APA YANG LEBIH GAWAT DARI DIJADIKAN KONTAK DARURAT TANPA IZIN?
NGGAK PUNYA UANG GAWAT DARURAT!
Indy bekerja sebagai funding officer, tipikal budak korporat ibu kota dengan goal finansial: ingin punya uang gawat darurat . Mirisnya, setiap mengumpulkan dana untuk keperluan darurat, ada saja kebutuhan yang tiba-tiba muncul. Bukan hanya kebutuhannya saja, tetapi juga seluruh anggota rumah: ayahnya, ibunya, dan terutama, adiknya yang pengangguran.
Untungnya, Indy punya sahabat sepenanggungan. Bayu, seorang staf IT yang sedang berjuang keras menabung untuk menikah. Tepatnya, untuk biaya pernikahan kakak perempuannya yang ditakutkan akan menjadi perawan tua.
Apakah mereka bisa keluar dari peliknya masalah finansial yang sering dihadapi generasi masa kini?
Indy sedang berusaha mengumpulkan dana darurat. Tapi, baru kekumpul sedikit, plafon kamar ambruk, hape rusak kepental sama orang lain, belum lagi adek nabrak mobil orang dan kudu bayar ganti rugi. Gimana mau uang dana darurat kekumpul, tiap hari aja udah darurat?
Uang Gawat Darurat bercerita tentang struggle-nya Indy mengumpulkan dana darurat—ditemani oleh Bayu, sahabat [jadi cinta] yang harus nabung untuk pernikahan kakaknya [soalnya ibunya mau pesta yang besar]. Dan menjelmalah Indy serta Bayu menjadi soon to be couple sandwich generation.
Berbeda dengan novel "sejenis" yang di mana kalau female/male lead-nya yang struggle secara ekonomi, tapi pasangannya tuh stabil. Kalau yang ini, keduanya sama-sama struggle. Yang justru selain melengkapi—tetapi juga menemaninya lebih terasa karena sama-sama merasakan.
Sebenarnya ada yang agak aneh menurutku adalah Indy kerjanya di perbankan, bahkan akrab banget tuh sama deposito klien. Tapi, malah Bayu yang kerja di IT yang ngasih tahu Indy soal investasi dan hati-hati sama kerjaan yang berpotensi cuan—tapi bodong. Padahal dari segi kerjaan harusnya Indy yang lebih aware soal keuangan, tapi ini malah Bayu.
Relasi Indy dan keluarganya yang awalnya aku anggap mereka adalah "beban"—terutama adeknya [tetap beban sih sampe akhir, tapi rada mending dikit]—mulai sedikit "melunak" kepada Indy. Ya, setidaknya ada closure dari orang tuanya kepada Indy agar nggak struggle sendirian lagi.
Kalau di Pay Sooner or Later, romansanya dikit banget, di sini malah lumayan tumpah tumpah, ya. Suka deh kalau Bayu udah cemburu gitu. Makanya jangan lagi beralasan takut persahabatan rusak karena menyimpan rasa, this is too cliche di trope friends to lovers. And finally Bayu took step ahead!
❝... gue bukan hanya mau jadi kontak darurat lo aja, ndy. gue juga kepengin jadi rencana jangka panjang lo.❞ - p. 205
Akhir kata, jika kamu sedang struggle mengumpulkan dana darurat untuk kehidupanmu yang selalu darurat, buku ini direkomendasikan.
kedua kalinya gue baca nopel Adrindia. Lagi2 tokohnya kerja berhubungan sama duit. tapi kali ini konfliknya tentang indy yang fokus ngumpulin uang buat dana darurat yang banyak eh malah pengeluaran boncos mulu. terus dia juga sebelas dua belas kek aluna. tapi nggak sehard kaluna. lumayan lah bikin konfliknya meningkat dan nggak datar2 banget. sayang percintaannya sama tetangganya itu lurus2 aja. nggak ada tantangannya malah lebih seru percintaan alia. gue suka sih bagian indy dideketin arsa buat dipinjemin duit doang. lagi2 nopel adrindia berasa relate sama hidup gue wkwkwkw
intinya nopel ini bagusss. enak dibaca sekali duduk. nggak tebel2 banget cuma 220 lebih dikit.
Cerita personal yang punya aroma menusuk hidung pembaca. Secara pribadi aku menemukan diriku dalam cerita ini. Tentang seorang gadis yang harus bertangungjawab akan finansial keluarga, dibangun dengan pelan dan diam-diam tampak nyata di depan mata.
Gaya penulisannya lincah, efektif menghanyutkan pembaca. Alurnya juga rapi, seperti habis dihilangkan kerutannya menggunakan alat pemanas. Karakter Indy dibangun dengan baik, perannya cukup memberi simpati, pembaca akan mudah menyukainya. Begitu pula Bayu, kelihatan sangat manis dan sosok yang memikat.
Tema yang diangkat menarik yaitu tentang Finansial, uang gawat darurat. Tentunya konflik yang bergulir juga tak jauh dari hal itu. Awal-awal alurnya berjalan pelan, kemudian menanjak dengan kekuatan penuh, untungnya nggak membuat pembaca terjungkal. Karena sudut pandang orang ketiga yang bisa mengendalikan cerita, meski condong ke Indy. Aku suka dengan premisnya, dan ini termasuk selera bacaku. Drama keluarga, romansa tipis, paduan yang memikat.
Konfliknya kurang gereget, tokoh antagonisnya abu-abu. Aku berharap akan ada masalah besar yang akan menjegal jalan Indy. tapi rupanya itu tak terjadi Diakhiri dengan baik juga selesai dengan napas lega. Eksekusinya berhasil membuat pembaca mengira-ngira, walau tak terlalu mengejut-kan, tetap saja buku ini membuat pembaca berpikir keras akan apa yang terjadi.
Kalau hanya melihat judul dan membaca blurb saja, maka pertama kali yang akan terlintas dalam kepala adalah tentang pentingnya uang gawat darurat. Seseorang yang sudah lama menabung untuk sesuatu dan harus menghabiskan uang tersebut untuk sesuatu yang lain. Bahkan aku berpikir bahwa seseorang yang mengalami kesulitan finansial karena tak pernah memperhitungkan adanya pengeluaran darurat.
Tak sepenuhnya benar, tapi juga tak salah. Karena memang uang gawat darurat itu perlu. Dari karakter ini, pembaca belajar akan pentingnya punya uang gawat darurat. Yang lebih menonjol di sini justru cerita keluarga. Hubungan kakak-adik, juga ibu-anak. Bagian paling menarik saat membahas tentang pernikahan. Menikah itu bukan perlombaan, siapa cepat dia yang menang. Begitu pula soal memilih jodoh, bukan hanya asal mau. Pernikahan juga soal finansial, bukan karena siap dan mau, tapi harus dipikirkan matang-matang masa depan. Uang Gawat Darurat juga memberikan pesan bahwa orang yang tiba-tiba mendekati kita, pasti ada sesuatu yang diharapkan. Berhati-hati jangan sembarangan menerima uluran tangan seseorang. Masalah uang itu rumit, dunia bisa porak poranda karenanya, bukan hanya pertemanan saja, bahkan keluarga pun bisa terpecah belah karena uang mata pisau yang bisa membabat siapa saja itu bernama uang Indy yang harus bersitegang dengan Rika masalah uang, karena adiknya itu belum bekerja dan menjadi beban keluarga Begitu juga tokoh lain yang tak luput dari jeratan uang.
Novel romansa yang punya rasa buku pengembangan diri seputar finansial, dua dalam satu. Romansanya dapat, seputar finansial juga dapat. Menarik, tak hanya menyajikan kisah cinta yang dimulai darı pertemanan saja, tapi juga bagaimana mengolah keuangan. Setting cerita juga tak monoton, perkembangan karakternya juga baik Hampir tak memiliki lubang plot.
Satu hal, kehangatan keluarga dalam cerita ini akan sedikit mengingatkan pembaca pada diri sendiri. Intrik keluarga seperti perselisihan antar saudara, orang tua yang punya kesan tak adil terhadap anak-anaknya, hingga dibandingkan antar anak. Tentunya sangat dekat dikehidupan. Aku sendiri merasa tersentil, tak terasa aku menemukan diriku di sini. Memang konfliknya tak terlalu menyakitkan, tapi berhasil menyita perhatian. Jika pembaca ingin suatu cerita yang membuat kepala pusing, emosi meluap maka bukan dengan buku ini. Sebab, buku ini lebih berfokus agar pembaca memiliki manajemen keuangan yang baik. Menggunakan uang tepat, tidak boros dan jangan sekali-kali meminjamkan uang ke orang yang salah.
Aku paling suka dengan formula yang disajikan oleh penulis. Penulisannya juga lembut, apalagi dialognya yang enggak asal keluar dari mulut. Motifnya kuat, latar belakangnya juga. Apalagi interaksi yang ditimbulkan oleh Indy dan Bayu, menggemaskan. Sayangnya, akhirnya sedikit menggantung. Memang semua konflik terselesaikan. Indy dan Bayu ini tipe karakter yang gampang disukai. Mungkin juga novel ini sedikit mengingatkan dengan novel bertema serupa, tapi percayalah bahwa novel ini punya jalannya sendiri.
Indy, memiliki prinsip bahwa hidup tidak hanya untuk bekerja keras, tetapi juga bekerja pintar.
Menurut artikel yg dibacanya, seseorang perlu menyiapkan dana darurat sebesar tiga sampai enam kali biaya pengeluara".
Dibuku ini tuh mengajarkan aku dan ngingetin aku betapa pentingnya kita itu harus punya yang namanya uang darurat. Dimana uang buat keperluan, tabungan buat diri sendiri dan uang darurat yg harus terpisah.
Indy, yang merupakan anak pertama. Dimana dia yg harus kuat, untuk membantu finansial keluarga, karna masa pandemi ayahnya jadi tidak kerja dan akhirnya membuka warung sama ibunya, dan adiknya yg masih menganggur. Padahal selama masa sekolah indy dan adiknya rika selalu dibandingkan sama orang² karena dia yg hanya dapat nilai pas pasan sedangkan adiknya yg berprestasi yg di gadang gadang punya masa depan yg cerah.
Indy mempunya sabahat bernama bayu yg selalu menjadi tempat curhat dan dirinya mengeluh kesah. Terkadang dimintai pendapat dan keputusan apa yg harus indy ambil.
Indy yg selalu dipusing dengan masalah keuangan darurat sedangkan bayu ini dia yg menabung untuk biaya pernikahan kakaknya alia yang harus segera menikah.
Disini diceritakan juga perempuan itu seperti ada kadar kadaluarsanya. Dimana jika diusia dewasa dan belum menikah mereka akan di cap perawan tua dan yg udah kelewat dewasa baru nikah mereka dapat omongan juga susah punya anak 😭😭
Setiap harinya indy selalu mendengar pertengkaran antara ibu dan kakaknya bayu yg bahas masalah pernikahan apalagi dari pihak laki²nya yg banyak nuntut ini dan itu.
Bagaimana cara indy dan bayu mengatasi masalah finansial mereka dan ditambah kisah romance yg tipis tipis tapi manis banget. Yuk baca lengkapnya dibukunya 🤗🤗🤗
Sedikit cerita di balik layar, Uang Gawat Darurat ini cerita yang aku tulis berdekatan dengan Pay Sooner or Later. Ibarat PSOL selesai, aku langsung lanjut mengerjakan UGD ini. Artinya, sudah dari tahun 2023 juga. Perjalanan yang cukup panjang, ya? Tapi, itu sama sekali bukan masalah. Aku percaya setiap karya memang ada waktunya yang tepat.
Masih seputar keuangan, aku ingin angkat tema dana darurat. Di sini aku sama sekali bukan pakar finansial, ya. Masih dengan prinsip yang sama saat menulis PSOL kalau aku ingin menulis hal-hal yang seharusnya aku pahami dari dulu. Urusan uang memang pelik, ya?
Yang pasti aku ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya untuk @gwp_id dan @elexmedia. Untuk Ci @hetih dan @jaedemoiselle yang selalu menyambut karya-karya yang aku tawarkan agar mendapatkan rumah. Untuk Mas @inidionrahman dan redaksi @elex.novels yang merealisasikan karya bisa mejeng di rak buku.
Bisa dikatakan, seperti di halaman ucapan terima kasih, Uang Gawat Darurat ini adalah surat permintaan maaf. Dan, terima kasih untuk yang tetap tinggal (tinggal dalam artian stay bukan pergi) saat aku berbuat buruk atau kesalahan. Juga untuk yang singgah dan mematri memori.
Selain itu, tentang uang yang menjadi akar masalah. Bisa membuat keluarga berseteru. Membuat teman menjadi asing. Tentang seseorang yang menjadi problematik bagi sudut pandang dan perspektif satu orang lainnya.
Semoga aku bisa menjadi lebih baik dan bisa memperbaiki kesalahan.
Semoga buku ini menemukan pembacanya dan diterima dengan baik. Buat teman-teman yang nantinya sudah baca dan ingin review, boleh banget langsung ajak collab buat postnya. Terima kasih!
Novel ini begitu relate dengan kehidupan yang mungkin kita alami ataupun yang terjadi di sekitar kita.
Secara umum, novel ini mengangkat dua topik besar: 1.Topik finansial―sesuai judul bukunya―tentang uang gawat darurat. Indy―tokoh utama novel ini―merupakan seorang funding officer yang sedang berjuang agar bisa mempunyai tabungan untuk uang gawat darurat. Dilihat dari jenis pekerjaan dan cara bekerjanya yang memungkinkan dia mendapatkan bonus tahunan yang tidak bisa dibilang sedikit, harusnya hal ini bukanlah hal yang susah, ya. Namun, Indy merupakan tulang punggung utama keluarganya (ortunya buka warung makan yang sedang bangkit pasca pandemi, sedangkan adiknya masih berjuang mencari pekerjaan). Selain itu, ada-ada saja kejadian yang membuat tabungannya ludes seketika.
Menghadapi kondisi ini, Indy berusaha memutar otaknya untuk bisa punya penghasilan tambahan. Ada beberapa peluang, tapi bagusnya dia selalu mengomunikasikannya dulu dengan Bayu, sahabat sekaligus tetangganya yang lebih melek urusan finansial.
Dalam menghadapi masalah finansial ini, kelihatan banget jatuh bangunnya Indy. Gimana perjuangannya, gimana stresnya, gimana overthinking-nya … semuanya. Ditambah lagi seluruh anggota keluarga menumpukan kebutuhan finansialnya kepada Indy, membuatnya sering emosi sendiri karena bahkan seperti tidak ada kata “terima kasih” yang dia terima.
2.Topik pernikahan. “Menikahkah setepatnya, bukan secepatnya.” Kira-kira begitulah yang saya bisa tangkap dari apa yang diceritakan dalam novel ini.
Bayu harus menabung sebagian besar gajinya untuk biaya pernikahan Alia, kakak perempuannya yang sudah berusia lebih dari 30 tahun. Di usia itu, mamanya terus-terusan memojokkannya untuk segera menikah karena nggak tahan sama omongan para tetangga. Hal ini kerap memicu pertengkaran Alia dan mamanya. Sampai-sampai Alia harus bertahan dengan calon suaminya yang sering bersikap kasar dan toksik.
Hal ini banyak banget terjadi di sekitar kita, kan. Gimana perempuan yang sudah berusia lebih dari 30 dan belum menikah sering dikatakan perawan tua, sudah kedaluwarsa, dsb. Mungkin orang bilang jual mahal, terlalu pilih-pilih, dsb tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dari novel ini, jadi belajar banget buat hati-hati kalau mau ngomong masalah sensitif tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena bisa saja itu membuat orang lain impulsif melakukan sesuatu yang akan disesali dalam jangka waktu lama atau bahkan seumur hidup.
Suka banget sama novel Mbak Adrin ini, lebih suka dibandingkan Ours dan Pay Sooner or Later. Novel ini tuh ��� ceritanya dekat banget dengan apa yang pernah dan sedang aku alami, juga yang terjadi di sekitarku.
Satu lagi sikap Indy yang aku setuju banget, yaitu untuk tidak mudah tergiur dengan yang namanya cicilan atau pay later dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan atau malah nggak pasti.
Baca buku ini vibesnya bener-bener kayak lagi baca ‘Home Sweet Loan’ 😌
Indy, seorang funding officer, alias pekerja kantoran dalam rutinitas ‘budak korporat’.
Tujuan hidup Indy adalah punya uang darurat. Tapi tiap kali ia coba nabung, selalu ada kebutuhan mendadak, bukan hanya untuk dirinya, tapi kebutuhan keluarga (ayah-ibu, adik), bahkan beban adiknya yang pengangguran.
Ada juga tokoh sahabat, Bayu sebagai staf IT, yang bersama-sama menghadapi dilema keuangan. Dia berusaha menabung untuk pernikahan kakaknya.
Bayu ini, teman sejak sekolah Indy, sekaligus tetangga sebelah rumah, yang sejak dahulu kala sudah jadi sahabat senasib sepenanggungan. Paling ada saat Indy butuh. Meski sangat tidak bisa dipercaya, sahabatan cowok-cewek tidak pernah ada rasa, haha.
Yang aku suka dari novel ini, dia bukan cerita fantasi glamor gitu, tapi realistis banget. Menggambarkan struggle hidup anak muda di kota besar, dengan impian sederhana: stabilitas finansial dan ketenangan hati.
Banyak adegan yang rasanya relate banget dengan kehidupan kita sehari-hari. Apalagi anak sulung perempuan, yang ikut jadi ‘tulang punggung’ keuarga, ngerasain banget gimana ‘lelah’nya jadi Indy dan Bayu, bahkan untuk sekedar menyenangkan diri sendiri aja nggak bisa, ada aja kejadian dadakan yang bikin uang dana daruratnya harus kepake lagi dan lagi.
Ada romancenya, tipiisss tapi. Hehe. Tapi aku seneng sama karakter tokoh-tokoh yang disini, semuanya baik-baik.
Niatnya bagus sih mau meningkatkan kepedulian terhadap literasi finansial. Tapi sayangnya ini hanya bumbu semata. Mayoritas cerita terpusat pada hubungan romansa dan derita sandwich generation.