What do you think?
Rate this book


278 pages, Paperback
First published June 10, 2014
"Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat."
"Iya, sih. Tapi, mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat."
"Ini adalah video terakhir Bapak.
Tugas Bapak membimbing kalian, selesai di sini.
Terima kasih sudah membahagiakan Bapak.
Untuk terakhir kalinya, Bapak ucapkan, Bapak sayang kalian."
Menjadi panutan bukan tugas anak sulung kepada adik-adiknya.
Menjadi panutan adalah tugas orangtua untuk semua anak.
Nah lucunya adalah disini. Bagaimana bisa pak Gunawan memberikan contoh mengenai steve jobs dan ipod pada tahun 1992 sementara Jobs baru menciptakan iPod seri pertama pada tahun 2000.

Ayu menghitung jumlah resep yang dia sudah kumpulkan dari Ibu yang ada di hadapannya. "Satu, dua, tiga... sembilan resep dari Ibu. Yay!"
"..."

Denmark, tempat Satya tinggal saat ini. Source : unipage dot net
Museum Fatahillah, salah satu tempat yang "manis" di novel ini :) source : sobatpetualang dot com
"Kalo anak mamah mukanya kaya celeng, minimal Mamah cari anak teman yang bagusan dikit."
Cakra mengambil penggorengan yang tergantung dan berkaca. "Celeng?"
"Misalnya."
"Mas pernah bilang, bagi Mas, saya itu perhiasan dunia akhirat."
"Iya."
"Kenapa bisa bilang begitu?"
"Kamu pintar. That goes without question . Kamu cantik. Itu jelas."
"Itu semua dunia," potong Ayu.
"Dan karena pada waktunya, saya selalu melihat sepatu kamu di musala perempuan."
Buku ini menceritakan tentang kehidupan Cakra dan Satya setelah Bapak pergi. Kepergian bapak meninggalkan hal yang sangat berarti, sebuah video yang dibuat oleh bapak untuk menemani mereka melangkah agar mereka menjadi pribadi yang lebih baik dari sang bapak sendiri. Sabtu menjadi hari yang ditunggu Cakra dan Satya, karena di hari Sabtu setelah azan Ashar, bu Itje, mamah mereka akan memutar sebuah video dari bapak. Video tersebut bukan hanya berisi jawaban dari setiap pertanyaan yang ada di benak mereka, tapi juga sebuah pembelajaran, pesan, saran dan bagaimana seharusnya menjalani kehidupan agar hidup tidak sia-sia dan berbuah penyesalan. Buku ini bukan hanya tentang Bapak dan anak, bagi saya buku ini sarat makna.
Saya bingung saat mereview sebuah buku bagus karena saya pasti akan melantur kemana-mana. Bukan berarti saya suka mereview buku yang tidak terlalui saya sukai. Mereview buku yang sangat saya sukai seperti bercerita panjang lebar yang isinya terkadang bisa menyerempet kemana-mana dan bisa saja tidak terlalu penting. Ini saja saya sudah ngelantur kemana-mana #self toyor.
Hampir seluruh buku ini adalah favorit saya. Video-video bapak, Cakra, Satya, bu Itje, Rissa, Ayu dan bapak sendiri adalah favorit saya. Bahkan saya juga menyukai rekan kerja Cakra (saya dapat membayangkan bagaimana interaksi Cakra dan stafnya di departemen Micro Finance, menurut saya kantor Cakra adalah salah satu tempat kerja yang asik). Saya juga menyukai bagaimana Cakra mempersiapkan dengan baik hidupnya sebelum memutuskan menikah #ehem dan bagaimana Satya berusaha menjadi bapak dan suami yang lebih baik seperti yang diajarkan bapak. Membaca buku ini membuat saya tertawa, menangis dan kangen ayah. Cinta Bapak dan Ibu memang berbeda, tapi Bapak mempunyai caranya sendiri dalam mewujudkan cintanya #peluk ayah.
Jika menulis hal-hal favorit dibuku ini, saya seperti menulis ulang isi buku. Buku ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah saya baca. Semua yang dituliskan penulis membuat saya terpikat. Tidak hanya video Bapak (dan bapak sendiri yang pastinya seseorang yang luar biasa), Cakra dan Satya yang saya favoritin. Saya juga belajar banyak dari Ayu, bagaimana memilih pasangan yang baik dan tidak hanya melihat seseorang dari penampilannya. Salah satu bagian favorit saya adalah saat blind datenya Cakra dan Ayu di Museum Fatahillah. Dari bu Itje dan Rissa saya belajar bagaimana menjadi istri dan ibu yang baik. Seperti yang sudah saya tulis diawal, buku ini sarat makna dan saya menyesal menimbunnya terlalu lama.