Rani bekerja sebagai editor di sebuah kantor penerbitan. Dia suka dengan kehidupan dan dunia kecilnya yang tenang di pengujung usia 20-annya, meski terkadang rekan kerjanya suka mengusiknya.
Suatu hari, proyek besar datang dari perusahaan parfum lokal yang berniat merilis produk baru lewat buku. Rani yang sudah lama bermimpi menerbitkan buku pertamanya, akhirnya mendapatkan kesempatan. Tetapi, proses pengerjaan naskah itu membawa Rani kembali pada seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang menjadi alasan pertama Rani ingin menulis.
Apakah Rani berhasil merampungkan naskahnya? Atau dia justru semakin terjerat masa lalunya?
Buku terbaru karya Tsana (Rintik Sedu) yang sudah kesekian saya baca. Jika melihat tema yang diangkat saya rasa masih memiliki kesamaan dengan karya sebelum-sebelumnya seperti Geez & Ann, Kata, hingga Pukul Setengah Lima. Tema yang diangkat yaitu mengenai genre romance dimana tokoh utama terjebak pada perasaan dirinya sendiri dan masa lalunya.
Buku ini termasuk buku yang ringan dan bisa dibaca tidak sampai 1 minggu mungkin selesai jika kalian tidak sibuk. Sebelum memutuskan untuk membeli buku Musim Yang Tak Sempat Kita Miliki ini, saya sempat membaca melalui websitenya rintik sedu meskipun versi drafnya. Saat saya baca drafnya saya merasa asik dan tertarik pada ceritanya hingga tuntas saya baca tidak lebih dari 1 jam. Begitu bukunya rilis saya orang yang pasti akan membelinya, meskipun kalah war saat launching hehe.
Jadi jika kalian sudah membaca karya Rintik Sedu sebelumnya, rasanya mungkin sudah familiar bagaimana ceritanya akan berjalan dan akan berakhir seperti apa. Menurut saya, Rintik Sedu mampu memainkan perasaan pembacanya melalui relativitas/perspektif pengalaman pembacanya hingga bisa senyum-senyum sendiri (termasuk saya) saat membaca buku ini -- hehe.
Bagi kalian yang mungkin maju mundur mau membeli dan membaca buku ini, cukup rekomen untuk mengisi waktu luang dengan bacaan ringan, apalagi kalian yang jadi backbuner (eh). Atau kalian bisa baca di websitenya Rintik Sedu MYTSKM terlebih dahulu, karena versi drafnya itu berisi point-point yang kurang lebih bakal lebih lebar ceritanya di bukunya, meskipun versi drafnya itu 'nggantung' ya hehe.
...Bagaimana caranya mengakhiri sesuatu yang tidak jelas dan bahkan belum pernah dimulai?...
buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang perempuan bernama Rani Mentari yang masih terjebak dengan perasaan masa lalunya. kesehariannya adalah seorang editor buku di sebuah perusahaan penerbitan. sampai akhirnya di satu kesempatan dia ditunjuk sebagai penulis untuk project kerjasama perusahaannya dengan sebuah brand parfum. sepanjang kegiatan sehari-harinya sampai saat struggle sekalipun dalam proses penulisan naskahnya, dia selalu ditemani seseorang yang selalu ada, bernama Surya Wijaya, yang mana adalah seorang pimpinan redaksi di perusahaan tempatnya bekerja. namun atasannya itu seringkali mengusik hidupnya, dan kehadirannya hanya dianggap sebagai rekan kerja saja atau boleh disebut "teman dekatnya", tidak lebih. karena bagi Rani, perasaan di masa lalunya masih belum usai dan tetap sama dengan orang lama. apakah dia akan selamanya terjebak dengan masa lalunya? atau justru orang yang selalu ada di masa sekarang lah yang akan menjadi pemenangnya? cari tahu sendiri dalam buku ini hehe.
novel ringan sebagai bacaan sekali duduk (tapi diriku mode slow reading huhuu ㅠㅠ) dengan konflik percintaan yang bisa saja dialami oleh setiap orang. sesekali merasa kesal dengan tokohnya, melting (karena perlakuan Surya), dan terharu baca kisahnya. selain itu, penulis juga menyisipkan informasi tentang gambaran dasar kegiatan seorang editor buku, juga bagaimana perusahaan penerbitan menyelesaikan setiap projectnya. overall selain dapat kisah romance nya, kita juga bisa dapat insight baru tentang dunia penerbitan buku.
selesai juga membaca Musim yang Tak Sempat Kita Miliki karya Rintik Sedu, dan jujur, ini adalah karya pertama Rintik Sedu yang aku baca.
Novel ini bercerita tentang Rani, seorang editor di penerbitan, yang sedang mengerjakan proyek besar dan justru harus berhadapan dengan masa lalunya. Bukan masa lalu yang penuh drama, melainkan hubungan dan kesempatan yang tidak pernah benar-benar sempat dimiliki.
Setting ceritanya terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dunia kerja. Proyek kreatif. Deadline. Keputusan-keputusan yang harus diambil ketika perasaan belum tentu siap. Semua terasa nyata dan mudah dibayangkan.
Sepanjang membaca, aku sempat greget juga dengan Rani yang rasanya lama sekali menangkap sinyal perasaan dari Surya. Tapi justru di situ aku merasa karakternya manusiawi. Tidak reaktif. Tidak impulsif. Rani lebih banyak berpikir, menimbang, dan membiarkan waktu bekerja lebih dulu.
Aku menyelesaikan buku ini dalam sekali duduk. Bukan karena ceritanya heboh atau penuh sensasi, tapi karena alurnya terasa dekat dan pelan-pelan menarik untuk diikuti.
Yang paling aku suka adalah bagaimana Rani menyelesaikan masa lalunya dan menutup proyek yang ia kerjakan. Caranya dewasa, tenang, dan tidak berisik. Ending-nya memberi rasa tuntas, tanpa perlu drama berlebihan.
Buku ini cocok untuk kamu yang masih memikirkan hubungan yang bahkan belum pernah benar-benar dimulai.
“Musim yang Tak Sempat Kita Miliki” itu rasanya seperti baca sesuatu yang… dekat banget sama kenyataan banyak orang: perempuan yang sering kali nggak sadar mana laki-laki yang betul-betul tulus mencintainya, karena terlalu fokus ngejar seseorang yang selalu ada di kepalanya.
Yang bikin kerasa adalah betapa mudahnya kita, terutama sebagai perempuan, mengabaikan orang yang benar-benar hadir dan berjuang. Kita pikir semua itu cuma candaan, perhatian kecil, atau hal-hal yang ‘nggak penting’. Padahal, seringnya justru di situlah ketulusan tinggal. Tapi kita baru ngeh setelah keduanya sama-sama pergi — yang dikejar menjauh, yang mengejar akhirnya lelah.
Untungnya, novel ini nggak ngasih kita luka yang terlalu dalam. Ending-nya bahagia — perempuan itu nggak kehilangan dua-duanya, tapi akhirnya memilih pria yang memang mencintainya dengan sepenuh hati. Rasanya kayak dikasih napas lega: “Oh, akhirnya dia sadar juga.”
Buat aku, buku ini semacam pengingat bahwa cinta yang tulus itu kadang hadir dalam bentuk yang sederhana banget, yang justru sering kita anggap remeh. Dan jujur aja, baca ini bikin aku ikut mikir ulang tentang perjalanan cinta sendiri — tentang bagaimana kita kadang melihat yang jauh, padahal kebahagiaan bisa saja datang dari arah yang nggak kita bayangkan.
Menurut saya buku MYTSKM adalah bacaan yang cukup ringan sekaligus related dengan kehidupan gen z sekarang. Tema yang diangkat di dalam buku ini begitu dekat dengan kehidupan para gen z akhir-akhir ini. Meskipun saya tidak terlalu relate dengan isi bukunya, tapi saya menikmati seluruh ceritanya. Buku ini bagi saya pribadi yang sudah seperempat abad hidup di bumi merupakan hiburan di kala waktu luang. Saya bisa bilang ini bacaan ringan karena saya sendiri merasa tidak begitu relate dan sudah melewati fase-fase hubungan yang 'kayaknya' seperti cerita di dalam buku ini. Hehe
Waktu pertama kali baca draft nya di website Rintik Sedu, saya langsung teringat dengan buku Kata. Si penulis sendiri pun juga sempat merasakan nostalgia buku Kata ketika menulis buku MYTSKM karena menurut saya memang ceritanya memiliki beberapa kesamaan.
Meromantisasi masa lalu. Terjebak oleh perasaannya sendiri. Memilih orang lama atau orang baru. Antara yang tidak jelas tapi dia suka, atau yang jelas tapi dia tidak suka. Ya, semacam itulah.
Ini tentang Rani seorang editor buku yang berkesempatan menjadi penulis untuk berkolaborasi perilisannya nanti bersama parfum Kowe. Surya, pemimpin redaksi yang dikenal teman-teman sekantornya sangat dekat dengan Rani itu sebenarnya memiliki perasaan lebih dengan Rani. Namun, Rani terjebak perasaan dengan Dipta teman kuliahnya dulu. Rani pikir, dia tidak akan pernah bertemu Dipta. Tapi suatu waktu, Tuhan mengizinkannya untuk bertemu Dipta dan profess tentang perasaannya.
Kisah ini sederhana, tapi penuh makna. Bagaimana cara Rani mencintai, melepas, dan menerima perasaan-perasaan yang datang, semua terasa penuh makna. Aku sendiri pernah di posisi persis saat Rani harus menghadapi Dipta. Rasanya... penasaran? Beli aja bukunya!
Aku memutuskan untuk beli buku ini karena relate sama ceritanya. Aku tim surya btw. Butuh waktu sekitar 6 hari untuk membacanya, tentu karena hecticnya perkuliahan. Menurutku termasuk novel ringan ya. Bisa dibaca sekali duduk. Baca 1 bab aja ngga cukup, kaya harus selesai saat itu juga wkwk seseru itu. Buku ini cocok untuk kaum backburner. Buku ini juga cocok untuk kamu yang masih gamon. Apalagi gamon dari hubungan yang nggak pernah dimulai.
Aku gamau spoiler, intinya adalah “mau orang lama atau orang baru, yang minang tetap sumatra barat”
Buku Rintik Sedu pertama yang aku baca dan memuaskan sih, mungkin karena bisa relate juga kali ya. At first, I don’t really like Surya because all he did seemed to be just some love bombing (?), and it make me realize maybe its true that some actions need to be supported with sincere words. Tapiiii, Surya bener-bener gak nyerah dan how can we found love this pure in real life??? Dia literally udah di tahap apa aja deh yang penting Rani bahagia. Well, Rani and Surya finally get the happy ending that they deserve
what a good storieessss!🥺 isi ceritanya mostly relate denganku hehe, makanya hanya membutuhkan 2 hari untukku menyelesaikan buku ini. endingnya pun melegakan, aku suka sekaliiiiiiii~
“Aku meyakini bahwa apa yang digariskan untuk selesai, ya sudah seharusnya selesai. Kalau kita paksakan untuk terus berlanjut, kita justru menghalangi apa yang seharusnya datang berikutnya. Jalan hidup yang seharusnya kita jalani, terhalang karena kita yang terus melihat ke belakang," — MYTSKM, Rintik Sedu
Gaya Plot yang cukup menarik, Cerita Flashback dibuat didalam sebuah Novel yang digarap. Menceritakan kembali kisah masa lalu yang belum selesai tapi menjadi sesuatu yang bernilai seperti novel. Kenangan masa lalu yang jadi cuan. Cinta tumbuh karena ter”biasa” bisa mengalahkan kenangan.
Akhir tahun pas lagi padet2nya kerja, nyempetin baca buku romance ringan kayak gini tuh bersyukur bangeeett jadi ngerasain senyam senyum sendiri. Terimakasih Tsanaaa terus berkarya yaa!