Jump to ratings and reviews
Rate this book

Nyai Gowok : Novel Kamasutra dari Jawa

Rate this book
Dalam tradisi masyarakat Jawa tempo dulu, seorang remaja lelaki yang sudah disunat akan menjalani beberapa prosesi. Salah satunya adalah nyantrik pada seorang gowok. Gowok adalah perempuan yang akan mendidik remaja lelaki agar mengenal tentang seluk-beluk tubuh perempuan.

Konon, sebelum sampai di Jawa, gowok adalah tradisi dari istana di Tiongkok. Di Jawa, seorang wanita bernama Goo Wook Niang-lah yang mula-mula memperkenalkan cara mendidik remaja lelaki yang akan beranjak dewasa dengan diajak tinggal di rumahnya. Karena lidah orang Jawa sulit untuk melafalkan nama Goo Wook Niang, ahirnya mereka menemukan istilah yang mudah diingat, yaitu gowok.

Bagus sasongko, seorang remaja lelaki yang baru saja disunat, anak seorang wedana di Randu Pitu, akan “diserahkan” pada Nyai Lindri. Seorang gowok. Melalui wanita inilah, Bagus Sasongko akan dididik menjadi lelaki dewasa.

Perjalanan Bagus sasongko bersama Nyai Lindri membawa keduanya pada hubungan yang unik, penuh kasih, juga intrik yang datang dari seorang lelaki teman ayah Bagus Sasongko. Laki-laki yang sangat menginginkan Nyai Lindri.

Sebuah novel yang memotret budaya Jawa tempo dulu. Selamat membaca!

332 pages, Paperback

First published January 1, 2014

331 people are currently reading
3426 people want to read

About the author

Budi Sardjono

10 books38 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
252 (40%)
4 stars
122 (19%)
3 stars
136 (21%)
2 stars
55 (8%)
1 star
59 (9%)
Displaying 1 - 30 of 45 reviews
Profile Image for Muhammad Ilhamsyah.
39 reviews5 followers
July 21, 2014
Sebelumnya, saya infokan bahwa novel ini mengingatkan saya akan film Jan Dara yang dibintangi oleh Mario Maurer. Tokoh utamanya sama-sama lugu, dan temanya pun sama, erotis historis. Jadi, saat membaca Nyai Gowok, yang tervisualisasi di benak saya justru Mario Maurer sebagai Bagus Sasongko dan ibu tiri Jan Dara yang awet muda dan bening banget itu sebagai Nyai Gowok. Now, let’s take a look my review!
Membaca tagline novel yang terasa menggigit dan amat mengundang selera (selera baca tentu saja), saya langsung punya ekspektasi lebih kalau novel ini akan membawa pembaca ke dalam dunia eroro versi sopan dimana bagian-bagian censored tersebut merupakan bagian dari educational purpose. Sayangnya, Novel Kamasutra dari Jawa tak lebih hanya embel-embel bagi saya pribadi. Jika digambarkan dalam bentuk persentasi, Kamasutra yang dimaksud hanya mengisi cerita sekitar 30-40 persen, selebihnya hanya berkisah tentang gejolak pasca-sunat yang dialami Bagus Sasongko saat nyantrik di rumah Nyai Lindri, juga mengenai usaha Lurah Juwiring yang desperate mengejar Nyai Lindri sampai menggunakan cara-cara klenik. See, judul novel ini tidak salah, hanya saja tagline-nya terasa sedikit sia-sia.
Nyai Gowok sendiri sebenarnya memiliki premis cerita yang segar dan original. Personally, saya belum pernah mendengar kisah tentang seorang perempuan yang mengabdikan dirinya untuk menjadi guru ‘seksualitas’ bagi para lelaki pasca sunat untuk lebih mengetahui seluk-beluk tubuh perempuan. Ya, seperti yang juga disebut dalam novel ini, lelaki punya naluri. Ia tahu apa yang harus ia lakukan ketika disuguhi wanita, maaf, dalam keadaan yang memang mendukung untuk melakukan hubungan badan. And speaking of kamasutra again, Nyai Lindri memang mengajarkan Bagus Sasongko tips and trick untuk memuaskan perempuan di atas ranjang. Saya sempat merangkum beberapa ajaran Nyai Lindri walaupun tidak begitu lengkap karena baru kefikiran pas di halaman-halaman akhir menjelang ending. Hehe...
Menurut kitab Rahasya Sanggama, ada tiga cara yang dapat ditempuh lelaki untuk memuaskan batin pasangannya. Angguliprawesa (dengan menggunakan jari-jari tangan), jihwaprawesa (dengan menggunakan lidah), dan purusaprawesa (dengan menggunakan alat kelamin).
Ramuan dan mantra untuk membuat lebih bergairah dan something related to Mr. P.: otak ayam jantan+madu+minyak bulus (digosokkan ke Mr. P.), telur ayam mentah+madu hutan (diminum), minyak bulus (digosokkan ke Mr. P.), tongseng torpedo kambing (dimakan), jamu beras kencur (diminum), Purwaceng dari Dataran Tinggi Dieng (dimakan jika berbentuk ubi, diminum jika berbentuk kopi), dan mantra Asmara Gama (dibaca).
Masih banyak lagi sebenarnya pelajaran-pelajaran yang didapat Bagus Sasongko saat nyantrik seperti perempuan yang ingin diperlakukan seperti makan mangga (I fairly disagree with this), dan lain sebagainya yang ‘mungkin’ bisa dipakai bagi yang ‘berhak’. So, let’s explore this book! Hehe...
Saya juga terkagum-kagum dengan Mas Budi yang selain gaya tulisannya splendid, wonderful, marvellous, amazing, hehe..., deskripsi latar cerita berupa tanah Jawa tepatnya Temanggung dan Jogja tahun 50-an benar-benar tergambarkan dengan sangat baik. Pun, latar belakang kultur masyarakat yang masih percaya hal-hal gaib seperti meminta restu nenek moyang yang sudah meninggal meskipun di lain sisi mereka juga percaya kepada Tuhan. Dan tentu saja, muatan historis yang disampaikan benar-benar membuat saya ternganga. Entahlah, mungkin Mas Budi memang menguasai sejarah (Pangeran Diponegoro, kisah mengenai perkeretaapian, Sunan Kalijaga, dan lain sebagainya) atau bisa juga hanya berupa hasil riset yang itupun menurut saya bukan hal yang mudah. Kalaupun hal tersebut hanya berupa rekayasa atau tak lain berupa produk imajinasi semata, saya tetap salut dengan detail yang disampaikan. Well, in my deep, saya tetap yakin historical things yang disampaikan bukan sekedar produk khayalan.
Speaking of the drawbacks,sayang sekali saya banyak mencatat ketidakpuasaan terhadap novel ini. Pertama, seperti yang sudah saya sampaikan di paragraf pertama, kesan kamasutra dari novel ini sungguh kurang terasa. Di bagian-bagian awal, ketika Bagus baru nyantrik di rumah Nyai Lindri, saya tidak menemui adanya ajaran yang diberikan oleh sang Nyai kepada Bagus. Pun, hanya dikisahkan tentang gejolak sang remaja ketika melihat Nyai Lindri mandi atau melihat bagian-bagian tubuh sang Nyai maupun Martinah yang terekspos. Di pertengahan novel, Bagus juga hanya diberi ramuan-ramuan. Well, Martinah memang sempat memberi Bagus tips, tetapi kadarnya terasa amat kurang.
Kedua, Nyai Gowok terlalu over dalam mencantumkan beberapa bagian misalnya tembang-tembang jawa yang persentasi kehadirannya menyamai taburan berbalas pantun di novel Sitti Nurbaya, juga mengenai Bagus yang entah berapa kali selalu memikirkan ‘titik kepuasaan wanita berkulit hitam ada di paha.’ Paha, paha, paha, paha. Pengulangan membuat bosan, kan? Dan berbicara mengenai tembang juga mantra dalam bahasa Jawa yang banyak dicantumkan di novel ini, saya sih nggak keberatan andai saja ada terjemahannya. Bagi orang non-Jawa, tembang-tembang dan mantra yang ditulis lengkap itu sama sekali tak ada artinya dan tentu saja akan langsung di¬-skip.
Masih mengenai ‘berlebihan’, novel ini juga terlalu sering memakai kata ‘hehe’. Bagi saya, ‘hehe’ hanya cocok dipakai dalam teenlit, personal literature, jurnal harian, review pribadi, atau novel humor. Sedangkan dalam novel-novel serius, bahkan jika itu berupa roman sekalipun, kata ‘hehe’ dapat mengurangi kesan serius yang telah dibangun. Berkaca pada novel-novel terjemahan, mereka tetap bisa menghadirkan momen ‘sedang tertawa’,’nyengir’, ‘terkekeh’, atau ‘tersenyum’ tanpa menggunakan kata ‘hehe’ yang tampak kurang formal. Ada satu line di novel ini yang bisa menjadi gambaran bagaimana menghadirkan dialog humoris yang menular ke pembaca tanpa penggunaan ‘hehe’.
“Muntilan… Muntilan… Magelang… Magelang” teriak kernet bus sambil bergelantungan di pintu. “Crutu Magelang… mak crut metu pegele ilang.” Candanya yang disambut tawa para penumpang.
Jujur saja, saya tak tahu kenapa para penumpang tertawa karena sekali lagi saya tekankan, saya tidak mengerti bahasa Jawa. Namun, saya tersenyum seolah-olah saya paham apa yang dimaksud dengan mak crut metu pegele ilang.
Ketiga, jangan berharap ada adegan erotis a la novel historical romance di Nyai Gowok karena adegan kipas-kipasnya nanggung senanggung-naggungnya. Ciyussss! Saya bahkan tidak sadar bahwa Bagus sudah make out dengan Martinah karena ternyata ia masih saja memikirkan mengenai ‘paha’.
Keempat, selipan kisah mengenai Nyai Bayak Abang terlalu panjang padahal bukan bagian penting dari cerita. Dua atau tiga paragraf saya rasa sudah cukup untuk menceritakan tentang penghuni kubur yang tengah diziarahi. Pun juga, kisah tentang Lurah Juwiring yang fall in lust pada Nyai Gowok hanya memanjang-manjangi plot. Tanpa cerita tambahan itupun, plot utama tetap tidak akan terpengaruh. I think, Lurah Juwiring ini malah terkesan seperti konflik tempelan pesanan editor karena memang plot utama tentang Bagus yang berguru pada Nyai Gowok tidak berkonflik sama sekali. Sorry.....
Kelima, diceritakan bahwa Bagus Sasongko baru saja selesai disunat dan maka dari itu ia dikirim ke Nyai Lindri untuk menuntut ilmu tentang sex education. Premis ini agak kurang logis sebenarnya, apalagi ditambah dengan hubungan badan yang dilakukan Bagus pada Nyai Lindri untuk lebih mendalami (dengan kata lain, praktek) ilmu yang sudah diajarkan. Padahal dikatakan bahwa janganlah menggunakan nafsu kelelakian pada wanita yang belum menjadi isteri. Hmmm... kontradiktif. Selain itu, diceritakan pula bahwa Bagus Sasongko berumur 15 dan mau masuk SMA. What? Gede amat baru disunat!
Ada juga keanehan mengenai pengetahuan Bagus tentang tembang. Di halaman 88, ketika Nyai Lindri bertanya pada Bagus tentang tembang Macapat, Bagus menjawab di sekolahnya baru diajari Gambuh dan Pocung sementara Dandanggula dan Pangkur hanya disebut-sebut. Tetapi 200 halaman kemudian, tepatnya di halaman 288 ketika Nyai Lindri menanyakan hal yang sama (mungkin Nyai-nya lupa kali ya, hehhe), Bagus malah menjawab ia sudah diajari Dandanggula, Pocung, dan Gambuh sejak sekolah rakyat. Bahkan, mereka menembangkan Dandanggula bersama-sama. Kontradiktif? I see...
Keenam, plot hole. Saya sih bertanya-tanya, kok si Bagus bisa mengontrol untuk tidak meninggalkan benih saat make out dengan Martinah dan Nyai Lindri sementara dikisahkan bahwa dia itu begitu polos soal begituan. Martinah maupun Nyai Lindri pun diceritakan masih takut hamil, it means that they have no ‘protector’. Lebih tidak mungkin lagi kalau Bagus melakukan ejakulasi putus. Canggih bener baru pertama udah EP. Kwkwkwk... (buah dari fikiran saya yang terlalu ingin tahu).
Terakhir, ini sih berkenaan dengan personal taste jadi memang sifatnya subjektif. Hehe... Saya tidak suka dengan fakta yang dibeberkan novel ini mengenai gowok dan remaja. Kalau si gowok juga ujung-ujungnya ‘main ranjang’ dengan muridnya, semua pesan-pesan yang ia sampaikan untuk menjaga perasaan wanita, jangan mengumbar nafsu bla bla bla terasa mentah belaka. Di luar itu, as I mentioned above, idenya keren, sayang ceritanya kurang kaya dan plotnya, to be honest, biasa saja. That’s my reason of writing the plain synopsis like that (see the 1st, 2nd, and 3rd paragraphs of this review).
Masalah cover tentu juga harus disoroti berhubung hal satu itu juga masuk dalam penilaian saya. Dan.... saya memutuskan bahwa cover Nyai Gowok, kuerrren bingitsz! Kesan Jawa dan tempo dulunya dapat sekali. Kombinasi warnanya pun indah. Pun, saya juga suka font tulisannya yang pas sehingga membuat novel ini ramah buat mata.
Meskipun saya mencatat banyak kekurangan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Diva Press yang telah memberikan novel ini secara prodeo, semata-mata hal ini saya lakukan untuk perbaikan ke depan. Saya tidak bermaksud mencela, sok tahu, atau gimana-gimana, karena bagaimana pun, pembaca adalah penikmat buku. Ketika ia merasa buku tersebut kurang nikmat, ia berhak komplain dong! Hehe... Tetapi, saya garis bawahi, novel ini bagus. Banyak aspek yang juga saya kagumi dan ya... I classify this as a page-turner book, yang artinya saya enjoy kok baca novel ini. Bikin nagih untuk tahu kelanjutannya.
I recommend this book to ‘lelaki yang ingin menambah gairah seksual dan kejantanan.’ Hihi...

P.S.: Nama penulis ikutan jadi cameo lho di novel ini. I think of Joko Anwar...
Profile Image for Widyanto Gunadi.
107 reviews39 followers
August 25, 2021
Nyai Gowok is a story about a mature woman, Nyai Lindri, a 'gowok' whose task is to educate a teenage boy, Bagus Sasongko, already circumcised, into adulthood. This ancient tradition originated from a castle in China pioneered by a Chinese lady named Goo Wook Niang, later adopted by the Javanese people and is better known as what it now is. If, after seeing the word 'Kamasutra' pasted on the title of this book, you're expecting many steamy hot sex scenes like what you would usually find in a lot of erotica stories, then you might be enormously disappointed. This novel surprisingly doesn't contain much explicit raunchiness about it. All passages leading to, referring, or suggesting of, in one way or another, to matters of sexual nature are conveyed by the author, Budi Sardjono, often only in allusions, subtly and indirectly. Not that it is a bad thing. It may just be his stylistic choice and natural writing voice. I think of it as quite refreshing for a supposedly obscene romance chronicle told in such a way as to not conforming with its readers' anticipations for obvious ribaldry. As far as morals go, it's a tale that gives you a bunch of wholesome advice on treating your wife or spouse with virtue and honor to make a happy living together as a loving couple or husband and wife. It teaches, especially men, the know-how of what sort of things to do and the right attitude to possess and display to ultimately make your woman the happiest creature to ever live on earth. And necessarily, included among the list, of course, how to please and satisfy her in bed. That's why it's called Kamasutra in the first place, remember? However, please be aware before you read it that some sentences and dialogues in almost every chapter are in Javanese. Therefore, unless you're fully capable of understanding the local vernacular employed, you probably won't be able to truly appreciate the touch of originality that the author has put in here. This time around, I'm afraid there will be no hints or helping hands from Indonesian translations to go along with the Javanese texts like in most other cases, except for a few key terms but not a whole sentence. All in all, I love this book so much because it has revealed to me a personally unheard of indigenous cultural history that I, for one, who has lived and spent almost my entire life in Java, still not aware of its existence. At least until today, that is.
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
May 26, 2014
“… wanita paling senang jika disentuh dengan lembut. Pelan-pelan, tidak usah tergesa-gesa, …” (hlm 310)

Dari judulnya (plus subjudulnya) yang agak provokatif sekaligus memancing rasa penasaran, novel ini memang menghadirkan banyak cerita sekaligus pelajaran tentang urusan ranjang, terutama pengetahuan yang penting diketahui oleh seorang laki-laki tentang seluk beluk seksualitas perempuan. Bersetting kota Temanggung tahun 1955, Nyai Gowok mengisahkan tentang pengalaman seorang remaja laki-laki bernama Bagus Sasongko, putra seorang wedana di Randu Pitu yang nyantrik di rumah Nyai Gowok selama beberapa minggu. Konon, dalam tradisi Jawa tempo dulu, sudah umum jika remaja pria yang habis disunat “dititipkan” untuk tinggal serumah dengan seorang gowok yang akan mengajarinya berbagai hal tentang seluk tubuh perempuan, dengan tujuan kelak agar si pemuda bisa membahagiakan istrinya dalam urusan “ranjang.”

Tradisi gowok sendiri konon berasal dari Tiongkok, yang kemudian tiba ke Jawa dengan dibawa oleh seorang wanita bernama Goo Wook Niang. Tugasnya adalah memperkenalkan remaja lelaki yang akan beranjak dewasa kepada seluk beluk tubuh perempuan, agar mereka tahu bagaimana membahagiakan perempuan secara lahir maupun batin. Karena nama Goo Wook Niang susah dilafalkan oleh lidah Jawa, maka lama kelamaan istilah ini disederhanakan menjadi gowok. Sebagai putra seorang pembesar, adalah sudah lumrah jika Bagus Sasongko dititipkan kepada seorang gowok, dan dia akan tinggal bersama Nyai Lindri, seorang gowok yang tinggal di dusun Gowangan.

Sebagai seorang gowok, Nyai Lindri bertugas mendidik Bagus agar menjadi seorang lelaki yang sejati, dalam hal ini terutama sejati secara seksualitas. Bahwa lelaki yang sejati bukanlah lelaki dengan kemampuan seks luar biasa dan tahan lama di ranjang, lebih dari itu. Lelaki sejati menurut Nyai Lindri adalah lelaki yang bisa menghargai wanita sebagai pasangan hidupnya, yang mampu memuaskan istrinya baik secara lahir maupun batin, cukup sandang, pangan, dan papan. Diajarkan pula aneka teknik untuk memuaskan wanita, titik-titik mana saja yang harus disentuh atau dibelai dari tubuh wanita yang akan membuat istri menjadi nyaman untuk diajak memadu kasih. Dengan telaten, diajarinya Bagus Sasongko tentang bagaimana “melayani” wanita, menjadikan istrinya terbang ke nirwana saat keduanya tengah bercinta. Benar sekali, buku ini begitu sarat dengan aneka pengetahuan seksual tentang perempuan.

Selama nyantrik di rumah Nyai Lindri, Bagus Sasongko juga “belajar” dari Martinah—pembantu Nyai Lindri—yang rupanya juga memiliki bakat sebagai gowok. Dari wanita separuh baya namun bertubuh sintal inilah Bagus Sasongko mewujudkan fantasi-fantasi erotisnya dan mengalami (maaf) mimpi basahnya berulang kali. Kondisi rumah Nyai Lindri memang sangat mendukung. Entah berapa kali Bagus Sasongko secara tidak sengaja mendapatkan pemandangan lekuk tubuh wanita yang molek, entah itu betis entah itu bagian belakang leher. Semuanya seolah disengaja agar dia sebagai pria mampu mengetahui dan lalu menghargai seluruh bagian tubuh wanita.

“Wanita itu, Mas, dari ujung jari kaki sampai ubun-ubun ibaratnya mudah kena setrum. Tetapi, ada bagian-bagian tertentu yang setrumnya lemah, ada juga yang setrumnya menyengat, membuat wanita kaget mak jenggirat.” (hlm 129)

Selain banyaknya pengetahuan seksual tentang tubuh perempuan, keunggulan lain dari novel ini adalah pengetahuan sejarahnya yang cukup informatif. Dalam perjalanan piknik mereka menuju Jogja, Nyai Lindri sempat bercerita kepada Bagus tentang sejarah kereta api di Jawa Tengah, apa saja stasiun-stasiun yang menghubungkan antara Temanggung – Secang - Ambarawa - Magelang – Jogja, tentang rel yang bergerigi karena jalurnya menanjak, juga bahwa dulu pernah ada kereta jurusan Magelang – Jogja yang relnya berdekatan dengan jalan raya. Sayang sekali jalur ini sudah tidak ada, digantikan oleh jalur bus yang sudah begitu banyaknya. Ada juga sekelumit kisah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro, juga kutipan dari mantra ajian jarang goyang (ajian untuk memikat lawan jenis) serta pupuh untuk menolak ajian tersebut.

Dalam bab-bab terakhir, Nyai LIndri juga mengutip kitab kuno dari Bali, Rahasya Sanggama, yang berisi tiga teknik untuk membahagiakan wanita di atas ranjang, yakni dengan angguliprawesa, jihwaprawesa, dan purusaprawesa. Apakah artinya dan bagaimana tekniknya? Silakan baca sendiri di buku ini soalnya (maaf) agak-agak berbau pornografi meskipun sebenarnya tidak mengapa bila dibaca oleh mereka yang sudah cukup umur dan berumah tangga, karena tujuan utamanya memang untuk mengharmoniskan hubungan suami – istri di ranjang.

Dan, ketika tiba akhirnya Bagus Sasongko harus meninggalkan rumah Nyai Lindri, ia telah berubah menjadi lelaki yang lebih dewasa. Tubuhnya masih remaja, tetapi dalam hal olah seksual dan pemikiran ia telah menjadi seorang pria yang jauh lebih dewasa. Terutama mengenai bagaimana cara menghargai dan memperlakukan perempuan, serta membahagiakannya. Sedikit kritikan mungkin pada banyaknya kata “he he he” dan “hi hi hi” yang bertebaran di buku ini. Entah mengapa, suara tawa yang slengean ini terasa kurang cocok bagi sosok Nyai Lindri yang begitu penuh (penuh apa Yon? Penuh pengetahuan dan pengalaman hehehe). Dengan segala kualitasnya, Nyai Gowok bisa menjadi bacaan yang mencerahkan, dengan syarat: Anda berpikiran terbuka dan tidak picik. Selamat membaca.

“Menjadi seorang lelaki yang bisa disebut sebagai lelanangin jagad itu kalau dia bisa mengendalikan hawa nafsunya. Ingat itu ya, Mas. Hargailah wanita, jangan sekali-kali memandang bahwa mereka hanya sekadar obyek pemuas nafsu. Jangan. Bagaimanapun Mas Bagus lahir dari rahim seorang wanita, bukan lahir dari batu gunung.” (hlm 323)

4 bintang karena buku ini berisi banyak pelajaran #eh
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
July 25, 2016
Nyai Gowok: Novel Kamasutra dari Jawa. Seandainya saja judul novel ini 'Nyai Gowok' tanpa embel2 Kamasutra mungkin rating rata2 bisa lebih tinggi.

Banyak reviewer yang merasa ekspektasi mereka tidak terpenuhi karena unsur 'Kamasutra' nya kurang terasa bahkan tidak ada sama sekali. Beberapa berharap seisi buku adalah teknik bercinta, tips ramuan tahan lama, atau rayuan2 asmara. Sebenarnya tema itu ada tetapi memang sebagai pelengkap saja. Garis besar cerita adalah kehidupan seorang Gowok dan anak didiknya.

Gowok adalah seorang wanita yang bertugas mendidik anak lelaki yang baru sunat agar mengerti seluk beluk tubuh perempuan dan cara membahagiakannya. Tidak hanya permainan ranjang yang diajarkan seorang gowok, namun juga tanggung jawab seorang suami dalam rumah tangga sebagai bekal kelak ketika ia dewasa. Nah, dalam novel ini dikisahkan seorang Gowok bernama Nyai Lindri yang diserahi tanggung jawab untuk mendidik Bagus Sasongko, anak seorang priyayi desa. Cerita mengalir ketika Bagus yang baru sunat diajari tentang anatomi tubuh wanita dan sekaligus mempraktekkannya dengan si Nyai. Disinilah ekspektasi dari tagline 'Kamasutra' mulai bermunculan. Namun apa yang terjadi, Kamasutra hanyalah sejumput garam dalam sup sekuali. Wadah besarnya adalah kehidupan Nyai Lindri sendiri sebagai seorang gowok.

Bagi saya, ini adalah suatu tema besar yang semestinya bisa dieksekusi lebih bagus oleh Budi Sardjono. Sejarah akan gowok, perkertaapian, gendhing2 Jawa, Yogya, dan sisi lain pangeran diponegoro digambarkan dengan bagus, tetapi penokohan dan alur ceritanya kurang begitu berkesan. Jujur, saya membandingkan novel ini dengan 'Ronggeng Dukuh Paruk' nya Ahmad Tohari. Jika saja Bagus Sasongko dibuat lebih lugu dan akhir kisah dibuat lebih tragis, tema besar tersebut akan tergarap bagus. Terlebih lagi, saya sangat terganggu dengan kata 'hehe' yang diulang2 sepanjang cerita. Saya setuju dengan beberapa reviewer yang mengatakan bahwa seharusnya kata itu bisa dijabarkan dengan penggambaran mimik muka, jadi pembaca tetap menangkap kesan lucu tanpa merasa bosan. Imbasnya, menurut saya, kata hehe yang ditemui di hampir setiap halaman menurunkan keseriusan tema sejarah seksualitas tadi.
Profile Image for Nike Andaru.
1,634 reviews111 followers
March 24, 2025
23 - 2025

Kemarin pas cari-cari buku dengan cover warna abu-abu (tantangan baca pribadi bulan Maret 2025), tiba-tiba aja muncul buku ini di Tokopedia. Tentu saja sub judulnya sangat bikin hmmm...
Saya langsung menuju Goodreads untuk cek reviewnya dan beberapa kawan sudah membaca dan cukup bikin penasaran. Kayaknya bakalan mirip-mirip cerita Pengakuan Pariyem lalu cek di Playbook, ada lalu beli lah.

Aku sih belum pernah baca Kamasutra ya, merasa gak perlu dan kayaknya cukup eneg membayangkannya saja. Hubungan seks dengan pasangan itu menurutku bukan cara tapi bagaimana keduanya saling mengomunikasikannya. Jadi gak ada bayangan buku ini sampai mana diceritakan.

Bagus Sasongko anaknya Ndoro Dono setelah sunat diantar untuk nyatrik ke Nyai Gowok. Di sana dia diajarkan bagaimana menjadi lelaki dewasa, tentu saja ini maksudnya dengan gairah seks dan bagaimana memperlakukan perempuan sebagai pasangan yang baik. Entah yang begini tuh masih ada apa gak ya? (Atau sebenarnya praktik seperti Nyai Gowok ini dulu benar benar ada?).
Kalo dilihat dari sisi kesehatan ya tentu kasian yang berperen sebagai Nyai Gowok ini (mohon jangan dipandang dari sisi agama tertentu pula ya).
Dulu mungkin saja anak laki-laki sunat pada umur-umur SMP sekitar 12-15 tahun, lah kalo sekarang ya ada yang udah sunat sejak usia bayi bahkan.

Yang menarik adalah satu, buku ini tidak menuliskan cara belajar Bagus Sasongko dengan Nyai Lindri secara detail tapi cukup. Berulang disebutkan Nyai Lindri itu dilakukan untuk pasangan si bocah kelak. Pesannya tidak boleh grasa grusu, membahagiakan perempuan adalah yang terbaik adalah pesan baik yang disampaikan cerita ini. Dua, ada cerita juga tentang mantra-mantra yang diceritakan asal-usulnya, jaran goyang misalnya. Yang kutahu cuma ada lagu dangdutnya. Cerita sejarah khususnya Jawa di dalam cerita ini enak banget memang diceritakan sebagai pembungkus kisah nyantriknya den Bagus.
Profile Image for Galih Surya.
69 reviews
July 6, 2025
“Saya kira akan berisi ulasan rinci terkait kamasutra dengan sentuhan tradisi Jawa : menggugah, berani, dan terus terang tanpa meniadakan kelembutan. Nyatanya masih terlalu dangkal dan terlampau sopan untuk kategori kamasutra. Banyak drama tak perlu yang justru menumpulkan rasa, serta lebih banyak lagi adegan dewasa yang disamarkan. Mengecewakan.”
Profile Image for Akarui Cha.
33 reviews1 follower
May 27, 2015
Novel ini banyak sekali ilmu tersuratnya, terutama mengenai Kamasutra dan beberapa ramuan yang baik untuk menguatkan juga menjaga kelaki-lakian. Bagus Sasongko yang polos namun cerdas, terkadang konyol. Nyai Lindri juga demikian. Tetapi, mungkin begitulah jalan pikiran orang-orang di masa itu.

Tetapi, saya malah menemukan hal lain. Mengenai tokoh anak kelas V Sekolah Rakyat yang bernama Budi Sarjono, seperti nama penulis buku ini. Seolah mengisahkan sebagian sekali dari dirinya

Jika ingin mendapatkan ilmu olah asmara yang tersurat, juga dibalut sejarah dan mantra-mantra, buku ini pas.
Profile Image for Dyan Eka.
287 reviews12 followers
September 1, 2025
Sejujurnya saya mixed feeling ketika membaca buku ini.

Pertama kali tahu adanya tentang gowok, walau hanya sekilas, saya dapatkan dari novel Ahmad Tohari, seingat saya dalam buku Ronggeng Dukuh Paruk. Dari situlah akhirnya saya mencoba mencari tahu lebih tentang tradisi jawa di masa lampau itu dan saya menemukan buku Nyai Gowok ini, dengan cover yang cukup membikin penasaran; "kamasutra jawa". Saya jadi penasaran dengan arti dari kamasutra yang sesungguhnya setelah selesai membaca novel ini. Karena bagi saya, novel ini bukan hanya menceritakan tentang hubungan berkosasih, tapi lebih dari itu.

Ternyata memang berdasarkan wikipedia, arti kamasutra adalah cara bagaimana untuk hidup baik dalam konteks berpasangan. Karena ternyata memang itulah yang diajarkan oleh Nyai Lindri selaku gowok ke Bagus Sasongko. Pergeseran pemahaman tentang arti 'kamasutra' dalam masyarakat hanya sebatas berkosasih, juga terjadi ke pemahaman peran gowok. Padahal untuk menjadi gowok ada begitu macam syarat yang harus dilakukan dan tidak mudah.

Novel ini cukup mampu memberikan saya pengetahuan baru tentang gowok, walau seperti yang saya bilang di awal, kalau saya mixed feeling ketika membaca buku ini. Seorang anak laki-laki yang baru khitan langsung diberi pengetahuan seks melebihi yang seharusnya, itu sangat susah masuk di logika saya. Tapi saya coba memahami terhadap latar waktu di novel ini, mungkin hal tersebut hal yang 'normal' di jamannya. Walau di awal saya pikir laki-laki yang nyantrik ke gowok adalah laki-laki yang memang akan menikah dalam waktu dekat.

Selain itu yang memantik pertanyaan di otak saya adalah alasan mengapa laki-laki perlu belajar ke seorang gowok. Walau akhirnya saya paham bahwa salah satu tujuannya adalah agar laki-laki bisa semakin menghargai perempuan, tapi mengapa tidak ada istilah perempuan nyantrik ke gowok laki-laki?
Apakah ini ada kaitannya dengan konstruksi sosial? yang mana seorang laki-laki dituntut untuk tidak pernah salah atas perempuan dan selalu berkuasa atas tubuh perempuan? Laki-laki yang tidak bisa menaklukan perempuan berarti dianggap tidak perkasa? Seolah yang bisa dibanggakan hanya kemampuannya berkosasih. Toh, di novel ini digambarkan pula laki-laki semacam itu pada tokoh Kang Bogang dan Lurah Juwiring.

Novel ini jelas bukan satu-satunya sumber yang bisa memberikan pengetahuan tentang keberadaan gowok, tapi lebih dari cukup untuk menyulut rasa ingin tahu yang lebih besar tentang sejarah gowok yang sebenarnya.
Profile Image for Dhia Citrahayi.
Author 3 books21 followers
March 3, 2019
Love this oneee.....

Suka banget sama isi novel ini. Blurbnya memang agak-agak memancing ke mikir yang enggak-enggak sih dan saya sempat nggak mau baca ini karena mikir ini isinya 17++. Tapiiiiii.... TAPIII, ternyata isinya nggak seperti yang saya bayangkan.

Isinya benar-benar bagus, mengajarkan mengenai hakikat hubungan antara suami-istri. Bagaimana keduanya bisa saling membahagiakan, bukan hanya mengumbar nafsu. Adegan plus-plus yang saya kira bakal bertebaran, ternyata dibantah dan penggambarannya sangat halus, sampai saya sendiri bingung ini lagi ngapain sih mereka.

Saya suka bagaimana Nyai Lindri mengajarkan Bagus sebagai Lelananging Jagad. Bagaimana cara membahagiakan wanita, tidak grusa-grusu di tempat tidur, memperlakukan wanita dengan lembut, dan mencukupi lahir-batinnya. Saya rasa, novel ini layak dibaca untuk siapa pun yang sudah dalam masa puber, sebagai pembelajaran, bahwa pernikahan bukan hanya sekadar hubungan fisik, melainkan juga hubungan batin. Bagaimana bisa mengolah rasa dan batin, supaya menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.

Nyesel nggak beli buku ini dulu. Aaaah.... jiwa penimbunku... TT___TT
Profile Image for Mizuoto.
143 reviews1 follower
January 24, 2025
Nyai Gowok sebuah novel yang mengangkat tradisi masyarakat Jawa tempo dulu, yakni nyantrik atau proses belajarnya remaja laki-laki akil balig pada seorang wanita (gowok) perihal tubuh wanita dan seksualitas. Boleh saya katakan bahwa novel yang mengangkat tema-tema pembelajaran seksualitas/serba-serbi seksual (bukan erotis, lho. Tolong dibedakan!) termasuk ranah yang jarang disentuh penulis. Selain itu, jika biasanya objek seksualitas adalah kaum perempuan, dalam buku ini justru laki-lakilah yang menjadi objeknya.

Barangkali sejumlah pembaca akan mengernyit jika mengetahui kalau dulu … ada seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk menjadi guru seksualitas bagi remaja yang barusan disunat. Terdengar ganjil mungkin, soalnya kalau kaitannya dengan hubungan seksual, kayaknya laki-laki dan perempuan lebih banyak mengikuti nalurinya, deh, jadi semacam sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Resensi lengkap bisa dibaca di sini
Profile Image for Truly.
2,763 reviews12 followers
August 23, 2025
Hadiah dari Dion.

"Keperkasaan seorang lelaki pertama-tama bukan dilihat dari tubuhnya yang gagah perkasa, Mas. Itu hanya wujud luarnya. Namun yang penting, ia bisa membuat istrinya merasa senang dan puas. Kalau dia bisa merasa senang dan puas, maka itu tinggal selangkah lagi baginya untuk merasa bahagia."
-hal 162-

Sungguh, saya bingung harus menuliskan apa tentang buku ini. Mempertimbangkan isi, buku ini layak dibaca oleh mereka yang sudah memiliki pasangan hidup secara sah menurut agama dan hukum negara.

Mendadak, saya jadi teringat pada salah satu tokoh wayang, Arjuna. Selalu digambarkan sebagai sosok yang memiliki wajah rupawan, bertutur kata halus, banyak digemari wanita dan memiliki istri banyak, dijuluki "lelanangin jagad". Bukan tak mungkin karena dia bisa mengendalikan diri diri ketika bersama istrinya.

https://trulyrudiono.blogspot.com/202...
Profile Image for Om Wawan.
43 reviews2 followers
August 11, 2024
Penulis mesti bertanggung jawab krn setelah baca novel ini sy yakin banyak pembaca akan mencoba ramuan otak ayam jantan, madu, dan minyak bulus sebagai minyak urut alat vitalnya 😆😆

Buku pertama pak Budi Sarjono yg sy baca yg membuat sy jadi ingin membaca karya2 beliau lainnya

Dibalut dgn cerita yg mengalir enak dibaca tentang ngengernya Bagus Sasongko ke Nyai Lindri, novel 21 tahun tentang urusan mlumah dan mekakah ini menyampaikan pesan yg jelas bahwa urusan ranjang tdk hanya soal mengumbar dan memuaskan nafsu belaka namun lebih pada tindakan saling memberi totalitas antara dua insan, ya tindakannya ya rasanya...

Siapa pun yg ingin menjadi dewasa tanpa harus menjadi liar dan binal harus membaca novel ini
Profile Image for Shofiya Hasna.
25 reviews
July 11, 2025
(+) Mengambil tema dan pesan yang antimainstream, (masih) tabu, berani berbeda di kala masyarakat masih menganggap remeh dan tabu tentang kepuasan seksual perempuan.
(+) Ada beberapa penjelasan sejarah yang menarik, yang mendukung jalan cerita dan tidak menjadikan ceritanya bertele-tele.
(+) Bahasanya mudah dipahami.

(-) Endingnya.... bagiku cukup menggantung dan belum jelas... tapi tidak terbayang juga bagaimana ending yang aku harapkan, mungkin memang dibuat menggantung adalah yang terbaik.
BUT STILL IT IS 5 OUT 5 🤩⭐
This entire review has been hidden because of spoilers.
2 reviews
June 28, 2021
Setelah membaca buku ini, sepertinya banyak pujian yang terlalu dilebih-lebihkan kepada penulis dan buku ini. Gaya bahasa dan dialognya sepertinya lebih mirip jaman milenial, bukan seperti gaya dialog tahun 50an. Ceritanya kesana kemari dan hambar. Kamasutra? saya kira buku ini bukan tentang Kamasutra.
Profile Image for Rowena.
141 reviews12 followers
July 12, 2025
Menarik, memahami bahwa ada tradisi seperti ini, yang mengajarkan anak laki2 menghormati dan menghargai perempuan. Dalama norma sosial sekarang kurang bisa diterima, walaupun seharusnya diimbangi dengan ajaran di dalam keluarga yang lebih terbuka soal hubungan kaki2 dan perempuan. Intinya: laki2 bisa kok tidak hanya terbawa nafsu
1 review
March 15, 2021
Like
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
January 23, 2023
saya penasaran dengan kisah dari negri jawa, histori nya kental dengan primodialisme
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
March 29, 2023
Buku dengan penggambaran latar sosio budaya yang baik.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Ridha Albary.
15 reviews
May 9, 2023
I was surprised about the cultural history of this book, Maybe an activity like Nyai Gowok do is still happen in several area on Java Island
1 review
December 17, 2023
Kayaknya seru ni buku. Saya coba baca deh
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
December 24, 2023
good
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
July 16, 2024
Mampir membaca setelah viral review filmnya. Ternyata lebih menarik membaca langsung novelnya.
Displaying 1 - 30 of 45 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.