Terdengar suara perempuan memanggil Tatang. Namun, tidak ada siapa-siapa di ruang pameran. Suara itu semakin jelas, asalnya dari sebuah lukisan. Mungkinkah lukisan bisa berbicara? Ternyata mungkin. Bahkan, Tatang ikut terserap masuk ke dunia lukisan. Orang-orang di dalam lukisan itu ternyata hidup! Jangan-jangan... mereka juga melihat pelaku pencurian lukisan kemarin malam. Apakah Tatang harus masuk ke lukisan lain untuk mencari petunjuk selanjutnya?
adalah seorang penulis buku Indonesia tahun 70 hingga 80-an. Dia dikenal sebagai penulis buku fiksi-ilmiah seperti seri Penjelajah Antariksa (Bencana di Planet Poa, Sekoci Penyelamat, Kunin Bergolak), Jatuh ke Matahari dan sekuelnya, Bintang Hitam. Selain menulis buku fiksi-ilmiah, Djokolelono juga dikenal sebagai penulis buku anak-anak, seperti seri Astrid, dan beberapa cerita wayang. Djokolelono juga adalah seorang penerjemah. Buku-buku yang ia terjemahkan antara lain Petualangan Tom Sawyer dan karya Mark Twain yang lain, seri Pilih Sendiri Petualanganmu, seri cergam Mimin, seri Mallory Towers dan buku-buku Enid Blyton yang lain, dan seri Rumah Kecil Laura Ingalls Wilder[1]. Karya-karyanya diterbitkan oleh Pustaka Jaya (PT Dunia Pustaka Jaya), Gramedia, dan BPK Gunung Mulia.
Bermula dari kepergian sang ibu, Ryan harus belajar menerima kenyataan. Sang ayah bahkan bertekad untuk mundur dari dunia seni melukis, tapi suatu malam salah satu lukisan sang ayah hilang akibat dicuri.
Menurutku sih ini seru ya, petualangan Ryan juga diwarnai aksi yang efek ketegangannya lumayan oke. Ini juga pengalaman pertamaku baca terbitan Kiddo. Jadi tertarik untuk baca karya middle grade yang lain dari penerbit satu ini. Hoho.
Oh ya, yang menarik dari edisi terbitan kali ini, ada semacam fun fact tentang sejarah terkait lukisan gitu. Informatif banget jadinya. Aku juga nemuin ada tiga saltik. Dari segi ukuran, wajar kalau cerita middle grade memang hurufnya besar-besar.
Poin dariku: 4,3/5 bintang Doakan aku bisa baca karya Eyang lainnya (seri Penjelajah Antariksa aku punya juga, tapi belum baca huhu).
• Btw, novel ini kebetulan memang wishlist-ku di agenda tukar kado Secret Fairy dari komunitas Neverlandbookclub ♥️ Awalnya kan aku nggak tahu pengirim buku ini siapa dan panitia mempersilakan para peserta untuk menebak pengirim kado masing-masing, sayangnya tebakanku salah. Akhirnya diungkaplah siapa pengirim buku ini buatku. Orang itu adalah ... Ka Agnes Bemoe! Kyaa aku terharu banget (meskipun yang ngirim kado diundi panitia sih wakakaka)! >,< Sampai detik ini pun masih gak percaya. Iya, mba Agnes penulis yang satu itu~
Aku selesaikan dalam sekali duduk karena penasaran! Hahaha. Seruuu banget ngikutin petualangan si Tatang di dunia lukisan untuk mengungkap kasus kejahatan. Wajar aja di tahun 1970- an dan 1980-an karya beliau memikat pembaca anak-anak pada saat itu, emang seru banget, bahkan dibaca sekarang pun masih seruu😂
Rasanya aku pernah membaca karya serupa, buku ini ditulis sebagai buku anak-anak jadi rasa menegangkan dari petualangan yang dilakukan Tatang tidak terasa bagi pembaca dewasa. Namun kisah dan kepenulisannya berhasil membawaku menyelesaikan buku ini. Selain misteri, buku ini juga berisi fantasi.
Lukisan Pengisap Anak! Andai saya adalah seorang anak yang hendak membeli buku, lalu menemukan sebuah buku dengan judul diatas, ada dua reaksi saya. Pertama saya sangat tertarik, pasti ada sesuatu hal yang misterius sehingga seorang anak bisa terisap dalam sebuah lukisan. Kedua, ada perasaan sedikit was-was, takut ada hal yang menyeramkan dibalik peristiwa tersebut. Penasaran bercampur dengan sedikit rasa takut.
Pada kover depan, memang tertulis judul Rahasia Lukisan, namun pada kover belakang tertulis Lukisan Pengisap Anak. Jika judul itu yang dipilih, bisa saja anak-anak malah takut membaca (kecuali mereka yang dablek seperti saya malah penasaran) atau justru para orang tua yang melarang anaknya membeli buku ini karena takut isinya menyeramkan dan tidak mendidik.
Terbeli karena penulis dan covernya. Semoga review ini tidak bias!
Pertama-tama, harus saya akui, ini pertama kalinya saya baca karyanya Eyang Djokolelono. Sebenarnya saya berharap baca karya beliau yang Penjelajah Antariksa dulu, tapi nggak pernah kesampaian karena nggak pernah nemu bukunya. Sekarang, berhubung nemu karya beliau dalam seri yang covernya membeli saya ini, ya apa boleh buat…
Premis ceritanya sederhana. Tentang anak yang terhisap ke dalam dunia lukisan. Yang bikin saya suka mungkin cara beliau bercerita. Rasanya seperti didongengin. Menurut saya, karakter Ryan nggak terlalu dewasa dan nggak terlalu ‘bocah’. Cukup. Beberapa adegannya, termasuk cara Ryan berinteraksi dengan karakter di sekitarnya, terasa begitu inosen dan menggemaskan.
Mungkin saya akan teruskan ke buku-buku seri ini yang lain. Siapa tahu menemukan sesuatu yang memuaskan layaknya Rahasia Lukisan ini.
Ini adalah buku anak ketiga milik Djokolelono yang aku baca. Entah mengapa, alur cerita dan bahasa yang digunakan, layaknya drama korea saja. Membuat candu. Sulit mengabaikan tiap halamannya hinga tak terasa, buku ini selesai dibaca.
Berkisah tentang petualang Tatang, seorang anak seniman terkenal dan kaya raya, memburu pencuri lukisan berharga milik sang ayah. Setelah ibu Tatang meninggal, ayah Tatang-Pak Himawan memang memutuskan untuk berhenti melukis. Padahal lukisannya selalu menjadi buruan para kolektor seni baik dalam maupun luar negeri.
Ibu yang meninggalkannya, ayah yang akhirnya koma karena terkena lemparan benda saat memergoki si pencuri lukisan berharga, menjadikan kisah ini berbalut kesedihan seorang anak namun membuatnya berpikir dan kuat untuk menangkap pencuri tersebut. Siapakah pencuri lukisan berharga milik Himawan?
kenapa saya memilih buku ini, karena covernya lucu dan menarik.Yang saya tau buku ini menceritakan tokoh yang bernama "Ryan" yang masuk ke dalam lukisan. Ryan adalah seorang anak laki laki dan merupakan anak seorang pelukis terkenal, namun keluarganya tertimpa nasib buruk saat ayahnya ingin menutup galeri lukisannya. Ryan menemukan ayahnya tergeletak dengan berlumuran darah di galeri, dan hanya lukisan lukisan saja yang menjadi saksi karena tidak ada yang melihat kejadian itu. Ryan mencari cara dan akhirnya beraksi untuk ke galeri ayahnya, akhirnya pun Ryan ingin masuk ke dalam lukisan namun sebelum masuk ada beberapa peraturan yang harus di penuhi. Menurut saya ceritanya sangat bagus dan cocok untuk semua umur.
Review: Buku ini merupakan buku yang bisa dibaca sekali duduk karena jumlah halamannya kurang dari 150 halaman. Buku ini bergenre misteri. Walaupun begitu, mungkin karena target pembacanya anak-anak, jadi sisi misterinya kurang greget. Ditambah lagi, ternyata buku ini ditulis di tahun 1971 dan disempurnakan di tahun 2014, sehingga tata bahasanya juga masih sedikit lawas untuk aku yang kelahiran tahun 2000😂 seperti kurang mengalir aja. Namun, ide ceritanya menurut aku keren sih, yaitu bisa masuk ke lukisan untuk membongkar suatu kasus. Overall, aku cukup menikmati buku ini.
Untuk ukuran buku anak, buku ini menyenangkan sekali buat dibaca. Bahkan oleh orang dewasa. Ceritanya sederhana, tentang anak yang mencari lukisan ayahnya yang hilang. Caranya mencari lukisan mengingatkanku sekilas pada Kastil Terpencil di Dalam Cermin. Karena ini buku anak, problematika yang dihadapi jauh lebih sederhana daripada yang sering aku temui dalam novel sejenis yang menargetkan pasar dewasa.
Bagian menyenangkan dari membaca novel ini adalah betapa mudahnya buku ini untuk dibaca. Bahasanya mudah untuk diikuti dan tidak bertele-tele.
Buku ini pertama kali aku miliki saat aku masih di bangku sekolah dasar. Sesuai tema buku ini, buku ini adalah buku anak-anak. Aku yakin dulu aku sempat membacanya satu kali saat pertama kali memilikinya. Belum lama, buku ini baru aku temukan lagi. Aku membacanya lagi karena aku sudah lupa ceritanya. Ceritanya memang sangat cocok untuk dibaca anak-anak, isi ceritanya akan membuat pembacanya membayangkan hal yang dirasakan oleh si tokoh utama, hal ini amat bagus untuk melatih daya imajinasi terutama pada anak-anak. Cerita misteri yang sangat ringan dan menyenangkan.
Edisi yang saya baca ini pinjam di iPusnas, tebalnya 52 halaman, dan tokoh utamanya aadalah anak sembilan tahun bernama Tatang.
Baru tahu ada terbitan lebih mutakhir dari penerbit lain, tentu dengan gambar sampul berbeda. Tapi rupanya --melihat deskripsi buku yg disertakan-- sampai nama tokoh dan beberapa bagian buku ini juga berbeda.
Tunggu, saya mau perbaiki deskripsi buku ini dulu. Nanti balik lagi, kalau ingat.
Meski sudah membaca versi terkini, tetap saja masih terasa gregetnya ketika membaca ulang kisah ini. Menemukan pada salah satu lapak buku ol, langsung masukan dalam daftar belanjaan. Penasaran saja, apakah isinya sama atau agak berbeda dengan yang sudah pernah dibaca. Selain urusan ilustrasi tentunya.
Buku misteri untuk anak-anak. Klo buat bocah 9 tahun mungkin ya lumayan mendebarkan. Tapi Tatang ini udah 9 tahun kok masih dimandiin hihihi. Apa karena bapaknya tajir melintir? :D. Sayang sekali buku yang kubaca di ipusnas ini typo-nya banyak bangetttt. Rada kecewa sih, biasanya buku Pustaka Jaya rapih.
Kreativitas dan imajinasi pengarang legendaris Indonesia yang satu ini memang sudah tidak diragukan lagi. Kisahnya menggunakan premis umum dalam kisah misteri, yakni seorang anak masuk ke dalam lukisan dan bertualang di dalamnya. Tapi, Djokolelono meramunya menjadi kisah detektif anak yang seru diikuti.
- Setelah membaca buku ini beserta versi jadulnya, Rahasia di Balik Lukisan, bisa kubilang buku ini berhasil disesuaikan menjadi lebih seru, lebih dramatis, lebih panjang tapi sangat diperlukan. - Petualangannya seru! - Pemantik konflik utamanya rada berat untuk anak usia 8 tahun, tapi kisahnya cocok. - Kurang misterius untuk disebut sebagai "weird and wicked".
Buku anak-anak yang terinspirasi dari pelukis Indonesia, ceritanya fun dan adventuring banget.
Tentang seorang anak laki-laki yang berusaha menemukan lukisan ayahnya yang dicuri, caranya menyelesaikan misteri ini adalah dengan masuk ke beberapa lukisan yang ada di gallery ayahnya dan mengumpulkan informasi dari setiap orang di dalam lukisan yang saking bagusnya digambar berubah menjadi nyata.
Ada part-part yang menenggangkan walaupun plot dan pengembangan karakternya masih kurang.
Such a quick read apalagi buku ini cuman 120 halaman.
Buku fiksi cocok buat anak-anak. Bisa diceritakan sebagai dongeng sebelum tidur. Gak terlalu berat, mudah banget difahami, gaya bahasanya juga gampang dicerna. Ryan, well done nak, kamu berhasil memecahkan kasus ini. Yg suka cerita ala detektif, buku ini bisa menjadi pilihan bacaan.
Aku habis jalan2 ke gramedia dan nemu buku ini yang tulisannya karya sastra jaman dulu gt, tapi sekarang covernya lucu2 loh jadi tertarik buat bacanya. Ceritanya juga lumayan bagus menurutku misteri gt.
seruuuu banget. berasa masuk ke dunia lukisan beneran. awalnya udah mau suudzon ke orang-orang yang ada di dalam lukisannya, siapa sangka ternyata lagi-lagi orang terdekat yang melukai hati kita :)
Membaca buku anak-anak di usia yang hampir menginjak 30 tahun memang jadi pengalaman yang unik. Saya yang memang penakut ini, beberapa kali dibuat berdebar waktu Tatang ke studio sendirian tengah malam. Takut Tatang digigit setan Hahaha!
Saat membaca buku ini, saya seperti nostalgia sewaktu masa-masa SD juga membaca novel petualangan yang serupa. Perasaan yang sama muncul—rasa penasaran dan cemas akan nasib tokoh utama—persis seperti waktu saya kecil. (Lucunya, dulu saya justru ngga penakut. Sekarang malah jadi gampang takut)
Karna bukunya ngga sampai 100 halaman, seharusnya cukup satu hari saja menghabiskan buku ini. Kalau lagi ngga ada yang interupsi (khususnya kerjaan), saya pasti ngga mau lepaskan bukunya. Pengennya diselesaikan langsung supaya ngga terus-terusan deg-degan hehehe. Oh iya, seperti buku anak-anak pada umumnya, buku ini juga punya satu hal yang semakin saya sukai: ending yang jelas. Ngga menggantung seperti kebanyakan buku orang dewasa. Mungkin karena buku anak-anak selalu membawa pesan moral yang perlu mudah dipahami, sehingga akhir cerita pun dibuat lugas dan tuntas.
Buku Djokolelono ini membuka awal koleksi buku anak-anak milik saya. Semoga ke depannya terus bertambah!
Unsur ajaib dalam novel ini sama dengan ide cerpen saya dulu sekali: seorang anak masuk ke dalam lukisan. Mengetahui Pak Djoko menulis cerita semacam itu, saya penasaran bagaimana beliau menjelajahinya. Selain itu, buku ini tipis jadi mudah dibawa ke mana-mana untuk dibaca di jalan atau sambil menunggu sesuatu.
[garis besar cerita, sedikit spoiler] Alkisah Ryan adalah anak laki-laki dari seorang pelukis ternama, bahkan berpotensi untuk menjadi pelukis legendaris. Naas nasib buruk menimpa keluarganya sehingga ayah Ryan mogok melukis dan menutup galerinya. Banyak pihak menyayangkan keputusan ayah Ryan, bahkan ada orang yang bertindak nekat. Ryan menemukan ayahnya berlumuran darah di galeri, dan hanya lukisan-lukisan di sana yang menjadi saksi kejahatan pelaku.
Saya senang dengan narasi buku ini yang berjalan cepat, walau saya harap adegan pertama tidak sesederhana Ryan bangun tidur. Tapi posisi Ryan yang baru bangun tidur strategis untuk menceritakan keadaan rumah dan penghuninya. Kejadian demi kejadian memaksa Ryan untuk terus bereaksi dan beraksi.
Perihal "masuk ke dunia lukisan", ada peraturan-peraturan sederhana yang membuat petualangan Ryan semakin menantang. Hal yang paling saya sukai adalah ayah Ryan bisa salah juga memberikan "jiwa" kepada karakter lukisannya, entah karena berprasangka atau ketidaktahuan.
Saya menikmati deskripsi dan aksi dalam Rahasia Lukisan. Buku ini memberi saya sedikit wawasan tentang terbang layang, kehidupan pelukis, dan sebagainya. Ryan bertingkah sewajarnya anak-anak dan para orang dewasa berbicara sewajarnya orang dewasa.
Keganjilan yang saya temukan, yaitu jarangnya tokoh-tokoh cerita ini menggunakan gawai alias gadget terjawab ketika saya membaca catatan bahwa Rahasia Lukisan sesungguhnya ditulis pada 1971.
Kelemahan cerita ini adalah pelakunya mudah ditebak. Itu saya maklumi karena Rahasia Lukisan memang cerita untuk anak-anak, bukan dewasa.
Akhir kata, buku ini cukup seru untuk kita baca sendiri dan bisa menjadi hadiah yang menyenangkan bagi adik, anak, atau keponakan.