue tetep lanjut. Tapi, stuck di chapter 12 akhirnya gak jadi gue lanjutin deh. Terakhir gue baca buku Bang Tere tuh udah hampir setengah tahun lalu, jadi gue banyak naruh ekspektasi sama buku ini. Ternyata ya belum jodoh aja sama buku Sendiri ini.
Agak bingung mau ngerate berapa. Mungkin 3,5/5 aja. Sebenarnya saat baca blurb-nya aku mengharapkan cerita yang lain. Misalnya Bambang yang hidup sendirian tetapi menemukan makna hidup lagi dari hal-hal kecil yang ada dalam hidupnya setelah ditinggal istrinya. Yah semacam cerita slice of life gitu. Makanya awal-awal baca aku bacanya cukup cepat karena menurutku seru, tapi di pertengahan cerita agak kaget kok bisa jadi cerita petualangan fantasi gitu. Sebenarnya ada clue sih di awal-awal kalau ceritanya bakal jadi cerita yang "gak biasa". Tapi yah, tetap aja sedikit kecewa. Soalnya jadinya agak gak nyambung dengan judulnya yaitu "Sendiri", padahal kenyataannya Bambang gak sendirian sama sekali hahaha.
Tapi tetap seru kok. Aku bacanya juga sampai habis. Walaupun aku kurang suka genre fantasi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
saya sedikit tertipu awal nya, karena saya kira tidak akan berbentuk karangan imajinatif seperti kisah² di bumi series, tapi dari perjalanan bambang demi bertemu kembali dengan istrinya membuat banyak sekali pelajaran dan pengertian bagi saya, karena benar "people come and go", siapapun yang pergi bukan karena dia ingin, tapi karena memang waktu bersama telah habis, kita boleh bersedih tapi jangan larit dalam kesedihan, karena masih banyak orang yang perduli di sekitar kita, kalo pak bambang mungkin karena ada anak²nya yang selalu kgawatir dan menganggap fia gila karena tekad nya terima kasih bang tere, karena telah kembali menciptakan buku scene fiction romantis dan penuh makna ini, dan bagi siapapun yang sedang merasakan kehilangan, jangan pernah sendiri, lihat disekeliling kalian, masih banyak yang perduli pasti🫂
Membaca sinopsis "Sendiri", awalnya sangat berharap tinggi akan banyak sekali moral value seperti yang bisa dipetik seperti dari "Tentang Kamu", "Hujan", dan buku bang Tere Liye lainnya.
Ternyata, buku ini terlalu banyak fantasi yang menurut saya tidak menggambarkan sinopis dan terlalu drifting dari cerita awal dari "Sendiri".
Sangat tersentuh di awal buku, tetapi kemudian flow of story nya berubah total menjadi petualangan fantasi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Mungkin buat orang yang belum baca Bumi Series, ini akan seru bangettt!!! Tapi sayangnya, sebelum baca buku ini aku baru selesai baca buku ILY, seakan akan baca alternate universe dari Bumi Series (padahal bukan) dan banyak kemiripan antara Ily dan Raja Kegelapan. Nuansa bukunya kaya genre isekai komik jepang gitu dengan Bambang yang pergi ke Dunia Bawah, Harry Potter-nya (tantangan catur mematikan)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buku ini sangat layak untuk dibeli dan dibaca, apalagi bagi yang menyukai genre petualangan atau fantasi, tetapi perlu kesabaran yang lebih untuk membacanya karena pembangunan jalan ceritanya cukup lama dan fase pengenalan dari buku ini cukup membosankan, dan beberapa hal di awal membuat pembaca kebingungan. Namun, seiring berjalannya cerita, kita akan disuguhkan kejelasan, dan akhir ceritanya membuat kita tersenyum.
Mungkin karena aku nggak mengira buku ini akan menjadi buku fantasi, jadi kayak kaget gitu deh, tiba-tiba masuk ke "dunia lain", kayak belum mempersiapkan diri gitu kalo buku fantasi, paham ga.. Aku ekspeknya ya buku biasa aja, gimana cara si Bambang mengalihkan rasa sedihnya. Tapi endingnya tuh ketebak tapi nggak ketebak gitu ning wkwk... kayak awalnya mikir "eh kayaknya ini deh," tapi terus, "ah ga mungkin" TAPI TERNYATA ENDINGNYA BENERAN GITU WKWKW, seru sih lumayan.
Tentang petualangan di dunia dongeng. Macam Alice in Wonderland dan Harry Potter buku pertama ketika Harry dan teman-temannya masuk untuk menemukan Soccerer stone. Agak terlalu mirip malah.
Yang menarik adalah pesan-pesan anti buku bajakan yang ikut dicetak di tengah buku. Semoga kalian tidak membeli buku bajakan yah!
Berasa baca fillernya serial bumi sih. Mirip banget vibes-nya sama alur-alurnya seperti di serial BUMI. Judul "sendiri" nya menurutku tidak terlalu ngena ya sama ceritanya, karena lebih fokus ke petualangan si tokoh utama. Endingnya sebenarnya plot twist tapi jenis PT yang bisa di temukan di cerita-cerita lain. So far so good, B aja sih menurutku SENDIRI ini :) masih bisa dinikmati lah
OMG I REALLY THOUGHT THAT I WOULD NOT LIKE THIS BOOK,BUT I REALLY LOVEEEE ITTTT. Saya hampir tanak habiskan baca tapi saya yakin buku tere liye mesti tak mengecewakan. I reallly love when tere liye did as he usually do. Walaupun tiba-tiba fantasi,tapi saya betul2 suka endingnya. Everything fit so well I LOVE ITTT
Mengawali hari pertama di 2025 dengan menamatkan buku ini. Stand alone book from Tere Liye, genrenya fantasy, awalnya sih oke, makin ke akhir, makin ketebak jalan ceritanya, but yah okelah, 4 jam selesai wkwk
Mungkin karena standard saya di Bumi series by mas Tere Liye ya, jadi comparing to this book, yah agak kureng dikit hehe, but still I love Tere Liye tho~
Mungkin karena sebelumnya aku sudah ngikutin serial bumi, petualangan yang begitu 'wah', pas baca buku ini, "oh yaudah" tidak menemukan kejutan apapun. Tapi masih bisa bilang ini bagus, karena bisa aku baca sampe akhir.
Kembali memaknai kehilangan orang tersayang.... Bahwa ketika takdir tertulis...tak ada yg bs melawan..... Terus memaknai takdir... Karena sejatinya...kita semua akan meninggalkan kehilangan yg baru dalam keadaan sendiri......
ksh bintang 4 krn ternyata ini buku fantasy yaa hehe not really my type🙏 tp overall ceritanya seruuu.. bikin ga sabar untuk baca ke halaman2 berikutnya!!