Jump to ratings and reviews
Rate this book

28 Detik

Rate this book
Kamu itu cewek paling aneh yang pernah kutemui.

Nyebelin, tapi bikin penasaran.
Cantik, tapi belagu.
Ngeselin, tapi pengin dijadiin pacar.

Sebenarnya, kamu ini terbuat dari apa, sih?

Kamu membuatku membangun harapan sekaligus meruntuhkannya. Seluruh impian yang sudah kubangun seumur hidup buyar seketika.

Hanya butuh waktu 28 detik untuk secangkir kopi yang nikmat. Tapi, untuk meraih hatimu? Berapa lama lagi harus kukorbankan egoku?

230 pages, Paperback

First published January 1, 2015

7 people are currently reading
68 people want to read

About the author

Ifa Inziati

3 books60 followers
Ifa Inziati lahir di Jakarta dan besar di Bekasi. Selesai kuliah Pendidikan IPA, dia sempat mengajar selama dua setengah tahun. Karya-karyanya memuat cerita kehidupan remaja serta dewasa muda, dan novel debutnya, 28 Detik, terbit dari hasil memenangkan juara pertama kompetisi menulis Passion Show dari Bentang Belia. Kini dia tinggal di Bandung bersama suami dan putrinya.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
7 (11%)
4 stars
34 (54%)
3 stars
18 (29%)
2 stars
3 (4%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 26 of 26 reviews
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
July 9, 2016
Kamu pernah membaca cerita yang dikisahkan oleh sebuah mesin pembuat kopi? Belum? Kamu perlu membaca yang satu ini.

Simoncelli, adalah nama sebuah mesin kopi di kafe KopiKasep. Setiap hari di tangan para barista, Candu dan Setya, Simoncelli bertugas menyiapkan kopi untuk pengunjung. Selain kedua barista itu, ada juga Sery, yang lebih banyak bertugas di kitchen, ada Winona yang selalu bertugas membersihkan ruangan, dan juga Nino yang lebih banyak diam di depan kasir.

Candu ini barista terkenal karena pernah mengikuti NBT (Nusantara Barista Tournament). Tapi dia memang ahli dalam membuat sajian kopi. Sementara Setya lebih banyak bertugas membuat latter art. Tahun ini Candu berniat untuk kembali mengikuti NBT. Dia sangat yakin akan menjadi pemenangnya.

Suatu hari KopiKasep kedatangan pengunjung baru bernama Rohan. Gadis ini unik. Dia mempunyai kemampuan sinestesia tipe grapheme to color. Dia bisa mengasosiasikan semua kata dalam bentuk warna. Rohan menjadi anak jenius karena kemampuannya itu. Rohan dititipkan oleh tantenya, Teh Cheryl, seorang langganan kafe itu. Kehadiran Rohan ternyata membuat Candu terusik.

Membaca novel ini mengingatkan saya pada The Various Flavours of Coffee - Rasa Cinta dalam Kopi karena bahasan tentang kopi di dalamnya. Saya juga teringat dengan Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade dengn sausana kafe dan para barista-nya. Tapi yang membuat novel ini unik adalah interaksi di antara para tokoh di dalamnya. Ada banyak cinta di udara yang butuh hinggap di hati para pekerja KopiKasep. Selain karena diceritakan oleh sebuah mesin kopi tentunya.

Saya suka dengan kesederhanaan ceritanya, tapi mengandung makna yang dalam. Candu mewakili sosok yang percaya bahwa keahlian itu adalah hasil latihan, dan bukan karena bakat. Sementara Rohan menggambarkan sosok remaja yang bingung dengan jati dirinya. Perpaduan kisah yang dibumbui oleh aroma kopi dan dialek Sunda sangat menarik untuk diikuti.

Buat para penimat kopi...bacalah buku yang satu ini.

Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
March 28, 2016
Perasaan setelah membaca: senang.

Bercerita tentang keseharian pegawai kafe KopiKasep di Bandung. Bisa dibilang, main character-nya adalah Candu, si barista berbakat yang punya rasa percaya diri selangit. Dunia Candu jungkir balik dengan kemunculan Rohan, si anak SMA genius yang.. umm.. apatis?

Saya suka sih baca kisah sederhana di mana para tokohnya menunjukkan passion mereka terkait pekerjaan. Maklum, saya sampai sekarang nggak tau passion saya apaan.

Yang bikin cerita ini tambah unik, POV-nya adalah POV mesin pembuat kopi, Simoncelli.

Review lengkap nantilah... Bukunya lagi dipinjam teman (dan kesiram air sampai keriting. Huwaaaa!!!)
Profile Image for Anisa Nurjanah.
6 reviews1 follower
January 22, 2015
As the promise I made, buku 28 detik akan jadi buku pertama yang saya baca dan saya review di tahun 2015. Banyak alasan yang membuat saya ga sabar untuk baca buku ini; pertama karena label "passion show" di sampul bukunya, karena ini menunjukkan bahwa buku ini bukan hanya sekedar cinta-cintaan yang giung dan melambungkan harapan tentang love life, tapi juga ada 'sesuatu' yang bisa saya dapat dari buku ini (yah setidaknya itu yang saya harapkan dan percayai sebelum membacanya). Kedua, tidak lain dan tidak bukan adalah gambar coffee grinder imut yang terpajang di bagian tengah sampul yang menandakan buku ini berputar di tema kopi.

Dan saya sungguh tidak kecewa.

Oh, kecuali oleh sinopsis di bagian belakang buku. Karena bagi saya sinopsis itu sangat jauh berbeda dengan kesan yang saya baca setelah membaca bukunya. Hanya paragraf keempat (kalau tidak salah) yang menurut saya sesuai dengan kesan yang saya dapat setelah membaca keseluruhan isi buku.

Buku ini sukses membuat saya percaya bahwa dalam dunia per-teenlit-an atau novel bernuansa romance, penulis tidak hanya bisa membuat cinta sebagai main course atau highlight utama dari sebuah cerita, tapi bisa dibuat menjadi sebuah toping yang membuatnya tidak terlalu manis. Persis seperti strawberry shortcake; you can not only find the sweetness, but also the sourness and creamy taste of the cake. Pas. Plotnya empuk dan ringan, dengan karakter-karakter yang kalau menurut saya 'iridescent', dimana di setiap interaksinya mengingatkan saya akan hangatnya suasana kelas di perkuliahan yang membuat saya kangen setengah mati. Setiap karakter begitu natural, tidak ada yang sempurna, semua memiliki kekurangan dan kelebihan, membuat saya melihat Candu, Satrya, Winona, Serry, Nino, Rohan, Teh Cheryl, Pak Jac, dan Uwin (tapi untuk yang satu ini saya agak kurang yakin :p) begitu manusiawi.

Sayangnya, penggambaran karakter yang kurang mendetail sejak awal membuat saya harus beberapa kali memperbaiki imajinasi saya tentang karakter-karakter yang ada seiring dengan bertambahnya bab yang saya baca. Seperti misalnya Rohan yang saya gambarkan mirip dengan artis yang memerankan tokoh Megumi di film Kenshin yang pada akhirnya saya tahu kalau matanya sama sekali tidak sipit dan tidak ada keturunan Jepangnya. Atau Satrya. Ini penting. Ifa, why.. just why on earth did you describe him as a-white-skin-toned-ikemen who looks like Korean stars? Just why..? See his name? Kurang seme apa? See his attitude to Winona or just how calm he is as he is the opposite of Candu? Just why oh why you described him as freakin' uke with ikemen face?!

Maaf, agak terbawa emosi.

Karena bagaimana pun, berapa kali pun saya baca buku ini, saya tidak bisa untuk tidak jatuh cinta sama Satrya.

Kalau di cetakan berikutnya, penggambaran Satrya berubah menjadi mas-mas seme dengan kulit coklat (ga perlu se-karamel Candu), dengan perawakan bak Ario Bayu atau mas Kenichi Matsuyama (terlepas dari kulit putihnya), I promise you I'll give you 5 stars *crossheart*

Kembali ke review, saya menyadari ada beberapa hal yang, menurut saya, begitu baru dan 'refreshing' dari buku ini. Penggunaan sudut pandang yang diambil dari benda mati. I mean, this is creativity to the whole new level! Membuat saya merasa Simoncelli sperti karakter hidup yang melengkapi cerita ini. And she nailed it! Selain itu, kalau kalian perhatikan, setiap judul dari mulai prolog hingga epilogue kalau menurut saya menjadi sebuah elemen yang tidak bisa lepas begitu saja dari keseluruhan cerita. Tentang perjalanan kopi dari mulai awal hingga sampai ritual setelah kopi tersebut habis diseruput. These two are my favourite parts of the novel itself.

Saya memang penggemar kopi, dan saya senang karena novel ini dapat mengajarkan saya beberapa istilah dalam dunia per-kopi-an lebih jauh lagi dengan berbagai istilah yang ada. Tapi sedikit footnote di bawah untuk menjelaskan arti dari berbagai istilah yang sedikit asing tentu tidak akan mengubah keindahan dari ceritanya itu sendiri. Tapi ya.. bagaimanapun, saya berpikir terlalu banyak footnote juga membuat novel ini menjadi seperti jurnal ilmiah dan tentu itu kurang baik. So, this is a kind of thing that should be worked out in your future books ;)

Melalui buku ini, Ifa mengajarkan saya tentang apa itu passion. Sesuatu yang sungguh saya cari sejak lama yang membuat saya merasa begitu hidup. Bagaimanapun, saya merasa sudut pandang Rohan yang begitu skeptis memandang hidup dan masa depan terlepas dari bakat yang dimiliknya dan "perjuangannya" dalam menentukkan masa depan, truthfully, I feel that she's really me. How could you slapping me hard by describing her as she is, Ifa? Rohan dan segala tentangnya membuat buku ini menjadi lebih spesial di hati saya.

Empat dari lima bintang, saya rasa pantas untuk didedikasikan pada buku ini.

Terakhir, yang patut digarisbawahi setelah saya selesai membaca buku ini:

Saya tidak sabar untuk berburu ke seluruh antero Bandung untuk mencari Simoncelli dan memeluknya (terlepas dari omelan dari Candu) karena sudah mengenalkannya akang dan teteh KopiKasep yang sanggup menghangatkan hati saya. Seperti segelas kopi yang menghangatkan saya sore ini :):)
Profile Image for Erin  F.
135 reviews1 follower
January 16, 2017
"That's why gue nggk percaya bakat. My talent is the passion. Bakat itu kita yang ciptain, bukan anugerah semerta-merta dari langit.'' Hlm. 33

28 Detik, awalnya aku tertarik dengan novel ini karena judulnya. Dan ternyata penulis berhasil membuatku jatuh cinta dari bab pertama. Plus dibawakan oleh orang ketiga berupa benda yaitu mesin kopi yang memiliki nama Simoncelli. Bukan pertama kalinya si aku baca cerita yang dikisahkan oleh benda mati, namun novel ini tetap memiliki keunikannya tersendiri karena Simoncelli seolah memiliki jiwa yang hidup seperti makhluk hidup lainnya.

Simoncelli, nama yang dibuat oleh Candu khusus untuk mesin kopi di tempatnya bekerja yaitu KopiKasep. Tidak hanya sekedar nama, Candu sering kali bercerita banyak hal pada Simoncelli alias curhat. Hobi anehnya yang suka ngomong sendiri dengan mesin sering membuat Winona yang bertugas sebagai pelayan di KopiKasep kerap kali membuat mereka adu mulut. Tapi itu justru menjadi hiburan tersendiri bagi Sery yang bertugas di dapur dan Satrya yang juga seorang barista sama seperti Candu. Btw, Satrya ini harus mengalami cinta bertepuk sebelah tangan pada Winona loh.

Sebenarnya hobi aneh Candu yang memberi nama pada mesin kopi tersebut karena Nino yang bertugas sebagai kasir juga promosi KopiKasep di internet. Sebenarnya yang aneh di sini Nino karena dialah yang pertama memberi nama pada benda-benda kesayangannya. Ditambah sifat-nya yang pendiam membuatnya semakin misterius. Eits, tunggu dulu justru dibalik ke-misteriusannya dia ini tipe cowok yang mampu bertindak dengan bijak.

"Kamu nggk mungkin tahu apa itu lenyap kalau tidak pernah menemukannya sejak awal. Kamu boleh sadar kalau kamu cinta saat itu ada, tapi kesadaran saat tiada itu, seperti panah yang melesat dari jauh dan menusuk kepala. Tak terdengar, hanya langsung sakit.'' Hlm. 188

KopiKasep memiliki pelanggan tetap salah satunya adalah seorang wanita bernama Teh Cheryl. Kehadiran Teh Cheryl dengan keponakannya bernama Rohan mengubah suasana KopiKasep. Anak SMA yang memiliki kemampuan sinestesia, tidak menyukai kopi ini menarik perhatian Candu. Membuat Sery merasa tersaingi karena dia memiliki perasaan khusus pada Candu.

Sinestesia yang dimiliki Rohan ini mampu melihat warna dari kata atau benda yang dilihatnya. Tidak heran jika Rohan jadi anak jenius. Sayangnya karena kelebihannya itulah yang membuat Rohan belum tahu akan jadi apa di masa depan. Dia ingin seperti orang-orang yang berusaha mewujudkan impiannya dengan kekuatan sendiri, bukan karena bakat yang dimiliki. Melihat semangat Candu yang menggebu dengan pekerjaannya tersebut membuat Rohan ingin bertukar otak dengan Barista tersebut.

Candu memang bukanlah Barista biasa, dia memiliki nama setelah mengikuti Nusantara Barista Tournament (NBT) dan tahun ini pun dia mengikuti lagi ajang bergengsi tersebut. Bahkan jika Candu lolos jadi juara 1 dia akan di sekolahkan ke Amerika oleh bos-nya, pemilik KopiKasep. Sayangnya disaat selangka lagi Candu meraih kemenangan, semuanya tidak berjalan lancar karena ulah Rohan. Membuat Candu kecewa berat dan suasana di KopiKasep berubah kelam. Tidak ada lagi pertengkarana antara Candu dan Winona. Tidak ada lagi sesi curhat Candu pada Simoncelli.

Apa yang terjadi sebenarnya? Temukan kelanjutan cerita Simoncelli di novelnya langsung. Simoncelli pasti akan membuat kalian jatuh cinta. Setidaknya itu yang aku rasakan dari sebuah mesin kopi.

Novel ini mengangkat kisah romance secara luas, bagaimana kita menghargai benda-benda yang dimiliki maupun yang ada di sekitar kita, memberi kehangatan pada orang-orang yang ada di sekitar kita dengan selalu memberi semangat, dan jika kesulitan menentukan masa depan cobalah pikirkan apa yang menjadi passion kita karena mungkin passion itulah yang justru akan membuat kita semakin mengerti tentang arti cita-cita dan perjuangan.

"You are the sinner! You talk nonsense giving the hopeles imagination to a person who's badly in search for one? You-you said that you don't need talent at all, passion is what makes you, but now, you see. Passion makes you blind and accuse someone else!'' Hlm. 174

Overall, aku sangat terhibur dengan novel ini. Kalau kamu percaya bakat itu bisa kita ciptakan sendiri.

4* of 5* untuk 28 Detik
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
March 16, 2015
Sebagai penulis pendatang baru, dengan karya yang bisa dibilang masih di situ-situ aja, Ifa Inziati sudah mampu cukup stand out di tengah banyaknya karya baru dari penulis baru di toko buku sekarang. Menyuguhkan kisah tentang persahabatan, semangat meraih cita-cita dan tentu saja, menemukan passion dalam hidup, kisah ini layak dibaca karena bahasanya yang ringan, sesuai dengan target sasaran pembacanya. Satu hal yang terasa kurang menonjol bagi saya pribadi adalah tentang filosofi di balik judul 28 Detik itu tadi. Saya berharal ketika awal membacanya, akan ada lebih banyak penuturan tersirat dalam judul tersebut. Di samping kisahnya yang juga menarik untuk diikuti, semua detail tentang pembuatan kopi, suasana coffee shop yang dinamai KopiKasep pun juga menjadi daya tarik dari buku ini. Saya membayangkan dengan asyik ketika penulis menceritakan tentang tahap demi tahap cara seorang barrista membuat kopi dan menyuguhkannya. Saya pikir pada akhirnya, jika dibilang, Filosofi Kopi punya Dee adalah sebuah karya sastra tentang kopi yang menarik, 28 Detik bisa menjadi karya populer tentang kopi yang digemari bagi remaja dan dewasa muda pada umumnya.
Profile Image for Linda♥.
349 reviews
December 30, 2021
"For me, coffee is not just a drink—it's a class, a personality."

Never thought this would be a page-turning book, soalnya pas awal baca agak bingung, eh ternyata ceritanya disampaikan melalui sudut pandang sebuah mesin kopi bernama Simoncelli. xD

Jadi, Simoncelli disini bercerita tentang kisah para pegawai di KopiKasep, terutama berfokus pada Candu, barista yang paling hebat dari sudut pandang si Simon. Gimana bersemangatnya si Candu ini setiap kali membuat pesanan kopi, dan gimana si Candu yang awalnya cuma ada kopi dimatanya tiba-tiba tertarik dengan seorang Rohan, anak SMA keponakan Teh Cheryl yang sinestesia dari lahir. Gak cuma itu aja dong, di sini Simon juga bercerita soal Satrya yang udah lama sayang ama si Winona.. soal Seri yang udah lama sayang sama Candu tapi Candunya gak pernah peka.. dan soal Nino si muka lempeng di meja kasir.

Overall, I really like the idea of this book being spoken from a different perspective. Kesannya kita tuh kayak diam-diam nguping segala hal yang ada di KopiKasep tanpa sepengetahuan siapa pun. Berhubung aku juga suka kopi, aku jadi say yes deh untuk buku ini. It's always satifying to read books about coffee, or cafe, or.. about book itself. Jadi, meski buku ini bukanlah buku favorit bintang 5, aku masih mau rekomendasiin buku ini buat kalian yang suka kopi dan pengen baca buku yang ringan-ringan aja~
Profile Image for Bookish Dungeon.
105 reviews
December 24, 2021
Novel 28 Detik, menceritakan Simoncelli-sebuah mesin kopi kedai KopiKasep-yang menyaksikan banyaknya peristiwa yang terjadi di kedai kopi tersebut. Mulai dari peristiwa rutinitas, persiapan lomba, bahkan romansa para karyawannya pun tak luput dari penglihatan Simoncelli.

Novel ini sungguh unik. Penulisannya saja menggunakan sudut pandang benda mati, yaitu Simoncelli. Gimana nggak tercengang aku ketika membacanya? Sangat out the box sekali. Bahkan detil-detil penggambaran kedai kopi (mulai dari alat hingga bahan baku tertera sangat jelas, bahkan menjadikan pengetahuan baru tentang dunia kopi). Pemberian judul per-babnya juga unik, menggunakan langkah-langkah pembuatan kopi. Simple tapi unik.

Mengenai alurnya, tidak kalah jauh berbeda dengan novel pada umumnya tentang romansa, dikhianati dan sebuah alasan melakukan hal licik. Tapi cara pendeskripsiannya melalui sudut pandang Simoncelli yang membuat novel ini beda.

Profile Image for Biya.
8 reviews
June 8, 2022
Buku ini keren banget karena membuat pembacanya yang tidak tahu dan suka kopi menjadi banyak pengetahuan tentang biji berwarna hitam itu. Selain itu, tema yang diangkat mengenai bakat, semangat, dan kemampuan sangat menarik!! Aku suka sekali membacanya karena sekaligus menambah wawasan luas mengenai korelasi ketiga kata tersebut. Namun memang, menurutku di awal cukup membosankan. Di awal, alurnya agak lambat. Meskipun begitu, cerita ini sangat menarik ketika sudah masuk ke konflik dan pengemasan character development yang menurutku sangat apik!

Buku ini sudah kubaca dua kali, dan kali kedua ini aku menghabiskannya kurang dari seminggu berdasarkan kondisi dan hasil review yang sudah aku jelaskan di atas.
Profile Image for generosity.
1 review
August 19, 2021
buku ini bagus, kisah nya ngga cuma di ambil di sudut pandang manusia aja. tapi dari mesin yg juga menemani setiap pekerjaan mereka. cerita nya seru! ngga ngebosenin tpi sayang nya cuma sedikit banget part nya:((( aku enjoy baca ini, cerita nya mampu membuatku merasa ikut melihat kejadian nya di depan mataku. Rohan! she's a great women, i like her. ia berhasil mengambil perhatian candu yg hanya seputar kopi, menjadi setengah miliknyaa. ahh ini seruuu andai bisa lebih banyak lagi part nya. wish u luck, ka ifa❤️❤️
Profile Image for Dini Prastyadi.
4 reviews
January 9, 2024
Memakai 3 POV omniscient dari sebuah benda mati–Simoncelli, sebuah mesin kopi yang mengamati semua hal yang terjadi di KopiKasep, novel ini memberikan sesuatu yang fresh.

A delightful no brainer novel yang bisa dibaca dalam sekali duduk. Secara keseluruhan, novel ini menyenangkan dan ringan. Meskipun agak sedikit cliche, tapi aku cukup menikmati.
Profile Image for Iyeel Laks.
1 review
November 8, 2018
Bagus dan ringan buat dibaca tapi untuk sebagian orang yg menyukai konflik yg "berat" novel ini tidak disarankan.
Profile Image for Aqila.
3 reviews
October 2, 2022
Ceritanya menarik. Romance yang lumayan unik antara Candu sama Rohan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Berryl Senna.
2 reviews
February 20, 2023
Unik banget, pov nya dari benda mati. Ceritanya cukup ringan dan manis cocok untuk dibaca sekali duduk dan berulang kali
Profile Image for Viktoria.
135 reviews1 follower
January 18, 2015
Hanya dengan 28 detik pertama, saya sudah jatuh cinta pada buku ini karena buku ini: unik.

Ya, unik & kreatif karena penulis memakai sudut pandang pertama yang nggak biasa: sudut pandang sebuah mesin espresso. Haha, penasaran? ;)

Nggak cuma itu yang bikin jatuh cinta.
Bagaimana si "mesin espresso" ini melihat dan menceritakan yang terjadi terasa nyata banget. Sampai-sampai saya sering tak sadar kalau tokoh ‘aku’ di novel ini adalah sebuah mesin espresso dan bikin saya seperti menyaksikan di kedai kopinya langsung (ah ya, setting ceritanya di kedai kopi di kawasan Bandung).
Kalaupun kemudian sadar ini hanya cerita, kok rasanya kehidupan di kedai kopi ini memang based on true story.


***review lengkap: http://noteabook.blogspot.com/2015/01...


Dan saya baru sadar ternyata ceritanya mengenai passion.

Salah satu tokohnya, Rohan, galau jurusan. Ia sinestesia—cepat menghapal, dan melihat benda-benda atau huruf menjadi sebuah warna—tapi bingung jurusan apa yang cocok sama keadaannya itu. Rohan sebenarnya jago di bidang fisika, tapi ia tak tahu apa "kejagoannya" itu murni karena bakatnya yang cepat menghapal rumus atau karena ia memang "suka" fisika.

“...karena aku cuma nggak mau menyesal sudah masuk pilihan yang salah. Percuma kalau bertahun-tahun hanya diisi dengan hafalan. Dari TK sampai kuliah, tidak ada ilmu yang diserap.”


Tapi lalu tokoh lainnya, Candu, barista ahli di kedai kopi itu, percaya bahwa tanpa bakat ia bisa sukses. Hanya dengan semangat dan kerja keras. Asal semangat tetap ada, tak hilang, ia bisa sukses.

“That’s why gue nggak percaya bakat. My talent is the passion.”



Overall, saya puas! Suka banget sama pemilihan sudut pandangnya yang kreatif, detail-detail kecil tapi tidak membosankan, serta ‘pengemasan’ novel dengan ilustrasi-ilustrasi sebagai daya tarik dan bantuan imajinasi.

Jadi, silakan bagi kamu yang sedang galau jurusan, bingung bakat atau passion-mu di mana, atau kamu punya impian dan passion tapi kamu kehilangan semangatmu itu........ mungkin setelah baca ini akan ada pencerahan.

“Bakat istimewa kamu, pasti juga ada hubungannya dengan jalan yang kamu tempuh. Tenang saja.”

Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
April 1, 2015
“That’s why gue gak nggak percaya bakat. My talent is the passion. Bakat itu kita yang ciptain, bukan anugerah semerta-merta dari langit.”—28 Detik, hlm. 33


Semuanya bermula dari keangkuhan Candu, seorang barista berbakat yang berambisi untuk menang NBT (Nusantara Barista Tournament). Candu tidak sendiri. Ditemani mesin kopi hebat bernama Simoncelli, juga keempat staf lainnya di KopiKasep, mereka meramu dan menyiasati strategi baru untuk merebut hati para juri.

Candu tidak pernah percaya dengan bakat yang serta-merta datang dari langit. Siang malam ia jalani untuk berlatih dan meracik kopi dengan kombinasi terbaik. Tuas-tuas Simoncelli ditarik untuk menciptakan aroma hebat yang akan menguar dari bibir cangkir. Hingga suatu kali KopiKasep kedatangan seorang perempuan muda bernama Rohan.

Rohan bisa jadi hanya keponakan Teh Cheryl, yang merupakan pelanggan setia KopiKasep. Tapi kemampuan Rohan dan kejeniusannya tak ayal menarik minat Candu. Jika Candu percaya dengan kerja keras dan semangat juangnya, Rohan percaya dengan bakat.


“Mau tidak tukar semangat Anda dengan bakat saya?”—28 Detik, hlm. 27



Candu sempat tertegun dengan kata-kata Rohan yang berani. Namun, apa mau dikata, Rohan memang berkata dengan bukti. Ia punya kemampuan hebat dalam menelaah kata, kalau di benak Candu kata adalah sebuah kata, Rohan punya kemampuan untuk mengubah kata menjadi warna dalam benaknya.

Sesungguhnya mana yang lebih penting dalam sebuah keberhasilan? Bakat atau semangat dan kerja keras?




Nyaris beberapa baris, saya ingin membocorkan plotnya hingga ke bab terakhir. Ups. Tapi, mungkin cerita ini akan lebih seru kalau ditelaah sendiri ya? Kalau sedikit menilik ke covernya yang sangat menarik, orang pasti bertanya-tanya, apa sih hubungan kopi dengan “28 Detik”? Kok gak ada kesinambungannya? Tapi, sesungguhnya 28 detik sendiri memang disebutkan di dalam novel Ifa Inziati, walau memang kurang bumbu filosofi yang kuat. “28 Detik” punya “sesuatu” dan “keunikan” tersendiri lho dalam ideologi ceritanya.




Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...
Profile Image for Elsa Puspita.
Author 10 books44 followers
July 28, 2015
Temanya lucu. Cara nulisnya pun, ngambil sudut pandang sebuah mesin kopi. Suka sama pembagian karakter para tokoh yang "adil", jadi gak cuma tokoh utama aja yg jelas. Ngebayangin bakal seru banget kerja di kafe sama Candu, Winona, Satrya, Sery, sama Nino. Oh! Jangan lupain Simoncelli ~

Saya naksir Nino, anyway. Tipikal geek kalem yg ngegemesin gitu. Hahahahaha

Jalan ceritanya sendiri simpel, tapi observasi tentang kopinya dapet banget. Bikin saya jadi pengin naksir barista lagi. *abaikan*

Jadi pengin punya Simoncelli satu :))
Profile Image for Aghnia.
30 reviews1 follower
February 21, 2015
Setelah baca buku ini, saya jadi pengen minum macem-macem kopi. :p
Sweet pisan, hehe. Page turner, enak dibacanya, passion, romance, sama nasehatnya juga dapet.
Ah. Mau abang Satrya-nya satu, boleh? XD Pengen bisa kayak Rohan, juga :")
32 reviews
February 27, 2016
3,5! Ifa jago mengambil ide dan konflik di novel ini. Sesuai temanya mengenai 'Passion', novel ini memang sangat cocok. Setiap membaca halaman demi halaman membuat saya ingin ke kedai kopi dan memesan kopi.
Profile Image for Nidos.
300 reviews77 followers
November 29, 2016
I tried, for almost two months. But I just couldn't feel it. Also the blurb and the cover could've been better. Who is dat? Where is Simoncelli?

Sorry, Ifa. Two stars.
Profile Image for Chiquita Pasaribu.
69 reviews
January 22, 2017
buku pertama yg aku baca dengan sudut pandang sebuah benda mati. tidak banyak konflik pada cerita.
Displaying 1 - 26 of 26 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.