Berbekal secarik kertas aku berangkat. Dituliskan begitu tergesa oleh Kiev, arsitek yang menjadi kekasihku, di atas selembar kertas yang sembarang dirobek. Alamat tanpa nama jalan dan nomor, membawaku menjelajahi Ubud.
Di sanalah aku memulai titik nol. Membaca isyarat-isyarat alam yang disampaikan sawah, sungai, lembah. Mempertemukanku dengan Raka, dosen seni dan pelukis, yang mengajariku tentang ketabahan yang sederhana, dan Nawang, dunia yang diam, yang memperkenalkanku kepada angin.
Jawaban yang kucari malah menuntunku menemukan kertas-kertas yang lain. Rahasia-rahasia, yang dikisahkan angin....
Andrei Aksana pertama kali memulai debutnya sebagai penulis novel di tahun 1992, dengan meluncurkan Mengukir Mimpi Terlalu Pagi. Ia adalah cucu pujangga Sanoesi Pane dan Armijn Pane, dan merupakan anak kedua novelis Nina Pane dan Jopie Boediarto. Kakek buyutnya adalah Sultan Pangurabaan Pane, pendiri surat kabar Surya di Tapanuli, penulis roman Tolbok Haleon, dan pengelola kelompok musik tradisional uning-ungingan. Ketika dianggap jadi penulis hanya bermodalkan faktor keturunan, ia berkomentar, "Buat saya, bakat hanya 1%, selebihnya adalah kerja keras dan keringat." Lelaki kelahiran 19 Januari ini memang lekat dengan dunia seni sejak kanak-kanak. Puisi pertamanya dimuat di majalah Zaman, sedangkan cerpen pertamanya dimuat di majalah Kawanku. Selain itu ia selalu menyabet penghargaan untul lomba baca puisi dan lomba menyanyi. Setelah menerbitkan novel perdananya pria lajang ini absen cukup lama karena serius menekuni kuliah-kuliah di Universitas Udaya, hingga lulus menjadi Sarjana Seni, Desain Grafis. Come backnya ditandai dengan novel berjudul Abadilah Cinta, yang menjadi fenomena sejarah pembukuan di Indonesia. Novel pertama di dunia yang memiliki soundtrack, dan berhasil dicetak ulang dalam waktu 5 hari! dan sang penulis sendiri yang menyanyikannya. Kesuksesan ini langsung disusul dengan novel berikutnya Cinta Penuh Air Mata yang mengusung konsep karya multidimensi Novel Soundtrack Video klip. Novel ini berdasarkan kisah nyata yang dituturkan oleh selebriti terkemuka, dan sebelumnya belum pernah diungkap atau dipublikasikan di media massa. "Saya punya misi idealis, dan akan melakukan terhadap buku. Karena membaca memperkaya imajinasi, sehingga bisa melahirkan generasi yang kreatif. Di tengah kesibukannya sebagai marketing director di perusahaan retail internasional, ia tetap menyempatkan diri untuk menulis. Bahkan lelaki yang mahir berbahasa Perancis ini dipercaya menjadi dewan juri Festival Sinema Prancis 2003.
Jadilah angin yang menghidupkan angan-anganku... (hal.207) . . . Menjadi hal yang cukup berat untuk mengulas salah satu karya mas Andrei Aksana yang menurut saya bagus ini, sebab terdapat ketakutan tersendiri apabila karya sarat makna-makna serta budaya yang di gambarkan dengan apik berbungkus gaya bahasa yang rapi juga puitis ini akan tergambar dengan cara yang buruk karena keterbatasan saya secara pribadi. Namun, saya mengharap kebijaksanaan dari pembaca budiman untuk mencari sumber lainnya terkait karya mas Andrei Aksana ini... Baiklah,agar tidak perlu dibuat menjadi dua bagian maka saya bersegera masuk pada bagian-bagian dalam buku ini yang ingin saya bahas 🍃 Pertama, untuk tokoh bernama Sukma yang secara jujur membuat saya gigit gigit jari dan itu cukup tidak mengenakkan mengingat ini bulan ramadhan😅 Sempat saya berpikir jika tokoh ini dengan mudahnya memilih alternatif pemecahan masalah yang sebenarnya tidak mengarah pada solusi : melarikan diri. Akan tetapi saya merasa terlalu terburu-buru memberi label terutama setelah penulis mengarahkan tokoh ini pada satu bagian dimana gadia itu memutuskan suatu hal yang saya tunggu-tunggu untuk di lakukan. 🍃 Lalu karakter lain yang menarik perhatian saya adalah Raka si dosen baik hati yang jago lukis dan Nawang yang cukup misterius. Namun, untuk masalah yang di sajikan penulis pada sosok Nawang belum cukup untuk menimbulkan lonjakan yang berarti dalam diri saya ketika mengetahui hal yang di sembunyikan seorang Nawang dalam cerita ini. 🍃 Meskipun demikian, unsur budaya yang kental dan akhir yang di pilih oleh sang penulis adalah poin utama yang membuat saya jatuh cinta dengan karya mas Andrei Aksana ini. Semoga di lain kesempatan saya dapat menjumpai karya mas Andrei Aksana lainnya yang seperti angin bersyair ini. 🍃 Cukup sukses membuat saya bertarung dengan keinginan untuk mewek di tengah waktu menanti berbuka puasa 😅🙏
Salah satu buku yg saya balik lagi, lagi dan lagi! Jangan tanya berapa kali sudah baca buku ini krn ga keitung lagii
Cerita sebenarnya simple, bahkan terlalu simpel buat takaran novel Andrei Aksana. Saya sih jujur tengah2 agak bosen juga haha apalagi pas bagian si penulis menjelaskan detail soal Bali. Sorry not sorry tapi saya skip! 😂
Jatuh cinta, cemburu, marah, sedih, bahagia sampai perasaan bangga; semua bisa dirasain dalam buku ini. Beuh! Berasa naik rollercoaster~ 🎢
Saya suka krn novel ini di tulis cukup puitis, sehingga mudah mencari quotes/kutipan2 yg menarik dlm buku ini. Meskipun kadang agak gimana gitu juga bacanya. Banyak yg oke tapi ada aja yang saya rasa “cheesy”.
Opening storynya agak membinggungkan jujur. Tapi mulai ketengah udah oke, pas di tengah errr bosen, belakangan ud oke lagi.
I was taking leave in Bali in 2015, trying too hard to finish read this book. Unfortunately, it doesn't meet my expectation. No offense but the story is kinda flat, I expect it could be interesting, the idea of escaping to Bali to healing any heartache. But I only found how good Andrei Aksana describing Bali and it's culture..
Pertama kali aku melihat Angin Bersyair berada diantara buku-buku lainnya, aku langsung membawanya ke dalam dekapanku, dan aku merasa harus membacanya. Bukankah judulnya sangat indah? Angin Bersyair.
Ceritanya diawali dengan keberangkatan Sukma dalam perjalanannya mencari jawaban atas teka-teki yang diberikan oleh kekasinya, Kiev, meskipun tanpa rencana. Dalam keadaan galau, gamang, dan bingung, Sukma berangkat ke Ubud, Bali. Keberangkatan tanpa rencana itu justru mempertemukannya dengan sosok Raka yang mengajarkannya banyak hal baru tentang ketenangan dan kesederhanaan hidup.
Angin bersyair adalah salah satu buku berirama lembut dengan banyak sekali kalimat-kalimat indah. Bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang pergulatan batin dan bagaimana tokoh utama mencoba menentramkan hatinya dengan memulai kembali kehidupannya dari titik nol.
Aku pribadi suka buku ini. Bagaimana cara Andrei Aksana memaparkan dengan detail apa yang ada di Bali, mulai dari adatnya, kebudayaan, kepercayaan dan bahkan bagaimana ia mendeskripsikan lokasi-lokasi dalam buku membuat aku jatuh cinta. Sekali waktu aku pernah berkunjung ke Bali dan menemukan Bali adalah salah satu tempat indah yang akan membuatku nyaman. Tapi membaca buku ini bahkan membuat aku rindu ingin pergi kesana, meski tidak ada tempat yang dituju.
Sosok Raka, disisi lain, membawa irama yang tentram sehingga setiap kali 'Sukma' memaparkan bagaimana Raka bersikap aku mendapati diriku manut-manut dan berkhayal alangkah indahnya jika Raka ada orang yang bersikap seperti Raka dikehidupanku.
Dan setiap kalimat-kalimat yang diiringi dengan untaian kata indah membuatku semakin tentram dalam membaca buku ini. Tidak ada akhir bahagia, hidup bahagia selamanya berdua dalam ketentraman Ubud. Tapi dapat kukatakan bahwa akhirnya indah.
Sayangnya, ditengah-tengah cerita aku tidak menemukan konflik yang aku harapkan membuat jantungku berpacu dan rasa penasaranku meningkat. Ada saatnya ketika aku berada ditengah-tengah cerita dan yang aku nikmati adalah kalimat indah yang ditulis Andrei Aksana, bukan cerita Sukma dan Raka dan Nawang. Tapi secara keseluruhan aku suka dengan buku ini.
setelah laaaaama sekali sejak membaca Lelaki Terindah tiba-tiba saat melihat buku ini jadi kepingin baca karya Andrei Aksana lagi. Sebagian karena cover lust, sebagian kangen dengan diksi puitisnya, sebagian lagi karena *katanya* novel ini kental bercerita tentang Ubud Bali.
novelnya sendiri berkisah tentang seorang wanita yang pergi meninggalkan kekasihnya yang sudah beristri. Di Ubud, di tepi sepetak lahan sawah yang dihadiahkan kekasihnya itu, ia malah pelan-pelan menemukan kisah baru. Tentu saja dengan berbagai kelokan cerita yang mendayu-dayu. Endingnya, eehhm.... sedikit mengejutkan buat kisah romens.
tapiiii.... seperti kataku tadi, aku membaca lebih karena kangen diksi puitisnya, maka aku puas. dengan romantisme kata-kata tingkat dewa dan syair-syair mellow dosis tinggi, ringan dan cukup bikin betah pembacaanku, pas banget untuk mengimbangi urusan kerjaan yang lagi menggila. detail-detail tentang budaya Bali dan setting Ubudnya juga tergarap sangat bagus. jadi sedikit banyak belajar tentang falsafah hidup dengan alamnya orang Bali.
sampulnya, selain ilustrasinya cantiiiik pisaaaan, kertas covernnya juga eksklusive, dove dan tebal. memang sengaja bikin buku indah ini! ^^
Memilih buku ini dari rak sastra toko buku Gramedia; tertarik karena illustrasi covernya. Ternyata merupakan pilihan buku yang tepat untuk melengkapi Reading Challenge 2016.
Angin Bersyair berkisah tentang pilihan hati seorang wanita dalam menyikapi kehidupan percintaannya. Dari kehidupan metropolis yang serba cepat berpindah ke kehidupan pedesaan yang serba sederhana dan sarat dengan nilai kejujuran, merupakan tempat yang cocok untuk menyembuhkan luka hati dan menemukan kembali ketegaran hati seorang wanita.
Berlatar belakang alam desa Ubud yang asri dan masih alami, pembaca akan dibawa menjelajahi pemandangan dan tempat-tempat bersejarah di Bali selain pemandangan pantai. Lengkap dengan sejarah terbentuknya Ubud, tradisi dan upacara adat yang masih sangat kental melekat, hingga penjabaran mengenai bentuk-bentuk bangunan rumah maupun tempat-tempat ibadat setempat.
Andre benar-benar berhasil mengajak pembaca membangun daya imaginasi pembaca tentang keindahan Ubud sehingga pembaca akan merasa tertantang untuk mengeksplorasi sisi lain kota Bali. (My next trip planning would be #AnginBersyair trail in Ubud
Buku pertama yg dibeli&dibaca di 2015, asal comot aja di toko buku.
Ceritanya sendiri membosankan; tentang perempuan simpanan yg heran knp msh mau menjalin hubungan dgn pria beristri yg jelas2 ga akan prnh meninggalkan istrinya demi dia (dia aja heran apalagi saya :p). Dan seperti perempuan2 simpanan lainnya tentu harus ada pria baik hati lain sebagai tandingan. How tipical.
Tapi yg menarik adalah settingnya. Bali. Bali dgn segala ritual keagamaannya yg tertanam kuat di sendi2 kehidupan. Membuat saya makin heran saja pada pernyataan2 yg berusaha memisahkan agama dari kehidupan sehari2. Sungguh aneh jk ada yang berusaha memenjarakan agama di lingkup rumah ibadah saja. Krn sejatinya setiap langkah kita adalah ibadah, setiap perbuatan kita seremeh apapun semestinya berlandaskan agama, setiap upaya kita adalah untuk meraih ridha-Nya.
Abaikan saja ceritanya yang membosankan, nikmati kerlip kunang-kunang dan serbuk dandelion yang tertiup terbang bersama angin, sambil berusaha memetik hikmah dari setiap kisah betapapun biasa ia.
Sebenarnya aku bukan penggemar novel sastra. Bukan karena nggak suka, tapi rasanya otakku ini belum sanggup mencerna bahasa yang terlalu mendayu-dayu dan setinggi langit di angkasa.
Berbeda dengan Angin Bersyair. Meski masuk dalam kategori novel sastra, tapi aku sanggup mengikuti gaya bahasa penulisnya. Belum pernah ke Ubud? Silahkan nikmati keindahan Ubud dan sejarahnya yang dijelaskan secara detil di novel ini. Membuat aku yang belum pernah ke Ubud jadi ingin segera kesana.
Aku begitu semangat membaca di awal. Bukan hanya penasaran dengan kisah Sukma, tapi juga untaian kalimat dan puisi-puisi indah yang diselipkan penulis. Tapi di pertengahan cerita, aku mulai kehilangan feel-nya karena penulis seolah lebih tersedot dengan deskripsi mengenai Ubud dan melupakan inti dari ceritanya. Itu juga yang menyebabkan aku harus men-skip novel ini untuk beberapa waktu.
Ini novel sastra pertama yang kubaca. Pengetahuanku belum melanglang buana dalam sastra, tapi saya cukup menikmati juga diksi-diksi yang tertulis di dalamnya. cukup menyegarkan, karena sebagian besar mengambil filosofi dari alam.
Awalnya aku suka dengan cerita Sukma sebagai wanita simpanan Kiev, tapi setelah pindah ke Ubud dan berkenalan dengan Raka, selera bacaku jadi menguap terutama di bagian pertengahan. Pendapat saya, terlalu muluk si Raka menceritakan Ubud. Tapi sejujurnya dibanding Raka dan Sukma, saya lebih tertarik dengan tokoh Nawang yang lebih mendasari cerita, ia bersikap tertutup dan menutup-nutupi sesuatu dari Sukma dan Raka.
Saya cukup tersentuh dengan puisi Nawang yang diketahui Sukma, tapi jujur saja saya kurang suka dengan endingnya yang ambigu.
Awalnya ngga punya harapan apa-apa tentang isi buku ini. Karena belinya lewat LitBox, jadi ya percaya aja kalo ceritanya bagus. Bercerita tentang Sukma, seorang wanita dalam perjalanan menemukan cinta. Dan pencariannya membawanya ke Ubud, Bali. Bertemu dengan Raka dan Nawang yang mengajarinya tentang banyak hal. Diceritakan dengan bahasa yang indah. Alurnya emang slow banget. Aku ngga buru-buru pengen selesai baca dan tahu akhir ceritanya. Dan ceritanya bikin yang baca aku jatuh cinta pada Ubud, semakin mengagumi kebudayaan Bali. Sekarang jadi ngerti kenapa orang-orang merasa menemukan ‘rumahnya’ di Ubud. Beautiful story with a bittersweet ending.
Kelebihan novel ini terletak pada narasinya yang apik. Diksi yang digunakan penulis tepat sasaran dan sesuai dengan suasana yang dibangun pada saat itu. Tapi konfliknya tidak istimewa, malah terkesan datar. Semua masalah terselesaikan begitu saja. Karakter Sukma, Raka dan Nawang juga tidak kuat. Ditambah lagi adegan lebay di bagian-bagian terakhir buku ini yang membuatku beberapa kali mengernyit nggak nyaman. Adegan berkejar-kejaran sambil memperagakan adegan tari itu agak-agak hffft. Ditambah lagi kegalauan Sukma yang agak berlebihan.
Tapi bagi kalian yang ingin mulai mengenal Ubud dari segi sejarah dan budaya masyarakat setempat, buku ini cukup tepat untuk dibaca
membaca buku ini menjadi lebih mengenal Bali dan budayanya. tone tulisannya menenangkan. cara penulisan yang tidak biasa. terlihat hanya tokoh utama yang berinteraksi. cerita seperti diary. bahasa yang indah nan puitis dan romantis membuat terbuai membaca kata demi kata yang tertulis.
suka dengan tokoh utama yang bernama raka. rasanya menenangkan sekali. :)
tak perlu menjadi besar untuk mengerti arti hidup.
sayangnya cerita ini memiliki akhir sad ending T.T
This entire review has been hidden because of spoilers.
agak dongkol sama endingnya, sih, sekalipun yaa memang bukubuku yang memusatkan diri dengan syair atau katakata puisits memang tidak seharusnya punya akhir yang gamblang, minamal bikin yang baca mengerutkan kening.
Suka sekali dengan endingnya. Saya bersyukur endingnya sangat menyayat hati tapi indah, karena sepanjang cerita memang agak membosankan. Hampir menyerah bacanya tapi saat bertemu ending, langsung puas dan mengharu biru.
Aku seperti membaca puisi dalam bentuk prosa. Indah. Dan ini sebait puisi yang aku sukai dari Syair 24: Karena... "Karena... dalam diam kumeraihmu dalam hening kumendengarmu dalam terpejam kumelihatmu dalam mati kumengekalkanmu"
Di akhir cerita aku ngerasa Sukma ini mirip Kugy, trus Nawang mirip Luhde. Hihi. Well, aku baca ini karena rindu baca novel2nya Bang Andrei yg semacam Abadilah Cinta, Sebagai Pengganti Dirimu atau Cinta Penuh Air Mata. Tapi ternyata aku salah. Hmmm...
walaupun cerita nya standar tapi gaya bertutur Andrei selalu saya suka ditiap karya karya nya dan kali ini saya serasa di ajak berkelana mengelilingi Ubud oleh nya.