Jump to ratings and reviews
Rate this book

Spiritualisme Kritis

Simple Miracles: Doa dan Arwah

Rate this book
Spiritualisme kritis adalah penghargaan pada yang spiritual tanpa mengkhianati nalar kritis. Buku pertama seri ini adalah kisah nyata satu keluarga; satu anggotanya dapat berkomunikasi dengan arwah; seorangnya lagi berusaha bersikap kritis namun terbuka terhadap gejala itu. Suatu ketika si pelihat menyebutkan jadwal wafat ibunda tercinta. Ibu akan meninggal pukul delapan tiga hari lagi... Informasi tentang masa depan ataupun dunia roh menggelisahkan dan membikin rentan manusia. Ada yang memburunya, ada pula yang sama sekali menutup diri terhadapnya. Simple Miracles bercerita tentang keajaiban-keajaiban sederhana berkenaan dengan doa, kematian, dan arwah; serta bagaimana nalar mencoba mencernanya.

177 pages, Paperback

First published October 1, 2014

26 people are currently reading
326 people want to read

About the author

Ayu Utami

36 books777 followers
Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.

Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
169 (30%)
4 stars
227 (40%)
3 stars
134 (24%)
2 stars
21 (3%)
1 star
3 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 84 reviews
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,030 reviews1,954 followers
December 29, 2015
Buku ini sudah lama direkomendasikan oleh ibu. Katanya, buku ini memiliki pesan yang menarik yang memberikan sudut pandang baru terhadap apa itu hidup dan mati. Kebetulan, mood-ku setelah membaca Tuesdays with Morrie tampaknya belum mau pergi. Teringat rekomendasi dari ibu, kenapa tidak sekalian membacanya saja?

Resensi Lengkapnya

Aku tidak berani merekomendasikan buku ini kepada semua orang. Seperti yang sudah aku tulis, butuh endapan pengetahuan dan kebesaran hati untuk dapat membaca buku ini. Pandangan-pandangan baru yang disuguhkan oleh Ayu Utami tidak sesederhana yang kita baca pertama kali. Tapi, sekalinya bisa memahami tulisannya, aku rasa kamu akan jatuh cinta dengan pemikiran Ayu Utami.
Profile Image for Heireina.
80 reviews35 followers
January 3, 2023
Asiknya membaca memoar adalah menyaksikan perubahan yang dialami penulis. Bersama perubahan itu, kita mengenakan kaca pada pengalaman diri sendiri. Dalam Simple Miracles: Doa dan Arwah, Ayu Utami menjadi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan muskil yang sering luput karena terlalu sederhana.

Pertanyaan itu mungkin 'konyol', mungkin terlalu berani. Seperti, bedanya hantu dengan Tuhan, bagaimana cara memiliki nyawa dan sukma jika memang itu hal yang bisa dimiliki, bagaimana doa menjelma jika eksesnya dari kekuasaan atau cinta, di mana letak perbedaan takhayul dan doa, mengapa orang mati butuh doa dst.

Buku ini terdiri dari 3 bab (Hantu, Tahun, Tuhan) yang masing-masing mewakilkan fase pencarian spiritualitas penulis. Tulisan dalam bab Hantu berkisah saat ia masih kanak hingga remaja. Lugu dan banyak dipengaruhi oleh cerita hantu dan tingkah laku orang dewasa di sekitarnya. Kemudian bab Tahun. Penulis mulai mandiri dengan pikirannya sendiri. Bukan lagi hantu yang merisaukannya tapi tentang identitas. Tentang latar belakang penulis sebagai seorang Katolik yang juga menganut adat Jawa, bagaimana keduanya memengaruhi cara ia memandang spirit. Roh dan Iman. Terakhir bab Tuhan. Ia mulai menemukan remah-remah keajaiban, mempelajari dan menyesuaikan diri dengan spiritualitas yang paling kerasan ia praktikkan.

Sebagian besar isi dalam buku menyentuh keingintahuan yang tidak sadar kumiliki dan Ayu Utami berhasil memberi jawaban yang menurutku lugas, memuaskan dan mencerahkan. Bahwa menjadi seorang yang beriman tidak harus selalu meletakkan nalar di pojokan. Akal ada untuk dipakai berpikir dan menetukan batasan. Supaya tidak tergelincir tapi tetap bisa bergerak dengan mahir. Itu kiranya yang dimaksud spiritualisme kritis dalam tulisan-tulisannya.
Walaupun nilai-nilai kristiani dan kejawaan merupakan premis utama dalam Simple Miracles, dengan konteks yang jelas, pemaknaannya amat universal.
Profile Image for Sella   (claudieslibrary).
125 reviews10 followers
August 10, 2019
Kelihatan sekali Ayu Utami menulis dengan jujur.
Ada momen-momen saat bersama sang Ibu, adalah momen menyentuh buat saya yang membaca.
Ibu nya benar-benar perempuan yang lembut. Menginspirasi bagaimana seharusnya perempuan mencintai pasangan nya dan Tuhan nya. What a wonderful journey!
Profile Image for jeeayore.
62 reviews11 followers
March 16, 2025
Buku ini sebenarnya bisa saja selesai dalam sekali duduk, mengingat jumlah halamannya yang tidak terlalu banyak dan ukuran yang mungil. Namun, perjalananku membacanya justru berlangsung hitungan bulan. Bukan hanya karena kesibukan, tetapi karena setiap kalimatnya mengundang renungan. Ada makna yang terasa kaya, yang ingin kunikmati perlahan—dibaca, diendapkan, lalu diulang kembali untuk dicerna lebih dalam.

Buku ini terasa seperti percakapan yang panjang, reflektif, dan penuh kegelisahan spiritual. Ayu Utami menulis dengan cara yang tidak menggurui, tetapi mengajak pembaca berpikir—membuka pertanyaan-pertanyaan yang mungkin selama ini hanya berani kita gumamkan dalam hati.

Saat membacanya, aku merasa ada banyak benih pemikiran yang serupa dengan apa yang pernah (atau masih) berkecamuk di kepalaku. Mungkin karena kami sama-sama memandang spiritualitas bukan sebagai sesuatu yang statis dan hitam putih, tetapi sebagai perjalanan yang terus berkembang. Perbedaannya, Ayu sampai pada kesimpulan dari jalur yang berbeda—aku dengan keyakinanku, dia dengan pilihannya sendiri. Namun, ada banyak titik temu di antara kami, terutama dalam cara melihat bagaimana agama, doa, dan hubungan dengan hal-hal tak terlihat bekerja dalam kehidupan manusia.

Dari bagian-bagian yang kutandai, ada beberapa tema yang sangat menarik dan terasa dekat denganku:

——-

Cinta, Egoisme, dan Ketergantungan

Ayu menuliskan bahwa cintanya kepada ibunya pada awalnya bukan kasih, melainkan egoisme—keinginan untuk memiliki dan tidak kehilangan. Ini terasa begitu jujur, karena banyak dari kita yang mengira bahwa kita mencintai seseorang, padahal sebenarnya kita hanya takut sendirian atau kehilangan sosok yang memperlakukan diri ini dengan baik; khas transaksional kebermanfaatan di era post modernisme.

“Pelan-pelan aku tahu bahwa cintaku pada Ibu bukanlah kasih, melainkan egoisme. Ibu memberiku kenyamanan dan kebahagiaan. Karena itu aku ingin menguasai dia. Karena menginginkan, maka aku tergantung padanya.”

Aku mengamini bagaimana manusia sering kali memiliki distorsi dan bias niat yang tidak disadari ketika membangun keterikatan—yang diklaim sebagai cinta— pada seseorang atau sesuatu, apakah murni untuk menyelamatkan kepentingan pribadi atau benar untuk orang terkasih?. Pun ketergantungan itu justru yang membuat rentan.



Spiritualisme Kritis: Beriman Tanpa Menanggalkan Nalar

“SPIRITUALISME Kritis adalah sikap terbuka pada yang spiritual tanpa mengkhianati nalar.”

Ayu Utami menolak konsep spiritualitas yang kaku, tetapi juga tidak ingin membiarkan dirinya larut tanpa pemikiran kritis. Ia percaya bahwa keyakinan tidak harus bertentangan dengan rasionalitas—sebuah pandangan yang menurutku sangat relevan. Justru, semakin kita belajar dan memahami, semakin kuat fondasi keimanan kita. Dengan keyakinan ini, pada tahun 2020, aku membangun Tafakkur, sebuah organisasi berbasis kemanusiaan dan pemberdayaan dengan nilai-nilai Islam, yang bisa kamu lihat di Instagram @tafakkurid_.

Dalam Islam sendiri, konsep ulul albab—golongan yang senantiasa berpikir—menjadi bagian penting dari tradisi keilmuan. Sejak dulu, Islam memiliki sejarah panjang dalam pendekatan ilmiah dan rasional, dari metode istinbath dalam bermazhab hingga cara periwayatan hadis yang menggunakan standar ilmiah ketat. Istinbath adalah metode menggali hukum dari sumber-sumber syariat menggunakan pendekatan sistematis. Para ulama tidak serta-merta mengambil hukum secara tekstual, tetapi menganalisisnya dengan mempertimbangkan konteks sosial, historis, dan bahasa. Ini mirip dengan bagaimana dokter bekerja—tidak hanya menghafal teori medis, tetapi juga menganalisis data, membandingkan kasus, dan menyesuaikan dengan kondisi pasien sebelum mengambil keputusan.

Imam-imam mazhab besar seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal, juga tidak sekadar membaca kitab-kitab terdahulu. Mereka mengumpulkan referensi luas, berdialog dengan ulama lain, serta mengembangkan metodologi hukum yang sesuai dengan kebutuhan umat pada masanya. Ini menunjukkan bahwa Islam memiliki tradisi keilmuan yang kuat dan berbasis pada pemikiran rasional. Tidak ada yang instan dalam membangun pemahaman keagamaan—sama seperti dalam ilmu kedokteran, pemikiran dalam Islam juga harus diuji, dikaji, dan terus berkembang seiring perubahan zaman.

Maka, mempertanyakan dan menganalisis tidak seharusnya dianggap bertentangan dengan Islam itu sendiri. Justru, keberanian untuk berpikir dan mencari pemahaman yang lebih dalam adalah bagian dari warisan intelektual Islam yang harus terus dilestarikan. Dalam hal ini, Spiritualisme Kritis yang Ayu Utami gagas bukan sesuatu yang asing dalam Islam. Keyakinan dan akal tidak perlu saling menegasikan—sebab, keduanya bisa berjalan beriringan untuk mencapai pemahaman yang lebih utuh tentang Tuhan, kehidupan, dan kemanusiaan.



Doa: Bukan Sekadar Ritual, Tapi Ruang Percakapan

Ayu punya banyak pemikiran tentang doa—terutama tentang bagaimana doa seharusnya bukan sekadar teknik atau permintaan ajaib, tetapi sebuah komunikasi yang jujur.

“Aku memahami doa yang terbuka pada kehendak Tuhan, yang ‘jujur’ dengan kelemahan kita, dan yang tulus dalam permohonan.”

Bagiku, ini menarik karena sering kali kita menganggap doa hanya ritual teknis yang harus diucapkan dengan cara tertentu, sembari melupakan niat dan ketulusan di baliknya.



Tradisi, Akulturasi, dan Penerimaan Perbedaan

Salah satu bagian yang paling aku suka adalah bagaimana Ayu melihat perbedaan dalam ekspresi keagamaan tetapi tetap menemukan kesamaan dalam esensinya.

“Aku mengenali diriku dari perbedaan terhadap orang lain. Perbedaan, anehnya, membawa pengertian tentang kesamaan.”
“Ada perbedaan di tingkat ekspresi, tetapi ada persamaan di tingkat esensi.”

Aku juga sering berpikir bahwa pada akhirnya, setiap bentuk spiritualitas memiliki tujuan yang sama: untuk menyembah, untuk memuji, untuk percaya, untuk berbuat baik, dan untuk berlemah diri. Apa yang mengalahkan orang untuk melihat doa sebagai kepasrahan ketakberdayaan? Kekuasaan.

“Doa bermurah hati pada yang lemah. Doa tidak menuntut orang menjadi kuat.”

dalam buku ini Ayu Utami juga menyinggung tentang tradisi penyimpanan ari-ari (plasenta) yang ternyata tidak hanya ada dalam budaya Islam atau kepercayaan tradisional di Indonesia, tetapi juga dalam Katolik. Ini menarik karena menunjukkan bagaimana praktik-praktik spiritual dan budaya sering kali memiliki irisan, meskipun berasal dari latar belakang agama yang berbeda.

Ayu melihat bahwa spiritualitas sering kali lebih universal daripada yang kita kira. Ritual seperti penyimpanan ari-ari atau doa bagi orang yang sudah meninggal bukan hanya milik satu agama tertentu, tetapi ada dalam berbagai tradisi dengan esensi yang sama: menghormati kehidupan, kematian, dan hubungan manusia dengan yang tak terlihat. Ini memperkuat gagasan bahwa di balik perbedaan ekspresi keagamaan, ada kesamaan mendasar dalam cara manusia memaknai keberadaan.

Dalam perjalananku sendiri, aku juga sering menemukan bagaimana keyakinan dari berbagai tradisi memiliki benang merah yang serupa. Pada akhirnya, spiritualitas bukan hanya tentang sekumpulan aturan atau dogma, tetapi tentang pencarian makna, hubungan dengan sesama, dan bagaimana kita memahami keberadaan di dunia ini.



Patriarki, Kekuasaan, dan Agama

Buku ini menyoroti bagaimana dogma agama dan politik sering kali bercampur, menciptakan batasan bagi pemikiran kritis.

“Setiap orang yang meragukan Tuhan akan dituduh ateis. Dan setiap yang dituduh ateis akan dituduh komunis.”

Kutipan ini mengingatkanku bahwa bertanya sering kali dianggap ancaman, padahal mempertanyakan sesuatu adalah bagian dari memahami dengan lebih dalam. Aku percaya bahwa keimanan sejati lahir dari pemahaman, bukan sekadar kepatuhan tanpa refleksi.

Ayu Utami juga mengkritik bagaimana patriarki dan penyalahgunaan kuasa terjadi di semua agama, menjadikannya alat kontrol alih-alih ruang untuk keadilan dan kebebasan.

“Patriarki dan penyalahgunaan kuasa macam ini terjadi di semua agama.”

Ini terasa begitu dekat denganku. Aku percaya bahwa spiritualitas tidak seharusnya menjadi alat untuk menekan kelompok tertentu, terutama perempuan. Namun, seperti yang Ayu tulis, agama kerap diwarnai sistem patriarki yang mengakar. Ini mengingatkanku bahwa mempertanyakan dan mengkritisi sistem bukanlah tanda kehilangan iman, tetapi justru bagian dari perjalanan spiritual itu sendiri—sebuah pencarian yang tidak selalu bisa dijawab dengan sekadar ya atau tidak.

———

Kematian, Kehilangan, dan Makna Doa

Ayu menulis tentang bagaimana doa berperan dalam menghadapi kehilangan, baik dalam Islam maupun Katolik.

“Tahlil berjamaah, tujuh hari berturut-turut, akan sangat membantu mengusir rasa sepi yang mencekam bagi yang ditinggal mati.”

Tradisi seperti ini mungkin terlihat berbeda di permukaannya, tetapi esensinya sama: memberikan ketenangan bagi yang pergi dan yang ditinggalkan. Dalam Islam, ada tahlilan dan tawassul, sementara dalam Katolik ada doa arwah dan Salam Maria—semuanya dilakukan dengan harapan agar jiwa yang telah berpulang mendapatkan kedamaian dan doa dari yang masih hidup.

Tawassul dalam Islam adalah doa dengan perantaraan, meminta syafaat dari orang-orang saleh yang dekat dengan Tuhan. Ini mirip dengan bagaimana dalam Katolik, doa Salam Maria sering dipanjatkan sebagai bentuk permohonan kepada Bunda Maria untuk menyampaikan doa kepada Tuhan. Keduanya menunjukkan keyakinan bahwa doa tidak hanya menjadi sarana komunikasi langsung dengan Tuhan, tetapi juga dapat melibatkan mereka yang dianggap memiliki kedekatan spiritual lebih tinggi.

Pada akhirnya, semua ritual ini mengandung pesan yang sama: bahwa kematian bukanlah akhir dari keterhubungan. Doa menjadi jembatan, bukan hanya bagi yang telah pergi, tetapi juga bagi yang masih hidup—untuk menemukan makna, meredakan duka, dan mengingat bahwa cinta serta harapan tidak pernah benar-benar mati.

———

Bagiku, spiritualitas yang sehat adalah yang membuka ruang refleksi dan pertumbuhan, bukan yang membatasi. Buku ini mengingatkanku bahwa iman bukanlah tentang tidak pernah ragu, tetapi tentang keberanian untuk terus bertanya dan menemukan makna di dalamnya.

Bacaan ini bukan hanya tentang Ayu Utami dan perjalanannya, tetapi juga tentang kita—tentang bagaimana kita mencari, mempertanyakan, dan pada akhirnya, menemukan spiritualitas yang paling dekat dengan hati kita.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Aprijanti.
139 reviews24 followers
December 7, 2014
Ada haru yang begitu lembut saya rasakan setelah menyelesaikan buku ini. Bahwa penulis mempersembahkan buku ini kepada mendiang Ibunya, juga mendiang Bibi dan Ayahnya yang telah tiada, serta persembahan kepada arwah-arwah yang menderita karena membutuhkan doa manusia hidup. Walau awal membacanya kentara (ciri khas Mbak Ayu) penulis ingin sekali pembacanya paham bahwa hal-hal yang bersifat spiritual perlu dikritisi, agar kita tidak tertipu pada apa yang tidak bisa kita lihat atau pada manipulasi manusia yang diberi kelebihan khusus untuk melihat yang gaib.

Sikap menguji tanpa kesediaan menerima ketidaktahuan sama saja dengan penolakan semata-mata.
Sikap terbuka tanpa kesediaan menerima ketidaktahuan sama saja dengan menutup diri.
Tapi sikap mengagungkan ketidaktahuan adalah kebodohan yang sangat berbahaya.


Hal-hal gaib bukan tidak ada sama sekali, keajaiban-keajaiban justru datangnya sangat sederhana, tergantung bagaimana kita menyikapinya dengan keterbukaan pada setiap tanda yang diberikan.
Profile Image for Mario.
74 reviews6 followers
October 26, 2014
Hantu.
Tahun.
Tuhan.

Sebuah proses metamorfosis terhadap spritualisme kritis yang akhirnya diceritakan terpisah dari karya-karya sebelumnya. Sudah lama saya berharap Ayu bisa membuat cerita tentang sebuah pemahaman yang ia benamkan dalam2 pada seri Bilangan Fu ini. Tentang kenapa kita harus memercayai hal2 yang tak kasat mata, tanpa mengkhianati nalar kritis, yang artinya, semua hal bisa dipercaya, dan semua hal juga bisa dikritik.

Namun at the end, buku ini hanya jadi berbalik ke arah cerita dan pengalaman hidup si penulis, which is agak begitu lari dari konsep awal yang harusnya membahas lebih dalam tentang spiritualisme kritis.

Saya mengharapkan serial ini kelak bisa jadi literatur dan referensi pembacanya dalam memahami kritikan terhadap spiritualisme. Bukan hanya sekedar catatan hidupnya seperti serial Parasit Lajang terdahulu.
Profile Image for Lila Cyclist.
841 reviews71 followers
February 2, 2017
Hantu tidak ada jika kita tidak memikirkannya (hal. 11)
Membaca buku ini mengingatkan saya pada kisah-kisah hantu pada waktu kecil dulu. Kisah yang tentu saja (untungnya) tak pernah saya alami sendiri. Semua kisah dihembuskan oleh tetangga kanan kiri yang lebih tua dan juga teman-teman sekolah. Kisah tentang Wewe, gendruwo, kendit nglewer, dan lainnya adalah kisah favorit yang mendirikan bulu roma. Begitupun dengan tempat-tempat yang konon angker yang ternyata berada di sekitar rumah saya; mulai dari tetangga sekian rumah dari rumah saya, hingga sekolah SD yang memang cukup seram di malam hari, meskipun itu adalah sekolah agama, dimana semua murid mengaji di pagi dan siang hari, dan konon menjadi tempat nongkrong hantu-hantu di malam hari. Yah, itu hanya konon sih...

Cek complete review on http://justaveragereader.blogspot.co....
Profile Image for Diana.
60 reviews13 followers
October 15, 2014
Benar dugaan saya di awal membaca, buku ini Ayu tulis untuk mengenang ibundanya. Di buku ini kita bisa mengintip sisi-sisi kehidupan pribadi Ayu dengan keluarganya. Mengenang masa kecil, pertanyaan-pertanyaan tentang tuhantuhantu saat remaja, dan metamorfosis pemikiran dan sikap Ayu terhadap agama dan Tuhan. Manis sekaligus kritis, mengingatkan kita untuk kembali menilai segala hal dengan adil. Bersikap adil sejak dalam pikiran, seperti kata Pram.
Profile Image for Marlangen P..
14 reviews4 followers
October 10, 2014
Hantu dan Tuhan adalah sama gaib. Tapi belum tentu orang bisa konsisten percaya atau konsisten tidak percaya pada yang gaib.

Yang manis tentang doa dari buku ini; "Doa adalah kemesraan rohani" dan "Doa adalah komunikasi rohani." Menyadarkan saya bahwa doa bukan melulu soal permohonan sesuatu untuk dikabulkan.
Profile Image for (≧∇≦).
128 reviews7 followers
July 20, 2021
Spiritualisme kritis adalah sikap terbuka pada yang spiritual tanpa menghianati nalar kritis.

Simple Miracles merupakan perjalanan spiritual kritis Ayu Utami yang tentu saja diangkat dari kisah nyata. Melalui buku ini penulis membagikan pemikirannya perihal spiritual kritis yang berhasil membuat saya ikut berpikir. Mungkin pemikiran beliau ada yang tidak sesuai dengan prinsip yang selama ini saya pegang, sebagian lagi juga menjadi pertanyaan saya selama ini.

Saya suka bagaimana buku ini diawali dengan bab tentang hantu. Loh, kok, ada hantunya? Yap, perihal hantu ini juga menjadi dasar pemikiran Ayu Utami mengenai konsep konsistensi logis dan reputasi penyampai informasi. Apakah pencerita dapat dipercaya? Apakah informasi sesuai dengan fakta lain?

Kadang keajaiban itu begitu sederhana sehingga kita tidak tidak mau mengakuinya.

Seperti judulnya Spiritual Miracles, buku ini juga membawa penulis pada akhir meyakini kekuatan sebuah doa. Bahwa Tuhan selalu mendengar doa para umatnya, setiap doa tidak sedikitpun menghakimi pendoanya. Mungkin sebagian dari kita ada yang 'meremehkan' doa, buat apa, toh, berdoa terhadap sesuatu hal yang sudah dilakukan? Ayu Utami pun sempat berpikir demikian, namun dengan perjalanan spiritualnya; religiusitas, sekularisme, dan pasca-secularisme, beliau berhasil menemukan titik terang perihal keajaiban doa.

Doa bermurah hati pada yang lemah. Doa tidak menuntut orang menjadi kuat.

Hal yang menarik lainnya adalah Budaya Jawa juga banyak disinggung dalam buku ini. Tradisi mengenai nyekar, tahlilan, penguburan ari-ari, dll menjadi topik yang menarik sebagai penghubung spiritualitas.

Simple Miracles ditulis dengan bahasa yang sangat lugas dengan isi yang kritis. Aku merekomendasikan buku ini sebagai bahan pemikiran baru yang tidak perlu kalian terima, cukup diresapi saja. Karena bagiku isi dari buku ini sangat personal tapi juga mampu membuka sedikit pemikiran mengenai spiritual.

3.8 of 5 stars!
Profile Image for Ruthmiserico Ohoiwutun.
16 reviews17 followers
June 14, 2018


Buku dengan Judul Simple Miracel: Roh dan Arwah yang di tulis Ayu Utami ini, sangat menarik dan memberikan suatu refleksi akan kehidupan manusia selama hidup. Ayu banyak menjelasakan tentang keragu-raguan dan ambiguitas dalam religiuisitas kita sebagai manusia. Disamping berbagai hal-hal magis yang kerap kita percayai dalam adat-istiadat kita sebagai suatu kepercayaan yang bila dilanggar, atau tidak dijalankan, atau hal itu tidak bertentangan dengan dogma agama yang kita anut, maka sah-sah saja untuk dipraktekan dan diyakini sebagai ritual. dia juga mengajak pembaca untuk berpikir secara kritis dan memaknai keberadaan Tuhan dan juga Arwah, setan, mahkluk gaib atau apapun itu sebutannya untuk mahluk tak kasa mata yang ada diunia ini.

lebih jauh dari itu penulis mencoba mencari bukti ataupun petunjuk dari mereka yang dianggap Indigo atau mampu melihat hal-hal gaib untuk diverfikasi setiap informasinya. Sebuah kekritisan yang jenius, namun tetap kembali pada pendapat bahwa, bagi sebagian orang; mereka yang tak terlihat yang telah hidup dan memang hidup didunia lain (Gaib) hanya bisa dilihat oleh mereka yang dianggap memiliki kelebihan khusus, namun dapat dirasakan kehadirannya melalui pertanda-pertanda yang berkaitan dengan magis seperti roh2 orang mati. dalam kisah ini adalah ayah, Ibu dan Bibi gemuk dari cicilia, dan si Aku.

kisah ini diawali dari sebuah massa kanak-kana yang polos dan lugu, ketakutan akan ditinggal seorang ibu, anak-anak yang manja hingga pencarian jati diri dan makna hidup yang medalam dalam topik-topik nya seperti: Keajaiban Kecil, Kelahiran, Tahun,Tuhan, Spiritualisme Kritis, Doa, Ritual dan Anti-ritual, Lebih bukanlah semuanya, iman, Doa Ibu, Doaku, Mukjizat Sederhana hingga Asumptio (Masih ada beberapa topik lainnya). Buku ini sungguh penuh kejutan, saya tidak menyangka bahwa isinya penuh dengan topik2 dan ulasan menarik. Buku ini menggunakan alur yang mudah untuk dipahami dan diikuti oleh semua kalangan, meski ada cukup banyak istilah ilmiah yang dipakai dan tidak ada catatan kaki untuk membantu pembaca memahami arti/makna kata-kata tersebut (Saya kira itu adalah kekurangan buku ini) karena sebenarnya buku ini diangkat dari kisah-kisah nyata maka seharusnya juga bisa di masukan catatan kaki untuk beberapa istilah sebagai informasi bagi pembaca. misalnya Akulturasi, ada topik dengan judul akulturasi yang memang menjelaskan proses dan contoh akulturasi secara konkrit dalam urainnya. karena ada judulnya akulturasi dan ada beberapa istilah lain yang mengikuti dalam uraian cerita pada topik itu, maka baiknya diberikan catatan kaki untuk informasi tambahan bagi pembaca. tidak hanya itu, banyak sekali dalam buku ini menggunakan bahasa ilmiah yang memilki arti yang terpisah-pisah. tetapi secara keseluruhan saya sangat menikmati buku ini.

buku ini adalah buku yang baik untuk dibaca bagi anda yang sering menganggap bahwa perubahan zaman dan modernitas membuat kita beragama hanya pada KTP dan menjadikan ibadah hanya sebagai ritual tanpa esensi apapun dan entitas Tuhan dan Spiritualisme diragukan karena Pengetahuan kita yang kita anggap sebagai Tuhan.

Simple Miracles: Doa dan Arwah
Profile Image for Fitriana Hadi.
30 reviews2 followers
March 21, 2018
Cara bercerita Ayu di sini sangat personal. Sekilas mirip dengan novelnya yang lain; Cerita Cinta Enrico. Kemiripannya terletak pada narator--yang mana adalah Ayu sendiri--yang di awal berkisah sebagai kanak-kanak. Bahasanya polos dan lugu, bercerita tentang Ibu dan mitos-mitos hantu dari Bibi Gemuk dan Bibi Kurus. Mirip dengan sudut pandang Enrico yang bercerita tentang Ibunya kala masik anak kecil. Polos dan lugu.

Ayu kembali mengulang-ulang konsep spiritualisme kritisnya di sini: laku yang tidak menelan bulat-bulat omongan para spiritualis yang bisa jadi menggunakan kemampuannya untuk berhubungan dengan dunia spiritual sebagai jelmaan kekuasaan. Di Bilangan Fu, konsep itu diangkat ke permukaan oleh Parang Jati, berbeda di novel lainnya di mana Ayu menjadi penjelas konsep spiritualisme kritis tersebut.

Awlnya saya pikir, novel ini mirip kumpulan esai. Melalui sudut pandangnya, Ayu membeberkan banyak pemikirannya tentang spiritualisme: tentang bagaimana memperlakukan agama, bagaimana doa seharusnya bukan dilakukan karena penghambaan, tetapi lebih kepada komunikasi yang mesra dengan alam halus.
Profile Image for Evi Rezeki.
Author 7 books34 followers
December 27, 2019
Seperti biasa Ayu Utami selalu bisa menyihir saya untuk membaca bukunya. Lewat buku Simple Miracles: Doa dan Arwah saya mengenal Ayu dan keluarganya. Ayu menulis dengan jujur dan karena itulah menyentuh hati saya. Ayu menceritakan ibu, bibi, ayah, kakak, keponakan, dan bahkan teman-teman selintasnya. Karakter-karakter yang akan kita temui di kehidupan sehari-hari.

Pandangannya terhadap keluarga, agama, alam gaib, dan sebagainya sungguh menyenangkan. Konsep spiritualisme kritis terasa tepat di tengah kehidupan yang mengusung antara logis dan diam-diam menyukai klenik. Manusia sejatinya makhluk spiritual yang pada akhirnya bermuara pada pencarian kedalaman. Sesuatu yang tidak bisa diraba dan hanya dapat dirasakan. Bahwa pada proses pencarian itu senantiasa mengarah pada pemberontakan atau sekadar mempertanyakan, lalu proses itu bisa berlangsung lama entah akan bermuara pada ajaran lama yang dibekalkan keluarga atau ajaran baru. Keduanya akan menjadi konsep yang terbaharui bersama pencarian tersebut.
Profile Image for Benji.
32 reviews
April 13, 2024
Awalnya sedikit kaget dengan pembahasan buku ini. Sesuai dengan judul, doa dan arwah, keajaiban yang sederhana. Dan memang dirasa sederhana. Melingkupi kepercayaan, keyakinan, budaya, leluhur, adat, makna. Tentang kematian, keajaiban, mukjizat, doa, arwah, hantu, Tuhan, dan waktu. Bisa menjadi topik yang sensitif, tapi buatku ini page turner sekali. Banyak makna, banyak kalimat yang menampar sekaligus kritis. Realistis. Ungkapan secara general, tapi lebih banyak mengadaptasi dari pandangan Katolik dan Jawa. Tapi tidak berarti fanatik dan menutup diri. Semua pembaca dari manapun bisa memahami makna yang disampaikan. Perlu kedalaman yang jujur, agar bisa menarik makna. Ayu Utami sukses membuatku kagum dan nagih. 177 Halaman sangat tidak terasa, saat menutup buku, langsung terlintas "kayaknya harus baca ulang deh" apalagi meng-highlight kalimatkalimat yang banyak sekali kutandai untuk direnungkan. Great book with a great thinker! Great A!
Profile Image for Fitria Wardani.
116 reviews3 followers
December 5, 2018
Ini bukan buku pertama Ayu Utami yang saya baca, tapi ajaibnya di buku ini saya jatuh cinta. Suka dengan gaya penulisan mba Ayu yang ringan namun 'ngena'. Terasa dekat, mungkin karna yang digunakan adalah sudut pandang orang prtma.
Cara Ayu bercerita tentang pemikirannya yang meyakini bahwa hasil 'bacaan' dari temannya yang mampu melihat arwah adalah salah dengan mengaitkan banyak kemungkinan adalah part favorit saya. Begitu dekat dengan kita sebagai manusia yang selalu berusaha mematahkan apa yang orang lain sampaikan ke kita karena sesungguhnya kita tidak tidak ingin dengar. Dipatahkan dengan segala macam asumsi yang ada di kepala. Dalam hal ini Ayu meyakini bahwa ada distorsi dalam dialog antara dia dan Elisabeth (temannya yang dapat melihat arwah)

After effect : rasanya pengen tidur sama ibu.
Profile Image for Tetrin.
109 reviews2 followers
December 27, 2020
Gak banyak buku Indonesia yg bisa bikin saya nangis. Tp apakah itu blame to pms hormon atau gara2 lagi melow aja, baca salah satu bab di buku ini membuat saya tiba2 meneteskan air mata. Mungkin karena ceritanya berhubungan dengan kematian, dan tahun 2020 adalah tahun yg sangat sulit karena banyak kematian disekitaran saya, not to mention my own friend, mentor, and cousin.

Buku2 Ayu Utami bukan buat semua kalangan. Harus ada base atau pemahamam kita sendiri yg kuat dulu untuk bisa berani membacanya. Supaya bisa menimbang apakah pemikiran Ayu sejalan atau tidak. Kalau sejalan, then you have friends. Kalau tidak, ya it's oke. Memperkaya wawasan bagaimana point of view baru dan pemikiran yang berbeda mengenai suatu hal..
Profile Image for Lulu L.
111 reviews
September 24, 2017
Bagus wow! Narasi bercerita tentang hidup Ayu Utami sendiri, tentang kisah spiritual di hidupnya, ya tertulis 'true story' di halaman awal. Membahas lebih jauh pemikiran dia tentang cinta, tuhan, agama, kekuasaan, arwah dan aspek-aspek lainnya yg erat kaitannya dengan hidup yang selama ini kita semua jalani. Menilai lebih jauh apa yang selama ini kita anggap "sudah begitunya dari sana." Dengan membaca ini seolah-olah membantu saya untuk lebih kritis menilai kehidupan di sekitar. Toh ini hidup saya, hidup cuma sekali, mengkritisi aspek dunia dan hidup kita sendiri tidak ada salahnya, bukan? Anyway, saya rekomendasikan untuk anda yang mencari buku sederhana tapi berbobot. :)
Profile Image for Laaaaa.
208 reviews5 followers
September 16, 2020
dari buku ini saya belajar bagaimana kehidupan sehari-hari dari umat Yesus. banyak sekali pelajaran yang bisa saya petik dari cerita di buku ini. saya merasa lebih terbuka, sama seperti tertulis bi buku bahwa kita harus terbuka dan tetap menggunakan nalar dalam berpikir agar bisa yakin dengan peristiwa-peristiwa di lingkungan sekitar.
penggambaran tokoh-tokohnya jelas, saya sedikit kesal dengan karakter bibi yang suka berbohong huhuhu.
overall buku ini sangat bagus, apalagi berdasar kisah nyata, relate juga dengan kehidupan yang ada di sekitar saya, apalagi terkait kepercayaan pada roh ataupun penampakan.
Profile Image for Arystha.
320 reviews11 followers
September 1, 2021
Saya tidak percaya saya bisa menikmati membaca buku yang topiknya dekat dengan hal-hal yang tidak bisa dinalar; doa, kematian, dan arwah - topik yang sering membuat saya bergidik. Salah satu buku yang membuka wawasan baru dan diceritakan dengan luwes dan dapat dipahami. Memang di beberapa tempat saya bisa deg-degan saat membacanya, tapi tidak sedikit juga saya berdecak kagum karena ternyata ada yang seperti itu di dunia nyata. Sebagaimana dijelaskan di bagian sinopsis, 'buku pertama seri ini adalah kisah nyata satu keluarga; satu anggotanyaa dapat berkomunikasi dengan arwah; seorangnya lagi berusaha bersikap kritis namun terbuka terhadap gejala itu.'
Profile Image for Gabby Allen.
14 reviews5 followers
June 24, 2022
Buku ini ngasih sudut pandang beda soal agama, keyakinan/kepercayaan, sisi spiritualitas, kematian dan hal gaib. Nggak semua orang bisa menerima argumen2 yang disampaikan mbak Ayu Utami sih. Misalnya soal mempertanyakan ke-ada dan ketidaan Tuhan apalagi disamain sama hantu. Sama2 gaib, nggak bersosok, tapi keyakinan atas keduanya beda. Kita sering dipaksa percaya Tuhan tapi jangan percaya hantu sehingga menimbulkan standar ganda, katanya.

Sudut pandang luar biasa lainnya masih banyak. Soal spiritualisme kritis, keterbukaan dan penerimaan tentang hal2 gaib meskipun diri sendiri ngrasa skeptis.

Jadi nggk sabar baca buku keduanya!❤️
Profile Image for Dian Purnomo.
Author 11 books167 followers
January 7, 2018
Selalu terinspirasi setelah membaca tulisan-tulisan Ayu.
Buku yang sudah ada di rak saya lebih dari setahun ini, baru berani saya baca setelah saya yakin tidak akan takut pada setan apapun yang dimunculkan di dalamnya. Dan sepertinya saya mengambil keputusan tepat. Ada banyak pertanyaan yang sama tentang Tuhan, hantu, arwah, kemampuan melihat yang tidak kasat mata, dan banyak hal lain yang selalu menjadi misteri.
Buku ini mengajarkan pada saya untuk menikmati hidup, mempersiapkan mati yang tidak lebay, dan tetap kritis dengan apapun yang kita yakini saat ini.
Well written.
Profile Image for Vitalia Ze.
28 reviews
December 11, 2019
Buku ke-3 karya Ayu Utami yang saya baca setelah Saman dan Si Parasit Lajang. Simple Miracles mengajak kita untuk mengenang kembali kirtisisme kita terhadap spiritualisme yang pernah miliki ketika masih kecil namun terbendung oleh otoritas kuasa orangtua dan agama yang kita anut. Buku ini bak sebuah pengakuan bahwa spiritualisme adalah ruang bagi manuasia untuk mencari makna tentang existensinya dan tentang bagaimana iman, harapan dan kasih adalah 3 hal utama yang bisa manusia jalani sebelum dijemput kematian.
Profile Image for Rizki  Oktafianto.
5 reviews
January 19, 2020
Ini buku bagus banget.

Bercerita soal pengalaman dan pikiran pribafi Ayu Utami tentang memaknai hidup dan kematian. Ditulis beberapa saat setelah wafatnya ibunda beliau dan efek yang ditimbulkan setelah kejadian tersebut. Selain itu bwberapa cerita tentang arwah dan makhluk halus dalam kehidupan beliau sangat menarik untuk disimak.

Secara pribadi buku ini memberikan saya kesempatan untuk sedikit mengingat kembali dan berpikir kembali mengenai bagaimana hidup dan kematian memberikan pelajarannya bagi orang sekitar.
Profile Image for Amal Bastian.
115 reviews4 followers
March 29, 2018
Sering kita diberi sesuatu yang bisa kita maknai indah secara personal. Dimana keajaiban hanya bisa difahami oleh mereka yang memiliki sistem makna. Ayu Utami memaknai sisi rohani dan dialek keimanan dengan cara yang kritis, namun sarat makna pemicu pertanyaan. Tentang Tuhan sebagai subjek dan objek. Arti spiritualisme dituntut melebarkan definisinya ke makna yang lebih luas, tak menghakimi, hanya menyajikan.
Profile Image for ahmad.
188 reviews4 followers
October 29, 2022
SELALU CINTA SAMA KARYA AYU UTAMI

saya diajak untuk menyelami kisah spiritual yang dialami oleh Ayu Utami lewat penuturannya, entah kenapa selalu suka dengan cara Kak Ayu ini untuk menceritakan kisahnya, sangat pribadi dan tulus.

saya juga kenal dengan yang namanya spiritual kritis, yang mana memberikan pandangan yang terbuka namun tidak menghianati nalar kita yang kritis.

dan di akhir saya menemukan kesedihan terdalam saat menyaksikan ibunda tiada. entahlah, Ayu Utami emang keren.
Profile Image for nad.
52 reviews
October 11, 2024
budaya, keluarga, dan kepercayaan kombinasi yg sangat gueh…read this when i was in a very wonky state of life and i deeply understand what ayu utami is trying to say here. family and culture does play a big part in my believe in faith and religions (and ghosts) and as someone who loves ghost stories (+ signs from people i love that are no longer here), most of the stories here hits so close to home
Profile Image for Riska.
100 reviews5 followers
September 8, 2020
Sebelum membaca Simple Miracle, hanya 2 buku karya Ayu Utami yang saya baca yaitu Saman & Larung sekitar 6-7 tahun silam. Cukup lama. Buku ini begitu personal dengan narasi yang dituliskan Ayu menurutku indah dan cukup menyentuh. Pengalaman dirinya sedari kecil dan pemikiran yang ia sebut sebagai Spiritual Kritis begitu menggetarkan saya. Seakan satu frekuensi dengan yang sedang saya pikirkan.
Profile Image for Amy Masmir.
27 reviews1 follower
December 9, 2019
Buku yang sederhana dan intim dari Ayu Utami. Dengan jujur ia mengisahkan kekagumannya terhadap sang Ibu yang sangat ia cintai. Buku yang memperdalam keimananmu tapi tetap mengingatkanmu untuk tetap menggunakan nalar.
Profile Image for Elisabeth Novitallya.
10 reviews
June 4, 2020
This is my fave! Sebuah buku sederhana yg mengajarkan kekuatan kasih dalam doa terutama bagi umat Katolik. Yg terus mengingatkan kita untuk selalu mengasihi terutama bagi mereka yang telah berada di api penyucian.
Profile Image for Natasha.
38 reviews
September 17, 2017
Tulisan Mbak Ayu di buku ini membuatku terharu... Bahwa menghargai keajaiban-keajaiban kecil itu perlu, dan menjadi seorang spiritualis haruslah kritis.
Displaying 1 - 30 of 84 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.