Jump to ratings and reviews
Rate this book

Aku Angin, Engkaulah Samudra

Rate this book
Barangkali pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau memercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi melagukan Harmoni.
Engkau merasa tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu, meski di masa nanti, di mana dia, engkau tak tahu lagi.


Belasan tahun setelah meninggalkan kampung halamannya, Maru mendapati kejutan pada sore yang dia kira akan berlangsung biasa-biasa saja. Sebuah pesan pendek dari masa lalu: Samu, teman masa kanak-kanak Maru, menyapa setelah lama tak tentu kabarnya.

Sapaan itu seperti menarik Maru kembali ke masa dulu. Sekaligus membentangkan perjalanan hidup yang penuh kejutan. Hingga, Tsunami 2004 di Aceh mengubah segalanya.

572 pages, Paperback

First published March 1, 2014

9 people are currently reading
67 people want to read

About the author

Tasaro G.K.

32 books555 followers
Tasaro (akronim dari namanya, Taufik Saptoto Rohadi, belakangan menambahkan "GK", singkatan dari Gunung Kidul, pada pen-name nya) adalah lulusan jurusan Jurnalistik PPKP UNY, Yogyakarta, berkarier sebagai wartawan Jawa Pos Grup selama lima tahun (2000-2003 di Radar Bogor, 2003-2005 di Radar Bandung). Memutuskan berhenti menjadi wartawan setelah menempati posisi redaktur pelaksana di harian Radar Bandung dan memulai karier sebagai penulis sekaligus editor. Sebagai penyunting naskah, kini Tasaro memegang amanat kepala editor di Salamadani Publishing. Sedangkan sebagai penulis, Tasaro telah menerbitkan buku, dua di antaranya memeroleh penghargaan Adikarya Ikapi dan kategori novel terbaik; Di Serambi Mekkah (2006) dan O, Achilles (2007). Beberapa karya lain yang menjadi yang terbaik tingkat nasional antara lain: Wandu; novel terbaik FLP Award 2005, Mad Man Show; juara cerbung Femina 2006, Bubat (juara skenario Direktorat Film 2006), Kontes Kecantikan, Legalisasi Kemunafikan (penghargaan Menpora 2009), dan Galaksi Kinanthi (Karya Terpuji Anugerah Pena 2009). Cita-cita terbesarnya adalah menghabiskan waktu di rumah; menimang anak dan terus menulis buku.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
16 (19%)
4 stars
28 (34%)
3 stars
28 (34%)
2 stars
7 (8%)
1 star
2 (2%)
Displaying 1 - 25 of 25 reviews
Profile Image for Asdar Munandar.
169 reviews4 followers
September 3, 2020
Barangkali pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau memercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi melagukan Harmoni. Engkau merasa tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu, meski di masa nanti, di mana dia, engkau tak tahu lagi.
(Tasaro GK)

Buku ini berkisah tentang Maru dan orang-orang yang hadir dalam satu wilayah waktunya. “Persahabatan” begitu mungkin orang-orang menyebutnya. Ikatan yang terjalin kuat karena satu alasan, entah karena kesamaan nasib, hobi, pekerjaan, latar belakang masa lalu atau hanya karena kebetulan bertemu disuatu tempat namun memberi suatu ekses yang mendalam.

Saya membaca buku ini saat hubungan antar orang-orang yang tadinya kuanggap sahabat mulai merenggang. Satu persatu simpul yang pernah kuikat begitu kokoh itu melerai. Kenyataannya waktu, jarak dan interaksi yang tak lagi seintens dulu menjadi tembok tak kasat mata yang sukses merenggankan ikatan itu. Kita akhirnya berjarak. Seperti Maru, satu persatu satu orang-orang yang dianggap sahabat akhirnya tertinggal dibelakang. Maru pergi, hidup berpindah seperti angin.
Nyatanya memang seperti kata Maru “waktu selalu punya superheronya masing-masing”. Kita akan selalu menemukan orang-orang baru dalam kehidupan kita, pun sebaliknya mungkin kita pada akhirnya juga akan saling melupakan dan itu tak perlu terlalu kita sedihkan.

Buku ini bermula dari kisah Maru di masa kecil, persahabatannya yang kental degan Samu menjadi kisah nostalgia yang melatari hampir semua kisah dalam novel ini. Maru yang namanya konon berarti Angin dan Samu yang merupakan singkatan dari Samudera. Dua anak manusia yang harus memilih dan menajalani pilihan hidupnya masing-masing. Samu menjadi tentara seperti impian kecilnya dan Maru ditadirkan untuk hidup berpindah seperti angin dia menjadi jurnalis dan bepergian ke berbagai daerah.

Konflik bersenjata antara TNI dan GAM di Aceh kembali mempertemukan mereka. Persahabatan yang tadinya merenggang oleh waktu kita menemukan titik jalannya kembali. Apakah persahabatan yang dulu dibina di masa kecil bisa kembali menguat seperti sedia kala atau senyatanya waktu dan jarak memang begitu sukses merenggangkan suatu hubungan.
Manusia pasti akan megalami banyak hal dalam hidupnya, memasukkan banyak pemahaman baru yang mewarnai idiologi dan cara pandang mereka. Ketulusan persahabatan di masa lalu harus di uji dengan idealisime dan kepentingan pribadi. Samu yang tentara dan Maru yang jurnalis. Samu harus melihat segala sesuatu dari kacamata militernya, sementara Maru sebaliknya dia melihat segala sesuatu dari perspektif yang berbeda.

Saya selalu menyukai membaca buku Tasaro GK. Tertalogi “Muhammad lelaki penggengam hujan” atau “sewindu” yang sukses membuatku baper berat. Entah kenapa tulisannya selalu bernaas. Selalu terasa hidup. Pun sama halnya dengan buku ini. Diluar ada bebeberapa hal yang terasa begitu mengganggu karena penggunaan sudut pandang yang berubah-ubah, buku ini masih tetap layak diberi bintang 4. Terimakasih Mas Tasaro GK untuk semua karya-karyanya yang selalu menginspirasi.

Profile Image for Anggraeni Purfita Sari.
84 reviews9 followers
July 12, 2014
"..Inginnya aku pukuli saja waria sadis itu sampai babak belur.Tapi profesinya menuntut dia untuk mendahulukan pertanyaan, bukan perasaan."

"Aku berusaha memuaskan ketiga kawan barunya itu dengan senyuman, sementara gigi-giginya berupaya keras mengunyah roti hambar ditambah yoghurt asam itu."

Dua kalimat itu adalah bagian kecil dari sekian banyak kekacauan Point Of View di buku ini. :( Bukunya bercerita menggunakan sudut pandang aku, si Maru sebagai tokoh utama, tapi banyak keselip kata "nya" disana-sini. Sumpah, nggak nyaman banget bacanya, dan saya memutuskan berhenti baca sebelum buku ini tamat.

Saya mantap kasih bintang satu, karena buku ini cetak ulang dari buku Tasaro yang lama, lupa judulnya, kayaknya Di Serambi Makkah. Masa iya sih udah cetak ulang, ganti judul, isinya masih sama sampe salahnya juga masih sama? ini editornya apa pengarangnya yang payah?

Sudahlah tutup saja bukunya. :(
Profile Image for Anna Fillaah.
131 reviews6 followers
July 18, 2019
3.25 for sure.

Buku pertama Tasaro GK yang saya baca. Dari beberapa tanggapan teman yang membaca buku beliau dengan judul yang berbeda, semuanya sepakat bahwa isinya bagus. Entah penceritaannya atau memang alur ceritanya atau bahkan keduanya. Lalu saya ingin membuktikannya dengan membaca buku ini. Kurang populer memang dibanding karangan beliau lainnya.

Buku ini bercerita tentang persahabatan dua lelaki, Maruto dan Samudro sedari kecil hingga bertemu kembali ketika dewasa dengan menggenggam impian masing-masing. Impian itu jugalah yang menjadi puncak-puncak cerita buku ini. Maruto sang Jurnalis mengejar impiannya "meliput" Aceh yang kala itu tengah berkonflik antara GAM dan TNI, untuk keperluan novel dan reportasenya. Di tanah yang sama, sahabat kecilnya Samu bertugas menjadi Tentara yang mengejar-habis GAM. Keduanya sedikit bertentangan perihal pemikiran perang, walau sama-sama menyudutkan GAM sebagai dalang kesengsaraan rakyat Aceh.

Bagi saya, bagian tersebut adalah yang paling menarik dan mendebarkan. Cerita-cerita tentang kebengisan GAM yang mungkin juga diambil dari kisah nyata mendapat tempat di hati saya yang menyukai cerita sejarah. Sebelumnya dikisahkan juga tentang kehidupan Maru saat menjadi jurnalis. Itu bagian lain yang saya sukai.

Banyak kisah heroik yang disiratkan melalui tokoh-tokoh yang muncul dalam hidup Maru yang memberi pesan moral tanpa bersifat menggurui. Hal ini bagi saya menjadi nilai tambah. Meski di beberapa bagian saya tiba-tiba bosan. Kekurangan paling mengganggu adalah sudut pandang tokoh utama. Saya menebak bahwa cerita ini awalnya ditulis dalam sudut pandang orang ketiga yang diubah menjadi orang pertama sehingga terasa lebih natural dalam bercerita. Sayangnya,penulis kurang cermat mengganti semua kata ganti dari perubahan sudut pandang sehingga di awal-awal buku saya kebingungan dan baru mengerti bahwa terjadi kesalahan pengetikan sudut pandang. Bagj yang tidak memahami kesalahan ini, yakin bakal sangat terganggu dan dibuat bingung.
Profile Image for ayumi.
8 reviews
August 30, 2019
entah mengapa seketika di tengah-tengah membaca buku ini, kemudian daku tertegun.
jadi alangkah sangat sampai hatinya jika kita membeli buku bajakan. iyaa.. proses panjang Tasaro mencari data, pergi ke aceh belain-belain, demi sebuah data. yaa..ditengah kondisi Aceh saat itu. dengan biaya jasa abang-abang ojek untu menemani, mengantar beliau, jaman itu SATU JUTA RUPIAH. belum lagi kalo diitung-itung biaya losmen, makan, ongkos dll., Makdeg. kebayang kan gimana nya kita hidup luntang-lantung di perjalanan, mencari sebuh kepastian. iya pasti dapat berita atau tidak.
SATU JUTA RUPIAH itu menurutku gede banget, jangankan zaman itu. zaman ketika aku masih main sepeda, petak umpet, zaman ketika aku dekil banget karena panas-panasan nyeroki ikan. (ngumpulin ikan dengan saringan teh, haha). iyaap, zaman ketika aku masih esde. dulu jauh sebelum kemajuan internet saat ini, aku tau GAM hnya dari sekilas2 berita di TV mana kala TV rumah dinyalakan, jaman dunia dalam berita.
aahh... sebegitunya untuk menuntaskan rasa penasaran, menyelesaikan pikiran yang melompat-lompat, melawan adrenalin, ku rasa patut kita hargai semua para penulis.
.
.
lebih baik bermandi keringat berburu diskonan buku di toko buku (GM, TM dan sjenisnya daripada kita beli copyan T,T)
*jaman ingat gontok-gontokan di depan pagar sebuah pabrik buku (cuci gudang) saat masih di jogja, itu cuma buat ambil nomer antri ajaloh biar bisa masuk.
.
haha. superb lah buku ini. bener-bener memuntahan semua imajinasi, metafor di pikiran Tasaro, 500an halaman. haha., awalnya sempat bingung ini pake sudut pandang orang ke-berapa yak, kadang Aku, masih di kalimat yang sama kemudian Dia. ya sudah.. ku tak begitu paham ilmu demikian, ku mesti mengulangnya tak apa. Thumbs up.
Profile Image for Nike Andaru.
1,632 reviews111 followers
March 8, 2018
Membaca buku ini tuh mesti sabar, setengah dari jumlah halaman dari buku ini bisa dibilang membosankan, hampir saja saya menyerah dan meninggalkannya. Kisah Maru, Maruto lengkapnya diceritakan dari dia kecil, bersama sahabatnya, Samu, Samudro.

Dipertengahan, baru terlihat menarik, Maru sang wartawan ingin menulis buku tentang GAM, tentang Aceh. Dia lalu berangkat ke Aceh, menemui anggota GAM, terseret menjadi tawanan GAM, baku tembak TNI dan GAM membuat ceritanya semakin menarik dan mendebarkan. Saya merasa emosional karena ternyata tak sampai di situ, masih ada bencana tsunami di Aceh.

Ah, Tasaro memang lah pandai, sekali lagi saya dibuat suka sama tulisannya, walau sebenarnya mau ngasih bintang 3 aja, tapi quote menarik di ending buku ini membawanya menjadi 4 😁
Profile Image for Library zka.
21 reviews
November 10, 2023
Saya membaca buku ini di Ipusnas. Membahas dari segi cerita, saya sangat mengagumi bagaimana TasaroGK dapat menulis dengan begitu indah. Isi cerita dari buku ini sangat mengalir, entah karena penulisnya merupakan seorang jurnalis atau yang lainnya. Penggambaran keadaan membangkitkan sisi emosional saya. Buku tentang persahabatan, perjuangan terhadap negara, juga tentu saja tentang cinta ini wajib dibaca oleh siapapun yang sedang butuh inspirasi.
Profile Image for Michiyo 'jia' Fujiwara.
428 reviews
February 23, 2018
Barangkali pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau memercayai kemampuanmu sendiri. Engkau mengenangnya seperti halnya Padi melagukanÿHarmoni.
Engkau merasa tidak mungkin berdiri hari ini tanpa dirinya di masa lalu,
ÿmeski di masa nanti, di mana dia, engkau tak tahu lagi.
Profile Image for Bare Kingkin Kinamu.
Author 2 books1 follower
Read
August 9, 2019
Buku ini sangat menyentuh hati para pembacanya. Satu di antara momen paling baik adalah perjalanan manusia itu sendiri dalam memaknai hidup. Aku Angin, Engkaulah Samudra menjadi bacaan yang pas untuk renungan mendalam manusia.
Profile Image for Fatima Rahmah.
1 review16 followers
January 5, 2017
Kadang kesibukan membawa kita lupa akan apa-apa yang kita miliki dimasa lalu. Kalau kata Mas Tasaro lewat buku ini, dia bilang bahwa waktu selalu punya pahlawannya sendiri. Bagaimana menurutmu?
Profile Image for Ia Seftia.
29 reviews13 followers
May 23, 2017
Ini adalah cerita tentang persahabatan.
Ini adalah cerita tentang cinta.
Ini adalah cerita tentang peperangan.
Ini juga adalah cerita tentang bencana.
Dan Tasaro GK, berhasil mengemasnya menjadi runtutan cerita yang sangat menarik. Selain itu, Mas Tasaro GK pun menceritakannya dari berbagai sisi dan sudut pandang. Pembaca diajak berpikir obyektif. Tentu saja. Hal ini membuat saya terkesan.

Kisah ini bermula dari persahabatan antara Maru dan Samu di Gunung Kidul. Hingga akhirnya mereka terpisah dikarenakan Maru harus pindah rumah ke Yogyakarta.
Belasan tahun berlalu, Maru tak pernah melupakan sahabat kecilnya. Bagi Maru, Samu adalah sahabat terbaiknya.
Seperti yang Maru katakan, "Barangkali pernah, dalam hidupmu, engkau memiliki simpul persahabatan yang engkau percaya, tak ada tandingannya. Engkau mengandalkannya kadang lebih dibanding engkau memercayai kemampuanmu sendiri.
Aku pernah.
Masih.
Akan selalu.
Merasa bahwa seseorang di belakangku telah mematangkanku. Membentukku, terkadang justru di luar kesengajaan yang dia tahu." hal. 10-11

Dan begitulah Samu di mata Maru..

Sampai kemudian, mereka dipertemukan kembali melalui sambungan telepon saat Maru telah menjadi wartawan di Bandung. Samu tiba-tiba menghubunginya. Sejak saat itu, mereka rajin berkomunikasi. Dan Samu banyak menceritakan pengalamannya sebagai seorang tentara yang ditugaskan di Aceh.
Maru terpukau. Dari sanalah muncul ide Maru untuk membuat sebuah novel tentang Aceh. Maru pun datang ke Aceh. Padahal saat itu. Aceh tengah mengalami konflik antara GAM dan pemerintah Indonesia.

Nekat. Buat saya, sosok Maru dalam novel ini benar-benar nekat. Bukankah datang ke daerah konflik seperti mengantarkan nyawa saja? Namun entahlah. Toh, ia tetap melakukannya. Karena dia juga ingin mendengar cerita dari sisi lain.
Dan keyakinannya terbukti. Maru mendapatkan informasi bahwa sebenarnya "Orang-orang Aceh itu cuma ingin hidup aman. Tidak ada lagi kekerasan. Mereka nggak ngerti atau malah nggak peduli mau gabung Indonesia atau nggak. Yang penting damai, itu saja." hal. 302

Kalau sudah begitu. Siapa seharusnya yang bisa disalahkan? Perang memang hanya menyisakan luka. Banyak nyawa yang sudah tidak terhitung jumlahnya menjadi korban. Apalagi untuk rakyat Aceh yang merasakannya sendiri. Teror fisik dan juga teror psikologis tentu saja begitu mengguncang jiwa mereka.

Lalu apakah saya atau mereka harus mengucapkan terima kasih pada tsunami Aceh? Mungkinkah Tuhan mengirimkan tsunami di bumi serambi mekah sesungguhnya untuk menghentikan peperangan? Untuk menghentikan penderitaan akibat peperangan. Karena faktanya, pasca tsunamilah, rakyat Aceh kemudian merasakan damai. Entahlah. Sungguh semua itu hanya misteri Illahi yang tak mudah dijangkau oleh otak manusia.
Mungkin benar juga yang diungkapkan Mas Tasaro pada hal. 567: " Kadang Tuhan menurunkan peristiwa perih untuk memberikan jalan keluar kebingungan manusia, ketika mereka tak tahu lagi bagaimana menyelesaikan permasalahan hidupnya."

Namun lagi-lagi saya hanya mampu berkata, "Entahlah"..

~ Ia Seftia ~
Profile Image for Imam Rahmanto.
149 reviews8 followers
December 4, 2014
"...pada setiap masa punya pahlawannya sendiri-sendiri."

Saya suka dengan plot ceritanya. Tapi agak terganggu membaca beberapa "kekeliruan" editing dalam penulisan sudut pandang penceritaannya. "Kekeliruan" itu berkali-kali terulang dalam beberapa bab. Seperti,

"Aku berusaha mengakrabi rasa dingin yang mengoyak pori-pori. Dia mengenakan jaket kulit, tapi benda itu ternyata tak patut dipercaya."

Beberapa pargraf memuat keambiguan semacam itu. Sekilas, tidak ada yang nampak salah. Namun jika lebih jauh membaca beberapa paragraf dan mencermati isinya, akan ditemukan bahwa seharusnya sudut penceritaan yang digunakan penulis hanyalah "aku". Entahlah, apakah ada kesalahan di proses editing atau pencetakannya.

Terlepas dari kesalahan teknis itu, ceritanya cukup menarik. Apalagi kedekatannya dengan saya (sebagai pembaca novelnya) cukup jelas. Maruto, tokoh utamanya, seorang wartawan yang juga sedang menyelesaikan sebuah novel tentang Aceh dan kisruhnya sebelum Tsunami. Sementara mengenai kisah romansa, jangan berharap banyak. Ini tentang konflik dan asa kedamaian di tanah Nusantara. (*)

----------

"Tidak ada masa lalu yang memberatkan. Tidak ada kenangan yang memburamkan. Hanya sebuah perjalanan menuju benderang. Maka,apa yang ada di belakang punggungmu adalah anak tangga yang mesti engkau lalui penyebab takdirmu, hari ini." --hal.11

"Ketika sesuatu menjadi kenangan, semua terasa indah dan mendatangkan kerinduan." --hal.79

"Semua ada risikonya. Mungkin sekarang waktunya bersenang-senang. Suatu saat dia pasti harus membayar segala kesenangan itu." --hal.80

"Ketaatan kepada Tuhan itu satu paket. Pacaran itu tidak termasuk dalam paket itu." --hal.127

"Untuk menjadi bahagia itu sederhana. Nggak usahlah terlalu memikirkan apa yang akan terjadi pada kita lima atau sepuluh tahun mendatang. Bahkan besok pagi tak tahu apakah kitamasih hidup atau tidak." --hlm.131

"Bukankah jika tak ada lagi mimpi-mimpi yang terlalu muluk, emosi yang menggebu-gebu, dan rasa waswas segala sesuatu, itu artinya seseorang telah menemukan kebahagiaan?" --hlm.134

"Sebab kebahagiaan itu ada waktunya hanya butuh hal-hal yang sederhana." --hlm. 153
Profile Image for Fitri  Pakpahan.
65 reviews7 followers
October 18, 2016
Hal yang paling kubenci ketika membaca buku adalah mengakhiri lembaran terakhir. karena akan kudapati diriku, duduk membelakangi jendela dan mengangkat kepalaku menatap ke meja belajar, berwarna cokelat, menyadari bahwa aku harus bangun dari fantasi yang sangat menyenangkan, yakni hidup dalam buku tersebut. sebenarnya buku sudah lama kubaca, namun tak segera kuselesaikan, waktu itu ada rasa bosan kudapati dalam diriku. waktu itu masih setengah, dan setelah setahun lamanya tertumpuk diantara buku2 yang lain, akhirnya kuputuskan untuk mengakhirinya.

Novel ini manis, yakni ketika ada persahabatan yang tetap terhubung, meskipun dibatasi oleh jarak dan waktu yang jauh dan begitu lama. Maru dan Samu adalah dua sosok laki-laki pemberani, yang bersahabat sejak kecil. persahabatan mereka ditulis dengan indah oleh Tasaro. bagaimana bisa mereka tidak menyentuh sedikitpun pisang yang dibungkuskan ibu maro, ketika mengikuti perlombaan di kota, hanya karena mereka sibuk ngobrol? asik sekali bukan? dua sahabat sejati, yang polos, setia, ada saat duka maupun suka. persahabatan yang rasa-rasanya melebihi persaudaran atau percintaan bak sepasang kekasih.

Novel ini juga memilukan, dengan digambarkannya peristiwa Tsunami 2004. Ratusan ribu nyawa warga Aceh direnggut Tsunami.
Novel ini juga menjadi saksi yang menuliskan peristiwa GAM yang banyak menelan korban masyarakat sipil, akibat keegoisan politik semata.
Novel ini juga romantis, ketika tumbuh rasa cinta diantara samu dan mala, yang diperhadapkan pada latar belakang dan kondisi novel yang bergendre politik dan mileter. membaca kisah mereka, serasa menonton film Pearl Halbour. Surat Samu pada Mala, bahkan membuat ku senyum2 sendiri dan memotivasi ku sekilas untuk tetap berjuang dalam Hidup. Hidup harus tetap berlanjut, dan percayalah ada banyak hal-hal indah yang membuatmu tetap ingin hidup.
Profile Image for Fakhrul Muslim.
33 reviews
July 21, 2014
Buku ini sebenarnya layak mendapat bintang 4 atau bahkan 5, jika penilaiannnya cuma dari segi isi cerita. Saya suka sama ceritanya, entah kenapa cerita yang ada hubungannya sama pengalaman dan petualangan seorang jurnalis selalu bagus biasanya.

Sayangnyaa, seperti yang lain juga bilang, kesalahan point of view di buku ini sedemikian fatalnya, dari yang di awal kalimat menyebut dirinya sendiri dengan "aku", tiba-tiba jadi "dia", atau diberi imbuhan "-nya". Ada juga yang harusnya "kami" malah menggunakan "mereka". Parahnya, kesalahan semacam itu terjadi hampir di tiap halaman. Saya jadi ga habis pikir, ini pengarangnya sendiri yang sedemikian teledornya sampai membuat kesalahan macam ini atau editornya yang ga kerja?

Semoga di cetakan berikutnya kesalahan ini sudah direvisi agar cerita yang sangat bagus itu tidak sia-sia.
103 reviews1 follower
June 24, 2014
Bagian paling menyebalkan dari buku ini adalah.. penggunaan kata ganti milik orang pertama tunggal menjadi "nya", bukannya harusnya "ku" ya? ini terjadi bukan cuma satu dua kali di buku ini. kalau dihitung sampai ratusan kali ya ,, tapi berhubung aku malas menghitung, jadi cukup kubilang "terlalu sering" penggunaan kata ganti "dia" dan "aku" yang saling menggantikan untuk merujuk orang yang sama, yaitu Maru, penulis dalam cerita di buku ini. Sampai-sampai aku pikir Tasaro memang sengaja melakukan itu, atau juga aku yang ga ngeh dengah gaya bahasa di buku ini. entahlah...

Selain dari itu, aku suka buku ini. dan karena aku udah baca buku "sewindu" karangan Tasaro lainnya, aku jadi kepikiran untuk menebak-nebak yang mana yang pengalaman pribadi dan mana yang fiksi.

Profile Image for ratna ayu puspita.
71 reviews1 follower
December 18, 2014
Bercerita tentang Maruto dan Samudro, berlatar jawa tengah dan aceh, buku ini memiliki cerita yang bagus, berbobot dan penuh informasi yang kalau tidak malas gugling, bisa jadi banyak hal yang lebih banyak di ketahui. Sayangnya, Maruto ini kenapa bisa jadi aku dan dia dalam satu paragraf. Mengurangi gambaran di kepala saya yg sudah terlanjur jadi Maruto yang 'saya', lalu tiba2 jadi 'dia' di anak kalimat lainnya. Saya pikir, oh mungkin salah ketik. Tapi ada kalimat seperti ini, 'Jadi,engkau jangan ribut soal sudut pandang cerita di sini. Aku hanya ingin berbagi cerita tidak ingin berdebat bagaimana karya sastra semestinya'. Yaaa......terserah penulisnya juga sih, kalau memang begitu, hanya mengurangi keenakan alur cerita, dan imajinasi yg tau2 bubrah di tengah kalimat.
Profile Image for Leni.
31 reviews2 followers
July 24, 2016
Kesalahan penulisan mengganggu sekali, karena cukup fatal dan terjadi berungkali-yang mungkin akan memberikan efek untuk lebih berhati-hati lagi dalam membeli buku-buku terbitan qanita. Namun di balik itu, jalan ceritanya tak terlalu menimbulkan rasa tertarik, mengingat saya menuntaskan buku ini dengan rasa ingin cepat-cepat menyudahi, bukan karena didorong rasa penasaran. Namun saya tetap mengapresiasi, karena Tasaro GK. telah menyumbang gambaran bagaimana konflik GAM, yang rasanya jarang dibahas.
Profile Image for Arini.
17 reviews12 followers
October 20, 2016
jujur saya tidak masalah sama 'keisengan' Penulis yang memasangkan kata ganti nya dengan aku, karena saya suka sama ceritanya. banyak fakta-fakta mengenai Aceh yang baru saya ketahui, padahal saya orang Indonesia :( mungkin karena waktu Aceh bergejolak dulu saya masih sangat kecil, masih SD, jadi saya tidak begitu tertarik mengikuti perkembangan berita tentang itu di TV. terlepas dari ini cerita fiksi atau bukan, saya suka. ya meskipun sempat berhenti baca sebentar karena ceritanya agak berbelok jadi penuh dengan kisah Samu dan Mala, tapi secara kesuluruhan, buku ini bagus.
Profile Image for nur'aini  tri wahyuni.
894 reviews30 followers
January 2, 2015
udah lama kepengen baca buku tasaro gk akhirnya kesampaian. tbh, tertarik sama judulnya ((serius)), kirain ini novel puitis gitu, ga taunya hampir mirip biografi, yaa.

dari segi cerita, bagus, asik, cepat. tapi sayang ini editornya sapa coba kita bicara baikbaik, kekeliruan kata ganti orang pertamanya bikin ga nyaman, agak ganggu. terlepas dari itu kalau ini kisah nyata ada yg tau ga, apakah Mala dan Samu akhirnya bersatu?
Profile Image for Pertiwi.
72 reviews13 followers
November 7, 2016
Terlepas dari banyak kesalahan penulisan yang di awal-awal bikin bingung menentukan sudut pandang, ceritanya bisa menarikku ke Aceh saat masih terjadi konflik.

Cerita dari sudut pandang TNI membuat banyak pertanyaan timbul di kepala tentang kehidupan saat bertugas.
Profile Image for Lavieenbleu .
5 reviews
February 13, 2023
Aku suka bahasa dibuku ini dan untuk buku yang lumayan tebel dia bisa bikin aku tenggelam menikmati keseluruhan ceritanya.
Profile Image for Aditya.
92 reviews12 followers
October 14, 2016
kisah bagus yang dirusak oleh banyaknya kesalahan penulisan 'dia' yang seharusnya adalah 'aku'.
47 reviews5 followers
March 30, 2017
Akhirnya selesai juga baca buku ini setelah terbengkalai lebih dari 6 bulan. Agak terganggu dengan kekacauan sudut pandang yang dipakai untuk menggambarkan tokoh yang sama, si aku yang kadang menjadi 'dia' kadang 'nya'. Meski demikian, tetap favorit lah tulisan2 om tasaro ini.
Displaying 1 - 25 of 25 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.