Mana yang seseorang akan pilih? Mereka yang dia cintai? Atau mereka yang mencintainya? ini adalah sebuah pertanyaan penting yang entah kenapa orang tidak pernah cukup peduli untuk kaji dan tanyakan pada diri sendiri. Buku ini bercerita tentang Gege. Pria yang akhirnya dihadapkan dengan pertanyaan itu.
?mendapatkan novel ini benar-benar berbeda. Ide-idenya mengalir unprecedented dan menghanyutkan, suatu originalitas yang sulit didapatkan hari ini. Saya suka pendekatannya terhadap klimaks yang chaotic seperti fireworks in the fair ground. Beginilah penulis muda seharusnya, smart, playful, dan explosive
Adhitya Mulya (Adit) aspires to be a story-teller.
At early age, Adit learned and enjoyed story telling thru visual mediums like movies and drawings. This, inspired little Adit to take up drawing as a child, and later photography in his teen years.
As a young adult, Adit tries to expand his storytelling medium thru novels. Jomblo (2003) is his first novel (romantic comedies) and was national best-seller - and later made into a movie by the same title (2006). He went on to write another rom-com novel Gege Mengejar Cinta (2004).
Adit uses novels as a medium to try new genres. Travelers Tale (2007) was the amongst the first Indonesian fiction novels with traveling theme before becoming mainstream in Indonesia. Mencoba Sukses (2012) was his effort to try on horror-comedy which later found, not working very well.
He released Sabtu Bersama Bapak (2014), a family themed novel which again became national best seller, well received, and also made its' way into motion picture (2016).
His latest novel, Bajak Laut & Purnama Terakhir (2016) - is his effort in learning how to make a thriller-history novel.
Adit's passion towards storytelling branches out from drawing, photography to novel and move scripts, which amongst other are, Jomblo (2006) Testpack (2012) Sabtu Bersama Bapak (2016) Shy-Shy cat (2016).
baru 5 menit yang lalu (sekitar jam 12 malam) saya namatin baca novel ini. sebelum menggambarkan seberapa EXCITED saya, saya gambarkan dulu beberapa hal yang harus saya gambarkan sebelumnya:
Saya sangat tidak sreg dengan novel penulis sebelumnya (jomblo kalo ga salah judulnya), disebabkan karena ide ceritanya begitu vulgar, kehidupan seks anak kosan. Saya sempat mem black list si penulis dari list penulis yang buku2nya harus saya baca, sampai akhirnya takdir mempertemukan saya dengan penulisnya, secara langsung di sebuah acara training di Unisba. Waktu itu beliau tidak membahas sama sekali tentang buku, novel ataupun sastra, tapi hal2 berbau filsafat yang jujur membuat saya mengernyitkan dahi, "ni orang ngomongnya serius amat ya, pinter banget ya, ga nyangka banget", pokonya beda dari gambaran saya sebelumnya pas baca novel jomblo. Training waktu itu, yang dikemas secara islami, menguak pemikiran2 si penulis yang beurat banget lah pokona mah. Dan semenjak saat itu, pandangan saya tentang orang ini totally berubah . Kalo orang bilang "don't judge book by its cover" saya mah "don't judge people by his book" hehehe. Nah dari situ saya justru belajar, bahwa pandangan kita tentang si penulis juga berpengaruh terhadap cara pandang kita terhadap karya2nya (walaupun teuteup memandang sebuah karya harus objektif juga). Tapi hal2 misunderstanding seenggaknya bisa diluruskan, dengan cara bertatap langsung, atau mengikuti cara pikir dia di dunia maya. Makanya saya bersyukur banget ada beberapa penulis yang bikin page atau blog. Jadi kita2 yang termasuk pengagum (istilahnya) bisa tahu pandangan2 si penulis secara langsung, gak cuma dari buku2nya. hehe
Tentang novel ini. Saya nemu di lemari kakak yang isinya sudah sangat bejubel ampe rak bukunya bengkok2 keberatan menyangga buku yang jumlahnya gak tau itu berapa. Judulnya "Gege Mengejar Cinta", bercerita tentang pencarian cinta seorang lelaki bernama Gege dalam menentukan siapakah cinta sejatinya: Caca atau Tia. Secara keseluruhan ini sebenernya kaya cerita cinta teenlit gitu deh, tapiiii yang saya suka adalah gimana caranya penulis nyelip2in filosofi cinta via si tokoh utama, Gege. Nah dari awal tuh sebenernya saya udah bikin note hal2 yang mengganggu dari novel ini, kayak: percakapan yang entah punya siapa. Karena cuma ada tanda kutip terus langsung ada percakapan tanpa tahu siapa ngomong apa jadi agak lieur (bingung-red) gitu lah, fontnya juga saya gak suka (ehehehe), ada juga bau2 porn dikit (ini khasnya beliau apa gimana ya? ga yang gimana banget sih, kaya ada seorang tokoh yang dia hobinya surfing website bokep tapi ga digambarin juga bokepnya gimana banget, tapi teuteup agak mengganggu), dannn salah satu setting di mana tempatnya adalah di bar (kencan terakhir antara Gege dan Caca) padahal digambarin tokohnya teh rajin sholat. Tapi hal2 mengganggu itu seolah terhapuskan pas udah nyampe bagian terakhir dari novelnya, pas saya deg2an menduga2, Gege pilih Caca atau Tia? Wuahhh, itu asli deg2an, soalnya seolah siapa yang dia pilih membuktikan teori cinta yang dipaparkan si Gege. Dan yang saya suka juga novelnya KOCAK, ampe ketawa2 dibuatnya. Dapet pemahaman yang baik tentang sesuatu ternyata emang ga mesti novel yang bikin nangis aja ya? ;p
Setelah saya baca novel ini, ada satu kriteria lagi yang harus ditambahkan dalam kriteria "novel yang bagus ituu.."
yaitu novel yang gak akan bisa berhenti sebelum sampai ke halaman terakhir, dan novel ini salah satunya :) buat yang lebih ingin memahami filosofi dan psikologi cinta (cinta antar lawan jenis), saya anjurkan baca deh :)
ini buku keduanya adit (deuh.. manggilnya seakan temen maen congklak!)yang gue baca. Karena dia buku pertamanya jomblo. Dan gue berusaha ngelucu tapi gagal. Anyway... buat storyline, ini buku lebih berat muatannya daripada jomblo. Jomblo masih lebih ringan, mahasiswa/i dan seputar masalah cintanya. Gege dah lebih kompleks. Dan lebih lucu! yah ampun!! Tiap kali mikirin soal adegan sandiwara radionya gue pasti bisa ngakak!!
As any other book, gue baca nih buku juga cuma sekali. Tapi waktu beberapa bulan yang lalu baca di blog adit soal postingan about gege, dan baca komen2 dari yang laen soal adegan2 yang bikin gue ketawa, dengan hebatnya adegan2 itu langsung berlompatan dari ingatan gue and predictably, gue ngakak di depan monitor.
As always (baru kluarin dua buku solo dah bisa dibilang 'as always' gak sih??) endingnya selalu... ajah bikin sebel!!!!!
gue sebel kenapa gege milih caca, padahal jelas2 nama yang diingetan dia adalah .... Gawd! i forgot her name!!! lol
anyway, love the story love the characters love the strong characterization (ada gak sih kata ini? lol) love the opening of every chapter (si duo itu gokil pisan!!) love the flow of the story love the way he weaves the story love the book!
ps. jadi penasaran ma calon suaminya tokohwanitayangguelupanamanyaitu. He must be something! ;)
3,5 bintang, kubulatkan jadi 4 bintang. 0,5 tambahan untuk kata-kata Gege dan Tia yang berhasil bikin aku diem.
Aku lebih dulu baca Sabtu Bersama Bapak. Artinya, aku baca tulisan baru si penulis sebelum baca tulisan lamanya. Ternyata khas si penulis tidak hilang. Masih sama rasanya seperti saat aku baca Sabtu Bersama Bapak. Sederhana, tapi hangat.
Gege Mengejar Cinta terasa begitu realistis, kecuali bagian di airport. Mungkin adegan kejar-kejaran di sana sengaja agar pas dengan judul(?) atau sengaja agar jadi humor. Yang pasti, tulisan penulis ini lagi-lagi sangat bersahabat dengan kehidupan sehari-hari. Membumi.
Beberapa bagian bikin aku ketawa. Konyol emang. Tipe humornya sama kayak Sabtu Bersama Bapak.
Lalu, kenapa aku nggak kasih bintang full? 1 bintang hilang karena paragrafnya yang membingungkan. Satu orang yang sama sering di-enter. Lalu, dialog tag-nya minim. Kadang aku kurang nyaman dengan itu. Satu bintang lagi hilang karena buku ini bagus, tapi sempat bikin aku bosan. Buktinya, aku drop di halaman tengah dan baru kulanjut setelah hampir dua bulan kemudian. Lama juga ya.
Terima kasih untuk ceritanya. Aku memuji penulis yang jauhh berkembang banyak di Sabtu Bersama Bapak :))
Sejujurnya, saya jarang cocok dengan novel roman percintaan Indonesia, terutama yang sebangsa teenlit/chicklit/dudelit/metropop. Mungkin karena saya sulit relate atau berempati dengan para tokohnya, gaya hidup mereka, ataupun kegalauan ekstrim yang mereka alami. Namun untuk cerita roman muda-mudi perkotaan, Bung Aditya Mulya tergolong salah satu penulis yang ceritanya 'nyambung' dengan saya (selain Hilman).
Novel GMC ini sebenarnya masih ada 'koreng' di sana-sini yang gatal minta digaruk. Fokusnya benar-benar 100% tentang cinta-cintaan. Ada banyak bagian yang garingnya ngalahin kerupuk yang baru digoreng. Karakter pendukung selain tiga tokoh sentralnya terkesan lebih seperti properti lawakan daripada manusia betulan. Saya juga kurang sreg dengan pemaksaan plot-Freudian-slip yang muncul di akhir-akhir cerita.
Sekarang, yang bagus-bagus.
Saya suka cara penulisnya mengomentari ceritanya sendiri & berinteraksi dengan pembaca melalui catatan kaki.
Pada dasarnya, saya juga suka jenis humor yang dipakai di buku ini. Memang banyak yang garing, tapi ini jenis 'garing' yang saya suka. Ada beberapa 'kegaringan' yang muncul karena.... tokoh-tokohnya berusaha melucu untuk menutupi rasa sakit mereka.
Saya suka komposisi cerita yang 90% komedi dan 10% tragedi, yang mana bagian yang 10% itu malah lebih terasa menyakitkan dibandingkan cerita roman yang 100% tragedi.
Saya suka melihat hancurnya persepsi dan keyakinan para tokohnya tentang 'cowok itu begini, cewek itu begini.... cowok mesti begini, cewek mesti begini....", seakan-akan manusia bisa segampang itu dimasukkan ke dalam kotak dan diberi label.
Quite fun and nice story too. This is the second book of the author. I've read the first too but honestly I think this book is better than the author's first book.
It's a story about a simple man who fall in love with a woman ever since he was a boy. He never dared to tell her his feeling. In the present he find that she work in a neighbor company. Meanwhile he isn't aware that his nice and lovely personality has affect his female work partner. Then the romance begin.
The good thing about this novel is about his personality. Quite unique you could say. His affection to others around him makes the story even more interesting. Not many stories about this you could find.
Last, the important thing I get about this novel is a thought of what will you choose, someone who love you or someone whom you love? Well, enjoy the story...
Another buku ringan dari Adhit, Mmm ceritanya tentang Gege, yang mengejar cinta masa kecilnya,, Gege mengejar cintanya, cinta yang lain mengejar2 Gege..
quote yang gwe inget banget dari buku ini : 'Gimana ya rasanya disayang sama orang yang menganggap kamu adalah pusat jagad raya-nya?'
Ni buku emang lucu. But! Gue masih lebih suka "Jomblo", bukunya Adhitya yang pertama. Kalo di "Gege Mengejar Cinta" ini kan critanya si makhluk Gege ini udah kerja, dan masih berusaha dapetin cewek cinta pertamanya sejak jaman SMP.. Ditambah lagi adanya temen2 sekantornya yang tampak tak lebih waras dari si Gege ini. Bagian paling asiknya emang pas mereka bikin sandiwara radio sih. Sandiwaranya cukup keren ^^ Oh and gue jadi punya cukup alasan buat nuduh orang2 ITB dan radio Ardan emang ga ada yang waras, since sehari sebelumnya, gue+Dea+Wenda sempet dengerin radio Ardan pas kita di mobilnya Wenda, yang penyiar2nya pada sok bersandiwara radio nan jijai XDD Wakakaka!
Overall, buku Gege ini lumayan bagus. Sandiwara radio-nya sih yang ngasih nilai plus :P Udah gitu gaya ngomong si tokohnya Sunda beraaattt..., komplit dengan akhiran 'h' di beberapa kata (contoh : 'guah', 'sayah', 'kamuh'.. MAN!! *rolls eyes*) Adegan kejar-kejaran di bandara yang diliput live itu, walopun nggak banget, tapi oke lah, apalagi dengan adanya turis Jepang yang nggak penting sangat itu XDD Kalo buat gue sih, tokoh favorit gue di buku ini justru si penyiar berjudul Ventha, sebagai contoh cowok edan yang normal (again, words confusion XD). Juga, seorang pemeran pembantu yang buat gue justru sangat keren, yaitu si Sersan Suparno, yang kekeuh menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum berhati mulia :D Mungkin suatu saat mas Adhitya ini perlu bikin sekuel buku dengan tokoh utama Sersan Suparno atao Ventha. Kekekeke^^
Buat yang suka bacaan ringan yang bisa bikin ketawa, baca deh ni buku. Asik kok.
Mungkin ini satu-satunya buku komedi yang membuat saya menangis sambil tertawa. Di balik kemasannya yang jenaka, Gege Mengejar Cinta memiliki pesan yang cukup serius. Di bagian-bagian tertentu, kata-katanya cukup membuat tertegun. Siapa saja bisa menjadi Gege, memendam perasaan selama bertahun-tahun, menolak semua kemungkinan untuk menjalin hubungan hanya karena menanti cinta dari masa lalu. Siapa saja bisa menjadi Fathia, menjaga gengsi untuk menyatakan perasaan hanya karena menurutnya wanita itu sepatutnya menunggu, bukan mengejar. Siapa saja bisa menjadi Annisa, yang akhirnya menyadari bahwa selama ini yang mendasari hubungannya adalah rasa kagum dan bangga, bukan rasa cinta.
Hem.. Gw cLick bgt dgn humor na mas aditya mulya ini.. kdg gw binun ma org yg baca tp g ketawa malah biasa aja gt,, hwhwhh.. mgkn sense na beda kali y..
Ini cerita mang fiksi bgt, adegan na mgkn kLo d film in then g ati2 n terkonsep dgn mateng bakalan garing n basi abis2an. Jadi 'soul' na musti dapet bgt. Klo d imajinasi gw sukses bikin ketawa dgn air mata.
Mengangkat hal yg super simple n super biasa.. TAPI entah kenapa mas adit menggiring Qta d posisi yg bnr2 ngajak Qta wat melihat k 'Dalam' diri Qta masing2.. berpikir hal2 yg tadi na Qt anggep g penting2 amat wat d pikirin lbh lanjut.. untuk mendapatkan jawaban yg tdk pernah Qt sadar tuk mjawab na pula.
1. bagus 2. ceritanya beda, jarang gitu si tokoh utama yang gagal mendapatkan pujaan hatinya 3. endingnya SERU dan belom pernah gw nemu novel yang endingnya kayak roller coaster gitu 4. HILARIOUS 5. makes sense banget kalo si cewe jatuh cinta ma tokoh utamanya, biasanya kan si cewe selalu luluh sama cowok kaya, ganteng, atletis, pokoknya yang ga jaoh2 dari fisik sempurna lah. kalo yang ini, Gege si tukang matahin hati cewek soalnya dia charming banget :) 6. pemilihan katanya....aduh... two thumbs up!
ayo kejaaaaarrr! begitulah kurang lebih inti dari GMC ini. kalo lu emang seneng sama orang lebih enak lu gak usah gengsi untuk bilang lu suka sama doi walopun misalnya pada akhirnya doi gak seneng ama lu. di novel ini juga diuraikan selama kita usaha pedekate dengan baik dan benar dgn gebetan maka Insya Allah doi bakalan suka juga sama kita. kalo pun doi gak suka nyantai2 aja lagi secara masih banyak orang2 jomblo di luar sana. hahaha.... seperti novel2 aditya mulya yang lain, GMC juga gak kalah heboh candaannya. Adit emang layak diacungi jempol untuk soal ngebanyol spontaniously!
which one are you gonna choose?the one that you love or the one who love you?hmm..such a complication..
intinya "Gege mengejar cinta" sih ya itu..mana yang akan dipilih ama Gege.tapi Adhitya Mulya menceritakannya dengan gaya yang beda dong...yang lucu, konyol, norski,hihihi...bikin senyum2 dan ketawa-ketiwi sendiri..
my favourite line is.."A tree is falling in forrest with no one hearing it. Does it really fall?....It does, but who cares??!!"
buku ini adalah karya kedua dari adhitya mulya setelah jomblo yang fenomenal itu. tapi, saya lebih dulu membaca buku ini dibanding jomblo. ide cerita sederhana, "manakah yang kita pilih, bersama orang yang kita cintai atau orang yang mencintai kita?" itulah pertanyaan yang harus dijawab oleh gege, si tokoh utama. hal serumit itu tidak membuat cerita menjadi rumit, malah penuh dengan tawa dan segala kekonyolan. asli, mengocok perut banget!!! akhir cerita pun tak disangka2...
Kata orang karangan Adhit lucu. Jadi gw minta list buku2nya..dan gw beli salah satunya, yang ini ni! Setelah gw baca ternyata ga lucu tuu, garing malah. Ada sih bagian2 yang lucu tapi dikit banget yang bisa buat gw ngakak. Lainnya malah terkesan maksa apalagia degan kejar2annya. Maksaaaa banget. Tapi buku2 kayak gini emang paling pantas dibaca kalo lagi stress ato bt, jadi suasana hati bisa cerah lagi. Ga rugi ko belinya :)
lucu. aq suka ama drama radionya, bodor pisan. gaya becandanya si Gege ngingetin aq ma salah seorang temen aq.
tp, untuk soal cinta, sekeukeuh itukah cowo? (yah cewe jg denk).. tp cewe emang lebih sering milih cowo yg sayang ma dia setengah mati, daripada cowo yg dia sayang (setengah mati).
"So, basically, cewek mencintai orang yang mencintainya. Tapi kalo cowok, mereka memilih kepada siapa cinta mereka akan mereka berikan."
Gege Mengejar Cinta adalah komedi cinta yang lebih 'nyumi' dari novel sebelumnya, dari penulis yang sama. Siapa yang menyangka bahwa seorang Gege tetap memilih cinta lamanya ketimbang yang hadir di depan mata? Itulah cinta :) Buku ini kocak dan nyaris membuat teman saya melahirkan gara-gara terlalu ketawa. Keren, kocak, dan lahir dari pikiran yang tidak bisa diduga. Harus dibaca oleh semua orang yang sedang stress, jatuh cinta, putus cinta, dan tidak percaya cinta!
Hi guys, just in case kalian sudah mulai kesulitan mencari buku ini, please note bahwa gue pribadi sudah mulai menjualnya secarta langsung dari blog gue, www.suamigila.com.
Harap kunjungi blog itu untuk pemesanan. Thanks ya.
still..dengan gayanya sendiri adhitya mulya bisa merebut perhatianku. pertama novel jomblo sekarang gege mencari cinta. novel komedi romance yg bagus..walaupun endingnya bukan seperti yg aku perkirain {agak kecewa sih} tapi maknanya sih dalem^^
sebenernya awal2 seru... terus pertengahan datar buanget... agak2 membosankan... gw ampe sempet stuck gitu... tapi endingnya... hillarious!! hahaha... kocak berat.. hanya aja final endingnya gw kurang suka... agak2 sedih gitu menurut gw...
some people said this book was less funny compared to jomblo (the previous book of the author). but to me, this book was entertaining. funny and deeply sad at the same time. tia, one of the main characters, reminds me of someone i really know.
Adhitya Mulya again... He is a good writer. After "Jomblo" finally he publish his second book. In my opinion, this book is more mature than the first one. But still good and still full of great sense of humor. Better you read it by yourself guys... :-)
Ini adalah buku kedua Adhitya Mulya yang saya baca. Agak sulit menemukannya, soalnya buku ini sudah terbit 14 tahun lalu. Tepatnya tahun 2004. Untungnya saya menemukan buku ini di balik tumpukan bazaar buku gramedia. Setelah cukup lama mengais-ngais tak tau diri.
Membaca Gege Mengejar Cinta rasanya seperti membaca memoar kehidupan percintaan sendiri. Banyak hal yang saya merasa relate di dalamnya.
Pertama, Gege jatuh cinta dengan bidadari sekolah, itu saya. Kedua, tidak pernah pacaran karena sedang menunggu seseorang, itu saya. Ketiga, Gege mencari penghargaan dan pencapaian-pencapaian untuk percaya diri di depan perempuan yang dia cintai, itu saya. Dan keempat, Gege akhirnya mengungkapkan perasaanya kepada perempuan yang sudah lama ia nantikan, itu bukan saya. Masih belum. Masih sementara berusaha mengejar pencapaian.
Menarik melihat cara Adhitya Mulya memanfaatkan catatan kaki sebagai tempat penempatan komedi alternatifnya. Mengomentari ceritanya sendiri sehingga menimbulkan kedekatan tersendiri antara penulis dan pembacanya.
Gege Mengejar Cinta bisa dibilang tidak terlalu kental dengan drama, ada satu titik saya tenggelam dengan drama emosional yang dihadirkan karakter romansanya. Akan tetapi Adhitya Mulya selalu saja dengan cerdik menemukan celah untuk mengingatkan pembacanya bahwa 'Hey, ini cuman buku komedi, jangan serius-serius amat'. Sama seperti di adegan kejar-kejaran di bandara yang absurdnya minta ampun itu.
Saya agak sedikit terganggu dengan dialog dengan akhiran 'H' yang terbiasa diucapkan Gege. Seperti 'Kamuh', 'Sayah', dll. Saya tidak tahu apa maksud Adhitya Mulya membuat gaya berbicara seperti itu. Apakah logat? atau memang si Gege yang kebanyakan ngambil nafas tiap mengobrol.
Untuk segi plot cerita, buku ini bisa dibilang memiliki dua cerita yang berjalan bergantian, Satu cerita radio dan satu cerita asli. Keduanya tetap berjalan beriringan dan sampai pada titik yang sama. Ini yang menurut saya barangkali agak sulit dilakukan seorang penulis. Tapi Adhitya Mulya berhasil menyusunnya dengan baik dan jenaka.
Salah satu kutipan favorit saya dalam buku ini adalah ;
"Dasar cinta wanita itu adalah perasaan ingin disayangi. Dasarnya pria adalah perasaan ingin memiliki"
"Sebuah pohon tumbang di tengah hutan...siapa yang peduli? Yang mendengar saja tidak ada"
Barangkali 'Gege Mengejar Cinta' akan menjadi salah satu judul buku yang akan selalu saya sebut tiap di tanya 'Apa judul novel favoritmu?'
Not like the very first time I read Jomblo by Adhitya Mulya, his second book is impress myself. I love how Adhitya Mulya wrote this book with good sense of humor (mostly I found it in radio drama parody). Also with good understanding that I finally know different point of view berween men and women it comes to the terms of love. I like the ending, especially when it's revealed whom Gege choose, between Chaca or Tia..
Lucu, ringan, sedikit mendebarkan... Tapi seru, selesai hanya dalam waktu sehari lebih dikit, padahal dibaca hanya selama di perjalanan mengarungi macetnya Jakarta dan sebentar di malam sebelum tidur... Candaan yang agak aneh dan berlebihan, tapi tetap bisa membuat tersenyum karena keanehannya. Adanya catatan kaki juga menarik, mengajak pembaca untuk memikirkan latar belakang suatu kata atau istilah atau ungkapan tertentu...
A very fun, light book to read on weekends. The book covers the story of 'cinta segitiga' between Gege, a simple man who works for radio broadcasting company, Tia, an accountant at the same radio company, and Caca, Gege's long lost childhood crush. It does not end the way I want it to be, but the story beautifully depicts how reality works and I think it is already good enough.