Jump to ratings and reviews
Rate this book

Bia dan Kapak Batu

Rate this book
Paskalina, Kosmas, dan Urbanus tumbuh di tengah pergeseran budaya tanah Papua. Saat tumang sagu dan ikan digantikan oleh kantong beras dan mi instan. Saat patung-patung sakral sudah bernilai mata uang. Saat busung lapar dan sarampa merenggut nyawa anak-anak kampung.

Orang-orang berkulit terang datang membawa pandangan baru bagi Paskalina dan Kosmas. Karena beranggapan bahwa mereka jauh tertinggal, Paskalina dan Kosmas merasa harus berlari. Namun, berbeda dengan kedua kawannya, Urbanus justru memilih tinggal di kampung.

Saat Kosmas terbang ke ibu kota dan Urbanus berdiam merawat tradisi, Paskalina justru memilih jalan lain untuk melawan takdirnya sendiri. Bagaimana mereka menghadapi kenyataan di balik megahnya harapan yang dipaksakan sehingga sulit menjadi tuan di tanah sendiri?

256 pages, Paperback

Published October 29, 2025

14 people want to read

About the author

Andaru Intan

9 books18 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1 (20%)
4 stars
4 (80%)
3 stars
0 (0%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 3 of 3 reviews
Profile Image for Febritri.
63 reviews
November 12, 2025
BIA DAN KAPAK BATU
karya Intan Andaru
Rate: 4,5/5

256 halaman
Gramedia Pustaka Utama
Sosial Budaya

Paskalina adalah anak perempuan Suku Asmat, Papua. Sejak kecil Paskalina hidup mengikuti adat yang sudah ada sejak dahulu kala. Paskalina dituntut untuk mejadi perempuan cantic versi Suku Asmat. Pandai menganyam, memangkur sagu, menjala ikan dan memasak. Seumur hidup hanya berdiam diri di kampong untuk mengurus keluarga. Namun, Paskalina menolak hal itu. Paskalina ingin bersekolah, mengubah nasibnya sendiri.

Disisi lain, teman sebaya Paskalina, Kosmas memilih untuk pergi merantau ke Kota. Untuk mencari peruntungannya. Sedangkan Urbanus, lebih memilih untuk bertahan dengan masyarakat adat dan tidak akan meninggalkan warisan leluhurnya.

Sampai para “pendatang” dari luar pulau mulai hadir dan bertamu. Membawa perubahan-perubahan yang signifikan pada kehidupan sehari-hari Paskalina. Harga barang makin mahal, ikan makin sulit didapat.

--------------------------------------------------------------------------

Satu hal yang membuat aku ikut PO buku ini adalah topik yang diangkat. Yaitu konflik antara adat istiadat Suku Asmat dengan Mordernisasi yang hadir ke dalam kampung pedalaman di Papua. Topik yang menurutku sangat menarik. Writing style yang ngeflow dan enak banget buat dibaca makin membuat buku ini jadi page turner. Berasa sekali hasil riset yang dilakukan Intan Andaru di buku ini. Sayangnya, aku menemukan setidaknya 3 typo disini. Tapi gak terlalu menganggu pengalaman membaca.

Aku bisa merasakan deskripsi kampung tempat tinggal Paskalina. Sekaligus memahami pola pikirnya yang masih polos. Ditambah dengan tekanan dari Mama yang “meminta” Paskalina untuk tetap mengikuti adat istiadat Suku Asmat yang sudah ada sejak dulu. 

Profile Image for Irma Setiani.
82 reviews10 followers
November 10, 2025
Apakah aku menjadi yang pertama menulis ulasan dan memberi rate di Goodreads? Heuheuheu.

Dalam novel ini, sangat jelas tergambar kehidupan adat sekaligus kehidupan sosial dalam lingkungan Suku Asmat. Tergambar jelas juga dilema antara budaya yang telah lama dihidupi dan datangnya arus perubahan di tengah kelompok masyarakat. Semua diceritakan lewat kacamata Paskalina, seorang remaja perempuan yang lahir, tumbuh, dan menuju dewasa di lingkungan Suku Asmat.
Profile Image for Mizuoto.
143 reviews1 follower
November 19, 2025
Banyak orang bilang bahwa tanah kami semakin tumbuh menjadi tempat baru. Bila orang-orang asli seperti kami tidak pintar menyesuaikan diri, kami akan tergeser dan sengsara. (Hal. 152)

“Bia dan Kapak Batu” (BdKB), sebuah novel yang menghadirkan interaksi rumit antara pelestarian dan transformasi di tanah Papua.

Buku ini mengajak untuk melihat lebih dekat dinamika yang terjadi pada suku Asmat. Melalui tokoh-tokohnya, Intan menggambarkan kehidupan sosial mereka dengan sangat eksplisit (pembagian peran laki-laki dan perempuan, memiliki pengetahuan lokal untuk bertahan hidup, mata pencaharian memangkur sagu dan menjala ikan, sistem religi yang memercayai leluhur) sekaligus memperlihatkan bagaimana mereka menyikapi modernisasi: ada yang teguh bertahan, ada yang menerima kemajuan, dan ada pula yang membuka diri tanpa menjadi lupa diri.

Lewat sudut pandang Paskalina, pembaca bakal mendapati kemajuan-kemajuan di sana: pola permukiman kampung dan distrik, memeluk agama, sistem pengobatan modern ke puskesmas dan rumah sakit, perubahan pola makan, hingga pendidikan.

Lebih jauh, Intan pun turut menunjukkan ironi pembangunan yang menggunakan semangat modernisasi tersebut dengan harga-harga barang melejit, maraknya prostitusi dan penyakit menular, persoalan kesehatan, pelayanan kesehatan tidak merata, kemiskinan sehingga banyak mengandalkan bantuan pemerintah, ketergantungan pangan, hingga modernisasi menjadi alat untuk memecah belah masyarakat.

Intan menuliskan BdKB layaknya catatan harian dengan POV 1, diksi sederhana, dan nuansa Papua-nya tergambarkan dengan baik. Hanya saja, plot ceritanya cenderung datar sehingga bagi sebagian pembaca berpotensi mengalami kejenuhan.


Resensi lengkap bisa dibaca di sini.
Displaying 1 - 3 of 3 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.