What do you think?
Rate this book


308 pages, Paperback
First published July 1, 2014
"Oke," kataku lagi, mencoba untuk tidak sakit hati.
Aku tidak boleh menyerah hanya karena satu-dua komentar pedas.
Keluarga tidak menyerah atas satu sama lain.---hlm. 40
Sabar, Audy Nagisa. Tidak ada yang bilang mengajarkan sopan santun kepada seorang anak yang kelewat genius itu mudah---itulah sebabnya tidak banyak orang genius yang ramah dan sopan. Teman-temanku di SMA yang pemegang ranking hampir semuanya pelit meminjamkan buku PR ---hlm.38
Memang sih, aku tidak percaya ramalan---terutama kalau ramalannya buruk---tetapi ini ramalan baik. ---hlm. 45
Skripsi kamu bagaimana?", tanya Rex tiba-tiba, membuatku seperti didorong masuk ke sumur. Kenapa dia mesti tiba-tiba menyebut kata itu sih? Tidak tahu apa, kata 'S' itu sangat senstitif untuk orang-orang yang sedang mengerjakannya?---hlm. 46
"Apa salahnya berharap?", Rex balik bertanya, membuatku melebarkan mata. "Berharap bikin kita lebih bersemangat hidup, kan? Tentunya, sambil disertai usaha yang konkret. ---hlm. 144
"Aku selalu berharap ini terjadi , tapi aku nggak pernah benar-benar berpikiran kalau ini akan terjadi, Dy," katanya dengan suara bergetar. Aku berpikiran sebaliknya, karena itu lebih mudah untuk kujalani."
Aku mengangguk-angguk, bisa memahaminya. Kadang aku juga mengalaminya. Kadang aku mengharapkan suatu hal, walaupun di saat yang sama, aku berpikiran sebaliknya, untuk menghindari rasa sakit yang mungkin timbul jika aku tidak mendapatkannya. Seringnya, aku tetap akan merasa sakit tanpa mengetahui bagaimana rasanya jika aku berpikiran positif. ---hlm. 155-156