Jump to ratings and reviews
Rate this book

Mencari Sita di Hindia Belanda

Rate this book
Saat mencari sosok perempuan yang selalu membayanginya, Ernest Agerbeek berjumpa dengan hantu juru cerita, gadis penyelundup opium, dan sekelompok laki-laki Tionghoa. Pertemuan-pertemuan itu membawanya ke pengalaman kesadaran diri yang baru, tentang hal-hal yang terjadi pada 1930 ke belakang terkait identitas kebangsaannya. Apakah Ernest akan berhasil menemukan sosok yang dicarinya di Hindia Belanda?

64 pages, Paperback

First published October 26, 2024

7 people are currently reading
39 people want to read

About the author

Angelina Enny

12 books8 followers
ANGELINA ENNY is a writer from Kotabumi, Lampung, who now resides in Jakarta, Indonesia. Her stories "Nokturnal Melankolia" (Gramedia Pustaka Utama, 2017) was named to the Long-list of Kusala Sastra Khatulistiwa. She published the poetry collection "In Between, Di Antara" (Kepustakaan Populer Gramedia, 2019), alongside Dutch artist Robin Block and translated it into the performance form "A Passage, Sebuah Antara." Her script, "The Fifteenth Night" about the May 1998 riots, was longlisted for the Jakarta Film Fund in 2021. She just wrote "Finding Sita in the Indies" (Kepustakaan Populer Gramedia, 2024), a novelette on the search for identity during colonial times.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (9%)
4 stars
28 (45%)
3 stars
23 (37%)
2 stars
5 (8%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 13 of 13 reviews
Profile Image for Shanya Putri.
345 reviews160 followers
August 7, 2025
finished this book in one sitting! cuma 64 halaman 🤏🏼 SO POETIC and a bit slow, tapi ini emang bukan tipe buku yang biasanya aku baca (it’s a historial fiction), so it’s still a win for me
Profile Image for Aya Canina.
Author 2 books44 followers
November 12, 2024
Macam-macam perkawinan pembaca dengan buku. Yang satu ini didorong dari satu unggahan feed instagram Penerbit KPG tentang buku ini. Tertera di sana: Karya Pemenang Piala HB Jassin 2024 untuk kategori Penulisan Cerita Pendek. aku selalu tertarik pada buku-buku pemenang penghargaan.

Tipisnya novela ini bisa kita baca dalam sekali duduk, sebenarnya. Tapi aku menghabiskan seminggu karena sempat kepayahan karena sakit (curhat).

Beberapa impresi dalam pembacaanku akan kuuraikan dalam poin-poin:
- Sinopsisnya memantik rasa penasaran—Apakah Ernest akan berhasil menemukan sosok yang dicarinya di Hindia Belanda?—dan rasa penasaran itu membuatku membayangkan sebuah petualangan besar yang dilalui si tokoh utama. Tentu 'petualangan besar' itu tidak aku temukan dalam 64 halaman cerita ini. Alurnya padat, singkat, tidak berkelok. Sampai akhir, sampai si tokoh utama menemukan (atau tidak menemukan) pencariannya, yang tersisa adalah rumpang—seperti yang sering penulis sebut dalam ceritanya—semacam kekosongan yang tanggung, yang meminta lebih.

- Bab "Surat Poppy" adalah cerpen yang memenangkan penghargaan tersebut, dengan judul asli "Sepucuk Surat dari Hinda Belanda". Bagian ini paling menarik dan jujur, paling tidak rumpang bahkan jika ia harus berdiri sendiri dan tidak ditakdirkan menjadi bagian dari novela ini. Keseluruhan cerita mengandung glosarium perihal kebangsaan yang dilatari zaman pra-kemerdekaan yang mungkin tidak semua orang masa-kini memahaminya, tapi "Surat Poppy" punya keluwesan alur yang,somehow, buatku lebih nyaman dibaca, lebih terasa orisinil.

- Mengandung beberapa puisi di beberapa bagian yang sudah pernah diterbitkan dalam buku puisi karya penulis yang berkolaborasi dengan penulis Belanda, Robin Block, In Between, Di Antara.

- Rupanya selain bab "Surat Poppy", dua bab lainnya telah dipublikasikan sebagai satu cerita tunggal. Nampaknya novela ini memang kisah-kisah yang dirangkai menjadi satu cerita. Karenanya, menurutku, novela ini terasa tanggung. Banyak bagian yang sebenarnya bisa dikembangkan, mengingat muatannya yang padat sejarah—mencerminkan proses luar biasa penulis dalam menciptakan karya ini—aku rasa bisa jadi satu pilihan bacaan prosa sejarah bagi orang muda.
37 reviews
Read
July 7, 2025
Ernest adalah keturunan campuran Indonesia - Hindia Belanda (Indonesia). Ayahnya adalah seorang dokter asal Belanda yang ditugaskan di Hindia Belanda saat wabah kolera menyebar. Siapa sangka kalau ayahnya malah kepincut dengan Sita, perempuan Hindia Belanda, seorang siren dan penabuh gamelan yang memikat hatinya.
Namun, karena keadaan saat itu, mereka terpaksa terpisah, dan Ernest ikut ayahnya ke Belanda. Setelah dewasa, Ernest memutuskan untuk mencari Sita di Hindia Belanda. Dalam perjalananya, Ernest bertemu dengan hantu (iya ga sih? semoga aku ga salah tafsir), perempuan penyelundup opium, orang-orang Tionghoa, dan terakhir (mungkin) ibunya.

Di bab 1, saat bertemu dengan hantu, si hantu bercerita kalau ia berlayar juga ke Hindia Belanda untuk mencari ibunya, namun ia memilih untuk menyatu dengan samudera, karena ia merasa ibunya adalah samudera. Singkat, padat, tapi terasa gimana rindu si hantu itu pada ibunya.

Di bab 2, ia bertemu dengan Poppy, perempuan penyelundup opium. Cerita di bab ini kebanyakan tentang keadaan Hindia Belanda pada masa itu. Tapi pertemuan dengan Poppy di Beos lah yang mengantarkan Ernest ke Soerabaja dan menemukan petunjuk tentang keberadaan Sita.

Bab 3, setelah Ernest sampai di Soerabaja, ia bertemu dengan orang-orang sesuai petunjuk Poppy. Tentu masih ada cerita tentang keadaan Hindia Belanda saat itu. Hanya saja, info tentang Sita jadi lebih mengerucut. Dan membawa Ernest kembali ke Batavia.

Bab 4, sampai di Batavia, ia bertemu lagi sekelompok orang Tionghoa. Setelah berbincang-bincang dengan orang-orang tersebut, Ernest diminta untuk menggambar salah satu dari istri orang Tionghoa tersebut.

Bab 5, entah akhirnya Ernest bertemu dengan Sita atau tidak, tapi di bab terakhir ini, kita akan tau sebenarnya siapa perempuan yang sedang dilukisnya. Keadaannya dan bagaimana ia berpisah dengan anaknya.

Fyi, ini novela ya, jadi kalo kalian berharap ceritanya akan mendetail, ga ditemukan di buku ini. Semua tokoh selewat-lewat aja, jadi mungkin setelah baca ini kamu akan ngerasain rumpang; sama kaya apa yang Ernest rasain. Kosakata yang digunakan juga puitis, jadi setiap kalimatnya indah saat dibaca.

Suka banget sama penutup buku ini, "hendaknya yang dilahirkan selalu bestari, lestari." yang maknanya adalah apa pun yang dilahirkan, baik itu manusia, pemikiran, atau perlawanan—seharusnya tumbuh dengan kebijaksanaan dan keberlangsungan.

Dah ah, segitu dulu.
Have a nice day.
bye.
Profile Image for aynsrtn.
487 reviews12 followers
November 6, 2024
“Begitukah kenangan? Ketika kau ingin melepas, ia semakin erat melekap?" - p. 58

Sebuah novela dengan 64 halaman. Mengisahkan Ernest Ageerbek yang mencari ibu kandungnya—seorang pribumi—di Hindia Belanda. Di perjalanan, ia bertemu dengan hantu pendongeng, gadis keturunan Tiongkok penjual opium, dan pada sekelompok pria Tionghoa. Membawa Ernest pada petualangan yang tak terduga.

Tipis. Hanya berisi 5 bab. Tetapi padat karya. Menampilkan tidak hanya narasi yang memikat, juga peta Batavia, serta puisi-puisi yang indah—yang ditulis oleh sang gadis opium—serta surat ibunya yang serasa sedang membaca bait-bait sajak.

"... karena kau terlalu capek berteriak sampai kau bosan.
Pada tanah air yang sama
Pada bangsa yang sama
Pada bahasa yang sama
Tapi mereka tak pernah menganggapmu ada."
- p. 30

Novela yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Tak hanya isu kolonialisme yang diangkat, tetapi juga friksi dan konflik dengan etnis Tionghoa di masa penjajahan Belanda, dinamika antara Indo-Totok-Pribumi pun terus dibahas. Sungguh padat dan berisi.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
August 19, 2025
Singkat, padat, menarik.

Ernest Agerbeek mencari ibunya yang bernama Sita di Hindia Belanda. Dahulu ayahnya, seorang dokter Belanda ditugaskan ke Batavia untuk mengatasi kolera. Saat itu dia bertemu dengan seorang gadis dan jatuh hati padanya. Perjumpaan mereka membuahkan seorang anak bernama Ernest, yang akhirnya dibawa oleh sang ayah kembali ke Belanda.

Kisah perjalanan Ernest diwarnai dengan latar belakang Indonesia pada masa pendudukan Belanda. Kalau tidak salah sekitar tahun 1920-an, karena ada narasi di dalam novela ini yang menyinggung pertemuan pemuda yang belum lama berselang (yang menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda). Masa dimana perdagangan opium menjadi marak, sampai dikeluarkan aturan anti opium.

Saya menyukai puisi, surat dan kisah yang menyertai Ernest di perjalanannya. Karena hanya novela, jadi ceritanya tidak detail. Tapi kerinduan dan penantian Ernest akan ibunya sungguh terasa.
Profile Image for mitch.
206 reviews4 followers
December 29, 2024
If you know me enough you know that I love stories abour home or the idea of home. This story of Ernie Agerbeek looking for his mother in the Dutch East Indies was promising. But I dove into this hoping for more in-depth journey on identity and belonging. Instead, what took up most of the pages here were physical and rather shallow interactions that Ernie witnessed and experienced. Not really my cup of tea but it was okay.
Profile Image for Aya.
11 reviews1 follower
November 24, 2024
"Begitukah kenangan? Ketika kau ingin melepas, ia semakin erat melekap?" - Hlm. 58
Profile Image for Farishad Latjuba.
24 reviews1 follower
April 29, 2025
Well… it could have been dug even more as each story has potential, stretched, and has more layers.
Profile Image for Belen.
6 reviews
August 14, 2025
Bahasanya berat untukku, tapi gaya penulisannya begitu berbeda
Profile Image for Naufal Basira.
4 reviews
August 26, 2025
Buku yang ditutup dengan indah dan cukup bikin perasaan campur aduk. Menyesakkan sekaligus melegakan.
Profile Image for Ajen Angelina.
19 reviews6 followers
December 3, 2025
Buku tipis yang bernas. Angelina Enny menulis dengan cantik sekali. Aku sukaaaaa
Displaying 1 - 13 of 13 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.