Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kedai 1002 Mimpi

Rate this book
Konon, kalau tidak mengerti, harus bertanya.
Giliran banyak bertanya, diancam mati.
Bisa jadi, kalau mengerti harus mati.

Pernahkah kau terluka dan meminta pertolongan, tapi mereka malah mengira kau mengada-ada?
Terkadang memang lebih baik bungkam, tapi izinkan jemari ini yang memberi tahumu.
Karena ternyata, tidak ada akhir yang bahagia, selama memang belum selesai dan selayaknya tenteram.

Kedai 1002 Mimpi.
Berdasarkan kisah nyata seorang mantan TKI yang berharap hidup lega tanpa drama.
Tak perlu dipercaya karena semua berhak mencari fakta.

Salam damai,

Valiant Budi Vabyo

384 pages, Paperback

First published May 1, 2014

17 people are currently reading
195 people want to read

About the author

Valiant Budi

15 books192 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
47 (15%)
4 stars
77 (24%)
3 stars
150 (48%)
2 stars
28 (8%)
1 star
10 (3%)
Displaying 1 - 30 of 61 reviews
Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
November 23, 2017
Ulasan lengkap: Kedai 100X Mimpi: Kisah 1001 Malam yang Gagal

Selalu menarik mendengar (membaca) pengalaman orang lain. Nggak perlu melakukan apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka dapatkan. Wawasan "tak biasa" tentang Arab Saudi tertelanjangi di sini. The power of sharing.

Nggak tahan euy sama saltik dan berjubelnya kalimat berima yang berusaha jadi ciri khas namun berakhir "maksa".Selesai dengan melompati bonus artikel "Ngendon di London" yang mungkin akan kubaca ketika benar-benar perlu. Betapa aku mungkin terlalu terlambat menikmati euforia #Kedai1001Mimpi ini mengingat itu terjadi sekitar empat atau lima tahun lalu.

Keinginan Vabyo untuk menulis buku traveling sepertinya diijabah melalui buku ini. Selain bercerita tentang kehidupannya pasca menjadi TKI di Arab Saudi, Vabyo juga bercerita tentang perjalanannya ke Ubud bersama Windy, Italia dan Prancis yang berujung reuni bersama Teh Yuti, dan Inggris sebagai pemungkas yang manis.

Buku ini menitikberatkan pada dampak yang diterima Vabyo setelah balik ke indonesia dan merilis Kedai 1002 Mimpi. Bagaimana Vabyo mengurusi warung kopinya, disambung-sambungkan dengan hal-hal klenik tentang persaingan bisnis kuliner yang membuatku terkaget-kaget. Segitu sengitnya ya?! Bagaimana Vabyo mengalami mimpi-mimpi buruk sampai diteror sampai dia harus melapor kepada polisi dan meminum pil penenang karena sudah terlalu gerah. Begitu keterlaluan orang-orang itu! Dan diakhiri dengan bagaimana Vabyo mengobati rasa traumanya dengan jalan-jalan dan bermeditasi.

Buku ini juga menjabarkan kisah pilu TKI, dari penggutingan bibir sampai sampai dijatuhi hukuman pancung di Arab Saudi. Juga kisah pilu pesepakbola asing yang meninggal di Indonesia, Diego Mindieta.

Beberapa kutipan asoy dari Vabyo:
"Kunikmati oksigen yang memenuhi ruang paru-paru, mengembuskannya secara saksama. Aku lupa, bernapas bisa sedemikian nikmatnya."

"Aku ternyata begitu merindukan kebersamaan atas nama manusia, tanpa kecurigaan, persangkaan, atau letup amarah. Cukup atas nama manusia saja, bila ternyata embel-embel identitas lainnya hanya membuat kita meniadakan cinta."

"Beberapa orang memilih menu tambahan pada paket kehidupannya. Berbagai prasangka yang menjelma sebuah keyakinan memang membuat apa pun yang terlihat sesuai persangkaan."

"Bisa jadi, jalan terbaik untuk menikmati sebuah karya adalah mengosongkan harapan sebelum membuka lembaran. Rasakan sensasi deg-degan kencan pertama tanpa ekspektasi, lalu semua jadi kejutan."
Profile Image for shanghao.
291 reviews102 followers
February 26, 2017
Retrospektif dari buku Kedai 1001 mimpi. Gaya tulisnya lebih enak dibanding buku pertama karena terkesan dikurangi meteran lebaynya (misalnya kalimat berakhiran ejaan mirip2 yang sering banget muncul di buku sebelumnya).

Dari segi konten memang gak selucu buku sebelumnya tapi entah mengapa buku ini terkesan lebih personal.

Bab dimana Vabyo berbagi pengalamannya Vatican City dan London bikin kangen pisan! Suka sekali cara pandang Vabyo yang mengatasnamakan kemanusiaan yang damai dalam perbedaan, apapun ras dan agamanya. Kelakuannya terhadap turis asing di Vatican juga menjadi contoh Muslim yang toleran dan membuat orang melihat umat agama Islam sebagai orang yang ramah dan toleran, bukannya seperti di laporan tentang teroris yang mengatasnamakan dan justru mencemari agamanya sendiri.

Tidak bikin 'wow' gimana sih, tapi buku ini seperti merayakan kehidupan 'normal' yang sebetulnya patut disyukuri dan bisa dibuat sebagai sesuatu yang luar biasa positif, tergantung bagaimana kita menyikapi dan menindaki semuanya.

PS: Kalau bisa, tolong jangan budayakan lempar barang ke sungai atau tempat yang bukan tempat pembuangan sampah dong mas @vabyo. Kita wujudkan orang Indonesia yang lebih beradab dong ^^ Kalau memang gak mau tuh ponsel, tinggal factory reset trus donasi ke yang mungkin lebih perlu kan boleh juga kan? Kan?
Profile Image for Indah Threez Lestari.
13.4k reviews270 followers
May 17, 2014
489 - 2014

Kisah di balik layar penulisan dan penerbitan buku Kedai 1001 Mimpi.

Berbeda dengan buku sebelumnya yang berbalut komedi sehingga suka-duka hidup sebagai TKI di KSA nyaris jadi hiburan pembaca, buku yang mengisahkan tentang terorisme yang dialami Vabyo gara-gara "terlalu banyak tahu" ini tone-nya jauh lebih serius dan suram, hingga hampir-hampir menularkan depresi dan mimpi buruk. Well, seharusnya sih covernya yang hitam kelam seperti malam itu cukup memberikan warning, ya?

Yang kurang kusukai dari buku ini adalah ilustrasi isinya, yang rasa-rasanya sih tidak cocok saja dengan tonenya. Menurutku, tanpa tempelan ilustrasi pun buku ini sudah menarik kok.

Dari gaya penulisan di buku ini, ada sedikit ketidakkonsistenan yang cukup mengganggu dalam penggunaan kata ganti orang pertama. Di bagian utama buku, Vabyo menggunakan kata ganti "aku", sementara di bagian bonus menggunakan "saya". Tapi, ini benar-benar nitpicking sih, karena aku sendiri juga sering tidak konsisten dalam penggunaan kata ganti ini. Kadang-kadang aku, saya, gw, aq... yah sesuai situasi dan kondisi sih :)
Profile Image for Sayfullan.
Author 10 books39 followers
June 10, 2016
"Kenapa menangis?"
"Mereka memanggilku kafir."
"Memang menyakitkan. Tapi apakah kita memang benar-benar seberiman itu? Kamu ingat kan, waktu kecil kita sering menghabiskan waktu bersembunyi hanya karena dikatakan si Gendut Jelek?"
"Iya. Tapi akhirnya kita menyadari, memang kita tidak kurus, tapi toh juga nggak ganteng-ganteng amat."
"Setiap orang berhak mengatakan apa pun yang mereka mau, kita dapat memutuskan kapan mau terluka atau tertawa." (Page 322)

Yeah, kelar ngerampungin buku nonfik abang kece ini, Bang PIBI!!!

Baiklah, setelah baca buku beliau Joker, Kala-kali, yang enyak banget cara bertuturnya, ada hasrat terpendam-harapan *diksi gampangnya, pasti bakal nyengir-nyengir menggelinjang kalau saya baca buku ini. Dan setelah rampung, okeh, saya akui makin suka sama gaya bercerita easy reading-nya Bang PIBI.

Sial besar dan DOSA YANG TAK TERAMPUNI, berani-beraninya saya baca nih buku sebelum baca kakaknya Kedai 1001 Mimpi. Ibarat, lagi nonton drama korea, ujug-ujug langsung nonton episode 5 sebelum lihat episode 1-4 *nangis

Tapi, tak apalah. Toh jurus ini bisa membuat alaram penasaran saya kian membuncah untuk kakak buku ini.

Isi dari buku Kedai 1002 Mimpi ini, lebih pada topik tentang perjalanan hidup {Ciye, perjalanan hidup} Bang Pibi pasca menjadi TKI di Arab Saudi. Hal yang membuat saya beruntung bisa membaca buku ini dulu sebelum Kedai 1001 Mimpi adalah ulikan kisah-kisah masa lalu yang traumatis saat menjadi Barista yang bagi saya semacam kode rumit yang perlu diselesaikan di buku pertamanya. Tepatnya, perlu segera dicari tahu, sebenere ono opo tho di buku pertamanya? Nah, sumpah! Saya begitu tersiksa saat membaca; semacam sudah nafsu diubun-ubun, tapi abaya masih rapat saja. Masa ya, perlu dikoyak? #eh

Susunan cerita dalam buku ini maju mundur maju mundur maju...antara waktu sekarang dan waktu silam yang dikuak Bang Pibi melalui mimpi buruk dan pengalaman traumatisnya. Mungkin, kalo saya yang ngalamin kayak penulis, pasti dah hypertension akut, susah bobok; demi menghindari mimpi yang ngebet banget ikut, dan lelah jiwa raga hingga sering kentut.

Saya pikir tepat kok usaha Bang Pidi untuk membugarkan lagi psikis atas ancaman, teror, tudingan, dan hal yang paling menyakitkan; dianggap pendusta dengan berlibur. Dan part bagian liburannya itu menjadi favorit saya selama melahap buku setebal 382 halaman ini.

Saya enggan bahas trauma itu (yang pasti sudah diberitakan jelas di buku pertama) daripada saya baper, saya mencari kenikmatan lain. Ya, Alhamdulillah dari buku ini, saya bisa menikmati ketenangan Ubud, Ekspresi makan Mbak Windy *malah bayangin, lezatnya nasi bungkus di Jalan Dewi Sita dan lauk-pauknya melimpah, Koloseum Roma, Patung Santo Petrus di St. Pieter Square, Paris plus Teh Yuti *sumpah penasaran banget ma kloningan Yuni Sarah ini, dan diakhiri perjalanan bertajuk 'Ngendon di London.' Semua detail, rasa, aroma, tiap sudut keadaan di kota-kota Eropa itu banget saya rasakan. Ah, atau jangan-jangan penyakit delusional saya sedang kambuh ya? Hahaha

Over all, suka dengan cerita perjalanan di buku ini. Pun, pesan kedamaian yang sangat gampang ditangkap bagi siapa pun di buku berkaver hitam bak papan tulis ini. Namun, perpindahan waktu cerita yang cepat, membuat kurang nyaman. Tidak salah memang, seperti pikiran dan perasaan penulis yang pasti juga capek, karena dihantui oleh kenangan buruk. Namun gaya cerita yang menarik flash back di tiap part, terlalu capek dan loh, bikin bengong. Ibarat dah nyaman ma pacar eh, harus diputus dan dipaksa nikah ma yang lain. Mendadak nggak si
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
May 13, 2014
Tadinya saya pikir Vabyo beruntung, sebab setelah pengalaman panjangnya menjadi TKI, dengan segala hal baik dan buruknya, mungkin cuma dia TKI yang berhasil membuat satu buku tentang kisahnya dan laris manis pula di pasaran. Tetapi setelah membaca buku keduanya ini, saya jadi memandang dari sisi lain kesuksesan yang dialami Vabyo. Karena ternyata dia masih belum bisa terlepas dari bayang-bayang gelapnya semasa jadi TKI. Mimpi-mimpi buruk menghantuinya tiap malam, sampai saat bangun pagi kamarnya berantakan dan tak jarang basah kuyup keringetan.

Teror ini kelamaan tak hanya dalam mimpi namun berwujud di dunia nyata. Banyak oknum yang tak suka dengan buku Kedai 1001 Mimpi miliknya dan meragukan kisah kisah di dalamnya. Oknum oknum ini kemudian meneror Vabyo di dunia maya, lewat email dan pesan pesan 'mengejutkan' serta tak jarang ancaman kematian. Yang lebih parah, sering juga kasus ban yang sengaja dibocorin atau diserang tiba tiba saat Vabyo sedang asyik jalan kaki.
Semua hal ini membuat Vabyo menjadi paranoid. Hidupnya tak tenang, masalah masih saja datang. (yah namanya juga manusia, masalah mah seakan ngga ada habisnya)

Di buku ini Vabyo juga bercerita tentang Warungnya yang dibuat bersama kakak tercinta dan sedikit tentang lirik lagu yang ia tuliskan untuk sebuah boy band (yang lumayan tenar dan menggemparkan karena terdiri dari bocah bocah ganteng *lope lope)

Secara keseluruhan, saya menikmati gaya bercerita Vabyo di buku ini. Bahkan saya sampai merasa Vabyo menyempilkan banyak pesan kehidupan di dalamnya (entah sengaja atau memang tidak sengaja), yang membuat saya pelan pelan membaca buku ini karena saya jadi merenung juga.

Temtang perbedaan pendapat, perbedaan keyakinan, dan lain hal yang membuat saya sesekali mengernyitkan dahi. Kadang bingung, kadang ketawa, tapi ngga jarang mata saya ikut berkaca kaca. Duh, lha ada berapa banyak Vabyo lainnya yang 'disepelekan' hanya karena ia seorang bekas TKI yang menceritakan kenyataan?

Mungkin orang orang yg ngancem Vabyo itu dalam hati kecilnya percaya kalik ya, atau mungkin ada kenalannya yg juga kerja sebagai TKI, atau mungkin mereka sendiri mau bekerja jadi TKI, alhasil begitu mendengar berita pahit semacam perlakuan semena mena yg diterima TKI kita, mereka jadi jiper dan takut. Takut akan kenyataan. Banyak kan orang orang yang emang senengnya lari dari kenyataan. *lari lari cantik di temlen aja lebih nyaman
Episode paling bikin saya trenyuh itu waktu tragedi Vabyo dengan kantong sampah bocor. Duh, hampir mbrebes mili.

Tapi kok kayaknya ini cerita banyak yang nanggung yah. Seperti kisah si uban, atau si pelapor polisi, atau cerita saat Vabyo ke Roma dan ke London. (iya, di bagian akhir buku ini bahkan ada contekan yang harus dipersiapkan kalau kita mau ke London loh)

*ah bilang aja bukunya kurang tebel
*masih nunggu cerita lainnya

Dan Vabyo, Terima kasih sudah mau terus menulis untuk kami :*



Eits bentar. Ada satu dialog yang bikin saya nyengir waktu baca

"Anda siap mati dengan menulis buku ini?"
"Maaf ya, memangnya Anda -yang tidak menulis buku ini- gak akan mati?"
"Public figure apa hell figure lo? Siap siap busuk di neraka!"
"Yah, kalau surga ternyata isinya orang yang senang mencaci, mengutuk seperti Anda, saya juga ogah!"

Profile Image for Ren Puspita.
1,474 reviews1,016 followers
June 4, 2023
3 bintang

Gue masih teringat baca Kedai 1001 Mimpi 10 tahun lalu, tepatnya di 2013, dimana buku itu bikin gue terhenyak. Mind opening banget lah bahasa jakselnya (halah). Baca tulisan Valiant Budi -yang akrab dipanggil Vabyo- tentang pengalamannya jadi TKI di Arab Saudi, dimana dia jadi barista buat Sky Rabbit (gue mikir ini kayaknya Starbak versi Arab bukan sih?) memang jauh lebih "mengguncang iman, membuka cakrawala" yang sesungguhnya ketimbang The Da Vinci Code. Karena ya, bayangan gue dulu orang Arab Saudi kan kayak suci tak bernoda bak abis mandi rinso tiap hari, padahal berita penyiksaan TKI sudah marak sebelumnya. Gaya tulis Vabyo yang blak - blakan dan penuh sarkasme memang membuat buku Kedai 1001 Mimpi saat itu jadi top read gue di 2013.

Kedai 1002 Mimpi adalah lanjutan Kedai 1001 Mimpi, dimana Ren tentu saja baru baca 9 tahun kemudian setelah bukunya diterbitkan di 2014 (kelakuan emang). Kisah - kisahnya sendiri lebih ke apa yang terjadi setelah Vabyo berhasil kabur dari Saudi dan teror yang diterima dia gegara banyak yang ga percaya sama yang dia tulis di Kedai 1001 Mimpi. Masyarakat Indonesia kebanyakan emang ga cuma mengidap fragile masculinity tapi juga fragile religiously (is that even a term?), fakta yang yang juga terpampang nyata sampai sekarang. Tone buku ini memang lebih suram, kelam dan bahkan ada suicidal thoughts dari Vabyo yang bikin gue cukup kaget karena ga ada trigger warningnya sama sekali. Jadi, gue saran, jangan baca Kedai 1002 Mimpi disaat kondisi mental kamu lagi ga bagus. Karena gue yang lagi baik - baik aja pas baca ini, cukup kepengaruh juga sama tulisan - tulisan Vabyo, di lain sisi juga kesel sama perlakuan orang - orang ke Vabyo. Kayak, gila ya manusia, pengecut banget cuma bisa nerror2 aja via sosmed tapi ga berani berhadapan langsung. Apalagi ada yang bandingin kalau pas dulu dia ke Alkhobar & Dammam (tempat Vabyo kerja di Saudi), dia ga merasakan apa yang Vabyo rasakan, dan ternyata yang bersangkutan tinggalnya di kompleks Aramco. Ya iyalah hahaha, definisi sesungguhnya orang abai berprivilege emang seperti ini.

Sayangnya, gue merasa walau tulisan Vabyo cukup rapi, gue ga merasakan apa yang dulu gue rasakan pas baca buku pertamanya (ini gimana jelasinnya ya). Pas gue buka buku Kedai 1001 Mimpi dan bandingin, oh, ternyata Kedai 1002 Mimpi ini lebih sedikit isinya dan bahkan hurufnya digedein agar terkesan berisi banyak. Agak menurun emang ya kualitas bukunya. Beberapa hal emang agak random kayak perjalanan Vabyo ke Vatikan dan London, walau akhirnya ya gue paham kenapa bagian ini ditulis. Kedai 1002 Mimpi memang terasa seperti upaya Vabyo untuk "menyembuhkan diri" setelah apa yang terjadi di buku Kedai 1001 Mimpi, namun sayangnya, keajaiban yang ada di buku 1 emang agak memudar di buku ini. Walau gitu, buku ini ga jelek - jelek amat kok. Bagian yang ada guide perjalanan ke London itu cukup membantu. Kalau udah baca Kedai 1001 Mimpi, buku ini bolehlah dibaca.
Profile Image for Meta Morfillah.
664 reviews23 followers
June 4, 2015
Judul: Kedai 1002 mimpi
Penulis: Valiant Budi
Penerbit: Gagas Media
Dimensi: iv + 384 hlm, 13 x 20 cm, cetakan pertama 2014
ISBN: 978 979 780 711 5

Awalnya saya kira buku ini adalah fiksi, namun ternyata saya salah. Buku yang saya dapatkan dari hadiah sebuah perlombaan di grup komunitas ino ternyata adalah seri kedua. Seri pertama buku ini berjudul Kedai 1001 mimpi. Judul itu diambil dengan pertimbangan penulis bekerja di kedai kopi, di negeri 1001 malam (Arab), dan kisah perjalanannya terasa seperti mimpi. Meski covernya terlihat menarik, saya tak tergerak membaca buku ini di antara beragam pilihan buku yang belum saya baca. Mengapa? Karena sebelumnya saya pernah membaca karya penulis berjudul Bintang bunting, yang menurut saya kurang memuaskan. Sayangnya, saat saya ingin membandingkan gaya penulis di buku ini dan buku sebelumnya itu, buku bintang bunting kepunyaan saya dihilangkan oleh teman yang meminjam.

Well, di buku ini saya suka gaya bercerita Vabyo yang interaktif, menarik, dan cukup humoris. Beragam pengalamannya sebagai mantan TKI di Saudi Arabia yang sebenarnya miris dan menyedihkan malah saya nikmati dengan tersenyum. Tapi mungkin memang pengalaman buruk itu lebih membuat kita kreatif. Berkat pengalaman kerja yang tidak menyenangkan itu, vabyo justru melahirkan buku, menulis lirik lagu untuk boyband terkenal di Indonesia, serta membuka kedai kopi! Persis seperti pekerjaannya di Arab dahulu. Meski beragam hal baik mulai datang dalam hidupnya setelah balik ke Indonesia, tepatnya bandung, ternyata Vabyo belum bisa bernafas lega.

Ada banyak komentar negatif, teror, mimpi buruk yang sering berulang hingga vabyo memutuskan mengonsumsi obat penenang. Bahkan teror itu tak sebatas di dunia maya, melainkan secara fisik pun sering ia alami. Seperti ban mobil yang sering dikempeskan, didorong saat sedang berjalan oleh pengendara motor yang merupakan hatersnya, hingga pengunjung kedai yang aneh dan mencari masalah. Tapi semua itu menjadi tak berarti saat ia mendapat kabar ayahnya sakit. Semua masalah yang menderanya, menjadi tidak berarti dibandingkan kekhawatiran terhadap keadaan orang yang dicintainya.

"Ayah bukan bapak terbaik di dunia, tapi aku juga bukan anak tersoleh yang bisa ayahku banggakan. Dan bisa jadi, justru karena itu kami dipasangkan." (Hlm. 270)

Semua hal melelahkan itu, ia obati dengan travelling sendirian ke luar negeri, sembari mempraktikkan self healing yang ia pelajari dark reza gunawan. Di akhir bukunya, vabyo menyertakan bonus tulisan dark blognya, bonus resep saudi champagne dan hummus versi anti drakula, bonus artikel ngendon di london (dan ini yang paling bikin saya iri dan mupeng pengen ke london), bonus surat cinta dark 2 penggemarnya, dan nukilan beserta review tentang buku pertama seri ini: kedai 1001 mimpi. Ada kutipan yang saya suka di nukilan tersebut,

"Maaf, tapi di negara miskin saya itu, saya lebih banyak tersenyum. Tak terbeli dengan ribuan riyal. Lagi pula, semua kebusukan negara saya, Indonesia, ada di negara lain, kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu dimiliki negara lain." (Vabyo, hlm. 371)

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang, karena saya merasa seperti ada bagian yang terpotong di tengah cerita tentang pengalaman vabyo di saudi yang tiba-tiba berganti menjadi liburan di luar negeri.

Meta morfillah
Profile Image for Helvira Hasan.
Author 2 books8 followers
June 2, 2014
kurang nampol dari buku pertama. tapi masih bisa dinikmati.

anyway, ada resep Saudi Champagne di buku ini. pengen nyobain! nama boleh champagne, tapi bukan miras. hehe..

halaman-halaman terakhir itu ada beberapa artikel lepas. akhir dari kisah kedai 1002 mimpi sih sudah berakhir setelah Vabyo akhirnya melempar ponselnya. tapi bagian ini drama ngarang kayaknya ya? kan sayang! atau mungkin memang dia sudah tak kuat lagi menanggung beban itu semua. karena katanya ini kisah nyata, ya oke percaya aja. hahaha..
Profile Image for Mahfudz D..
Author 1 book21 followers
August 8, 2014
Lebih menghibur buku sebelumnya (Kedai 1001 Mimpi), tapi cerita di dalamnya juga nggak kalah tragis dan ispiratif.
Profile Image for N.  Jay.
241 reviews9 followers
October 11, 2018
Buku kedua mas Vabyo yang saya baca, kalau mau dibilang sekuel dari dwilogi kelihatannya tidak begitu bisa meski sebagian cerita di dalamnya masih terhubung dengan buku Kedai 1001 Mimpi. Tapi tetap saja buku ini menyenangkan untuk dibaca, hanya saja, kadar komedinya tak sebanyak di buku pertama. Lebih banyak hal-hal semacam trauma dan ancaman yg sering terlihat di buku ini selain halnya hal-hal baru yang dicoba si penulis, misalnya pada tawaran menulis lagu (siapa bakal mengira dia yang menulis lirik lagu Ahh, silakan simak halaman 82). Ada juga mimpi buruk yang sering menghantuinya membuatnya berlari pada pil penenang dan akhirnya memilih mengikuti sesi meditasinya mas Reza Gunawan sebagai cara yang lebih baik untuk mengangkat beban mental dan berdamai dengan segala yang dialaminya sewaktu bekerja di Arab Saudi.

Dan rupanya ada satu cerita di buku ini yang saya temukan di buku lain, The Journeys 3, ya terlihat sekali dari pesan dalam ceritanya meski saya tidak tahu apa alasannya memasukkan cerita ini dalam kumpulan tulisan para traveler tersebut. Terus, seperti yang dituliskan ulasan Goodreaders lainnya tentang gaya penulisan yang berbeda, sebetulnya hal itu tidak benar-benar berbeda mungkin hanya kesan sewaktu membaca setiap katanya yang amat jujur ini.

Intinya, jangan membenci atau membalas dengan dendam orang yang mencacimu, menghinamu, tapi, cobalah untuk menjadikannya sebagai lecut yang akan menguatkan hatimu.
Profile Image for Verininta.
20 reviews2 followers
January 29, 2020
Buku ini menceritakan tentang kehidupan penulis setelah pulang ke Indonesia.
Saya membaca buku ini setelah selesai membaca Kedai 1001 Mimpi. Saya pikir Kedai 1002 Mimpi hanya menceritakan kisah-kisah yg belum tertulis di buku sebelumnya. Ternyata buku ini juga menceritakan "behind the scene"nya buku 1001 kedai mimpi serta kejadian kejadian yg penulis alami setelah buku 1001 kedai mimpi terbit.

Membaca buku ini saya sungguh kaget akan tanggapan tanggapan buruk yg diterima penulis krn buku sebelumnya. Terus terang saya secara pribadi percaya akan isi buku penulis 1001 kedai mimpi. Saya percaya kalau orang arab itu manusia biasa...ada yang baik...ada pula yg bejat.
Maka isi berbagai kejadian yg diterima penulis di buku 1002 kedai mimpi ini sukses membuat saya terbengong-bengong. Teror yg diterima penulis menurut saya sudah berlebihan dan sapapun yang melakukannya adalah kriminal! Toh penulis juga tidak memaksa siapapun untuk percaya akan tulisannya. Yah kalo gak setuju dg buku si penulis, mbok ya bikin aja buku sendiri.... tulis deh yg kamu mau...
*jadi ikut emosi 😆
Profile Image for Diyah.
72 reviews1 follower
April 13, 2019
bahwa orang paling bodoh adalah orang-orang yang tidak percaya pada kebodohan. keyakinan bahwa dirinya benar, membuat orang mempunyai energi berkali lipat untuk menjalani hidup.
di buku ini mulai ada rasa kasihan, dan marah ketika membaca kesialan penulis, meski masih ada beberapa kesialan yang membuat tertawa. lebih banyak informasi tentang tempat-tempat menyenangkan untuk didatangi ketika berkunjung ke Bandung atau Inggris.
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book143 followers
June 11, 2014
Tuhan selalu tepat waktu. Itulah yang saya rasakan ketika membaca buku ini. Jiwa saya yang sedang linglung dengan emosi yang naik turun menjadi teduh dengan membaca buku terbaru Valiant Budi ini. Lho, memangnya ini buku rohani? Jelas bukan! Tapi melalui buku ini saya secara tidak langsung ‘diajari’ Vabyo untuk lebih melihat segala sesuatu yang buruk menimpa kita dengan pandangan dan pikiran positif. Meskipun begitu, Vabyo sama sekali tidak menulis dengan cara yang menggurui atau mendikte. Entah bagaimana, saya menjadi terketuk dan tersadar saja membaca kisah-kisah yang ada di dalam buku ini.

Dibandingkan dengan buku sebelumnya, Kedai 1001 Mimpi, buku Kedai 1002 Mimpi adalah ‘oleh-oleh’ Vabyo selama berada di Arab Saudi, negeri yang ‘katanya’ suci tersebut. Ada 28 bab dalam buku ini kalau saya tidak salah. Menceritakan kehidupan penulis sepulang dari menjadi TKI di Arab. Kejadian-kejadian selama menjadi TKI rupanya masih membekas kuat dan justru menjadi semacam trauma. Mungkin buku ini bisa jadi adalah salah satu bentuk terapinya. Entahlah, saya sotoy saja sih.

Kadang penulisan Vabyo mengingatkan saya pada tulisan Djenar Mesa Ayu yang kerap berima. Misalnya;

Tentu saja aku punya
tapi aku tidak ingin banyak orang bertanya
aku lebih senang pamer hasil ketimbang pamer rencana


Ini sebabnya Vabyo sekarang sukses menjadi penulis lirik lagu. Sebut saja salah satu lagu boyband SMASH yang berjudul Ahh.

Berulang kali Vabyo sering dituduh menistakan agama, dibilang teroris, dicap pembual, dan banyak sebutan-sebutan lain yang tidak pantas mampir di telinganya. Menghadapi itu, menurut saya Vabyo luar biasa sabar dan masih mampu menyikapinya secara positif. Salut! Malah saya yang emosi dengan orang-orang itu. HIH!

Namun pernah juga saking merasa oknum-oknum itu kelewatan, ia jadi tidak nyaman (YA IYA DONG!), ia akhirnya melaporkan kejadian tidak mengenakkan itu kepada polisi. Dan bisa ketebak dong gimana reaksi polisi kita?

Untuk menyembuhkan kenangan buruk tersebut, Vabyo menyiasati dengan menyibukkan diri membuka warung makan bersama sang kakak, jalan-jalan ke Eropa, dan minum pil penenang. Di sini saya tidak ingin menghakimi (pun memang tidak berhak) sebab kalau saya yang jadi Vabyo mungkin saya bisa lebih parah stresnya. Kebayang gak, meskipun sudah jauh dari negeri itu tapi setiap tidur selalu dihantui oleh ingatan-ingatan nggak banget yang sebenarnya ingin dibuang sejauh mungkin?

Seperti biasa, Vabyo juga menyelipkan humor-humor yang cerdas dan jauh dari kata garing. Entah ini penilaian subjektif saya saja karena saya mengagumi kerendahan hati si penulis atau memang begitulah adanya.

“Nanti pas nyampe bandara, kita ada jalur khusus. Biasanya sering ada yang malakin. Udah gitu, nanti kita disuruh pulang naek bus, dimintain duit lagi sekitar tiga ratus ribuan. Nanti sama sopirnya diminta lagi lima ratus ribuan. Kalau kita gak ngasih, mereka bakal ngancem gak akan dianterin sampai rumah. Belum lagi ada ongkos rokok, ongkos makan, ongkos minum, BANYAK, MAS.”

Buset. Mendengarnya saja aku sudah merasa bokek. (Hal. 11)

***

“Lihat kopi saya, apa ini? Lihat ini, kotak-kotaknya tidak rata. Saya tidak mau meminumnya!”

Rahangku mendadak terasa longgar. Apa tadi dia bilang?

“Maksud Anda, kotak-kotak sirup karamel yang di atas foam ini?”

“YA!”

“Tidak rata itu, maksudnya Anda ingin besar kotaknya… sama?!”

“YA!”

ANDA GILA?!

PASTI IYA!

“Baiklah, akan saya perbaiki,”

“Dan, lingkaran sausnya tolong bulat sempurna!” ujar si wanita menor itu, seakan cobaan belum selesai. Jangan-jangan, dia ingin topping saus karamel ini benar-benar serapi jaring raket?

Aku pun berusaha konsentrasi memencet botol saus karamel agar sirup yang keluar menempati posisi akurat. Ya ampun, jadi barista kok gini-gini amat, ya. (Hal. 18-19)


Saya juga suka sekali dengan kalimat-kalimat yang kelihatannya ‘ringan’ tapi ternyata maknanya mendalam.

Mungkin Tuhan sengaja memberiku dingin agar siap menerima sapaan panas. (Hal. 78)

Aku jadi belajar sesuatu. Bila telanjur dituduh menyeburkan diri, sekalian saja loncat indah! (Hal. 82)

Iya, kadang memang kita tidak pernah sendiri. Dan kadang, justru itu yang menakutkan. (Hal. 265)


Membaca buku ini membuka mata dan pikiran saya tentang kehidupan TKI di luar sana. Mungkin banyak TKI yang nakal. Tapi sekali lagi, kekerasan tidak dibenarkan. Sempat berjengit ngeri dan mengelus dada membaca kisah-kisah TKI. Ada rasa haru yang menjalari tubuh saya membuat saya semakin bersyukur atas hidup yang sudah Tuhan berikan untuk saya.

Kenapa saya kasih bintang 4? Why not? Buku ini banyak informasi penting yang mungkin tidak bisa kita dapatkan di buku mana pun. Selain itu, ilustrasi-ilustrasi dalam buku ini juga menyegarkan. Di setiap pergantian bab juga ada gambar-gambar yang memanjakan mata. Konsep yang sangat kreatif dan pas dengan suasana kedai kopi saat ini.

Saya pribadi belum pernah ketemu dengan penulis, meskipun ingin sekali. Saya curiga jangan-jangan Vabyo selain menulis juga berprofesi sebagai motivator yah? Sebab kalimat-kallimatnya terasa begitu meneduhkan. Hahaha…

Terus berkarya ya, Kak! Dipuji atau dicaci akan berkarya sampai mati kan? Keep writing… ^.^
Profile Image for Novia Azwir.
7 reviews1 follower
July 27, 2018
impressed by how write able to describe reality into book, loved it
Profile Image for elynn.
51 reviews
October 13, 2024
Blak-blakan dan penuh sarkasme, suka. 🤤🫶🏻
Profile Image for Cili Tami.
23 reviews
November 6, 2025
Jujur, lebih suka buku pertamanya daripada yg kedua ini. But still good!
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
June 4, 2014
Sudah pernah baca buku Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI? Belum? Saran saya, sebelum membaca buku ini, sebaiknya baca dulu buku sebelumnya, Kedai 1001 Mimpi. Buku yang bercerita tentang pengalaman penulis menjadi TKI di Saudi Arabia. Kenapa? Karena pengalaman yang dituliskan di buku itu menjadi dasar hadirnya buku sekuel ini. Lagipula ada beberapa tokoh (Teh Yuti, Bambang dan Mas Blitar) yang ga ada penjelasannya siapa mereka di buku ini. Atau kamu sudah baca? Yuk mari…

Valiant Budi (a.k.a Vibi a.k.a Vabyo) akhirnya bisa kembali ke tanah air. Meski dengan status sebagai “pelarian” dari tempat kerjanya, Sky Rabbit. Namun pulang ke tanah air, bukan berarti kisahnya selesai. Vabyo menuliskan pengalamannya dalam sebuah buku (Kedai 1001 Mimpi) yang kemudian menuai banyak reaksi pro-kontra. Sebenarnya sebelum dijadikan buku (saat Vabyo bercerita di media sosial secara berseri tentang pengalamannya itu) dia sudah mendapat banyak kecaman. Ada yang menuduhnya pembohong, murtad, menghina agama Islam, bahkan dituduh kafir. Jika hanya sebatas makian dalam bentuk tulisan mungkin Vabyo tidak perlu sampai menerima tawaran pil penenang dari kawannya. Ancaman datang dalam wujud yang lebih nyata. Ban mobil dikempesi, dilaporkan ke polisi, sampai kecelakaan seperti korban tabrak lari.

Dalam buku ini, Vabyo lebih banyak mengambil setting lokasi di Indonesia,khususnya Bandung, tempat dimana dia kemudian mendirikan sebuah usaha kuliner bersama kakaknya karena dia masih cinta pada kopi yang sudah membawanya ke Timur Tengah. Warung Ngebul namanya. Warung yang sangat laris berkat promosi di media sosial. Tapi, tetap saja Vabyo diselimuti kekuatiran karena teror yang masih saja berdatangan. Teror itu juga datang dalam bentuk mimpi dan khayalan, dimana Vabyo “menceritakan” kembali beberapa pengalamannya di Saudi Arabia.

Entah mengapa saya merasa ada yang kurang di buku kedua ini. Beberapa “kebab” (istilah bab dalam buku ini) seperti terpisah dengan kebab sebelumnya, sehingga cerita yang disajikan di kebab sebelumnya terasa nanggung tidak selesai. Misalnya cerita si pelapor ke polisi yang tidak ada lanjutannya (entah sengaja dibuat misterius atau memang hanya mereka saja yang perlu tahu). Lalu porsi Teh Yuti dan Bambang juga sedikit (padahal saya kangen sama mereka *lha*), bahkan Mas Blitar tidak ada kabarnya yang jelas.

Atau mungkin karena buku ini lebih berat pada kegalauan dan kegundahan hati si penulis. Dibandingkan buku pertama, ada banyak “kejutan” berupa hal-hal undercover yang ditulis di sana. Membuat saya seperti mendapat tambahan pengetahuan baru. Bukan berarti di buku kedua ini tidak ada info berarti. Vabyo sempat memberikan tips untuk pergi ke Inggris di salah satu bagian buku ini, belum lagi kisah jalan-jalannya ke berbagai tempat di Eropa.

Akhir kata, saya salut pada kang Vabyo yang berbesar hati berbagi kisahnya dengan kita, bahkan ketika dia harus diancam mati karena telah berbagi. Saya berharap masih ada mimpi yang bisa dibagikan selanjutnya, karena saya yakin ada banyak penggemar yang menantikan kisah pemberani seperti Vabyo.
Profile Image for Eka Suratno.
18 reviews2 followers
June 23, 2014
Judul : Kedai 1002 Mimpi

Penulis : Valiant Budi @vabyo
Penyunting : Alit Tisna Palupi
Penerbit : GagasMedia
Cetakan pertama : 2014
Tebal : 384 halaman, paperback


Cuma 3??
iya cuman tiga, karena merupakan kesalahan saya yang telah membandingkan buku ini dengan sequel pertamanya (Kedai 1001 Mimpi)*maaf,
tapi saya cukup menikmati baca keluh kesah VB yang dituangin dibuku ini.
Walaupun masih merupakan lanjutan dari sequel pertamanya, "Kedai 1001 Mimpi" hanya saja beda setting lokasi.

Di buku ini adalah cerita lanjutan dari kehidupan Vabyo pasca kabur dari Saudi, diganjar hukuman 5 tahun tidak bisa bertamu lagi ke negara itu, tidak ada artinya dibandingkan dengan kejadian - kejadian yang dialaminya setelah pulang ke Bandung.

dalam membaca buku ini kita diajak berfikir untuk memahami keadaan orang lain, ternyata dibalik penjualan bukunya yang sukses ada kisah pilu yang berani diangkat oleh Vabyo. berbagai macam teror dan cemoohan dari pihak - pihak lain yang tidak sependapat dengan kisah nyatanya dibuku Kedai 1001 Mimpi, dibuku ini Vabyo lebih menggambarkan permasalahan batinnya, gaya bahasanya cenderung berirama, membuat saya sebagai pembaca menikmati permainan kata - katanya.

Tetap dengan kegemaran travellingnya, dibuku Kedai 1002 Mimpi ini Valiant Budi menceritakan perjalanan "damai" nya kebeberapa tempat, termasuk menyepi di Ubud, melancong ke Eropa, dan...London (the city that i want to visit :p).

Seperti untold story yang terungkap, dari buku ini saya baru tahu, ternyata Valian Budi ini yang jadi pengarang lagunya boyband Indonesia yang cukup terkenal.. dia juga dapet keahlian baru yang menurut saya tidak sia - sialah kepergiannya jadi barista di Saudi, karena dia bisa buka Warung Ngebul yang menurut saya menu kopinya enak deh,,secara pengalaman dia jadi Barista seperti mendarah daging gitu..hihihi *maap

sekalipun ditengah masalahnya sepulang dari Saudi, dia tetap bisa berkarya, dan yaah...terbukti bukunya yang jadi cemoohan bisa jadi best seller.

dan makasih buat Valiant Budi yang udah berani menceritakan kisahnya yang secara tidak langsung membuat pembaca untuk melihat sisi lain dari suatu permasalahan. tidak hanya mempertahankan pendapat berdasarkan pengalaman pribadi, tetapi juga mencari fakta lain dari pengalaman orang lain.

karena menurut saya, "setiap orang berhak punya pandangan masing - masing tanpa harus ada interfensi dari pihak lain".

dan semoga Valiant Budi dapat menyelesaikan apa yang belum terselesaikan seperti yang dia tulis "Karna ternyata tidak ada akhir bahagia, selama belum selesai dan sepenuhnya tenteram" semangat mas,,tetap menulis untuk kami :D

"Beberapa luka mungkin harus berbekas, untuk pengingat sekaligus penguat. Namun, aku yakin kelak di sebuah akhir yang benar-benar bahagia, jejak tangis ini akan menjadi lukisan indah," (hlm.324 prgrf 3)

Profile Image for Nabila Budayana.
Author 7 books80 followers
June 9, 2014
"Kedai 1001 Mimpi”, sebuah kisah non fiksi tentang kehidupan suka-duka sang penulis saat menjadi TKI di Arab nampaknya belum cukup memuaskan pembaca setia karya Vabyo. Baru-baru ini, “Kedai 1002 Mimpi” edar. Meski judulnya terdengar humoris, namun ternyata ada perbedaan yang cukup jauh antara kedua kisah non fiksi itu. Di “Kedai 1001 Mimpi” Vabyo sedang menggebu-gebu, sesekali menyampaikan rasanya dengan amarah, meski kerap terselip lelucon. Di "Kedai 1002 Mimpi" ia jauh berbeda. Vabyo 'bersikap lebih tenang' di buku ini. Mungkin karena waktu. Ada saat dimana seseorang perlu berkisah dengan emosinya, ada saat dimana makna yang perlu dicari.

Sesuai pengartian angka "1002", "Kedai 1002 Mimpi" merupakan 'seri lanjutan' dari Kedai 1001 Mimpi. Apa yang terjadi dengan Vabyo setelah ia kembali dari Arab dan menulis Kedai 1001 Mimpi mungkin masih menjadi pertanyaan bagi pembaca setia tulisan Vabyo. Di buku ini, Vabyo menjawabnya. Bukan hanya tentang pengalaman buruk yang menimpanya akibat menulis "Kedai 1001 Mimpi", namun juga bisnis yang ia tekuni, profesi baru yang ia jalani sebagi pencipta lirik lagu, dan berbagai lika-liku hidup lainnya. Kemampuannya dalam berkarya perlahan membuahkan hasil. Meski seringkali ‘terpuruk’, dibayangi trauma, bahkan ancaman dari pihak-pihak yang tak setuju dengan apa yang ia tulis, namun selalu ada kebahagiaan di sela duka. Di buku ini, Vabyo mengambil peran yang sangat manusiawi. Bukan sebagai tokoh jagoan yang berlagak tegar dengan segala cobaan. Ia justru berkisah jujur dengan menunjukkan rasa lelah, bahkan terpuruk. Di tengah itu semua, ia masih tetap berdiri dengan prinsip “Dipuji atau dicaci akan berkarya sampai mati”. Buku ini memberikan kesan bahwa pembaca tidak dipaksa untuk bersimpati. Penulis murni hanya ingin mengisahkan. Nampaknya adalah gaya Vabyo untuk membuat pembacanya gembira. Beberapa tips traveling, resep makanan dan sepenggal artikel Blog menjadi bonus di halaman-halaman akhir.

Di sela proses membaca, saya justru merasa di antara keterbukaan penulis, ada banyak hal yang tidak ia ungkapkan seutuhnya. Namun hal itu termaklumi. Karena tidak semua rasa menyakitkan mudah untuk diungkapkan dan dituliskan. Adanya ilustrasi yang terselip di antara tulisan sesungguhnya menarik. Tapi, sebagai pembaca yang agak bawel, saya rasa saya lebih nyaman dengan tulisan Vabyo tanpa ilustrasi. Pembaca bebas menafsir, tanpa perlu diarahkan kepada ‘kesan’ tertentu.

Saya rasa buku ini tidak bisa begitu saja dipisahkan dari “Kedai 1001 Mimpi”. Untuk menangkap apa yang diceritakan Vabyo di “Kedai 1002 Mimpi”, kita setidaknya mesti mengerti kisah sebelumnya. Jika segalanya adalah masalah sudut pandang, mungkin tak akan menjadi sebuah sajian karya menarik jika bukan Vabyo yang mengalaminya.
Profile Image for Alfath F. R..
233 reviews4 followers
November 8, 2017
Menurut saya kedai 1002 mimpi lebih 'personal' daripada sebelumnya. Cerita yang menurut saya lebih menunjukkan penulis sedang 'berjuang' menghadapi ketidaknyamanan hidup setelah berhasil keluar dari penderitaan selama menjadi TKI. Rasa ketakutan yang tersampaikan dalam buku ini lebih berbentuk seperti jurnal ketika menghadapi teror yang muncul di sekitar penulis. Meskipun pada akhirnya, saya gagal menebak siapa orang dekat penulis yang berkhianat. Ah, mungkin saya perlu membaca lagi buku ini kapan-kapan. Atau, jangan-jangan memang tidak pernah diungkap? :D

Kemudian, saya turut senang ketika mendapati penulis bepergian ke Eropa. Ikut senang juga karena di perjalanan itu penulis bertemu dengan orang-orang baik meskipun saya tidak bisa berkomentar banyak ketika dia merasa tentram di suatu tempat ibadah. Paling tidak, dari pengalaman penulis, ia mampu menyimpulkan bahwa masyarakat eropa yang notabene sekuler dan bukan pemeluk Islam rupanya mampu ramah terhadapnya. Kesimpulan yang bisa juga 'menyeret' pembaca tertentu berujar, "Mengapa warga muslim tidak bisa bersikap ramah seperti itu?"

Em, sebenarnya pertanyaan itu juga situasional dan tidak bisa bersifat umum. Penulis sendiri mengakui bahwa di Arab (KSA), tidak semua tempat dihuni oleh warga yang berperangai buruk seperti dalam cerita Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI. Ada Makkah dan Madinah yang terkenal sebagai tempat beribadah tujuan umat muslim sedunia merupakan beberapa lokasi yang dikenal santun.

Begitu juga tentang 'bule' yang tidak santun sebenarnya juga ada. Meskipun lebih banyak cerita yang terdengar adalah 'bule' itu sopan dan santun, itu tidak berlaku di semua tempat. Misal, salah satu senior saya yang belajar di salah satu negara 'bule' pernah menjadi korban saat berada di tempat umum. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya sambil bersumpah serapah dan mengangkat kedua jari tengahnya hanya karena melihat senior saya ini berkerudung. Jadi, baik itu muslim atau non-muslim, saya rasa... kita tidak boleh terkecoh menilai sesuatu hanya karena dia beragama tertentu.

Oiya, setelah membaca ini saya belum mencari tahu apakah penulis sudah pernah kembali lagi ke KSA dalam rangka beribadah? Mungkin dengan bertemu orang-orang baik di negara yang sama, cara itu bisa menyembuhkan sedikit trauma yang ada.
Profile Image for Yusuf Ks.
425 reviews53 followers
October 17, 2015
Ketika saya mengetahui ada buku berjudul Kedai 1002 Mimpi saya langsung berpikir, apakah buku ini merupakan buku daur ulang dan revisi buku Kedai 1001 Mimpi, ataukah buku lanjutan yang memuat kisah pengalaman hidup Vibi di Arab Saudi yang belum sempat diceritakan di buku sebelumnya? Daripada penasaran mending saya beli dan baca aja.

Syukurlah buku ini bukan seperti yang saya pikirkan, memang ada beberapa cerita pengalaman hidup di Arab Saudi yang belum diceritakan lalu diceritakan di buku ini, tapi bukan itu inti isi buku ini. Isi utama buku ini menceritakan pengalaman hidup Vibi ketika sudah kembali dari Arab Saudi untuk memulai sesuatu yang baru lagi dari awal.

Vibi mulai menulis naskah yang nantinya akan menjadi buku berjudul Kedai 1001 Mimpi yang sukses di pasaran, juga menulis lirik lagu, membuka Sky Rabbit cabang Bandung warung kopi, dan tidak melupakan komunikasi dengan beberapa teman yang masih di Arab Saudi seperti Yuti dan nantinya juga Bambang. Vibi juga menyempatkan diri traveling ke beberapa negara di Eropa dan dia kisahkan ceritanya di buku ini. Namun ternyata pengalaman buruk selama di Arab Saudi masih membekas di hati dan pikiran Vibi dengan luka yang sangat dalam, sehingga terkadang dia teringat bahkan sampai terbawa mimpi tentang berbagai macam kejadian buruk ketika di sana.

Apalagi ditambah berbagai kritikan dan kecaman dari orang yang tidak mau menerima kenyataan tentang pengalaman hidup di Arab Saudi mulai meneror Vibi sejak dia menuliskan ceritanya di media sosial, dan teror kecaman semakin dahsyat ketika buku Kedai 1001 Mimpi terbit dan meledak. Syukurlah pada akhirnya Vibi dapat melewati semua ujian tersebut setelah menempuh berbagai macam cobaan. Welcome back to Indonesia, Vibi. Jika masih ada yang tidak percaya dan orang-orang yang membencimu, maka tidak usah terlalu dihiraukan, orang seperti mereka mungkin baru akan percaya ketika mereka atau orang terdekat mereka sudah menyaksikan dan mengalaminya sendiri. Terlalu fanatik, kurang open-minded, dan kurang wawasan dapat menghalangi dalam menerima suatu fakta / kebenaran.

Kalau dibandingkan dengan buku pertama, Kedai 1001 Mimpi jelas lebih seru, namun buku lanjutannya ini tetap asyik kok dibaca, minimal untuk mengetahui bagaimana kehidupan Vibi setelah kembali ke Indonesia.
Profile Image for Perpustakaan Dhila.
200 reviews12 followers
August 7, 2015
"Setiap orang berhak mengatakan apa pun yang mereka mau, kita dapat memutuskan kapan mau terluka atau tertawa"

Kedai 1002 Mimpi.
Berdasarkan kisah nyata seorang mantan TKI yang berharap hidup lega tanpa drama.
Tak perlu dipercaya karena semua berhak mencari fakta.

Buku ini merupakan lanjutan dari Kedai 1001 Mimpi yang ditulis oleh Valiant Budi Yoga (@vabyo). Kedai 1002 Mimpi lebih banyak mengambil latar di Indonesia, setelah Vabyo pulang dari Arab Saudi dan beberapa peristiwa setelah Kedai 1001 Mimpi terbit.

Pulang ternyata bisa begitu membahagiakan bagi Vabyo. Berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya di Indonesia--khususnya Bandung. Awalnya ia pikir tak akan berurusan lagi dengan 'masa lalunya' di Saudi sana. Tetapi, peristiwa demi peristiwa yang cukup menyiksa jiwa dan raga Vabyo lantas terjadi. Ia dikatai kafir, lalu mendapat teror di media sosial, surel, pesan singkat, bahkan ia beberapa kali dicelakai. Semuanya hanya karena orang-orang itu tidak percaya dengan apa yang diceritakan Vabyo selama menjadi TKI sewaktu di Saudi dulu.

"Aku mulai belajar untuk tidak membesarkan masalah. Termasuk ketika melihat ban mobilku tertusuk benda-benda tajam. Aku sibuk menghibur diri; toh, setiap ban yang terkoyak, ada senyum seorang tukang tambal ban yang mendapat kerjaan. Jadi, terima kasih kau tukang tusuk ban!

Tak hanya itu, sepulangnya menjadi TKI, ia sering mendapat mimpi buruk. Mimpi kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang ia alami selama bekerja. Kejadian-kejadian tersebut sangat nyata di mimpinya sehingga sempat membuatnya ketakutan.

Bisnis yang mulai dibangun dengan sang kakak, Warung Ngebul, sempat juga mendapat gangguan dengan hadirnya 'peneror-peneror'. Untungnya semangat dan sikap pantang menyerah membuat Warung Ngebul berhasil 'eksis'.

"Aku lantas tersadar. Kenapa harus bersusah payah sibuk memberikan pembuktian pada seseorang yang sampai kapan pun akan selalu punya alasan untuk melukai?"


Baca review lengkapnya >> [Resensi Buku] Kedai 1002 Mimpi: Ada Lelucon di Setiap Duka - http://wp.me/p4zWQ9-2V
Profile Image for Shinta_read.
299 reviews13 followers
August 4, 2014
kelanjutan kedai 1001 mimpi ini lebih terasa sbg curhatan personal sang penulis, setelah dia pulang dr arab saudi, setelah dia menerbitkan buku kedai 1001 mimpi.

ternyata memang besaran royalti yang fantastis seolah-olah berbanding lurus dengan penderitaan berupa caci maki dan ancaman di dunia maya (dan nyata!) yang diterimanya. :-(

menariknya, meski ini nonfiksi dan topik yang diceritakan terkesan agak melompat2, cara berceritanya tetap segar dan renyah. memang sih, lama kelamaan jadi sadar banget betapa penulis suka dengan kalimat berima yg kadang maksa (terperanjat sampai kursi cacat, misalnya, hihihi).

selebihnya, buku ini membuatku ingin mampir ke kafe penulisnya (kapan yaaa?) dan pukpuk masnya agar bersabar. mudah2an senantiasa happy ending buat vabyo.

fave quote banyak deh dan memang relevan sekali ama masa kini yang memang sedang gemar2nya orang mencap orang lain dgn sebuah label atau menghujat dan membenci mereka padahal kenal pun belum. misalnya, "ketika seseorang sudah begitu antipatinya, kita sedang asyik merangkai bunga pun disangka lagi bikin sesembahan setan"(h. 323) wekwekwek bener banget, kan? jadi menurut vabyo, "kenapa harus bersusah payah memberikan pembuktian pada seseorang yg sampai kapan pun akan selalu punya alasan untuk melukai?" yep, totally agree with him. somehow he sounds soo wise. terutama seusai semua kejadian yang dialaminya.

finally, "setiap orang berhak mengatakan apa pun yg mereka mau, kita dpt memutuskan kapan mau terluka atau tertawa."
Profile Image for Vinca.
219 reviews5 followers
August 24, 2014
Kalau menurut goodreads rating 3 itu bagus, tapi menurut saya, rating 3 artinya so so.. alias biasa2 aja. Dibilang jelek ya gak jelek, dibilang bagus ya gak bagus.

Jika dibandingkan buku sebelumnya yaitu "Kedai 1001 Mimpi", buku ini terasa membosankan. Terbukti saya menyelesaikan buku yg jumlah halamannya lebih sedikit dari buku sebelumnya ini dalam jangka waktu 2 hari. Yang 1001 saya beresin dalam waktu 1 hari aja loh, bahkan saat nyetrika pun saya masih bela2in sambil membaca buku 1001 itu.

Kemudian karena gaya penceritaan dalam buku ini yang gak runut membuat saya pusing membacanya. Klo kata teman saya, Vabyo seperti menulis sesuai moodnya dia saja. Yah, kalau berniat untuk dibaca sendiri sih gak papa.. tapi kalau diedarkan secara komersil gini ya mbok dipikirkan pembacanya juga.

Oiya, saya turut prihatin dengan banyaknya ancaman yg mampir ke diri penulis.. yah, itulah kenyataannya hidup dalam masyarakat di sini yang masih tidak bisa membedakan mana arab dan mana Islam. Padahal orang2 arab itu kan manusia juga yg hidupnya ga terjamin dari dosa kan? apalagi tentang homo tuh. Saya jadi penasaran, apakah Agustinus Wibowo juga mendapatkan ancaman2 yg mirip? kan di bukunya ada yg disinggung tentang ini juga. Dan semoga sekarang, sang penulis tidak lagi mengkonsumsi obat penenang lagi ya..

"Seandainya kita bertumbuh kembang terbiasa melihat perbedaan warna rambut, dialek bahasa, warna mata, mungkin kita akan lebih mudah menerima perbedaan. Atau setidaknya, tidak mempertanyakan kenapa manusia bisa tak sama." (Kedai 1002 Mimpi - hal. 299)
Profile Image for Elisya Alwie.
37 reviews2 followers
May 15, 2014
(Mungkin ini spoiler)

Setelah selesai membaca buku ini, satu hal yang saya sadari, "Ternyata saya penggemar drama,ya"

Jujur agak sedikit kecewa. Jika pada buku pertama kita diajak untuk membaca curhatan penuh amarah dan gairah (?), kali ini kita diajak untuk mendengarkan curahan hati terdalam dari seorang teman.

Sebenarnya tema buku ini sama-sama menghadapi teror. Bedanya, pada Kedai 1001 Mimpi bercerita perjuangan Vabyo dalam menghadapi teror botol kecap, di buku kedua ini dia harus melawan teror dari bangsanya sendiri.

Ada satu hal yang bikin bilang "apa sih?", itu tentang Masjidil Haram detailnya seperti apa silahkan kalian baca saja. Cuman kalau boleh ngomong, "Untuk satu hal itu saya menolak untuk setuju." (gak ada yang nyuruh untuk setuju juga sih) -___-

Selain itu ada juga beberapa hal yang bikin Saya speechless tiada tara, yaitu cerita tentang drama yang dihadapi Mas Bambang. Yes! He's back!! Beserta Teh Yuti. Oh ya, ngomongin Teh Yuti, kok cerita dia berasa gantung banget sih.. :(

Secara penulisan tetap sama, asyik seperti sebelumnya. Tapi kok berasa lebih tertutup ya? (Aduh maaf deh kalau mulai sok kenal)

3 Bintang untuk keseluruhan buku, dan 1 bintang kheseus untuk keberanian dan kejujuran (atau mencari dukungan secara terselubung?) untuk bercerita di balik layar pasca lahirnya Kedai 1001 Mimpi dan Warung Ngebul.

Tetap semangat bang Vabyo, udah janji berkarya sampai mati khaaaan? :D
Profile Image for Novita Raini.
38 reviews9 followers
July 5, 2015
Sebenarnya saya jarang banget me-review buku, karena bahasa penulisan saya itu gak bagus, saya juga sulit mengekspresikan perasaan saya dalam kata-kata, tapi kali ini saya coba demi salah satu buku favorit saya.

Kedai 1002 Mimpi merupakan lanjutan dari buku Kang VB sebelumnya: Kedai 1001 Mimpi. Buku ini bercerita tentang suka-duka VB setelah pulang ke tanah air (dari mulai bikin Warung Ngebul, bikin buku, sampai diteror), flashback dan mimpi-mimpi VB tentang kehidupannya dulu di Saudi, dan Selipan VB jalan-jalan ke London beserta tips-tipsnya.

Jika banyak yang bilang kalau Kedai 1002 Mimpi tidak sebagus Kedai 1001 Mimpi, saya kurang setuju dalam hal ini. Bagi saya Kedai 1001 Mimpi merupakan buku “curhatan” yang seringkali membuat saya bergumam dalam hati “ternyata bukan cuma gue yang mikir begitu”, “ternyata ada yang lebih tersiksa dari gue”, “HAHAHAHA KAMPRET”, dan kadang membuat saya bertanya “Kenapa sih ada orang macem begini yang ternyata satu kepercayaan sama gue?”. Nah kalau Kedai 1001 Mimpi membuat saya sekedar bertanya, Kedai 1002 Mimpi berhasil membuat saya menjawab harus bagaimana sama orang-orang macem itu, dan bisa dibilang membuat saya move on, membuat saya legowo, membuat saya menjadi lebih dewasa dalam berpikir (-> ini self proclaimed sih tapi) dan lebih bertoleransi kepada sesama manusia. Walaupun ya tetap aja Kedai 1002 Mimpi masih diselipi humor yang membuat saya berkata “HAHAHAHAHA KAMPRET”. Terima kasih Kang VB udah nulis buku ini. :)

Salam.
Profile Image for Pentapetals.
29 reviews2 followers
December 30, 2014
Buku lanjutan kisah Kedai 1001 mimpi menceritakan aftermath Vabyo setelah akhirnya bisa lolos kabur kembali ke Ibu Pertiwi.

Namun ternyata bisa kembali ke tanah air tidak serta merta 1001 mimpi buruk lantas berakhir. Cekaman dan teror datang bertubi dan kali ini malah datang dari saudara sendiri. Mulai dari verbal threat di social media, dikuntit, dikempesi bannya, sampai diguna-guna.

Kalau dibuku sebelumnya, setiap dua halaman sekali saya harus berhenti membaca dan menģhela nafas, menahan diri supaya tidak terlalu emosi dan banting buku ke tungku yang membara saking keselnya dengan sikap absurd para pelanggan Sky Rabbit.
Kali ini Vabyo lebih mengutamakan kisah kepada keadaan emosional dan psikologis dirinya dalam menghadapi backlash hater-nya. Humor khas miliknya masih ada, dan selingan2 tersebut membantu meringkan narasinya yang kadang menjadi terlalu dark dan depresif.

Gak heran, siapa juga yang tidak akan frustasi jika berhadapan dengan orang-orang yang niatnya menyakiti dan menakuti kita.

Kemunculan karakter2 lain seperti Teh Yuti dan Bambang, juga menambah informasi tentang apa saja yang terjadi selepas Vabyo pulang dan tidak kalah menariknya.

Profile Image for Halida Hanun.
325 reviews13 followers
July 6, 2014
tidak saya sangka, ternyata bukan hanya caci-maki dan sebutan "kafir" saja yang diterima penulis setelah pulang dari Arab Saudi, tetapi sampai mendapatkan mimpi buruk berulang kali bahkan teror dari orang tak dikenal. rasanya selama baca ini pengin peluk abang Vabyo terus.....abis kayaknya enak, empuk-empuk hangat gimana gitu. eh. :)) nope, beneran deh pengin peluk banget.

baca buku ini tuh kayak tur singkat ke Arab Saudi dan dapar bonus ke London.

ilustrasi-ilustrasinya lucu. menyeimbangkan dengan ceritanya yang agak traumatis.

yang gak saya suka dari buku ini, ini mah saya aja ya yang gak suka, gak tau deh yang lain, yaitu cukup banyak penulisan berima. saya sih kurang sreg aja gitu kalau kebanyakan. soalnya kalo berima itu kayak yang udah direncanakan, tidak spontan dan seperti dipikirkan masak-masak. *lah emang kalo nulis yang gak berima gak harus dipikirkan masak-masak dulu nun?* *toyor* nyaaa pokokna kitu wehlah. tapi terlepas dari masalah rima ini, semuanya masih enak untuk dinikmati kok. sluuurrrp. *berasa minum kopi*
Profile Image for Asmira Fhea.
Author 7 books31 followers
January 25, 2015
"Setiap orang berhak mengatakan apa pun yang mereka mau, kita dapat memutuskan kapan mau terluka, kapan mau tertawa."
"Mereka bebas menghina, kita bebas berkarya."

Sebenarnya ada beberapa kalimat yang menurut saya 'nampol' bgt, cuma kalau semuanya dishare, capek juga... :D
Buku ini memang nggak setegang buku pertamanya, karena di sini lebih menceritakan psikologis Vabyo pasca jd TKI--yang membuat saya sedikit banyak beranggapan, "apa jangan2 kebanyakan TKI begitu pulang ke Indonesia, separah ini?"
Baik dari buku pertama sampai kedua, saya berani merekomendasikan pada para calon pembaca--terutama buat pemerintah kita--supaya lebih telaten menangani kasus TKI kita di luar sehingga bebas dari pelecehan dan sebagainya. Baca ini, membuat saya miris. Dan yang paling miris adalah pas cerita tentang Mas Bambang. Hiks :(

"Iya, TKI nakal pasti ada, majikan baik juga tentu ada, tapi kan gak berarti jadi pembenaran buat segala macam penganiayaan?"

-AF:)
Displaying 1 - 30 of 61 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.