Jump to ratings and reviews
Rate this book

To Bee or Not to Bee: A Book for Beeings Who Feel There's More to Life Than Just Making Honey

Rate this book
Now in 11 languages worldwide, To Bee or Not to Bee is the story -- clever and spiritually sophisticated -- of a worker bee who, with the help of a newfound friend, finds fulfillment amidst the mindless tedium and chaos of life in a honeybee colony. Imagine yourself in that stifling existence -- build the hive, forage, feed the larvae, store honey and pollen, sleep. Repeat. Throw in some curiosity and spiritual yearning and you get this clever and heartful inspirational allegory. Magically illustrated by award-winning artist, Laurie Barrows, To Bee or Not to Bee is the story of Buzz Bee's search for God. What he ends up finding is himself. Hmmm. Peppered with aphorisms and laced with wit and humor, To Bee or Not to Bee teaches that the only way out is in, that the greatest present is the present, and that life is a journey from I to we. No matter what your spiritual path, this touching tale will leave a smile on your face and a glow in your ! heart.

144 pages, Hardcover

First published January 1, 2006

15 people are currently reading
121 people want to read

About the author

John Penberthy

10 books2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
90 (29%)
4 stars
96 (31%)
3 stars
83 (27%)
2 stars
25 (8%)
1 star
11 (3%)
Displaying 1 - 30 of 60 reviews
Profile Image for athiathi.
367 reviews
April 29, 2023
"Jangan terlalu khawatir akan apa yang mereka pikirkan tentangmu. Lakukan bagianmu dan biarkan kehidupanmu, bukan kata-katamu, yang memengaruhi mereka. Kehidupan ini adalah sebuah perjalanan dari aku menjadi kita."

Ada beberapa bagian yang aku kurang suka.. meski begitu, buku ini cukup menginspirasi! 💛
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,409 reviews73 followers
December 10, 2018
Menarik, sih. Alegori tentang manusia yang bergelut dengan rutinitasnya sampai akhirnya kehilangan kesadaran akan hidup yang dia jalani yang dimetaforakan dalam bentuk lebah kritis bernama Buzz Bee. Apa hidup itu hanya untuk makan, bekerja, beranak-pinak, lalu mati? Kegelisahan Buzz Bee membuatnya agak terisolasi dari koloni lebah pekerja yang lain. Baginya mengherankan mengapa lebah terus bekerja sekeras itu tanpa henti. Lalu ia bertemu dengan lebah tua berantena satu bernama Bert dan dari dialah Buzz Bee memuaskan keingintahuannya lewat dialog-dialog yang sangat filosofis.

Paling bikin geli sih pas Buzz ketemu pendeta lebah yang terus mengancamnya dengan neraka dan mengiming-iminginya dengan surga. Wakakkaakakk. Buzz Bee yang mulai merasa tertarik dengan konsep ketuhanan merasa tak nyaman bercakap dengan pendeta lebah yang terlalu dogmatis. Jadi dia kembali pada Bert. Kayaknya referensi soal konsep agamanya di sini diambil dari agama Katolik/Kristen, sih. Tapi penjabarannya cukup universal jadi aku pun masih bisa mengikutinya.

Suatu hari sarang lebah diserang anak beruang bernama Boris. Meski sang beruang berhasil diusir, tapi banyak lebah prajurit yang mati hari itu. Buzz kemudian berpikir mengapa para lebah tak membangun sarang di tempat yang tak bisa dijangkau beruang sekalian? Namun, pendapatnya ditentang mayoritas lebah yang lain hanya gara-gara tradisi bahwa lebah itu kalau bikin sarang ya di pohon (ah enggak, di atap rumahku ada sarang lebah juga, kok :v), dan juga karena harga diri tak ingin mengalah pada Boris.

Akhirnya Buzz pun pergi meninggalkan koloninya untuk menemui Bert, tapi segala percakapan soal spiritual itu membuat Buzz malah makin frustrasi. Ia pun marah pada Bert dan meninggalkannya. Setelah itu Buzz Bee pun menghadapi serangkaian kejadian yang benar-benar membuka dan memperluas pemahamanannya. Untuk tahu apa saja kejadiannya ya... baca aja buku ini sendiri. Hehehe.

Ada beberapa kutipan yang kusukai, misalnya ini:

"Kesempurnaan adalah cara berpikir, bukan suatu keadaan." (Bert pada Buzz, halaman 60)

Inti yang kutangkap kesempurnaan hidup itu ada pada rasa syukur dan bagaimana cara kita memaknai kehidupan yang sudah kita jalani. Lalu ada kutipan ini:

Pikiran adalah pelayan yang hebat, tapi juga majikan yang payah (Bert to Buzz, hal 74)"

Kita sebagai manusia sering terpenjara oleh logika dan rasionalitas kita sendiri. Ada hal-hal lain yang perlu diasah selain intelektualitas dan daya analisis. Dan juga kutipan ini:

"Kalau sampai kau takut mati berarti kau takut untuk hidup (Bert to Buzz hal 103)

Dengan menyadari bahwa kita bisa mati kapan saja, maka kita akan lebih bijaksana dalam mengambil pilihan-pilihan dalam hidup, serta menjalani segala konsekuensinya dengan gagah berani.

Buku spiritual memang seharusnya tipis-tipis kayak gini. Tipis aja bingung, apalagi kalau tebal. Hahaha.


Buku ini kudapatkan dengan harga diskon di Toko Buku Cahaya Pustaka, Sidoarjo. Jalan Raya Lebo 31. Bisa dipesan secara online via FB dan IG, kok.

FB Toko Cahaya Pustaka: https://web.facebook.com/cahaya.pustaka

IG: https://www.instagram.com/cahayapustaka/

Web: http://www.cahayapustaka.top/ dan http://www.cahayapustaka.com/
Profile Image for Zulfy Rahendra.
284 reviews76 followers
December 21, 2018
Tinggal 3 buku lagi buat menuhin reading challenge, dan saya sengaja milih buku yang tipis, dan keliatannya sederhana. Cover buku ini manis banget; kuning-kuning cerah ceria ada ilustrasinya. Walaupun blurb di back covernya jelas bilang ini buku tentang pertanyaan akan Tuhan, saya keburu kepengaruh sama covernya, jadi yaudah dibaca aja.

Dan memang bukunya adalah kisah Buzz the Bee yang lagi galau sama hidupnya. Biasa lah, anak muda. Pasti pernah melewati masa mempertanyakan arti kehidupan, alasan hidup di dunia, kehidupan setelah kematian, surga neraka, arti agama, keberadaan Tuhan, semacam itu. Cara ceritanya juga sangat lugas. Ga berbelit-belit. Ga pake metafora berlebihan. To the point banget. Jadi walaupun cukup filosfis, buku ini ga bikin saya mikir terlalu dalam. Bikin saya merenungkah? Rasanya udah engga juga. Walaupun ga bisa dibilang orang yang taat, tapi rasanya saya udah lebih settle soal apa yang saya percayai.

Jadi baguskah bukunya? Yah lumayan lah. Ga bisa dibilang buku ringan sih ini. Tapi ga seberat itu juga. Cetakan bukunya lebih kayak buku anak lagi. Font gede, spasi gede, ilustrasi dimana-mana. Saya ga tau juga pasar buku ini sebenernya siapa. Anak-anak yang masih kepo soal Tuhan?
Profile Image for Lily.
50 reviews11 followers
May 28, 2020
This was one of the best books I read this year. I Liked it so much I read it in only 2 days! I Liked it because it was adventurous and it was about how you didn't always have to be so busy at work.
Profile Image for Budi Susanto.
79 reviews3 followers
February 16, 2010
Ketika membaca buku ini, dugaan bahwa paham yang dialirkan dalam buku ini adalah "new age" mulai terasa pada pendahuluannya "..(buku ini) adalah kisah pencarian Buzz akan Tuhan. Apa yang pada akhirnya ia temukan adalah dirinya sendiri." Pengarang mencoba membungkus pemahaman "new age" ini dalam sebuah cerita seekor lebah jantan yang mencari Tuhan. Buzz seorang lebah yang "nyeleneh" di komunitasnya.
Pengarang mencoba menuntun pembaca tentang kemuliaan lebah (saya menangkapnya sebagai simbol manusia) dengan mengungkapkan "Agama tidak berasal dari Tuhan; tapi berasal dari para lebah", jawab Bert. "Sebagian besar dari mereka tidak berpikir bahwa mereka bisa menemukan Tuhan sendiri, jadi mereka bergantung pada lebah yang lain untuk menunjukkan jalan kepada mereka. Masalahnya, Tuhan berada di dalam diri kita dan juga di mana-mana, dan sebagaian besar lebah kesulitan mempercayai bahwa mereka itu mulia. Jadi mereka mencari di luar mereka sendiri melalui agama atau ritual untuk mencoba memuaskan kerinduan mereka akan Tuhan."
Nampaknya pernyataan ini telah menunjukkan bagaimana paham "new age" begitu kental dalam buku ini. Lebah beranama Bert menjadi simbol seseorang yang sudah memahami dan menerapkan paham tersebut, dan sebelum meninggal Bert memberi pesan kepada Buzz ".. Teruskanlah kepada yang lain".
Walau demikian, ada beberapa hal yang juga membuat saya mendapat hal baru terutama berkaitan dengan kehidupan bersosial. "Bagaimanapun, ia hanyalah seekor lebah. Ia tidak akan menyelesaikan masalah dunia sendirian saja. Ia hidup dalam masyarakat yang sibuk dimana menyesuaikan diri adalah hal yang sangat penting...."
Kita tidak dapat mengubah lingkungan kita. Kita hanya dapat mengubah kepribadian kita menjadi lebih baik dalam menghadapi lingkungan kita. Hal itulah yang muncul kembali di benak saya setelah membaca paragraf terakhir dari buku ini "Dan begitulah Buzz Bee memahami bahwa mereka semua memainkan peran masing-masing yang sempurna. Termasuk dirinya. Segalanya tetap sama; tidak ada yang berubah. Kecuali dirinya."
Profile Image for Vinalia Bookaholic.
37 reviews
April 20, 2015
Excellent. Buku bagus yang menyajikan kisah sederhana dan dibungkus dengan kalimat-kalimat ringan, namun sarat makna. Suka semua bab di buku ini, yang dipenuhi kalimat-kalimat bijak tentang kehidupan dan ilustrasi yang menawan. This book is worth to collect, worth to buy and worth to read.

Berikut beberapa kutipan yang paling aku suka dari buku tipis sarat makna ini:

"Kekuatan pikiran terletak dalam memahami perbedaan; kekuatan hati terletak dalam memahami kemiripan." -page 154-

"Setiap insiden yang terjadi membawa pelajaran-pelajaran yang potensial. Pelajaran adalah sisi lain pengalaman. Proses belajarlah yang membawa kita sejauh ini dan yang akan membawa kita ke mana pun kita pergi. Meskipun sebagian besar lebah mengganggap dunia ini sebagai akhir itu sendiri, dunia ini juga merupakan sebuah alat untuk belajar, sebuah kendaraan untuk kesadaran yang lebih besar." -page 92-

"Kalau sampai kau takut mati, berarti kau takut untuk hidup" -page 102-

"Adalah sempurna bahwa kita berpikir kehidupan itu tidak sempurna." -page 70-
Profile Image for erry.
120 reviews76 followers
October 11, 2009
Kasih 4 bintang untuk buku ini.

Pertama : covernya unik, lucu dan menarik. Ada gambar lebah lagi santai dan bertopang dagu. Lutuna :)plus warna warni dan ilustrasi di dalam bukunya. Cetakannya bagus. Pemilihan kertas dan jenis serta ukuran huruf yg ga bikin pusing. Gede2 boo =D

Kedua : judulnya yg provokatif.
“Buku buat kamu yang bosan cari duit melulu.”
To Bee or not to Bee: Lebah yang bosan mencari Madu

Ketiga : isinya gw banget. Kayanya si pemberi buku ini tau banget sikon saya saat ini. jenuh, bosan dgn semua rutinitas. Terkadang berpikir untuk apa? Kenapa? Dan tak jarang terpikir untuk pergi dan lari. Tapi ke mana? Berbuat apa?

Keempat : inspiring. Menyadarkan, tetapi tdk mengajari. Manusia dan kehidupannya digambarkan sbg kehidupan lebah. Sindiran2. Pertanyaan2 yg sifatnya filosofis. Sederhana, tetapi mengena. I like it

@ M roos. Tq so much atas bukunya. It’s really inspiring

Profile Image for Mojca Rudolf.
Author 28 books91 followers
March 31, 2025
Bralni izziv pri knjižnih črvekih me je spodbudil k ponovnemu branju. Po več kot petnajstih letih me je zanimalo, kako bom zdaj dojela knjigo, ki mi je bila ob izidu leta 2007 tako zelo všeč? Ja, še vedno mi je. Pravzaprav je meni ena najboljših knjig, kjer avtorji uporabijo prispodobo živalskega sveta, da odstrinjajo resnice o življenju. Medena dolina mi je precej bolj smiselna kot recimo Bachov Galeb. Čebelček Binček si prav tako kot Bachov galeb želi iti drugam, da bi tam našel srečo. Toda sreča ni tam nekje. Kamorkoli že greš, neseš sebe s seboj in iskati nekaj, da bi našel srečo, je nesmiselno, če ostajaš enak; je eden od misli v tej knjigici.
Krasna prispodoba življenja čebel, ki jih z lahkoto preslikamo na človeški rod. Vprašanja, ki se zastavljajo v Medeni dolini, imajo smisel, še bolj odgovori. Meni je to res en simpatičen vpogled na svet, na vero, na smisel.
Profile Image for Nike Andaru.
1,622 reviews110 followers
October 16, 2013
Saya lupa kapan tepatnya saya nemu buku ini di tumpukan buku murah.
Lupa apa harganya 5ribu atau 10 ribu saja.

Saya kepincut dengan tulisan di sampulnya 'Lebah yang bosan mencari madu'.
Tertarik. Beli dan entah baru nemu di tumpukan (atau timbunan?) buku yang belum dibaca.

Jangan pikir ini buku tentang gimana caranya cari duit dari sini dan situ tapi lebih dari itu, buku ini membawa banyak pesan yang saya pikir lumayan komplit.
Tentang agama, perbedaan berfikir, dan cara pandang dalam hidup.
Ya semuanya itu dibalut dengan cerita si Buzz, seekor lebah yang jadi tokoh utama dalam buku ini.

Menarik sekali.
Profile Image for Galanthus.
24 reviews1 follower
January 25, 2023
Buzz Bee bertemu lebah bijaksana bernama Bert. Kemudian perubahan besar terjadi pada dirinya. Lebih banyak dan semakin banyak lagi. Hingga ia hampir saja meledak. Buzz dengan segala ketidak puasan-nya belajar banyak tentang menemukan jati diri.

Dimana ia lebih memilih untuk melampaui ambang batas pada dirinya. Hingga ia menemukan hal yang jauh sangat menyebalkan karena menemukan bahwa ia tak mampu dan hanya ingin kembali menjadi lebah biasa. Rekannya Bert berkata bahwa ia sudah tahu banyak dan tidak bisa kembali.

Mendengar itu ia marah dan menjauhi Bert. Meski begitu saat Bert sedang sekarat beberapa hari setelah Buzz meledak hebat, ia mencair karena melihat sahabat nya tertatih-tatih berusaha bangun di atas tanah. Lemah dan sekarat. Dalam sepersekian menit itu, Buzz kembali merenung mengenai setiap pelajaran yang Bert berikan.

Kemudian ia kembali menjumpai ambang batasnya dan berusaha sekuat tenaganya. Melewati ketinggian yang luar biasa bagi seekor lebah, dihantam angin yang bergejolak, dan melewati malam dingin yang meletihkan dan sangat panjang. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa bersyukur adalah hal yang paling indah yang harusnya ia miliki dari dulu.

"Kebahagiaan Tidak Dapat Dikerjakan; Melainkan Harus Mengikuti."

"Satu-satunya Jalan ke Luar Adalah Masuk ke Dalam."

"Hidup Ini Terlalu Penting untuk Ditanggapi dengan Terlalu Serius."

"Sekarang Kau Tidak Bisa Kembali Lagi; Kau Tahu Terlalu Banyak."

"Ke Mana pun Kau Pergi, di Situlah Kau Berada."

"Pikiran Adalah Pelayan yang Hebat tapi Merupakan Majikan yang Payah."

"Kesempurnaan Bukanlah Keadaan, Melainkan Cara Berpikir."

"Kita Semua Adalah Murid dan Guru dari Satu Sama Lain."

"Kehidupan Adalah Sebuah Perjalanan dari Aku Menjadi Kita."

Begitulah kiranya Bert memberikan pemahaman lewat kalimat-kalimat ya cukup membuat lebah bernama Buzz berpikir tiada henti setiap harinya. Hingga ia semakin mudah untuk menerima 'Berada Di Sini Saat Ini.'

Semakin ia mantap menjadi dirinya sendiri, semakin ia tidak merasa terancam oleh siapa mereka (rekannya). Semua melakukan sebaik yang mereka bisa dengan apa yang mereka punya.

'Kekuatan pikiran terletak dalam memahami perbedaan; kekuatan hati terletak dalam memahami kemiripan.'
This entire review has been hidden because of spoilers.
18 reviews11 followers
November 29, 2016
Ini adalah buku yang bisa Anda baca dalam setengah hari. Indah, banyak ilustrasi di dalamnya. Bahkan seorang remaja yang menjelang usia 20 tahun pun mungkin bisa membaca buku ini dan menangkap maknanya.

Seperti buku pengalaman spiritual pada umumnya, apa yang tertulis dalam buku ini menjelaskan bagaimana seseorang (atau seekor lebah) menemukan jawaban atas pertanyaannya akan dunia. Secara umum, ide yang disampaikan cukup menarik, tapi mungkin karena saya sudah pernah membaca buku-buku lain dari genre yang sama dengan bobot yang lebih dalam, buku ini jadi terasa seperti hiburan saat menunggu datangnya kereta di stasiun saja.

Namun untuk Anda yang baru 'belajar' membaca buku semacam ini, silakan memilihnya. Seperti yang saya bilang, bahkan anak usia 15 tahun pun akan senang membaca buku ini.
Profile Image for Marshall Mulkey.
19 reviews
September 16, 2021
I mean, I read this Bc it was a short read and I’ve fallen behind on my goal for the year and this had been on my shelf for a while! Knocked it out in basically less than a week so TWO STARS for that. My biggest confusion though is who is this book meant for? Adults? Children? TWEENS? I say this because it is written very childlike but also dives into themes I only would’ve pretended to know when I was 15. It did have some, I guess, “fresh” perspectives on some life stuff, I GUESS, but overall did not really even begin to develop any sort of world? Idk, it says on the back flap the book came to the author during “a meditation” which I think perfectly encapsulates why this book ultimately fails.
39 reviews1 follower
January 21, 2024
As a beekeeper, I picked the book up, read 3 pages, and put the book back down. Worker bees are female, not male. I assumed the writer of bee-themed book that didn't know the simplest truth about bees wouldn't have much to offer. The book sat for a few days before I decided to pick it up and "give it a chance" and overlook the error. I am glad I did.

The book has a simple way of speaking about heavy topics (belonging, purpose, value, spirituality/sacredness, relationships, etc.). It would be appropriate to read to a child while still being engaging for all other age groups. It is truly the type of books that lends itself to whatever depth the reader wants to engage.

Full of quotes and witty ways of looking at life. I read it a second time and enjoyed it even more..
140 reviews
August 19, 2024
Cute and very simple. I don’t feel like there were any new philosophies that wow-Ed me and made me think hard about life. Definitely good for a kid or someone new to such discussions on life. I don’t feel that it was as ambitious a book as it could have been. I think I do struggle with a point of the story being that the little bee wanted more to life and ended up having pretty much the same life. He is content with this solely because his perspective and attitude just changed. His ambitions saved his hive, but then.. he gives up on them .. in the end? I didn’t entirely understand. Obviously there comes a point in life where you don’t want to continue growing anymore and are content as is.. but you don’t revert back you stay as you stopped not as you were. Idk.
Profile Image for Barbara.
546 reviews5 followers
June 12, 2018
This book was given to me by principal when our theme was “Bees”. I finally had a chance to read it uninterrupted.

What an enchanting book about finding yourself and the lessons Bert the Bee discovered and passed on to Buzz.

Some of the words of wisdom include:
1)Life is too important to bee taken seriously
2)No matter where you go, there you are
3)Perfection isn’t some state of affairs, it’s a state of mind
4)We’re all each other’s students and teachers
5)Life is a journey from I to we
6)Bee here now

What a wonderful book to read when you are at crossroads, beginning something new, or to remember why we are here.
Profile Image for BookRecsbyRosa.
133 reviews1 follower
April 29, 2021
Very insightful!

IMO the story is cute, dragged for me until the halfway point everything starts coming together and by the end I understood the passages. I contemplated, reviewed and processed it all. This is what I got ⬇️

Spoiler Alert:

Learning to be grateful for everything we have, thankful for life itself and enjoying the rhythm of life as well as taking a moment to be in the present. That others are doing the same thing as thyself and are doing the best they can. Everyone has a role and working together...showing compassion to one another...we can all live in harmony.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Titisbear.
29 reviews
March 22, 2020
beli buku ini karena covernya yang lucu warna kuning :v
bukunya udah ditranslet ke bahasa indonesia siii
beli pas bazar buku semarang tahun 2014 klo gak salah,
tapi baru sempet dibaca tahun 2020 wkwkwkwk
good, simple story with deep values.
Profile Image for Grace.
86 reviews3 followers
May 3, 2020
This was the 2nd time I read this book, and I felt it's philosophy and wisdom more deeply this time as well as resonated with some questions on religion and spirituality. Simple yet profound. Great book with adorable illustrations.
Profile Image for Mey.
30 reviews
December 18, 2023
Yaa, ceritanya cukup menarik. Dan banyak kata kata yang aku suka dari buku ini, contohnya kayak,
"Kalau kau sampai takut mati, berarti kau takut untuk hidup."

Dan masih banyak lagi sebenernya. Tapi gabisa aku masukin semuanya. Intinya, buku ini cukup bagus dan bisa habis dibaca sekali duduk.
63 reviews
October 30, 2024
Extremely cute allegory. Good insight on how our systems detract us from the fun of not being serious about everything that should be enjoyed. Cute and quick read. Solely a storyline of mindset, but no learning methods of how to get out of your mind.
Profile Image for lotte.
21 reviews5 followers
August 27, 2023
ich schiebe schlechten schreibstil ja gerne auf die übersetzung, aber hier lag es wirklich nicht nur daran. hat mich an "die prophezeiungen von celestine" erinnert. das beste waren die bilder:)
Profile Image for Aleksandra.
26 reviews
July 1, 2024
Prisrčna zgodba iz življenja čebel, v kateri se lahko najde vsak izmed nas.
Profile Image for Mia Prasetya.
403 reviews267 followers
December 7, 2009
Dipinjemin adik, baru mulai sampai halaman 45, bagus bukunya. Judulnya lucu, cuma terjemahan yang Buku buat kamu yang bosan cari duit melulu itu yang sempat menggagalkan niat saya membeli. saya pikir buku ini berisi tentang tips n trik menjadi kaya dengan cepat, ternyata salah besar.

Buku ini menarik, dari judulnya, ilustrasinya, tulisannya besar-besar, sedikit 'meringankan' isi cerita yang semestinya cukup dalam. Agak-agak mirip who moved my cheese.

Setelah belajar kehidupan dari tikus dan Enzo si filsuf, mari kita belajar dengan Buzz the Bee.

To Bee or Not to Bee telah membuat saya jatuh cinta dari saat saya mulai membacanya, kertasnya tebal, ilustrasinya menarik dan kisahnya yang membuat saya tertawa kecil. Buku buat kamu yang bosan cari duit melulu, ternyata buku ini tidak mengajarkan cara mendapatkan uang secara singkat tapi membuat kita kembali menelaah hidup kita, merenungkan sejenak apa yang kita cari dalam hidup dan pencarian akan Tuhan.

Cerita bergulir manis tentang seorang lebah bernama Buzz yang tinggal di lembah hijau tenang penuh dengan bunga dandelion dan bunga poppy. Rupanya Buzz ini cukup filosofis, terbukti dengan pertanyaannya di awal cerita. Mengapa segala sesuatunya ada? Dari mana asalnya? Mengapa ia berada di sini? Apa maksud dari semuanya ini? Siapa sih ia sebenarnya?

Buzz adalah seekor lebah pekerja, bertugas untuk membangun sarang, mencari makan, menyimpan madu dan serbuk sari dan mempertahankan koloni dari serangan Boris si beruang madu. “ Buat apa terburu-buru? Lembah ini sangat indah namun sepertinya semua terfokus untuk bekerja dan memperluas koloni.” Buzz tak mengerti mengapa begitu penting bagi koloni untuk terus berkembang. Sepertinya hanya Buzzlah yang berpikir seperti ini dalam koloni sampai akhirnya ia memutuskan untuk ikut dalam suatu kegiatan agama lebah, mungkin ia bisa menemukan jawaban akan segala pertanyaannya. Namun yang terjadi Buzz semakin banyak bertanya. Ada satu paragraf menarik antara Buzz dan pemuka agama lebah.
“Seperti apa Yang maha kuasa itu?”, tanya Buzz lugu.
“Yang Maha kuasa adalah roh yang berada di mana-mana dan maha kuasa. Ia menciptakan kita serupa dengannya yang artinya ia berpikir dan bertindak seperti lebah. Beginilah cara kita mengetahui keinginannya. Ia mengasihi dan menjaga kita”
Buzz berpikir sungguh-sungguh dan kembali bertanya, “Tapi kalau Tuhan di mana-mana dan maha kuasa, di manakah iblis berada?”
Pemuka agama lebah yang bernama Bobby mulai frustasi.
“Iblis itu culas, selalu menggoda kita dengan kejahatan, dan ketika kita menyerah ia mendapatkan pijakannya”, jawabnya.
“Jadi sebenarnya iblis hanya ada di pikiran kita?”
“Bukaan!! Iblis adalah mahluk spiritual kejam yang ada di neraka”
“Jadi Tuhan ada di mana-mana kecuali di tempat iblis berada?”
Bobby semakin jengkel, “Kurasa begitulah!”
“Tapi itu berarti Tuhan sebenarnya tidak berada di mana-mana dan maha kuasa”

Buzz akhirya mendapatkan teman akrab (lebih pas dibilang seorang mentor) lebah tua bijaksana bernama Bert yang berantena satu. Kembali Buzz berbincang-bincang tentang Tuhan dan ada satu kalimat yang menarik perhatian saya.
Bert : “Bagiku Tuhan sangat jauh dari membutuhkan penghargaan dari kita para lebah kecil yang tidak berarti, hingga tampak agak konyol. Kurasa banyak yang menyembah Tuhan lebih karena berpikir ingin berada di sisi Tuhan daripada berterima kasih akan keadaan mereka. Kecuali kau berhati-hati, banyak yang bisa tersesat dalam rutinitas dan ritual itu”
Nice job, Bert 

Buzz diajak Bert untuk semakin menyelami arti kehidupan, menyadarkan bahwa sempurna bukanlah keadaan, melainkan cara berpikir. Buzz ingin bahagia selalu. Itu sama saja dengan menginginkan naik tanpa turun, lembut tanpa keras. Bagaimana bisa merasakan dingin kecuali tau apa itu panas? Bagian ini sedikit mengingatkan saya akan Sang Nabinya Kahlil Gibran.
Kesimpulan yang diambil Buzz dari pembicaraan bersama Bert kali ini, kebahagiaan apapun yang dialami merupakan akibat. Kebahagiaan tidak dapat dikejar melainkan mengikuti. Saya suka kalimat itu, mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur dan tidak berusaha keras mencari kebahagiaan yang sepertinya terlalu jauh di luar sana. Beda banget yang diterapkan oleh Harry Silver, tokoh utama di buku Man and Wife yang baru minggu lalu saya baca. Kehidupan ini terlalu penting untuk ditanggapi secara serius. Dalam kehidupan, penderitaan itu tidak dapat dihindari. Menderita itu pilihan.

Buku ini bagus untuk dibaca bagi semua orang, cukup singkat karena hanya 153 halaman namun cukup dalam untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan. Cheerz to life, temans 



Profile Image for Nathan Napier.
10 reviews1 follower
January 21, 2013
My wife bought me this book for Christmas...we have an inside running Bee joke. All things "Bee" fall into this wheelhouse. This is not my typical reading but thought I'd finally read her gift.
What I was hoping to find was some quaint little story about living life to its fullest, enjoying the here and now with your family and not being afraid to pursue a critical approach to life. While this was partially present, this book was more polemical than inspirational. The subtitle is "A book for beeings who feel there's more to life than just making honey." so again, a very fitting tale in our late capitalist culture. But a better working title would be "To Bee or Not to Bee: A pantheist motivational guide to life." The author basically argues that all quests for truth and God are found in oneself...that a persons self is their own transcendent guide and as such we should occupy our present with fullness because that is all we have: ourselves and our work...divine incarnations both of them.
The author pits a hypothetical conversation between "religious" bees and the main protagonist Bee, "Buzz." The religious Bees make no sense to Buzz, while the old sage Bee "Bert" encourages Buzz to see God in ALL things because God is everywhere (this is not even logical...just because God is everywhere doesn't mean God is the same as the places God is...space and object are not the same). This religious conversation in chapter 3, prefaced with Buzz's own inquisitive nature in the first two chapters, is the main catalyst in regard to plot. The author takes this "hypothetical" conversation (I'm sure he's had his own encounters with fundamentalist Christians or else they would not be the butt of the story) he received during meditation and uses it to see God in ourselves, and therefore, see the normal things we do on a daily basis as divine activity and inspired. At least this is the conclusion Buzz comes to.
There are, however, some redemptive quotes here early on in the book, quotes to which I could relate such as "Why couldn't he just bee content working all the time like the other bees? But then again, why couldn't they understand that there was more to life than building the hive and and raising the brood" (16) or also "Yet the truth of the matter was that, for the most part, he continued to think, to question, to bee curious. He just couldn't help it" (26). I often get frustrated with a culture that is obsessed with production and work; I sometimes wish I could be the guy who is content to work 9-5, come home, have dinner, go to bed, watch football on Sunday and never think about anything. The questioning and thinking is constant; so few people in our world approach everyday with critical mindedness at the top of their priority list. This is part of the irony of the book. The book starts by praising critical inquiry and questioning, but ends with a flat, stale answer and non-inquiry. By the end, all inquiry stops at self. Questioning is good, but only questions that throw off the chains of dogma and lead one into the bliss of their own conscious awareness. Really?? Talk about dogma.
The character of Buzz initially spoke to me...but the very quick and easy movements to humanism...and the very gullible way with which Buzz accepts a pantheistic perspective without being critical of it as well, made the book smell of bias. Only a person who is already a progressive thinker would have read this book and find "help" or motivation here.
In all, this book is a good idea. Its a fast, quick read, that gets to its point very quickly. The story is easy to follow. This genre of writing is very attractive in a world in which brevity is valued more than balance. Perhaps I was asking too much of this book, but I only began to ask more of it when it began to demand so much with so little character development and conversation. Maybe what this book is trying to do is just too tall an order for a conversation between two bees. I recommend, if you want to read a novel about critical thinking, the meaning of life and the quest for truth, check out "Sophie's World" by Jostein Gaarder. It will take you much longer to read but its rewards will be greater than progressive emotional appeal.
Profile Image for Nura.
1,055 reviews30 followers
March 17, 2017
Cuma penasaran sama isinya krn ngantrinya di iJakarta lama bangeets. walopun ditujukan buat orang Kristen tapi masih nyambung buat agama apa pun.
Displaying 1 - 30 of 60 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.