Jump to ratings and reviews
Rate this book

Untukmu Kader Dakwah

Rate this book
Buku ini merupakan kumpulan tulisan KH. Rahmat Abdullah yang pernah dimuat dimajalah Tarbawi. Kebetulan, pada kurun tertentu, beliau pernah menulis dengan tema-tema refleksi seputar 10 prinsip-prinsip dakwah imam Hasan Al-Banna, yang juga sering dikenal dengan Al Arkan Al 'Asyarah atau rukun yang sepuluh.

Yang menjadi salah satu keunggulan dari karya ini, adalah kedalaman reflektifnya. Itu yang membedakannya dengn tulisan-tulisan karya orang lain seputar prinsip tersebut. Dengan refleksi ini anda akan diajak merenungkan 10 prinsip-prinsip dakwah itu dalam setting situasi, makna, dan fungsi yang luas. Dan itu pula yang menjadikan kumpulan tulisan ini meski judulnya untuk kader dakwah--layak dibaca oleh siapa saja.”

109 pages, Unknown Binding

First published January 1, 2007

23 people are currently reading
385 people want to read

About the author

Rahmat Abdullah

8 books29 followers
KH. Rahmat Abdullah, Dari Kuningan Sampai Bekasi

Rahmat Abdullah, yang seringkali dipanggil Bang Mamak oleh warga Kampung Kuningan ini, meskipun lahir dari pasangan asli Betawi, namun ia selalu menghindari sebutan Betawi yang dianggapnya berbau kolonial Belanda. Ia lebih bangga dengan menyebut Jayakarta, karena baginya itulah nama yang diberikan Pangeran Fatahillah kepada tanah kelahirannya. Sebuah sikap yang tak lain lahir dari semangat anti kolonialisme dan imperialisme, serta kebanggaan (izzah) terhadap warisan perjuangan Islam.

Pada usia 11 tahun, Rahmat kecil harus menapaki hidupnya tanpa asuhan sang ayah, karena saat itu ia telah menjadi seorang anak yatim. Sang ayah hanya mewariskan pada dirinya usaha percetakan-sablon, yang ia kelola bersama sang kakak dan adik untuk menutupi segala biaya dan beban hidup yang mesti ditanggungnya.

Meskipun begitu, Rahmat bukanlah remaja yang cengeng. Walaupun harus ikut membanting tulang mengais rezeki, ia tetap tak mau tertinggal dalam pendidikan. Awal pendidikan resminya ia mulai sejak masuk sekolah dasar negeri di bilangan Kuningan, yang kala itu masih berupa perkampungan Betawi, belum berdiri gedung-gedung pencakar langit. Dan seperti umumnya generasi saat itu, Rahmat kecil setiap pagi mengaji (belajar membaca Al Qur-an, baca tulis Arab, kajian aqidah, akhlaq & fiqh dengan metode baca kitab berbahasa Arab, nukil terjemah dan syarah ustadz) baru siang harinya dilanjutkan dengan sekolah dasar.

Tahun 1966, setelah lulus SD, yang tahun ajarannya diperpanjang setengah tahun karena terjadi peristiwa G-30-S/PKI, Rahmat masuk SMP. Tapi kali ini ia mesti keluar lagi karena terjadi dilema dalam dirinya. Ironi memang, di satu sisi keaktifan dirinya sebagai aktifis demonstran anggota KAPPI & KAMI yang dikenal sebagai angkatan 66, namun di hari Jum’at sekolahnya justru masuk pukul 11.30, tepat saat shalat Jum’at.

Karenanya pada permulaan tahun ajaran berikutnya (1967/1968) Rahmat memutuskan pindah ke Ma’had Assyafi’iyah, Bali Matraman. Dari hasil test dan interview, ia harus duduk di kelas II Madrasah Ibtidaiyah (tingkat SD). Namun Rahmat tidak puas dengan hasil itu, ia mencoba melakukan lobby dengan seorang ustadz, untuk melakukan test ulang hingga ia pindah duduk di kelas III.

Permulaan belajar di Ma’had ini, bagi Rahmat begitu berbekas. Apalagi ia harus ikut mengaji pada seorang ustadz senior Madrasah Tsanawiyah (Tingkat SMP) yang sangat streng dalam berbicara dan mengajar dengan bahasa Arab. Namun tak selang lama, ternyata sang guru kelas ini justru sama-sama mengaji bersamanya.

Rahmat memang langsung meloncat naik ke kelas V, di sinilah ia belajar ilmu nahwu dasar yang sangat ia sukai karena dengan ilmu itu terkuaklah setiap misteri intonasi dan narasi penyiar Shauth Indonesia, yang sering disiarkan oleh radio RRI dengan berbahasa Arab. Siaran inilah yang menjadi acara kesukaan Rahmat. Sehingga meski hidupnya serba kekurangan, namun karena sadar akan pentingnya komunikasi dan informasi, Rahmat merelakan uang makannya untuk dikumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil jerih payahnya mencari pelanggan sablon, untuk membeli radio. Padahal saat itu, radio masih menjadi status simbol bagi orang-orang kaya zaman itu.

Selepas kelas V, Rahmat melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Assyafi’iyah. Di MTs ini ia belajar ushul fiqh, musthalah hadits, psikologi & ilmu pendidikan, di samping tetap belajar ilmu nahwu, sharf dan balaghah. Tapi pelajaran yang paling ia sukai adalah talaqqi. Biasanya talaqqi ini dilakukan langsung dengan para masyaikh (kiai) serta bimbingan langsung sang orator pembangkit semangat yang selalu memberikan inspirasi Rahmat muda, KH Abdullah Syafi’i.

Di saat ini pula Rahmat merintis dakwah dengan mengajar di Ma’had Asyafi’iyah dan Darul Muqorrobin, Karet Kuningan. Di tempat inilah Rahmat remaja mengabdikan dirinya sebagai guru, pendidik dan mengajarkan berbagai ilmu. Keseharian ini ia jalani bertahun-t

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
160 (50%)
4 stars
108 (33%)
3 stars
40 (12%)
2 stars
8 (2%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 25 of 25 reviews
Profile Image for New2n.
71 reviews27 followers
July 16, 2007
Buku ini merupakan kumpulan tulisan KH. Rahmat Abdullah yang pernah dimuat dimajalah Tarbawi. Kebetulan, pada kurun tertentu, beliau pernah menulis dengan tema-tema refleksi seputar 10 prinsip-prinsip dakwah imam Hasan Al-Banna, yang juga sering dikenal dengan Al Arkan Al 'Asyarah atau rukun yang sepuluh.

Yang menjadi salah satu keunggulan dari karya ini, adalah kedalaman reflektifnya. Itu yang membedakannya dengn tulisan-tulisan karya orang lain seputar prinsip tersebut. Dengan refleksi ini anda akan diajak merenungkan 10 prinsip-prinsip dakwah itu dalam setting situasi, makna, dan fungsi yang luas. Dan itu pula yang menjadikan kumpulan tulisan ini meski judulnya untuk kader dakwah--layak dibaca oleh siapa saja.”.


Profile Image for Nisa.
18 reviews5 followers
July 18, 2007
walau gw bukan da'i yg baik (at least berusaha tetap berda'wah pada diri sendiri dan lingkungan terdekat..), tapi satu hal yg gw inget dari tulisan beliau (alm.), it's so hard to understand! Nih buku tipis banget, tapi bobotnya, behh.. ga ada bandingannya.. He wrote everything in his mind. So when you read this book, you'll feel like jumping up from one plot to another plot, a lil' bit confusing actually, but his writing was always meaningful. May Allah bless him!
Profile Image for lingga ambarita.
67 reviews10 followers
February 1, 2010
buku berat... tapi sekali-sekali penting juga baca buku berat... biar nyambung kalo MR megang-megang buku ini pas ngisi... :P

anyway... kata-kata almarhum Ust. Rahmat Abdullah ini... benar-benar berat... yup!! menghunjam!
Profile Image for N,sy..
51 reviews4 followers
March 1, 2012
kedalaman refleksinya membuatku semakin sadar seberapa dangkalnya ilmuku. tentunya ada yang berbeda ketika aku membacanya saat ini dan beberapa tahun yang lalu, pun aku masih mengulang-ulangnya hingga kini...

inilah contoh bahwa dai sejati tak pernah mati...
Profile Image for Fais al-Fatih.
89 reviews118 followers
May 24, 2016
Buku ini berisikan tentang refleksi KH. Rahmat Abdullah (Allaahu yarham) terhadap 10 prinsip dakwah Syaikh Imam Hasan al-Banna, dan sangat wajib dibaca dan direnungkan dalam-dalam, kemudian diimplementasikan dalam keseharian oleh para aktivis yang mewakafkan hidupnya di jalan dakwah.
Profile Image for Ratna Mutia.
43 reviews5 followers
August 8, 2007
in short, it's about arkanul bai'ah, 10 rukun yang harus dipenuhi sebelum berbaiat kepada Rasulullah SAW, written in ust. rahmat Abdullah's own style
Profile Image for Ahmad.
63 reviews1 follower
October 3, 2007
Sebenarnya tidak ditujukan secara khusus untuk aktivis lho, isinya petuah bijak sang bapak kepada anak-anaknya, bagus, satirnya itu lho..kena deh
Profile Image for Bambang.
11 reviews
Read
September 24, 2007
Buku Luar biasa dari orang luar biasa
Bukubagus sebagai pengantar para kader Dakwah
12 reviews
September 27, 2007
My favourite book so far.
So deeply touching my heart.
Allah yujziika al-khoiron Ustadz...
Profile Image for Desil.
31 reviews4 followers
November 16, 2007
Sempat bingung, waktu awal2 baca bukunya. Tapi perlahan bisa mengert,,,asyik deh buat smua kader dakwah yang merasa jadi kader dakwah...
Profile Image for Illa.
20 reviews1 follower
February 6, 2009
dalem... bacanya gak boleh sambil lewat. musti serious!
Profile Image for Rizal Dwi.
18 reviews15 followers
August 4, 2009
Buku pegangan kader dakwah. khususnyaaktivis dakwah kampus.
Profile Image for Teh.
25 reviews
October 22, 2009
Nyastra tapi kena, blm banyak ternyata yg qt lakukan.
18 reviews4 followers
May 11, 2011
sukar untuk dicoretkan. amat mendalam setiap ayatnya.
Profile Image for Wei Si.
16 reviews
June 7, 2015
Sy baca versi lama yg msh ada wajah ust.rahmat. Mngalir spt wajarny smua buku yg ditulis oleh pelaku ny... bukan dtulis dlm angan2.. sekali baca khas gaya bahasa beliay langsung terekam.Unik dn pas untuk jd kutipan.Yg plg kuingat bagian epilog... tentang bahwa dzatiyah adalah keniscayaan kedewasaan dlm tarbiyah ... Smg AllohSWT mnempatkan beliau d tempat trbaik ... smg sy juga ..aamin
Displaying 1 - 25 of 25 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.