Chintiya Rubert diutus oleh ibunya, Friska Aisyaharni, untuk menemui neneknya di Ampek Angkek, Sumatra Barat. Misi Chintiya adalah meminta warisan yang menjadi hak ibunya. Friska sendiri tak mau menginjakkan kaki di kampung halamannya. Ia masih memendam dendam karena sikap ibunya yang keras dan selalu menghalang-halanginya, termasuk menentang keras keinginannya menikah dengan Hans Leonard Rubert, seorang pria yang berasal dari Belanda.
Perkawinan memang Friska tak bertahan lama, namun itu tak membuatnya kembali ke kampung halaman. Ia memilih menetap dan berbisnis di Jakarta. Meski pintar berbisnis, Friska pun senang berfoya-foya. Kesenangannya ini membuatnya terbelit utang. Satu-satunya cara yang terpikir oleh Friska adalah membayar utangnya itu dengan harta warisan yang menjadi haknya di kampung halaman. Namun, Chintiya yang diutus menemui Anduang Rabiah menemui kenyataan yang sama sekali di luar dugaan….
Ada yg suka makan rendang? Tahu dong asal makanan itu dari mana? Nah novel kali ini berlatarkan daerah di mana rendang itu berasal dan di novel ini pembaca akan diajak mengenal adat dan kebudayaan yg ada di sana. 😃
••••• Chintiya seorang gadis keturunan Asia dan Eropa. Maminya seorang wanita Minang, sementara Papanya berasal dari Belanda. Awalnya Chintiya tinggal di negara Papanya berasal, tapi saat usianya 10 thn ia dibawa Maminya ke Indonesia dan menetap di Jakarta. Meski sudah tinggal di Jakarta, Chitiya tetap dibesarkan oleh Maminya dengan gaya hidup bebas ala Barat, selain itu sejak Maminya menikah, Maminya tak pernah berhubungan dgn orang tuanya (Neneknya Chintiya) sehingga Chintiya tidak pernah benar² mengetahui kakek-nenek dari pihak maminya. Suatu hal terjadi dan Chintiya diminta Maminya pergi menemui neneknya di Sumatra Barat demi menagih warisan yang menjadi hak maminya. Lantas berhasilkah Chintiya mendapatkan harta yg menjadi hak maminya? •••••
Novel ini ringan, sangat mudah untuk diikuti, penggambaran latar detail, aku bisa membayangkan bagaimana keindahan rumah gadang yg dipadukan dengan sentuhan modern, terlebih bagian perpustakaan dan taman bunganya. Rasanya pengen beneran ada di tempat itu. 😍🌻
Konflik hubungan orang tua dan anak cukup menarik, meski aku tidak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada Friska (Maminya Chintiya) atau pun Rabiah (Neneknya Chintiya), tapi aku lega dgn penyelesaian akhir cerita. Kehadiran tokoh Zulfikar makin membuat novel ini berwarna, meski awalnya aku juga ikut kesal dgn lisannya Zulfikar pd awal perjumpaan dgn Chintiya.
Membaca novel ini membuatku jadi lebih tahu tentang adat dan kebudayaan suku Minang, di mana sistem yg dianut adlh sistem matrilineal. Menarik dan sangat informatif. Meski begitu ada hal yg mengganjal sih terkait hadist yg disebutkan dalam cerita "tentang anjuran makan berjamaah" aku g'pernah baca dan dengar soalnya. 😅
Nah kalau kamu tertarik dgn novel yg berlatarkan suatu daerah dan budayanya, mungkin novel ini tepat untukmu. 🌻
Buku ini menceritakan tentang Cinthiya yang diutus oleh ibunya untuk kembali ke kampung halamannya, Ampek Angkek, Sumatera Barat. Misi Chintya adalah untuk meminta warisan yang menjadi hak ibunya dari neneknya.
Misi Chintya ini ternyata tidak sesimple itu, karena hubungan mereka cukup rumit, susah untuk ku deskripsikan karena takutnya spoiler:(. Menjalankan misi ini Chintya bertemu dengan Zulfikar, seorang pemuda desa yang bekerja untuk neneknya.
Untuk karakter setiap tokoh, bisa dikatakan Zulfikar termasuk tipe ciwi², termasuk aku wkwk. Walaupun aku agak merasa dia terlalu sempurna. Cara membangun keakraban antara nenek dan cucu aku juga suka, rindu nenek aing:(.
Yang aku suka dari novel ini adalah aku bisa merasakan vibes kampung halaman. Aku yang sekarang jauh dari kampung, membaca buku ini menerbitkan rindu untuk pulang. Tempat yang aku suka di novel ini adalah perpustakaan di rumah nenek dan kebun belakangnya. Arghhh, luv bangett. FYI, Saking sukanya dengan novel ini, tahun ini aku udah re-read dua kali, wkwk.
Aku mendapatkan banyak pengetahuan mengenai suku Minang setelah membaca buku ini. Membacanya membuatku ingin pergi ke sana, wkwk. Buku ini cocok untuk mereka yang mencintai dan ingin lebih mengenal Indonesia.
walaupun saya tinggal hanya berjarak 2-3 jam dari kampung, tapi membaca buku ini tetap menerbitkan kerinduan untuk pulang :)
pertanyaan tentang harta yang dituntut Friska ternyata dijawab dibagian belakang. Begitulah kalau kampung lama ditinggalkan, adatpun jadi terlupakan.
suka karakter Tiya yang menurut saya cukup polos untuk anak kota besar yang sudah melanglang buana ke.pelosiok dunia. Suka juga dengan sosok Zulfikar walaupun saya agak merasa dia terlalu sempurna.