Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kania

Rate this book
Aku yakin setiap orang pernah mengunjungi tempat yang membuatnya tak ingin kembali atau bahkan tak ingin mendengar namanya. Bukan karena tak istimewa, lingkungannya kumuh, atau makanannya tak lezat, tapi karena ia bisa menemukan dirinya yang lama di tempat itu. Seperti ibuku, yang tiba-tiba tak menyukai Yogya.
Aku lahir dan dibesarkan dalam budaya Sunda. Tingkah laku, sifat, peran, hingga kepribadianku pun diatur dalam norma-norma. Meski begitu, orangtuaku tak pernah mengajarkan untuk membenci apalagi memusuhi suku lain. Maka, aku heran ketika ibuku tiba-tiba menangis saat kakakku memutuskan untuk menikah dengan seorang Jawa. Ia pun hanya terdiam ketika aku menyebutkan seorang yang aku cinta, juga seorang Jawa.
Aku bertanya padanya, kenapa? Tapi dia tak menjawab. Sampai akhirnya, di Ketapang aku mendapatkan alasannya. Dan setelah itu aku berpikir, wajar jika ibuku menangis.

304 pages, Paperback

First published November 17, 2014

5 people are currently reading
41 people want to read

About the author

Hapsari Hanggarini

18 books13 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
5 (18%)
4 stars
5 (18%)
3 stars
10 (37%)
2 stars
5 (18%)
1 star
2 (7%)
Displaying 1 - 12 of 12 reviews
Profile Image for Abdul Azis.
127 reviews13 followers
February 1, 2015
ini apaaaaaaaa? hadeuhhhh..... !!!

Gue mungkin akan jadi orang yang dianggap 'ko cuman ngasih satu bintang' karena menulis review ini. diawal pinjem ini buku gue sedikit tertipu sama sinopsisnya, sama halnya dengan novel lain yang menjadikan sebuah tempat sebagai boundary level cerita, Kania punya cover yang menarik. pertanyaannya, bagaimana dengan ceritanya?

1. karakter (membingunkan), sepertinya penulis tidak mendeskripsikan sifat ataupun ciri fisik disemua karakternya terlebih tokoh Kania, okelah ada bagian dimana pas si Danang membandingkan Kania dengan cinta lamanya disitu dituliskan kalo Kania ini tinggi semampai tapi cukup hanya itu, padahal imaginasi pembaca ke paras terlebih dahulu. pengembangan karakter seperti Danang yang diawal cerita bersifat jutek dan kemudian berubah menjadi ramah setelah mencintai kania buat gue terkesan hambar, gak diceritakan alur perubahannya.
2. tempat, seperempat cerita gue bingung dimana sebenernya Kania tinggal? dikosan kah? Apartemen kah? walaupun gue nemu dihal 178 kalo Kania ini ngekos, ditambah alurnya yang bikin pusing, setiba-tiba diJakarta, trus dibandung, gak lama di Yogya. adalagi si Danang yang katanya Bos tapi tinggal dikos-kosan? aneh ya.
3. teknik penulisan, gue bingung dengan pemenggalan satu paragraf ke paragraf lain, selain karena Fontnya yang gede dan tetek bengek gambar yang gak penting itu. buat gue pas selesai baca gue pikir penulis baru eh ternyata udah lumayan banyak yang ditulis, soalnya gaya bahasanya seperti baru menulis.
4. alur, boleh dibilang gue paling gak suka sama alur cerita yang berantakan. idea twist diakhir boleh lah cuman jatohnya gantung gak jelas, jadinya ini Kania sama Agus atau Danang ya? tarik ulur gak jelas.
5. (tambahan)Rita yang selingkuh, Amih yang setiba setuju, candaan yang jayus, kenapa gak PT cuman CV?, Kania,Agus, dan Danang yang terkesan tidak serius', bikin gue ngasih satu bintang.

Saran buat penulis :
1. diawal mungkin dijelasin dulu ni tiap karakternya dari sifat, fisik, background, keluarga, itu juga kalo mau komplit ya. he
2. twistnya mungkin bisa dibuat diakhir dengan adegan yang lebih dramatis, agak sinetron? jangan. cuman kalo disini twistnya kaya :'oh yaudah'.
3. gaya penulisannya mungkin bisa lebih ditekankan kepada bagaimana keseharian tokoh atau sifat tadi jadi gak ada guyonan jayus. oh ya soal pemakaian bahasa sunda yang dicampur-campur boleh si, cuman ditulis asalkan pas adegan dimana aja sama cocok dicerita.

Gue bukan penulis cuman seorang pembaca, semoga masukan gue diterima dan karya selanjutnya lebih baik. semangat :)
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews87 followers
August 22, 2016
”Kata orang kalau cinta itu kadang enggak memerlukan alasan. Aku percaya, dan itu kurasakan sejak awal. Tiba-tiba saja seperti ada bunyi “TRING” atau “KLIK” seolah pertanda aku mulai mencintai dia. Kemudian, pelan-pelan datang berpuluh alasan yang menguatkan rasa itu.”

Ini kisah Kania, wanita yang sedang jatuh cinta. Tidak ada yang salah sesungguhnya, yang salah hanya Kania mencintai pria yang sebaiknya dihindari untuk dicintai. Entah kenapa lagi dan lagi Kania harus memendam rasanya. Yang pertama Kania jatuh cinta terhadap Agus, sahabat sekaligus rekan kerjanya. Tapi karena alasan sebuah janji Kania pun harus berusaha melupakan.

Hingga suatu hari perjalanan dinasnya ke Yogyakarta, mempertemukannya dengan Danang, pria Jawa yang awalnya dingin dan terkesan ketus yang kebetulan menjadi kliennya. Kania tak pernah menyangka kalau pertemuan itu akan menjadi pertemuan-pertemuan selanjutnya, Kania dan Danang pun semakin dekat dan bunga-bunga cinta pun perlahan mulai tumbuh di hatinya.

Dan ketika Danang mulai menunjukkan keseriusannya, Kania pun menjadi dilema dan ragu. Karena Kania tahu, Amih ibunya akan menolak Danang. Kania tak pernah menyangka, Amihnya yang penyayang bisa berubah menjadi seseorang yang sangat keras kepala jika menyangkut suku Jawa, hal yang mustahil sekali dibayangkan. Kania tak pernah tahu ada rahasia besar dibalik sikap Amih itu.

Amih malah makin gencar menjodohkannya dengan Agus, sahabat yang juga menjadi cinta rahasianya. Bagaimana akhir kisah Kania? Kepada siapa hatinya akan berlabuh? Temukan jawabnya dalam novel ini.

Sebenarnya tema yang diangkat sudah biasa, tetapi penulis mampu meramu cinta dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan mengalir. Membuatku betah untuk membacanya. Chemistry para tokoh juga begitu terasa, terutama Kania dan Amih, aku bisa merasakan kasih sayang Amih kepada Kania. Aku suka sekali part Kania menulis diary tentang perasaannya sesungguhnya, begitu menyentuh. Nice story =)

”Siapa bisa menentang takdir? Cinta itu bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja?
Profile Image for Rain.
106 reviews18 followers
January 22, 2015
Kania by Hapsari Hanggarini
Penerbit: Moka Media

Sinopsis:
Aku yakin setiap orang pernah mengunjungi tempat yang membuatnya tak ingin kembali atau bahkan tak ingin mendengar namanya. Bukan karena tak istimewa, lingkungannya kumuh, atau makanannya tak lezat, tapi karena ia bisa menemukan dirinya yang lama di tempat itu. Seperti ibuku, yang tiba-tiba tak menyukai Yogya.
Aku lahir dan dibesarkan dalam budaya Sunda. Tingkah laku, sifat, peran, hingga kepribadianku pun diatur dalam norma-norma. Meski begitu, orangtuaku tak pernah mengajarkan untuk membenci apalagi memusuhi suku lain. Maka, aku heran ketika ibuku tiba-tiba menangis saat kakakku memutuskan untuk menikah dengan seorang Jawa. Ia pun hanya terdiam ketika aku menyebutkan seorang yang aku cinta, juga seorang Jawa.
Aku bertanya padanya, kenapa? Tapi dia tak menjawab. Sampai akhirnya, di Ketapang aku mendapatkan alasannya. Dan setelah itu aku berpikir, wajar jika ibuku menangis.

My Review:
ini novel gregeettt!
menyelami kisah Kania, Danang, Agus mengaduk-aduk emosi, apalagi pas menuju ending,
Kania ini sebenernya hatimu itu buat siapaa ;p
Pas mencapai ending, aku mendesah legaaa :D

suka banget sama quotes yg ini:
Jatuh cinta itu cukup merepotkan.
Apalagi kalau harus menyimpan rapat dalam hati
hanya karena kita pernah berjanji pada diri sendiri
untuk tidak mencintainya. --Kania

dan dialog ini bikin senyum2 sendiri:
"Apa kabar, Kan?" | "Umm.. baik. Kabarmu?" | "Ketemu sama kamu bikin kabarku jd baik."

cieehhh Danang, mau aku praktekin ah haha

novel ini pas buat kalian sebagai salah satu referensi pemahaman: dalam memilah mana yg harus tetap menjadi kenangan dan mana yg bisa dijadikan pijakan untuk melangkah lebih jauh. #Kania

--minji, @NovelAddict_
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
January 6, 2015
"Di kamarnya, Kania berkali-kali memejamkan mata, tetapi tidak juga terlelap. Pikirannya masih saja berputar pada percakapannya dengan Amih. Dia mengedik dan tertawa miris menyadari istilah 'dilema' terasa terlalu serius bagi dirinya. Sejujurnya, Kania ingin kata itu tak hadir di tengah kisah cinta yang ingin dia jalin..."

Keberangkatan Kania ke Yogya didorong oleh Agus, rekan kerja sekaligus sahabatnya, untuk menemui klien mereka yang bernama Danang. Di balik permintaannya tersebut, Agus sebenarnya bertujuan untuk menjodohkan Kania dengan Danang. Ia merasa Danang adalah seorang lelaki baik-baik yang pantas untuk Kania. Akan tetapi Agus dan Kania tidak mengetahui perasaan yang mereka simpan untuk satu sama lain. Janji yang telah keduanya buat beberapa tahun silam-lah yang menahan mereka untuk mengungkapkan apapun dan tetap bersanding sebagai rekan kerja, sekaligus sahabat.

Kesan pertama Kania tentang Danang tidak terlalu menyenangkan, akan tetapi perlahan-lahan ia mulai merasakan ketertarikan pada lelaki itu. Kania berusaha mengubur perasaannya yang terasa mustahil dengan menemukan cinta yang baru. Namun ternyata kisah cintanya tidak berjalan semulus yang ia harapkan. Pada akhirnya, ia dihadapkan dengan dilema yang mengharuskannya untuk memilih cintanya terhadap seorang lelaki, atau cintanya pada Amih, ibundanya.
"Ternyata, jatuh cinta tak selalu terasa indah. Terutama jika kita berdiri di antara cinta yang saling bertentangan."
...

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2015/0...
Profile Image for Nay.
Author 4 books86 followers
January 25, 2015
Novel ini dibuka dengan sebuah adegan yang menunjukkan kekesalan Kania akibat perintah Agus yang menurutnya semena-mena. Pada kenyataannya, Kania diam-diam menyimpan perasaan kepada rekan kerjanya itu, namun sekarang ia malah memiliki firasat bahwa Agus memiliki rencana terselubung untuk menjodohkan dirinya dengan salah seorang klien mereka di Yogyakarta yang bernama Danang.

Danang adalah seorang pria dingin-menyebalkan dengan masa lalu yang lumayan menyedihkan. Kegagalan hubungan percintaannya dengan seorang gadis yang telah mengkhinanati kepercayaannya, membuat Danang enggan membuka hatinya untuk orang lain. Selama ini ia selalu menutup diri sampai kemudian kemunculan Kania membuatnya berpikir ulang untuk mulai membuka hatinya untuk seseorang. Ketertarikan itu bermula dari kebiasaan-kebiasaan kecil Kania yang ternyata lumayan mirip dengan mantan kekasihnya.

Inti permasalahan yang kemudian muncul di tengah-tengah cerita adalah saat ibunda Kania (Amih) menunjukkan tanda-tanda penolakan saat Kania menceritakan tentang Danang. Kania teringat bahwa raut wajah seperti itu pernah ditunjukkan Amih saat Teh Anis, kakak perempuan Kania menikah dengan seorang Jawa. Di sinilah pergolakan batin Kania terjadi dan membuatnya harus memilih antara menjaga perasaan Amih, mengikuti kata hatinya, atau kembali pada cinta lama yang diam-diam masih sering muncul dan mengganggu pendiriannya.

Sinopsisnya sampai di sini saja sebelum aku tergelitik untuk menulis lebih banyak lagi hingga membocorkan beberapa rahasia yang disembunyikan dalam novel ini. Sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Mbak Hapsari atas kiriman buku berkover cantik ini. Senang sekali akhirnya bisa membaca tulisan Mbak 

Sebetulnya dengan membaca blurb di kover belakang buku, pembaca sudah bisa mendapat beberapa gambaran tentang isi cerita yang ditawarkan novel ini. Malah menurutku blurb-nya agak-agak spoiler karena pembaca akan tahu kapan rahasia tersebut bakal terungkap, meskipun itu sebetulnya tidak terlalu menjadi masalah.

Aku tertarik dengan premis yang ditawarkan novel ini. Tadinya kupikir penulis akan banyak mengeksplor benturan budaya antara Jawa dan Sunda yang kelak akan menjadi fokus novel ini tapi ternyata aku salah. Gaya menulis Mbak Hapsari lumayan enak diikuti disertai dengan guyonan-guyonan ringan –kadang-kadang dengan bahasa sunda- yang beberapa kali bikin cengar-cengir sendiri. Aku menyukai bagaimana penulis menggambarkan sosok Amih dan hubungan antara wanita tersebut dengan Kania. Suasana kekeluargaan yang begitu kental dan kehangatan rumah yang membuatku ingin segera pulang kampung.

Sosok Agus yang kepo dan sotoy juga menarik perhatianku, Bagaimana dia menjaga komitmen dan juga sekaligus menyayangi Kania membuatku simpati. Selain itu aku bisa merasakan pergolakan batin yang dirasakan Kania, apalagi mengingat apa yang telah dirasakan Amih saat pernikahan Teh Anis. Pesan moral yang ingin disiratkan penulis cukup mengena dan membuatku berpikir ulang tentang beberapa hal mengenai pernikahan, komitmen dan juga hubungan kekeluargaan. Terima kasih sudah mengingatkan.

Namun selain itu, aku menemukan beberapa kejanggalan yang membuatku menurunkan rating novel ini. Pertama, karakter Danang dan Kania yang menurutku berubah-ubah dengan cepat dan tidak konsisten. Entah kapan tepatnya mereka saling tertarik, tidak ada alasan yang cukup kuat mengingat hubungan mereka tidak terlalu baik di awal-awal cerita. Lalu permasalahan yang muncul tiba-tiba dalam hubungan Agus-Rita rasanya terlalu tiba-tiba, tanpa ada sesuatu yang mengindikasikan hal tersebut. Dan rasanya ada kontradiksi antara awal dan menjelang ending mendengar pengakuan Agus, sebab dia pernah mengatakan bahwa perasaannya pada Kania muncul seiring dengan waktu saat mereka mulai sering bertemu karena menjalankan bisnis bersama.

Terakhir, entah kenapa aku gagal paham dengan endingnya. Setelah apa yang terjadi, setelah adanya tulisan-tulisan di dalam diary, dan setelah Kania akhirnya menyadari perasaannya, bagaimana mungkin dia kembali mempertimbangkan nama seseorang hanya karena Amih mulai kembali menanyakannya. Dan seperti apa yang dikatakan Danang, dia seperti tidak melakukan perjuangan apapun. Agus pun begitu, bagaimana bisa dia menawarkan bantuan untuk menjadi mak comblang setelah adanya pengakuan itu. Agak aneh dan tidak konsisten menurutku, padahal menuju ending aku sudah tersenyum memikirkan kemungkinan ending yang akan dipilih penulis. Ah, sepertinya ada unsur ‘selera pembaca’ yang bermain di sini.

Meskipun ada beberapa kekurangan, tetapa aku menikmati membaca novel ini. Terlebih hubungan ibu dan anak yang digambarkan penulis dengan cukup baik. Aku akan menantikan tulisan-tulisan Mbak Hapsari selanjutnya, semoga di novel selanjutnya aku akan lebih menyukai endingnya.
Profile Image for Kamal.
22 reviews1 follower
January 14, 2015
Sinopsis:

Ditugaskan ke Yogyakarta untuk urusan pekerjaan bukanlah hal yang menyenangkan bagi Kania. Karena dia harus bertemu dan berurusan dengan klien—yang menurutnya jutek dan sok cool—bernama Danang Prasetyo. Tapi sebenarnya—tanpa Kania duga—penugasan Kania menangani urusan pekerjaan dengan Danang adalah cara Agus, sahabat Kania sekaligus bosnya, untuk menjodohkan Kania dengan Danang. Dan, sikap Danang jutek karena dia selalu grogi berhadapan dengan Kania. Danang menyukai Kania.

Di sisi lain, Amih—ibu Kania—terlihat selalu ingin bermenantukan Agus. Sebenarnya harapan itu pun sama dengan Kania.Dia juga menyukai Agus. Tapi sayangnya, mereka sudah terikat janji untuk tidak menjalin romansa sesama rekan kerja. Lagipula Agus tengah mempersiapkan pernikahan bersama Rita.

Kejadian suatu pagi di Malioboro membuat Kania bisa melihat sisi lain Danang. Perlahan di mata Kania, Danang menjadi sosok yang hangat dan menyenangkan. Hingga pada akhirnya Danang meminta Kania mau menjalin hubungan serius dengannya. Danang berniat melamar Kania.

Namun cinta mereka tak berjalan mulus. Amih terlihat tidak setuju saat tahu Danang bersuku Jawa. Terlebih saat Kania menyebut nama Ganjar Priambudi.Kania bertanya-tanya, apa yang salah dengan suku Jawa dan seseorang bernama Ganjar Priambudi? Tapi, Kania tak mendapatkan jawabannya. Pada akhirnya dia harus rela mengakhiri kisah cintanya dengan Danang demi Amih. Kania tidak ingin melihat Amih sedih dan terluka.

Kania memutuskan keluar dari pekerjaannya. Dia memutuskan untuk menyendiri ke Ketapang, rumah Teh Anis, kakaknya. Pada saat yang sama Agus batal menikah dengan Rita. Agus yang ternyata juga sudah mencintai Kania sejak lama, memutuskan untuk melamar Kania.Mendadak Kania jadi dilema. Siapa yang akhirnya dia pilih? Agus, cinta terpendamnya yang juga merupakan menantu idaman Amih? Ataukah Danang yang perlahan mulai dia cintai?



Review:

Pertama-tama saya mau mengucapkan terima kasih dulu pada seseorang yang menghadiahkan novel ini pada saya, lengkap ttd penulisnya. Dihadiahi sebuah buku adalah salah satu kebahagiaan dalam hidup saya *gak apa-apalah agak lebay*

Baiklah sekarang saya akan me-review novel karya Hapsari yang kedua saya baca—yang pertama tentu saja Sapporo No Niji.

Kania adalah novel—yang menurut saya—bukan sekedar novel roman biasa. Ini novel yang beda. Selain berkisah tentang romansa, novel ini juga mengajak saya mengenal daerah-daerah, suku, dan kebudayaan lain Indonesia yang belum begitu saya tahu. Jadi, novel in imememberi saya gizi baru bagi pengetahuan saya. Setting cerita—baik budaya,makanan, adat-istiadat, suasana, bahasa, kebiasaan, bahkan kulinernya—diceritakan begitu apik. Saya seperti sedang melakukan traveling di daerah-daerah yang menjadi setting cerita ini—Bandung, Yogyakarta, Jakarta, dan Ketapang.

Selain itu pemilih profesi pekerjaan Kania, Agus, dan Danang pada novel ini juga sangat menarik. Beda dari novel yang lain. Benar-benar baru dan fresh. Saya jadi tahu satu lagi profesi pekerjaan sampai ke detaik-detailnya.

Kisah romansa Kania, Agus, dan Danang juga bikin ketagihan dan gregetan untuk diikuti. Belum lagi rahasia yang disimpan Amih yang mengakibatkan dia tidak merestui hubungan Kania karena Danang bersuku jawa, membuat rasa penasaran semakin besar terhadap akhir cerita ini.

Dari semua keunggulan novel ini,yang terpenting bagi saya—selalu jadi poin utama saat membaca novel—adalah gaya bercerita penulis. Di novel ini penulis bercerita dengan lancar dan mulus.

Kelemahan di novel ini menurut saya hanya beberapa typo (mulai dari kata yang diketik dua kali dan kesalahan nama bandara (halaman 64).

Secara keseluruhan novel ini saya rekomendasikan buat pembaca yang ingin membaca novel roman yang beda dan yang ingin mengenal kebudayaan indonesia yang beragam.

Terakhir saya memberikan 4 bintang untuk novel Kania karya Hapsari Hanggarini ini. ^^
Profile Image for Deta NF.
234 reviews6 followers
June 27, 2015
Lebih suka Cemburu untuk alur cerita hehe. Tapi, untuk penulisannya, Kania mengalami peningkatan ;)

Entah mengapa saya tidak merasakan feelnya. Baik antara Kania-Danang, Kania-Agus maupun Kania-Amih (Ibunya). Padahal dengan alur yang cukup lambat di bagian awal, sangat memungkinkan untuk memperkuat chemistry di antara mereka hehe. Banyak penggunaan Bahasa Sunda yang dirasa nanggung, seperti 'dipatok' dengan footnote 'dipatuk' padahal istilah dipatok itu sebaiknya diganti dengan 'dipacok', biar terasa lebih /Nyunda. Hehe... untuk panggilan 'nok' pun biasanya digunakan di wilayah Jawa Barat yang sudah terkontaminasi adat Jawa seperti Cirebon atau Indramayu. Jadi, tiap kali baca scene dimana Amih atau Kania bilang 'nok' berasa lagi liburan ke rumah saudara di Cirebon, hehe...

Banyak sekali pengulangan, meski tidak dengan kalimat yang seutuhnya sama namun terkadang membuat jenuh. Nilai plusnya, Mbak Hapsari mampu menggambarkan latar tempat dengan begitu baik. Selain itu, kavernya juga cantik. ;) Untuk endingnya agak kurang puas karena terlalu tergesa-gesa menurut saya.

2,5 stars namun saya bulatkan menjadi 3. ;)
Profile Image for Erika Reieru.
124 reviews15 followers
November 28, 2022
Pernah memiliki hubungan dengan seseorang yang berbeda suku? Lalu, sang Ibunda melarang hubungan tersebut? Nah! Persoalaan seperti itulah yang dihadapi oleh Kaniatokoh utama dalam novel Mbak Hapsari yang ke empat ini. Sebenarnya aku juga seperti Kania sih, karena memiliki hubungan dekat dengan pria dari beberapa negara, tinggal milih mau serius sama yang mana. Nih di antaranya, Japanese, British, Pole, Finn, Scot, Dutch, Germany-garis-miring-NGAREP. Oke ulangi ya, NGA-REP!! Atau bahasa ilmiahnya mimpi-punya-pacar-bule-di-siang-bolong-yang-pastinya-gak-akan-pernah-terjadi.

OH, tolong jangan segitu lebay-nya menautkan alis kalian saat membaca paragraf awal resensiku ini. Kalian bisa men-skip-nya tanpa membaca paragraf awal tersebut, aku akui itu hanya mimpi terpendam sekaligus curahan hatiku saja yang kelewat jauh (sebegitu jauhnya, sampe menyeberang samudera sampe benua). Kembali ke niat awal untuk meresensi novelnya Mbak Hapsa yang imut-imut. Siap-siap! Paragraf berikutnya adalah curahan hatiku untuk Kania.

Mengambil latar yang ‘Indonesia banget’ dan bukannya Jepang (mengingat kedua novel sebelumnya berlatar Jepang) tidak menyurutkan karakter penulisan Mbak Hapsa yang mendetail tentang latar lokasi. Jujur, ini adalah novel berlatar Indonesia yang tidak hanya seperti tempelan semata yang pertama aku baca. Maksudku, di dalamnya ada bumbu-bumbu kebudayaan dari masing-masing tempat yang diceritakan. Sebelumnya aku ini penggemar novel berlatar luar negeri, karena penulis pasti membuat latar ceritanya senyata mungkin. Berbeda dengan novel-novel berlatar dalam negeri, penulis seringkali melupakan latar tempat yang seharusnya dapat dinikmati pembaca. Contoh, saat Kania berada di Ketapang (aku pun gak tahu persis Ketapang ada di daerah mana, oke nilai Geografi-ku dulu waktu kelas 1 SMA memang gak bagus-bagus amat, tapi memang faktanya aku bukan termasuk ke dalam anak Sosial. Ini yang namanya ngeles berintelek) ada adegan Kania dan Danang makan ale-ale yang katanya makanan khas di sana. Taruhan, kalian juga awalnya pasti ngira itu adalah merek dari minuman kemasan, ya kan, kan..! Habis ini aku bakalan googling, seperti apa sih ale-ale itu, yang bentuknya pun aku gak tahu sama sekali. Anyway, kenalin Danang itu calon suamiku. Lho, bukan, ehem.. maksudnya tokoh utama yang dipasangkan dengan Kania.
Merujuk pada penokohan, aku lebih menyukai tokoh Danang yang orang Yogya itu. Yaah, walaupun ada di beberapa bab-nya tokoh Danang ini seperti ‘menghilang’. Apalagi saat Agus malah berbalik untuk melamar Kania. Padahal dia yang mencoba menjodohkan Danang dengan Kania. Yak, si Agus ini nih tukang perusak hubungan orang. Eh, bungan deng, dasar akunya aja yang emang gak suka tokoh Agus. Hahahaha Tapi tokoh Kania itu, walau aku gak terlalu suka dengan karakternya, Mbak Hapsari sukses membuatnya manusiawi. Beberapa kebiasaan kecil yang dituliskan Mbak Hapsa, membuat Kania semakin terasa nyata dan ‘hidup’.

Pokoknya recomended banget deh, kalau yang suka masalah cinta, keluarga, dan menaklukan cowok cool. Eh, aku belum bilang yah kalau Danang itu dingin pake-tanda-kutip. (Heehe ketauan deh, tipe cowoknya kayak gimana). Cara bercerita dan pendeskripsiannya juga khas Mbak Hapsa banget. Psstt.. aku udah tau ciri khas penulisan Mbak Hapsa lho, soalnya dari novelnya yang Sapporo, Cemburu, dan yang Kania ini memiliki satu kesamaan. ;) Lalu, lalu, ending-nya pun tak terduga. Hihi suka deh sama ending yang diambil Mbak Hapsa kali ini. Nice!

Segitu dulu cuplikan novel terbaru Mbak Hapsa yang berjudul Kania ini, berhubung buat resensinya dengan kondisi gak sehat, jadi meracau kemana-mana deh. Udah bolak-balik lihat jam karena belum boleh tidur malem. Jadi, untuk menutup resensiku kali ini, aku kasih bintang 3,5.
Profile Image for Fadila setsuji hirazawa.
350 reviews4 followers
June 30, 2020
Pertama kali bertemu dan senang dengan novel mbak Hapsari tidak lepas dari peranan desainer kovernya yang manggil⁣

Cara penulisnya menggambarkan karakter seorang Kania ini bagi saya cukup menyenangkan walaupun sikap dan sifat dari Kania ini, pada beberapa bagian tertentu dalam novel ini membuat beberapa hal yang terjadi dapat terselesaikan dengan waktu lebih lama. ⁣

Hal yang sama, juga saya rasakan terhadap salah satu karakter dalam novel ini juga. Karakter penting yang berada dalam hidup seorang Kania. Siapa? Silahkan membacanya 😊⁣

Dan sedikit berkaitan dengan masalah pada novel ini, karakter yang tidak saya sebutkan itu (akan langsung ketahuan sih kalau membaca ceritanya) jujur saja, membuat saya termangu hampir semenit karena memikirkan lonjakan perasaan serta eksekusi untuk perasaan yg dia rasakan, yang barangkali temponya terasa lebih cepat meskipun jelas dan terdeskripsikan dengan cukup baik diantara waktu yang terbilang cukup cepat itu. ⁣

Unsur budaya yang menurut saya,jika penulis memiliki ide untuk menulis kelanjutan kisah ini, mungkin dapat di gambarkan dengan lebih mendalam. ⁣

Saya pribadi menyukai cara mba Hapsari dalam menulis yang membuat saya dapat mengimajinasikan suasana Jogja dengan berbagai tempat yang di deskripsikan dalam novel ini.⁣

Gaya bahasa mba Hapsari ini menarik,bagus dan tentu saja jatuh cinta kemudian saya pada gaya penulisan beliau. ⁣

Meskipun novel ini menampilkan karakter yang saya senangi sekaligus karakter yang mendukung untuk membuat emosi saya naik turun, tetapi secara keseluruhan novel ini bagus gus dengan nuansa Jogja yang rasanya dapat membius pembaca untuk membaca novel ini sampai selesai 😊⁣
1 review
April 16, 2016
jangan berharap ada byk ketengan dari buku ini. standart banget iya.
tapi, endingnya gw sendiri gak nyangka akan sperti itu.
dan yg masih mengganjal dalam diri gw adalah jawaban terkait knapa orang sunda tidak dibolehkan berpasangan dengan orang jawa.
kalo jawabannya itu adalah masih kurang masuk akal. artinya tidak ada sejarah lampau yg coba dikorek oleh penulis.

Grazie
Profile Image for Kania.
45 reviews8 followers
August 2, 2015
hmm... doesn't like what i was expected
Displaying 1 - 12 of 12 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.