Tadinya Stella cuma seorang single mother penggemar drakor yang sehari-hari sibuk mengurus anak semata wayang dan sesekali menerima pesanan kue. Tahu-tahu toko kuenya viral di medsos dan dia punya musuh baru di sekolah sang anak. Tak hanya itu, Agung, sahabat Stella semasa kuliah yang dulu tiba-tiba hilang kini kembali datang, mengingatkan Stella akan perasaan yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. Kemudian ada Daniel, seorang dokter sekaligus duda tampan yang nyaris sempurna, yang menginginkan Stella mengisi singgasana hatinya. Hari-hari Stella yang biasa-biasa saja berubah jadi penuh warna. Dalam sekejap, hidupnya serasa kisah dalam drama Korea.
“Felt like I was in a cafe eavesdropping on the most intimate ghibah session of the table next to me. Penulisan yang fun dan gemesin!” - Hannah Al Rashid, Aktor
“Novel ini cocok banget buat millennial bucin dan pecinta drakor. Bacanya bikin senyam-senyum halu dan deg-degan sendiri!” - Tazia Teresa, Produser
gue suka premisnya sederhana tapi menarik. tentang mbak-mbak janda yang maniak drakor. lalu, dia viral karena promosi toko roti. yang unik lagi di novel ini, judul2 bab make judul drakor. ada yang nyambung sesuai isi bab itu dan banyakan kagak nyambung sih wkwkwkw untungnya terselamatkan plotnya rapi. walau kadang terasa telling doang padahal gue ngarepnya showing. gue like bangettttt akhirnya stella berani keluarin semua uneg2nya di depan keluarganya yang toksik.
When romance is written by a man, everything becomes simple.
Akhir-akhir ini aku lagi suka sama cerita romance yang usianya di atas 30 tahun. Cerita ini ringan dan relate dengan kehidupan sehari-hari terutama bagi pecinta drama Korea.
Ada banyak drama Korea yang di sebutkan di cerita ini, tetapi yang selalu menjadi repetisi adalah drama Misty, When the Camellia Blooms, dan Reply 1988. Menurutku cerita ini lebih mirip When the Camellia Blooms versi lokal karena membahas stigma janda di mata masyarakat. Kalau Dong-Baek punya bar restaurant, sementara Stella punya usaha Roti Janda.
Selain itu pembaca akan dihadapkan pilihan-pilihan dari cowok yang dekatin Stella; Agung si orang lama yang bisa membuat Stella menjadi diri sendiri atau Daniel seorang duda berprofesi dokter, berparas tampan seperti Jo Taslim, dan berasal dari keluarga kaya raya.
Selama aku baca, percakapan di antara Stella dan Agung mengalir dengan santai seolah kita cuma jadi obat nyamuk doang dengerin mereka yapping. Ditambah act of service dari Daniel buat pembaca jadi halu (too good to be true, lol). Villain sesungguhnya hanya keluarga Stella yang toxic. Beberapa cerita dari buku lama juga dimasukkan di buku ini, seperti nonton film Cinta Rendah Kalori.
Untuk bacaan santai dan butuh romance usia matang, buku ini boleh jadi pilihan!
Kentara banget kalo penulisnya laki-laki. Dari segi sudut pandang dan alur cerita keliatan aja gitu. Aku baca ini rada sebel sama FL nya yg sedikit plinplan. Tp so far memuaskan endingnya.
Buku kedua Candra Aditya yang saya baca. Masih dengan sampul yang eyecathcing seperti buku yang pertama. Kalo dulu romcoms, sekarang K-Drama. Seakan mau menjelaskan secara implisit bahwa sebenarnya hidup itu ga seindah drakor atau romcom.
Menceritakan Stella, seorang single mother yang akhirnya terlibat cinta segitiga. Meski saya bukan penggemar drakor tapi trope seperti ini sepertinya yang sering diangkat di drakor. Stella bersama dua orang temannya, Ratna dan Lisa yang sama-sama janda mendirikan usaha bakery, dan sempat viral di TikTok.
Reuni kuliah mempertemukan kembali Stella dengan Agung, sahabat Stella. Dan pertengkaran Banyu, anaknya dengan teman sekelasnya, akhirnya membuat Stella berkenalan dengan Daniel. Dari situlah semuanya dimulai. Agung yang merupakan sejarah masa lalu Stella yang membuat Stella nyaman namun penuh dengan teka teki. Daniel, seorang dokter bedah yang tampan, mapan, lugas tapi mungkin agak membosankan. Di situlah Stella harus memilih. Sebenarnya sudah bisa ditebak Stella akan end up dengan siapa, tapi saya suka pengemasan ceritanya.
Pertemuan kembali dengan Agung dan perkenalan Stella dengan Daniel tidak terkesan dipaksakan, semua terlihat natural. Cara penulis memperkenalkan beberapa drama korea juga tidak berlebihan. Masih masuk akal jika sekarang menghabiskan waktu dengan menonton drama korea. Drama ibu Stella, Bu Anggun beserta tante-tantenya juga terlihat real. Kaya pengen menyampaikan bahwa itulah yang terjadi di realita. Stereotype antara janda dan duda di masyarakat juga diceritakan di situ. Kalo duda kok bisa duda keren, tapi kalo janda seakan-akan aib. Juga permasalahan para wali murid di grup WA sekolah yang kadang julid.
Saya juga suka di situ diceritakan bahwa Stella mengidolakan Sheila On7. The real bahwa Duta, vokalisnya adalah idola para wanita 😍🤭. Kemudian memasukkan lagu Dewa sebagai lagu yang masih sering didengar sampai sekarang. Juga Iqbaal sebagai pemain film Dilan. Meskipun tidak banyak tapi bisa dibilang bahwa timeline nya sangat relevan.
Menjelang ending, saya suka Stella yang darderdor di arisan keluarganya. Dia bisa meluapkan segala kekesalannya terhadap keluarga yang dianggapnya toxic. Dan, closure antara ibunya dengan Stella juga masih masuk akal.
Overall saya suka, cocok untuk yang lagi cari bacaan ringan tapi sebenarnya konfliknya padat.
Setelah "feels like romcom", muncul varian k-drama dan bohong banget nggak excited.
Stella adalah definisi independen woman yang sering ditempel ke wanita yang apa-apa bisa sendiri. Tapi sebenarnya Stella ini memang tipikal karakter wanita yang selow banget. Waktu memutuskan buat menikah, dia nggak yang bahagianya sampai meluap-luap begitu. Apalagi pas cerai. Atau kesimpulannya dia ini tipikal memendam, nanti bakal meledak kok, tapi sekarang bukan waktunya.
Sebagai janda, stigma jelek di masyarakat nggak bisa dilepas. Diam salah, bergerak makin salah. Kalau bukan karena inisiatif sepupunya, mana kepikiran dia buka toko roti? Itu pun kebanyakan masih banyak nganggurnya. Pembaca hanya diajak kenal karakter Stella yang tenang dan minim grasa-grusu ini, pada awalnya. Sebelum badai bernama keluarga datang.
Kayaknya kebanyakan alur buku ini bahas soal stigma-stigma jelek yang melekat ke perempuan yang: janda, belum menikah, gendut, wajahnya b aja, dll (kalau disebut semua bisa jadi kamus sendiri). Bukan hal baru lagi, sih, ada keluarga besar yang mulutnya kelewat kreatif nyinyir sama keadaan yang well, kadang di luar kendali kita atau belum kelihatan hasilnya dari apa yang sedang diusahakan. Paham, kan? Kayak misal kita lagi proses mengusahakan sesuatu, hasilnya masih otw, eh udah dikatain aneh-aneh.
Nah, ini kelihatan banget di keluarga Stella yang wow, bahkan emak kandungnya toxic abis! Jadi, emaknya Stella ini empat bersaudara. Definisi adek yang "patuh" banget ke kakak-kakaknya sampai keluarga sendiri dinomorduakan. Emaknya Stella nih nurut banget sama kakak-kakaknya, sampai pernikahannya ikut jadi taruhan.
Sepanjang buku ini nggak berhenti maki-maki dua budenya Stella. Untung Stella ada sepupu yang ikut ter-bully dan akhirnya mereka jadi sekutu. Kalau enggak, udah depresi dari awal kayaknya Stella, nih. Bagian paling ngenes, greget, dan nyebelin adalah emaknya menyayangkan kenapa Stella mesti cerai dari suami blangsaknya. Dahlah, jangan diterusin bahas ini, bisa-bisa emosi lagi. Mari tersenyum saja seperti logo Kumon :)
Porsi romansanya juga hmmm dibilang sedikit juga enggak, banyak banget enggak juga. Ada beberapa flashback masa lalu Agung dan Stella, diteruskan waktu mereka ketemu lagi di masa kini. Lumayan menghibur sih interaksi dua orang ini. Kayak ... kok kalian seru banget gitu, padahal cuma ngobrol biasa aja, kan???
Idk, memang pada dasarnya ini style penulisnya atau gimana, gaya ngomong Stella & Agung hampir nggak bisa dibedakan. Tapi mari anggaplah mereka ini definisi bestie yang bestie banget, ceplas-ceplos adalah love language-nya sampai nggak kerasa kalau ada something pink in the air kalau mereka barengan. No wonder pas skinship langsung canggung maksimal awkwkwkwkwk.
Karya Kak Candra nih udah candu buatku. Kocaknya tuh kayak obat tersendiri. Terus pasti excited, sih. Well, ayo terbitin versi lain lagi, kak hehehehe kali aja ada feels like apa lagi gitu. KAJJA!
Stella seorang janda cantik beranak satu ini paling semangat dan berapi² kalau udah bahas soal drakor. Kalau ditanya hobbynya apa? Ya, nonton drakor. Stella bercerai dari suaminya, Fadil karna Fadil selingkuh. Namun, disaat Stella kembali single justru dia malah dipertemukan dengan duda tampan yg bekerja sebagai dokter. Gak cuma itu, Stella juga bertemu kembali dengan sahabat lamanya yg sudah belasan tahun gak ketemu, lost contact, gak ada kabar sama skali. Stella begitu merindukan sosok Agung. Apalagi ketika bertemu kembali dengan Agung, secara fisik Agung sudah berubah 180°, kalau dulu kerempeng, pakai baju lusuh justru sekarang jadi berotot dan pakaiannya udah beda banget. Selain itu banyak hal² baru yg menurut Stella bukan Agung bangett.
Duhh, kalau disuruh pilih aku sebenernya team si duda tampan, dokter Daniel karna aku tidak suka dengan pria perokok, percuma berotot tapi paru2 gak dijaga. Padahal dulu zaman kuliah Agung tuh gak merokok, makanya Stella cukup kaget dgn salah 1 perubahan Agung ini, tapi memang ada penjelasannya kenapa si Agung ini jadi perokok. Bahkan yg dulunya gak suka binatang, malah pelihara kucing. Terlalu banyak perubahan yg membuat Stella terkaget² setelah belasan tahun gak ketemu sampai berkali² mikir kalau ini bukan Agung yg dia kenal.
Dari Novel ini, aku kok malah jadi banyak tau tentang drakor yaa. Seru bangett pas baca penjelasan Stella tentang drakor ke Agung tuh. Aku bukan pecinta drakor tp aku pernah nonton drakor berbagai genre. Aku suka banget dgn karakter semua tokoh disini (kecuali emak & tante²nya Stella). Yg paling aku suka tentu saja Stella. Dia ngerti bagaimana cara membahagiakan diri sendiri, dia bisa memahami kenapa Karina bisa semenyebalkan itu thd dia sehingga dia gak ambil hati atas perbuatan Karina dan masih bnyk hal lg yg bikin karakter Stella itu buat aku oke banget sbg seorang ibu dan wanita. Aku juga suka dgn kekompakan Stella, Ratna dan Lisa dalam menjalankan bisnis roti Mama Muda.
Aku cocok sama writing style nya, tipe buku yg page turner, asyik untuk dibaca dan dialog antar tokoh juga gak kaku, gak cringe. Endingnya puas banget sih, terutama pas part Stella labrak keluarga besarnya di arisan akhir tahun. Tiap BAB diberi judul nama² drakor dan gara² buku ini jadi pengen nonton drakor yg belom pernah ditonton.
Sebelumnya udah pernah baca yg judul "When Everything Feels Like Romcoms" dan aku sangat menikmatinya. Jadi gak ragu lagi baca Novel yg ini karna udah pasti sama bagusnya. Recommended sumpah!
Ini bukan reviu ttg buku kedua Candra Aditya yg saya baca, tapi curhatan tentang saya dan drakor.
Ada ribuan judul drakor yang pernah rilis, dan deretan drama Korea yang saya selesaikan menontonnya dari episode awal hingga akhir:
1. All About Eve 2. A Gentleman's Dignity 3. Suits 4. Signal 5. The World of the Married 6. Because This Is My First Life 7. (Aduh, lupa judulnya. Pokoknya 16 episode, nontonnya juga baru akhir tahun lalu. Ceritanya ttg perempuan yg sakit parah, lalu diselingkuhi suami dgn teman dekatnya sendiri, tapi saat harusnya dia meninggal karena didorong sang suami, eh dia malah balik ke masa sepuluh tahun sebelumnya, saat si suami masih jadi pacar yg manipulatif).
Udah, cuma itu aja. Seri paling atas saya nonton saat saya masih kuliah dan Jang Dong Gun juga belum 30 tahun. Dua seri di bawahnya tentu saya kejar saat tau JDG (yg sudah hampir 50 tahun) jadi pemeran utamanya.
Seri keempat, disuplai 16 episodenya oleh Mery (yg geregetan kok saya cuma tau JDG kalo ngomongin drakor). Dan ternyata JDG juga muncul di episode 10, walau hanya disebut sbg cowok ganteng idola Korsel.
Seri kelima, agak dipaksa seorang teman lama, ibu-ibu, yg pengin mendiskusikan kehidupan pernikahan dgn saya yg belum nikah ini.
Seri keenam, nonton karena lihat trailernya di Twitter. Eh, ternyata ceritanya tokoh utamanya gooners juga kayak saya 😆 Saya pun jadi penasaran, ada apa dgn produser film ini/penonton Korsel dgn Alexis Sanchez, sehingga cuma dia pemain bola yg boleh disebut namanya berulang dalam cerita.
Seri ketujuh, nonton karena lihat trailernya di twitter.
Dahlah, jangan ngomongin drakor dgn saya. Nanti kasihan kamu, karena saya cuma bisa nyebut JDG 😎
A lovely coworker gave me this book. Said this is written by one of her best friends and she asked me to read and review based on Gen Z pov.
Honestly, I don't really like the first 1/3 part of the book. It was very depressing and the problem is so millennial ha. I really tried to enjoy but ended up having to trudge. It was only after I accepted the fact that the writer really painted Daniel character as this over the top surgeon that I was finally able to breeze through the storyline. I'm sorry. I'm glad I stayed long enough until the fun started to appear though! Honorable mention goes to Stella and Agung's friendship!! They really made it work for many years despite having this wide gap of ambiguity when Agung left abruptly.
Stella and Agung's friendship is like my friendship with a certain someone. Someone I was in love with a long time ago. The characters' fate and mine differs only in the fact that they ended up uniting, meanwhile the only room this someone can be in my life is by staying as best friends and nothing else because the window has already been closed.
Anyways, back to the book haha. I love the fact that the writer has HUMOR. It was very amusing to read lmao. My favorite: COY, LO DEKLAMASI CINTA HARI SENIN JAM SETENGAH DUA SIANG! ORANG LAGI KERJA, WOY! GUE ADA RAPAT PENTING! 🤣 (corporate slaves can relate uhuk uhuk).
Suara-suara ini ternyata lumayan berpengaruh karena akhirnya Stella memilih untuk ikhlas. Agung memang sahabat terbaiknya, orang paling menyenangkan untuk diajak bicara. Tapi, kalau dia sudah memilih pergi, Stella bisa apa? ☹️
All in all, it's funny and heartwarming. Give this book a read!
Wah, aku baru pertama baca novel karya kak Candra ini. Literally karena aku suka Kdrama juga, jadinya pas liat judulnya berasa penasaran aja gitu.
Setelah baca sampai beres, apalagi aku udah lama banget nggak baca novel-novel fiksi. Buat 'When Everything Feels Like K-Dramas' menurutku memenuhi ekspektasi aku sebagai pembaca yang suka cerita romance ringan yang 'tentunya kayak K-drama' yaa buun... >.<
Oke seperti biasa aku akan bagi jadi beberapa bagian: 1. Penokohan : Menurutku Main lead-nya semua oke. Kak Candra menggambarkan Stella, Agung, Daniel bahkan sampai karakter pendukung seperti Ratna dan Lisa tidak sempurna, mereka punya cela-nya masing-masing yang kemudian bisa saling melengkapi satu sama lain.
2. Alur cerita: Kak Candra menurutku mahir nih dalam membuat cerita ini beneran seperti K-drama, terutama K-drama dengan trope Cinta Segitiga :D Kak Candra tahu bagaimana membuat sosok yang susah dikalahkan dari seorang second lead 🤣 Karena pada awalnya aku juga beneran senyum-senyumnya tuh gara-gara si second lead ini nih. Tapi aku jadi beneran merasa seperti main lead yang bisa ngerasain hal yang cuma bisa ditemuin di male lead dibanding second lead. Tiap bab-nya beneran bikin galau harus pilih yang mana haha...
3. Cara penceritaan Kak Candra juga menurutku cukup santai sehingga bisa membuat aku kayak ikutan jadi tokoh disitu yang mendengarkan semua perkataan mereka, saking santainya👌🏻
Mungkin itu sekilas aja review dari aku. Jadi penasaran baca novel Kak Candra yang lain. Bye!
bacaan yang ringan banget dan gak perlu banyak mikir. gaya bahasanya oke kayak ngobrol sama temen. ceritanya lumayan relate dengan orang Indonesia. i love Daniel character tapi emang kesannya too good to be true, Agung menyenangkan sebagai teman but facing cowok kayak Agung juga sebenarnya bisa melelahkan. menurutku bagian akhirnya dibuat terlalu tergesa-gesa, progress hubungan Stella dengan cowok pilihannya lack of detail and development kayak ya udah cuman gitu aja. feel waktu Stella ngadepin keluarga besarnya lumayan oke, tapi Stella waktu galauin cowok yang mau dia pilih dan emosinya secara keseluruhan kesannya terlalu datar dan biasa aja. jujur dari awal udah ketebak Stella bakal pilih siapa. tapi ya buat bacaan ringan ngisi waktu ini cukup asyik. 3.5/5⭐️
Ceritanya fun dan memang seperti drakor romcom umumnya. Female lead dengan dua laki-laki yang susah untuk dipilih. Pattern second leadnya juga ada, ketika kita sudah bersimpati dan memilih tim second lead, penulis akan membuat satu scene kenapa second lead tidak bisa end game dengan female lead. Tapi, selain faktor cinta-cintaan tadi kisah Stella lumayan menarik untuk diikuti. Gimana stigma orang-orang dengan predikat janda dan duda bisa berbeda, isu keluarga, persahabatan, dan yang penting gimana kita memilih hidup kita, walau bagaimanapun choose your self first. Jujur aku baca ini karena ada testinya Hannah Al Rashid, my fav actress.
So I was randomly craving a romance novel, and then I stumbled upon this book at Gramedia. Just reading the blurb already had me thinking, “Okay, this looks cute,” and once I started reading the first few chapters… I was hooked! The more I read, the more I was smiling like an idiot 😭✨
It’s super rare for me to read a romance novel written by a man, and honestly? It was SO GOOD. Why did I only discover this gem now?? The character development was solid, the plot flowed smoothly without going in circles, and the conflict + resolution? Quick, logical, and satisfying.
I especially loved the male lead—he’s different from the usual “too perfect to be true” types you often see in romance. He felt more grounded and real, and that actually made the whole story feel more relatable.
Also, MASSIVE respect for a guy who’s not afraid to dive deep into K-drama land 😆 The author and the character both clearly know their way around the world of Korean dramas, and it was honestly so fun to read.
I enjoyed every single page. Before I knew it, I’d already reached the end. Not exaggerating, but right after I finished the book, I immediately looked up the author—and when I found out he had more books, I didn’t even hesitate to check them out.
Totally, totally recommended if you're looking for something sweet, fun, and easy to fall in love with. This one’s a must-read!