Jump to ratings and reviews
Rate this book

Alok

Rate this book
Pertiwi kehilangan Santoso, kakaknya yang ditelan Laut Selatan. Terlalu cepat, jauh sebelum waktunya. Dalam duka, Pertiwi menemukan dirinya memiliki kemampuan gaib yang menghubungkannya dengan dunia yang berbeda. Kemampuan yang menuntunnya dalam tahun-tahun pencarian sisa jasad kakaknya, juga untuk mengenal diri dan keluarganya.

Santoso adalah satu dari nama yang bertambah, dan bertambah, yang kemudian menjadi angka, dan dunia terus saja berjalan. Namun bagi Pertiwi—dan semua yang ditinggalkan—mereka yang pergi lebih dari sekadar nama, apalagi angka. Mereka tetap melekat sebagai rindu, pendambaan, dan cerita yang belum dituturkan.

Dengan alunan gending dari masa lalu
dan bisikan dari ruang tak kasat mata,
Arie Saptaji mengajak kita untuk menyimak cerita mereka dengan lebih dekat, lebih saksama.

139 pages, Paperback

Published November 30, 2025

1 person is currently reading
21 people want to read

About the author

Arie Saptaji

9 books6 followers
Menulis adalah minat utamanya. Telah menulis 30 judul buku. Di ranah fiksi, ia telah menerbitkan dua kumpulan cerpen, yaitu Never Be Alone (2005) dan Lintasan Cinta (2007), serta Trilogi Temanggung yang terdiri atas Warrior (2005/2020), Dalam Rinai Hujan (2012/2020), dan Temanggung, Yogyakarta (2020). Novelanya Alok (2025) diterbitkan POST Press.

Selain menulis, ia juga menerjemahkan, mengedit naskah, dan menerima layanan penulisan secara ghostwriting.

Ia aktif melakukan pelatihan penulisan dan mengembangkan metode ART (Amati, Renungkan, Tuliskan). Pelatihan pernah diadakan di Yogyakarta, Jakarta, Bandung (Jabar), Purwokerto, Solo, Temanggung, Muntilan, Salatiga, Semarang, Pati (Jateng), Surabaya (Jatim), Palu (Sulteng), Sibolangit, Medan (Sumut), Wewewa Tengah, dan Lewa (NTT).

Tulisannya terbit di media cetak dan online, seperti Kompas, Renungan Harian, Detik, Beritagar, Mojok, Alinea, dan Liturgia. Ia pemimpin redaksi Renungan Harian (2012-2016) dan anggota tim pengelola Renungan Anak Footprints.

Ia mengembangkan kanal ART Dunia Literasi di
https://www.youtube.com/ArieSaptajiYk

Penghargaan yang pernah diperolehnya:
1. Surat Terbuka untuk Marlina - Pemenang Lomba Penulisan Kritik Film dalam Apresiasi Film Indonesia 2018 (Pusbang Film Kemdikbud).
2. Sila Pancasila dalam Drama Sebuah Keluarga - Nomine Lomba Penulisan Kritik Film dalam Apresiasi Film Indonesia 2018 (Pusbang Film Kemdikbud).
3. Bagaimana Menafsirkan Pancasila Secara Kreatif - 10 Besar Artikel (Opini) Kategori Umum dalam Lomba Apresiasi Pendidikan 2018 (Kemdikbud).
4. Balada Televisi Rusak - Kelompok Terbaik II Lomba Penulisan Artikel Feature Sekolah Dasar 2017 (Kemdikbud).
5. Maskumambang - pemenang penghargaan dalam Sayembara Mengarang Cerpen femina 2006.
6. Keluarga Kecilku - hadiah penghargaan dalam Lomba Cipta Puisi HUT I Fordisastra 2006.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
7 (38%)
4 stars
9 (50%)
3 stars
2 (11%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 8 of 8 reviews
Profile Image for Irma Setiani.
82 reviews10 followers
December 4, 2025
Aku suka sekali novela ini. Mengangkat peristiwa duka, budaya jawa, serta spritualitas dengan gaya bahasa yang puitis. Novela ini bercerita dengan tenang, sederhana, mengalir dengan susunan kalimatnya yang indah dibaca. Dengan ketenangan bercerita itu, aku masih bisa merasakan juga makna duka yang ingin disampaikan, sekaligus merasakan berada di tempat dan kondisi yang digambarkan dalam novela.
Profile Image for Maudy.
136 reviews5 followers
December 26, 2025
never in my life I’ve read something that mixes grief and Javanese culture, this was super fresh and interesting to read. I love everything in it unfolds in a non-chronological-way, it was beautiful. there is beauty in the rich and simplistic words that he uses. the pauses, the rhymes, and the atmosphere — I can feel the blue
Profile Image for Rakhmad Permana.
10 reviews
December 1, 2025
"Tiap duka meminta dikelola dengan ketabahan dan keikhlasan masing-masing."

Saat pertama kali membaca judul novela ini, sebenarnya bayangan saya masih kabur. Saya belum tahu, Alok ini artinya ungkapan, nama tokohnya atau siapa/apa?
Saya juga tak menemukan penjelasan soal Alok di sinopsinya.
Hingga akhirnya, kemarin saya hadir di Post Santa untuk menjemput Alok dan meminta penulisnya, Om Arie Saptaji untuk membubuhkan tanda tangannya. Saya datang tiba-tiba tanpa mengabari Om Arie meskipun saya menyimpan nomor WA-nya. Maklum, biasanya kalau berharap datang, malah seringnya tidak bisa jumpa--persis seperti tahun 2018 silam.
Buku sudah di tangan. Baru ketika mulai membacanya, saya mulai ngeh. Ternyata Alok begitu dekat dengan saya. Alok adalah kata yang kerap diucapkan ibu saya. Wonge wes alok, orangnya sudah komen/protes. Alok artinya kurang lebih seperti itu.
Halaman demi halaman terus saya nikmati. Gaya bertutur Om Arie begitu sederhana, puitis dan nJawani. Struktur kalimat-kalimatnya boleh dibilang eksploratif, serupa puisi. Tapi ia tak kehilangan nafas untuk mengelaborasi ceritanya. Tak banyak fiksi yang bisa melakukan hal serupa.
Tema duka dan spiritualisme Jawa dalam Alok pun diantarkan dengan sangat asyik dan enteng saja. Alok mengajak pembacanya untuk terus memaknai ulang arti dari berduka lewat kisah Pertiwi yang kehilangan kakaknya, ayahnya...
Ada beberapa nuansa yang membuat novela ini terasa Arie Saptaji banget. Misalnya saya menemukan lagu Tunggak Jati dari Koes Plus, Kolam Renang Umbang Tirta hingga obrolan soal film.
Ringkasnya, Alok adalah buku tipis yang sangat layak untuk disimak. Dengan tema soal duka, Alok terasa relevan untuk dibaca di masa-masa ketika duka menyeruak menyelimuti negeri ini.
Profile Image for Ruth.
4 reviews
December 1, 2025
Menyusuri kata per kata di Alok bagaikan mendengar lantunan tembang yang diiringi oleh gamelan, lirih dan magis. Kisah ini seakan menyedotku ke dalam pusaran air, tenggelam dalam duka dan pencarian yang dialami oleh Pertiwi. Membaca novela ini merupakan pengalaman yang katarsis, seperti sedang berjalan sendirian di tepi pantai selatan, memandang jauh ke ufuk langit ditemani deburan ombak yang bergemuruh.

Matur sembah nuwun, Pak Arie. Berkah dalem.
Profile Image for ninis.
95 reviews7 followers
December 14, 2025
Membaca ini di perjalanan pulang setelah dua tahun ini mengelola duka yang pasang surut, rasanya buku ini terasa dekat, terutama ucapan "Sugeng kondur--Selamat pulang". Sayangnya, aku adalah Wening yang menghindari duka sebisa mungkin--karena tidak tahu bagaimana mengelolanya. Aku sangat suka pendekatan Mas Arie yang menghormati duka, menuturkan hubungan tentang keluarga, dan menyampaikan pesan dengan sopan melalui tokoh-tokohnya (misalnya, dibandingkan "Kenapa", coba tanyakan, "Untuk apa").

Sebuah novela yang hangat untuk memeluk kehilangan. Sebuah buku yang mengajariku hal-hal yang tidak aku lihat. Terima kasih untuk cerita ini, Mas Arie!
Profile Image for Sunarko KasmiRa.
293 reviews6 followers
December 26, 2025
Alok karya Arie Saptaji, merupakan sebuah novella yang bercerita tentang Pratiwi seorang perempuan, adik dan juga keluarga yang melalui proses panjang untuk merawat percaya, melakukan pencarian dan memproses duka atas kehilangan sosok kakaknya, Santoso. Selayaknya seseorang memproses sebuah duka Pratiwi pun melewati fase-fase tidak mengenakan itu, terlebih apa yang keluarganya (pada akhirnya juga dirinya) percayai bahwa hilangnya sang kakak berkaitan dengan sang penguasa laut selatan yang digdaya dan termasyur kisahnya dikalangan masyarakat umum. Sebetulnya banyak sekali celah atau alasan bagi Pratiwi menyerah, namun dari sekian banyak pilihan tersebut, ia memilih berusaha untuk mencari titik terang atas hilangnya sang kakak.

Bagi saya, pembaca yang juga berasal dari Jawa dan memiliki orang tua yang masih tradisional, yang dalam beberapa hal sering kali mengaitkan hal-hal yang terjadi disekitar kami itu erat atau setidaknya berhubungan dengan hal yang kasat mata dan gaib. Membaca Alok, saya seolah me-recall memori masa kecil yang beberapa diantaranya diceritakan dalam buku ini. Bagaimana hal-hal tak kasat mata itu memang benar ada disekitar kita, hanya saja apakah kita diizinkan untuk boleh mengetahui atau tidak. Saya disini bukan sedang menanggalkan rasionalitas, sebaliknya hal-hal semacam itu hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang peka dan bersedia membuka diri, lahir batin.

Sebagai penegasan, membaca Alok bukanlah upaya untuk menjadi musyrik. Buat saya, buku ini menunjukkan betapa kaya dan majemuknya khasanah budaya lokal di Indonesia. Dan melalui Alok, salah satu dari sekian banyak tersebut bisa menjangkau banyak pembaca. Selain itu, selain lokalitas yang diangkat dalam buku ini, masih banyak hal baik yang bisa kita petik melalui buku ini.
Displaying 1 - 8 of 8 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.