Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
“Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu. Ternyata dia pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.

Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada.
Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya. “Baru kemarin ikat rambut favoritku hilang.”

“Bukan gitu, aku cuma mau pin—”

Nonsense!” cetus Sarah.

Yunita menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”


Usaha Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tidak bisa berhenti mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya, prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya. Namun Tiana tetap tak mampu mengendalikan jari-jarinya.

224 pages, Paperback

First published March 16, 2015

8 people are currently reading
286 people want to read

About the author

Nel Falisha

3 books26 followers
Nel Falisha lahir di Jakarta dan tumbuh besar di Bali. Ia sangat suka membaca, sampai-sampai di rumahnya ada perpustakaan dengan rak-rak dan kardus-kardus yang terisi penuh dengan berbagai jenis buku. Koleksinya beragam dari novel, komik, sampai majalah. Ia tak pernah melalui satu hari pun tanpa membaca.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
40 (25%)
4 stars
82 (51%)
3 stars
34 (21%)
2 stars
3 (1%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 77 reviews
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews847 followers
February 4, 2016
Nel Falisha
Rust in Pieces
Ice Cube Publishing
8.4 (Best Book)

Whoa! Look at those stars I've given!

Saya udah pernah bilang di salah satu grup, yang kebetulan salah satu anggotanya juga lolos seleksi naskah YARN, kalau YARN ini punya cerita dengan premis-premis yang seru. Saya sudah biasa dengan YA bule, dengan masalah-masalah remaja nyata yang lumayan pelik dan berat, dan saya sebenarnya mengharapkan kebangkitan YA lokal, dengan masalah remaja lokal yang serius dan tidak picisan, seperti yang sudah-sudah. Beberapa lini cerita terbaru, seperti Young Adult di GPU atau YARN di IceCube, ini seperti menjawab kerinduan saya.

Sudah lama saya tidak sesenang membaca YA lokal seperti ini.

Rust In Pieces menceritakan Tiana yang populer ketika masa SMP, tetapi ia dikucilkan oleh teman-temannya karena ketahuan mengutil. Akibatnya, Tiana merasa minder dan berpikiran negatif dan memutuskan untuk masuk ke SMA yang tidak terkenal untuk menghindari teman-temannya. Namun, sepertinya Tiana tidak bisa mendapat kedamaian. Ia bertemu dengan Stefan, seorang cowok yang suka kepo, tetapi tampan, yang memergoki aksi Tiana. Ada Dinda, teman SMP Tiana yang dulu juga ikut membenci Tiana karena ketahuan mengutil. Ada Sherry, si cewek tomboy yang diam-diam suka memperhatikan tingkah Tiana. Dan ada Ardhan, cowok yang cuek dan ceplas-ceplos.

Rust In Pieces mengangkat satu tema yang sudah lumayan sering diangkat dalam cerita remaja: kleptomania. Namun, Nel Falisha menuliskan cerita ini dengan sangat baik, didukung dengan riset-riset yang memadai, serta karakter-karakter yang luar biasa menyenangkan. Latar Bali-nya juga terasa segar dan ditulis dengan sangat baik. Sekali lagi saya ulangi, sudah lama sekali saya tidak membaca cerita YA lokal yang menyenangkan seperti saat ini.

Narasinya lancar, konfliknya dieksekusi dengan baik, ending-nya memuaskan. Well, apalagi yang bisa saya keluhkan? Semoga dengan adanya lini-lini semacam YARN ini, genre YA ini tidak dianggap remeh. Remaja memiliki permasalahan mereka sendiri, yang mungkin juga belum tentu bisa ditanggung oleh orang dewasa sekalipun.
Profile Image for Tifany.
676 reviews15 followers
July 5, 2020
3

please be aware that :
• this review was written on nov 8th, 2015 by my 17-year-old self



Alasanku membeli buku ini awalnya karena cover bukunya yang unik dengan ilustrasi tangan-tangan di sekitar cover-nya. Dan aku kira buku ini adalah salah satu buku dengan cerita yang cukup menakutkan. Tapi, ternyata tidak dan itu membuatku sangat lega karena aku (bisa dibilang) bakalan takut kalau baca buku dengan creepy story.

“…tapi aku tahu kamu mau sembuh. Aku tahu kamu selalu ngelawan. Tapi semuanya sia-sia kalau kamu menolak dibantu sama ahlinya.”


Buku ini berkisah tentang seorang gadis bernama Tiana. Karena dia tergolong gadis populer di sekolahnya, dia akan melakukan apa saja untuk mempertahankan posisinya itu dan buruknya, hal itu menuntunnya untuk melakukan sesuatu yang akan merusak masa depannya, mengutil.

Sejak saat hari itu, hari dimana ia disuruh mengutil, Tiana menjadi terobsesi untuk terus mengutil. Tangannya seperti tidak bisa dihentikan untuk melakukan perbuatan tersebut. Walaupun Tiana tidak ingin, ia merasa seolah ia perlu melakukan hal tersebut. Dan suatu hari, Tiana ketahuan mengutil. Dia pun dijauhi oleh teman-temannya dan hal itu membuatnya malu dan kecewa akan dirinya sendiri.

“Bukan karena kamu gila, tapi karena kamu juga nggak mau untuk terus-terusan ngutil. Tapi kamu masih dikaruniai akal. Kamu harus bersyukur karena kalau kamu mau, kamu bisa sadar soal penyakitmu. Kamu bisa minta pertolongan. Kamu bisa sembuh.”


Oleh karena itu, saat SMA, di memilih untuk masuk SMA yang tidak terkenal dan jauh dari jangkauan teman-teman SMP nya. Dia berusaha keras untuk tidak mengutil dan tidak bersosialisasi karena dia takut dia akan dijauhi teman-temannya lagi atau yang lebih buruk, ia akan mengutil barang teman-temannya sendiri.

Tapi, hal buruk sepertinya tidak berhenti datang. Dinda, salah satu temannya sewaktu SMP, mulai mendekatinya. Begitu juga dengan Stefan, teman sekelasnya yang selalu ingin tahu tentang segala hal, serta Ardhan dan Sherry.

Jujur, aku sangat terkejut ketika benar-benar mengetahui tentang isi cerita ini. Dan bisa dibilang, aku menyukainya. Kenapa? Karena aku melihat, sangat jarang ada novel yang memuat tentang mental illness sebagai tema utama. Aku suka bagaimana Tiana berusaha keras untuk melawannya penyakit mengutilnya tersebut dan bagaimana teman-temannya yang juga membantu Tiana melawannya.

Hal lain yang membuatku dapat menikmati novel ini adalah gaya penulisannya. Gaya penulisan Nel Falisha cukup bagus dan terbilang enteng. Dan hal itu juga yang membuatku dapat menyelesaikannya dalam 1 hari saja.

“Kita berjuang, ya. Kita sama-sama berjuang.”


Tokoh-tokoh yang ada di novel ini juga bisa dibilang cukup sampai aku menemukan Ardhan. Ardhan menjadi satu-satunya tokoh favoritku karena (entah kenapa) dia lucu. Aksinya yang berusaha mendekati Tiana itu adalah salah satu momen terlucu yang aku baca dari buku ini.

Overall, aku sangat suka tema yang dibahas di buku ini. Aku harap kedepannya novel dengan tema seperti ini akan lebih banyak terbit di Indonesia.
Profile Image for raafi.
917 reviews449 followers
December 27, 2015
Akhirnya, aku masih bisa menikmati satu buku lagi di pengujung tahun 2015. Sedikit khawatir kalau-kalau, seperti akhir tahun lalu, aku tidak fokus dalam membaca. Memang butuh usaha lebih, setelah mencoba berganti-ganti judul, buku inilah yang sukses kuselesaikan.

Buku yang menarik, informatif, dan inspiratif. Ada bagian yang membuatku benar-benar menitikkan air mata. Penulis sungguh bisa membuat pembaca berempati pada tokoh utama. Gaya bahasa yang ringan sangat cocok untuk remaja-remaja tanggung--macam aku. *digetok*

Dan latar Pulau Bali-nya sungguh menyegarkan. Membuatku ingin berkunjung ke sana, lagi.

Ulasan lengkapnya: http://bibliough.blogspot.co.id/2015/...
2 reviews1 follower
March 24, 2015
Buku yang berbeda dari buku bergenre sejenis. Banyak nilai-nilai hidup yang dapat dipelajari. Perjuangan Tiana sangat mengharukan dan menarik diikuti. Tokoh-tokoh lain juga sangat berkesan. Two thumbs up!
Profile Image for Sheila.
5 reviews9 followers
May 1, 2015
Tidak banyak novel young adult Indonesia yang mampu mengangkat konflik psikologis yang dialami tokohnya dengan realistis. Kebanyakan menitikberatkan pada same old romance formula I could care less about. Namun, Rust in Pieces mengambil rute berbeda. Novel ini mengajak pembacanya mendalami sisi rentan jiwa Tiana Angelita, siswi SMA yang kehilangan teman serta kepercayaan diri sejak tertangkap mengutil. Kleptomania yang diidap Tiana tidak digunakan sebagai plot device kacangan. Gangguan jiwa ini adalah hantu yang nyata bagi Tiana—cobaan yang harus berani dihadapi Tiana jika dia tidak ingin kehilangan dirinya lebih jauh lagi.

Rust in Pieces ditulis dengan gaya yang langsung, padat, dan tegas. Bersama Tiana, penulis memperkenalkan Stefan, seorang cowok SMA yang terkenal supel (yang lantas dijuluki kepo karenanya). Stefan yang sejak awal menaruh perhatian pada Tiana, tergerak untuk membantu Tiana keluar dari permasalahannya. Jalinan persahabatan beda karakter sejak dulu adalah salah satu hal favorit saya dalam dunia fiksi, dan persahabatan Tiana dan Stefan dijabarkan dengan terang-benderang oleh penulis.

Tak hanya itu, the author really did their research. Kegelisahan dan ketakutan Tiana sebagai penderita digambarkan dengan gamblang. Hadirnya dua tokoh penting lain yaitu Ardhan dan Sherry juga membantu kita 'mendukung' Tiana dari berbagai sisi: bahwa dia lebih kuat dari godaan suara-suara di kepalanya.

Profile Image for MAILA.
482 reviews121 followers
July 22, 2016
KESUKAAAN11111ONEEE1111!!!!


eksekusi mantap. topik sangat relate dengan lingkungan sekitar. jalan cerita asyik. latar lokasi juga menarik,Bali, tempat yang lagi pengen saya datengi.

pada beberapa hal saya agak kurang nyambung sih. maksudnya, kenapa gak latar tempatnya di jakarta aja gitu. kan anak kota jakarta ''kayaknya'' lebih masuk akal untuk memiliki penyakit begini. tapi dipikir cukup bagus juga sih,. jadi tau tentang beberapa tempat di Bali.

sehabis baca ini saya langsung kirim line ke salah satu sahabat SMA saya yang ''kebetulan'' dapet beasiswa di udayana. udah 3 tahun merencanakan liburan kesana gak jadi mulu. Saya langsung suruh dia cari buku ini dan saya kasih banyak spoiler. trus kita jadi nostalgia gitu karena ''kebetulan'' lagi, kita pernah punya teman yang begini. dan saya dulu pengen bantu tapi gak pernah bisa karena dia menutup diri.

saya merekomendasikan ini dibaca oleh orang sih. ini salah satu buku terbaik yang saya baca tahun ini.

eh, ada 1 yang ganjel. beberapa nama tokohnya nggak ke-bali-bali-an-banget. jadi pas baca saya kadang membayangkan lokasinya di jakarta atau bandung kemudian tersadar kalau lokasinya di bali.

ya begitulah~
Profile Image for Dian Achdiani.
207 reviews26 followers
March 31, 2015
Suka dengan seri YARN ini. Cerita remaja yang engga dipenuhi cinta melulu. Sudah membaca dua bukunya, dan ya, isinya emang membumi. Kehidupan sehari-hari.

Bukunya Nel ini berkisah tentang Tiana, anak penyandang masalah klepto. Ketahuan saat SMP dan karenanya harus memilih SMA yang bukan favorit. Satu karena tidak banyak teman SMP-nya masuk SMA itu, dan kedua karena nilai-nilai ujian SMP-nya hancur berantakan.

Di SMA yang baru ini tak ada yang tahu kalau dia kleptomania. Apa memang begitu? Ternyata ada satu anak SMP-nya yang masuk ke SMA-nya ini, dan anak itu mengenalinya!

Apa dunia mendadak kiamat? Belum lagi ada Stefan, anak kepo yang terus-menerus membuntuti, nanya ini-itu. Ada Sherry yang misterius. Ada Ardhan yang cuek...

Senang membaca langkah-langkah Tiana tertatih, berjuang menyembuhkan penyakitnya.

Oya Nel, bilangin pada Stefan, di Bandung kalau mau masuk Psikolog UNPAD, SMA-nya justru harus IPA lho. Untung dia di Bali XD

Baydewey, ambu engga teliti sih sebenernya, tapi di hlm 192, 'Sanggah pamerajan' dan 'padmasana' serta 'pelinggih' apa mending di-italic aja?

Pendeknya, seneng baca buku ini. Untung belinya online, jadi engga pake acara nyasar ke buku anak atau misteri XD

#pelukTiana #pelukStefan #pelukArdhan #pelukSherry #pelukMamaTiana dan tentu saja #pelukNel
Profile Image for Dinur A..
254 reviews97 followers
January 6, 2019
Surprisingly good, loved it!

Karakter-karakternya lebih kuat dibanding beberapa YARN yg udh pernah saya baca sebelumnya. Dan ini pertama kalinya sejak sekian lama saya bisa suka sama kedua tokoh cowoknya. Dua-duanya cute dgn cara yg beda. Suka juga karena romance-nya ga nonjol sama sekali, bahkan sampe akhir ga ada yg jelas, tp bukan karena miss, tapi lebih ke realistis aja sih, nggak semua romance di kehidupan nyata ada juntrungannya.

Dan apa yg terjadi sama Dinda itu bisa dipahami, ga semua kisah punya akhir dimana semua tokohnya mampu ngebuang ego masing-masing. Nggak ada hidup yg perfect. Saya suka deh pokoknya. Novel ini sesuai dengan claim-nya, "realistic".

So light, so warm, so cute.
Profile Image for Kamal.
22 reviews1 follower
April 20, 2015
Aksi tantangan menguntil Tiana dan teman-temannya di saat SMP menimbulkan ketagihan. Tanpa sadar Tiana suka mengutil. Dia tidak bisa mengendalikan jari-jarinya.

Ulasan lebih lengkap mengenai novel ini bisa dibaca di sini:

https://sukaresensibuku.wordpress.com...
Profile Image for Eva.
Author 24 books121 followers
August 9, 2015
Salah satu novel remaja terbaik yang pernah saya baca.
Selain dapet banyak pengetahuan yang disampaikan dengan sangat baik, ceritanya menyentuh dan realistis. Penulisannya rapi, konfliknya tajam, dialognya enak, narasi bagus.
Rekomendasi untuk dibaca seluruh remaja ^_^
Profile Image for Fikriah Azhari.
345 reviews137 followers
June 13, 2016
Judul : Rust in Pieces
Penulis : Nel Falisha
Penerbit : Ice Cube Publisher
Terbit : Cetakan pertama, Maret 2015
Tebal : v + 244 halaman
Penyunting : Anida Nurrahmi
Perancang Sampul dan Isi : Deborah Aamadis Mawa
ISBN : 978-979-91-0833-3
Blurb :
“Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu. Ternyata dia pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.
Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada. Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya. “Baru kemarin ikat rambut favoritku hilang.”
“Bukan gitu, aku cuma mau pin—”
“Nonsense!” cetus Sarah.
Yunita menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”
Usaha Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tidak bisa berhenti mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya, prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya. Namun Tiana tetap tak mampu mengendalikan jari-jarinya


Adalah Tiana Angelita, gadis yang termasuk kalangan 'pendiam' di SMA Tunas Mulia. Ia terkesan pendiam dan sangat jarang berinteraksi dengan orang-orang di sekolah bahkan teman kelasnya sendiri. Namun, tidak ada yang tahu bahwa ternyata Tiana adalah salah satu siswi yang cukup populer saat SMP dulu.

Ada sesuatu pada Tiana yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang, ada sesuatu di masalalunya yang selalu terngiang-ngiang di pikirannya, dan ada sesuatu yang masih ada di dirinya sampai saat ini yang membuatnya memilih untuk menjadi dirinya yang pendiam dan terlihat aneh di depan teman-temannya.

Di hari pertama SMA, saat mendapatkan giliran untuk memperkenalkan diri di depan kelas, Tiana malah muntah. Entah mengapa, dia tak sanggup untuk berbicara banyak kepada orang lain apalagi jika harus berbicara di depan kelas.

Hari demi hari berlalu, guru Sosiologi yaitu Bu Laksmi memberikan tugas kelompok berpasangan kepada para siswa dengan tema ' Fenomena yang Mempengaruhi Kemasyarakatan'. Tania pun hanya bisa mengepal tangannya saat mendengar ucapan bu Laksmi, ia sangat benci presentasi dan tugas kelompok. Siswa-siswa lain mulai ribut mencari pasangan untuk diajak mengerjakan tugas tersebut, ada yang berpasangan dengan teman sebelah meja, dan ada juga yang berdiri untuk mencari partner yang cocok, namun Tiana tetap pada tempatnya, gugup memperhatikan sekelilingnya yang seakan tak menyadari kehadirannya...

Ini adalah novel keempat dari seri YARN sekaligus novel kedua dari seri tersebut yang saya baca. Sebelumnya, saya telah membaca Remedy karya Biondy Alfian. Kalau saya perhatikan sih ya, seri YARN ini mengangkat tema anak sekolahan ya? Remedy dan Rust in Pieces sendiri berkisah tentang masalah kehidupan anak SMA.

Ayo kita mulai membahas cover novel ini. Cover dengan warna gelap dan seorang anak perempuan dengan tatapan yang err... juga tangan-tangan di pinggir cover membuat cover novel ini terkesan horor gitu, tapi covernya cocok kok, bisa menggambarkan isi dari novel ini.

Blurb, lagi-lagi YARN membuat saya penasaran dari Blurbnya, blurb dari Rust in Pieces ini diawali dengan percakapan antara Sarah, Yunita, dan Tiana lalu kemudian sedikit cerita bahwa Tiana saat SMP yang cukup populer sampai akhirnya dia ketahuan menguntil oleh teman-teman klub pemandu sorak. Lalu kemudian juga menceritakan sedikit karakter teman-teman SMA Tiana. Tidak lupa juga dengan Tiana yang tak dapat mengendalikan jari-jarinya. Oke, blurbnya keren dan membuat saya penasaran, dari blurb ini kita dibuat penasaran dengan apa yang membuat Tiana menguntil? lalu apa maksud dari Tiana yang nggak bisa mengendalikan jari-jarinya.

Prolog, di sini Prolognya semacam flashback ke masa SMP nya Tiana dan di prolog ini kita akan menemukan awal atau mungkin bisa dikatakan 'penyebab' munculnya sikap Tiana yang membuatnya tak bisa mengendalikan diri untuk selalu menguntil. Prolognya juga ngebuat kita penasaran sih, di prolog ini kita juga berjumpa dengan teman-teman SMP Tiana, yaitu Sarah dan Yunita.

Karakter, bicara soal karakter sih ya pastinya udah tahu dong kalau karakter utama novel ini adalah Tiana? Tiana di sini digambarkan sebagai gadis pendiam dan sedikit 'aneh', dia itu benci banget ngobrol banyak apalagi di tengah-tengah keramaian kayak di depan kelas, Tiana juga semacam menghindar dari teman yang ingin bicara dengannya ya emang sih dia semacam anti sosial gitu. Juga ada Stefan si 'kepo' yang ngajakin Tiana sekelompok buat tugas Sosiologi, ada Ardhan yang sedikit nakal dengan rambut pirang namun cerdas. Ada Dinda yang merupan teman SMP Tiana yang juga sempat menjauhinya namun sekarang malah berusaha mendekati Tiana, ada Sherry si murid tomboi misterius yang selalu memperhatikan Tiana dari jauh. Kalau saya sendiri sih karakter favoritnya Stefan :D.

Isi cerita,Alur dan Plot, Alurnya sih maju ya tapi nggak jarang juga ada flashback untuk memperjelas cerita. Cara penulis membawakan cerita sangat rapi dan bahasa yang digunakan juga mudah dicerna, penjabaran lokasi dan terapi pengobatannya juga sangat detail, apakah penulis melakukan riset khusus untuk novel ini? Latar lokasinya sendiri di Bali ya, sama seperti tempat penulis di besarkan.
Saya cuma nemuin dua typo di novel ini, yaitu pada halaman 196, di situ dituliskan "ekpresinya" yang seharusnya "ekspresinya". Typo kedua masih di halaman 196, yaitu pada kata "utntuk" yang harusnya "untuk". Entahlah kalau masih ada, tapi say cuma nemuin dua typo itu.
Ceritanya juga saya suka, banyak kejutan yang disuguhkan, juga masih ada unsur romancenya sih tapi romancenya sedikit aja sih.

Ending, jujur saya agak kecewa sama endingnya. Saya rasa masih ada yang mengganjal gitu, sedikit nggak puas,mungkin harusnya ditambahkan epilog untuk novel ini, atau mungkin tambahan bab lagi? atau itu disebabkan karena nggak mau pisah sama karakter novel ini? Pas baca endingnya cuma bisa mikir "Loh? udah selesai? nggak ada epilognya gitu._.? atau tambahan bab? rasanya masih ada yang ngeganjal deh.". Saya suka banget sama novel ini, rasanya ngalir gitu ceritanya, enak dibaca juga, pantas dikasih 5 bintang, tapi karena endingnya, saya malah ngurangin satu bintang hoho:(.

Tapi novel ini asli memang keren banget sih, saya belajar beberapa hal dari novel ini ^^

Review ini juga saya posting di blog : http://fikriah-bookaddict.blogspot.co...
Profile Image for Rettania.
Author 5 books14 followers
April 16, 2015
(Originally posted in: http://rettania.com/2015/04/16/309/)

Masa remaja adalah masanya pencarian jati diri. Keinginan untuk diterima dan diakui, tak jarang membuat seorang remaja rela melakukan sesuatu yang di luar norma, meski hal itu juga berlawanan dengan kata hatinya.

Hal ini yang menjadi salah satu tema dalam Rust in Pieces; salah satu dari Young Adult Realistic Novel (YARN) karya Nel Falisha yang bercerita mengenai Tiana dan perjuangannya melawan monster dalam dirinya yang membuatnya ketagihan mengutil.

Plot

Di awal cerita, kita ditunjukkan awal mula "monster" yang menggerogoti hidup Tiana pertama kali terpicu. Tantangan mengutil yang harus dijalani Tiana demi mempertahankan posisinya di geng anak populer di SMP-nya adalah awal dari segalanya. Siapa menyangka, mengutil cokelat di mini market bisa membangkitkan monster dalam diri Tiana--monster yang bernama Kleptomania.

Sejak itu, Tiana berulang kali mengutil hingga akhirnya, ia ketahuan oleh teman-temannya di klub pemandu sorak. Usai sudah hidup Tiana sebagai anak populer di sekolahnya. Yang ada, dia menjadi bulan-bulanan. Karena itu, Tiana memilih untuk masuk ke SMA yang jauh dari SMP-nya dulu. Jauh dari teman-teman yang mengetahui rahasianya tersebut.

Tiana yang dulu gaul, suka menari dan populer, berubah menjadi sosok yang pendiam dan menarik diri dari pergaulan. Di SMA, Tiana memilih untuk selalu menunduk dan sebisa mungkin tidak bicara dengan orang lain. Ia memilih menyendiri, supaya tidak ada orang yang tahu mengenai dirinya.

Tapi, apakah semudah itu? Ada Stefan, teman sekelasnya yang ganteng, ramah, dan disukai banyak cewe--tapi kepo setengah mati terhadap Tiana. Ada Ardhan, cowok yang terkesan bandel dan cuek tapi malah mencoba mengajaknya bicara. Lalu Sherry, cewek tomboi yang disegani siswi lain dan digosipkan sering berkelahi dengan kakak kelas, yang sering mengawasi Tiana diam-diam. Lalu ada Dinda yang pernah satu SMP dengannya dan pasti tahu tentang rahasianya.

Tiana memang gagal menjalani kehidupan yang 'tenang' tanpa dihiraukan oleh orang lain. Tapi, di sekolahnya inilah dia menemukan orang-orang yang menjadi sumber kekuatannya untuk berjuang, meski tertatih-tatih, untuk melawan monster dalam dirinya.

Penulisan dan Penokohan

Dalam novel ini, Nel menggunakan bahasa yang mengalir dan mudah dicerna, meski beberapa dari kalimatnya masih terasa agak canggung. Mungkin, karena terbiasa menulis dalam bahasa Inggris. Saya menangkap beberapa ekspresi yang lazim digunakan dalam penulisan berbahasa Inggris, tetapi menjadi sedikit canggung dalam bahasa Indonesia. Tapi selain itu, gaya penulisan Nel sudah sangat baik dan bisa dinikmati.

Yang paling saya suka dari buku ini adalah penokohannya. Terasa sangat realistis dan dekat dengan kehidupan. Relatable, lovable. Tiana yang super introvert tergambar dengan baik di buku ini. Segala kekhawatirannya akan penolakan orangtua dan teman-temannya terasa nyata.

Saya juga suka dengan perkembangan hubungan Tiana dengan orangtuanya, terutama dengan Mamanya. Penerimaan yang bertahap terasa jauh lebih realistis mengingat karakter Mama yang selalu mengharapkan anaknya menjadi yang terbaik. Bahkan, saya sempat hampir menangis terharu membaca adegan antara Tiana dengan Mama :')

Dalam Rust in Pieces, kita juga bisa melihat bahwa Nel melakukan risetnya dengan baik. Dia tidak hanya menceritakan perjuangan Tiana dari segi sosial, tapi sampai sesi terapi dengan Psikolog dan Psikiater pun digambarkan dengan cukup rinci. Ini juga yang saya sukai dari novel ini. Gangguan psikologis seringkali masih dianggap tabu untuk dibicarakan. Akibatnya, banyak penderita yang membutuhkan bantuan profesional, enggan untuk pergi berkonsultasi. Saya senang karena buku ini membawa pesan yang mengatakan bahwa it's okay to admit that you're sick. That you need help. It's okay to SEEK professional help for things that you can't control.

Keseluruhan

Meski memiliki genre Young Adult, Rust in Pieces bisa dibaca oleh siapa saja, termasuk yang usianya lebih dewasa. Ada banyak hal yang bisa diambil dari kisah Tiana; tentang persahabatan, keluarga, kebersamaan, hingga permasalahn yang banyak dihadapi remaja: peer pressure, dan seberapa besar hal ini dapat mempengaruhi mereka. Nilai-nilai dalam kisah ini disampaikan dengan jujur dan tulus, tanpa terasa menggurui. A very recommended read!
Profile Image for D. Wijaya.
Author 2 books35 followers
October 5, 2015
Pernah dengar istilah kleptomania atau klepto? Pernah ngatain orang klepto atau punya teman penderita kleptomania yang kalian ejek klepto? Berpikir kalau kleptomania dan maling itu sama? Kalau kalian menjawab pertanyaan di atas meski hanya dengan satu "ya", maka buku ini untuk kalian. Kalau kalian menjawab semuanya dengan "tidak", yah kalian tetap boleh baca buku ini kok. :D

Dengan judul Rust in Pieces, buku seri YARN yang satu ini menceritakan tentang perjuangan Tiana bangkit dari penyakit kleptomania yang merongrongnya dari dalam, yang kemudian menjadikannya seorang gadis yang gagap sosial (ini istilah yang aku buat sendiri :P). Ia pertama kali ketahuan mengutil saat SMP. Karena malu, ia pindah sekolah sewaktu SMA. Niatnya, sih supaya gak ada orang yang mengenalinya, supaya ia bisa menjalani hidupnya dengan lebih tenang. Tapi, apa daya Tiana—salah satu teman SMPnya juga pindah ke SMA yang sama. Seakan itu belum cukup membuat Tiana waswas setiap saat, Tiana juga masih harus menghadapi Stefan yang gigih banget mengurusi Tiana. Akankah Tiana berhasil bangkit dan membunuh monster kleptomania dalam kepalanya? Temukan jawabannya di novel setebal 224 halaman ini. *dengan nada bicara Fenny Rose dan bibir yang dimonyong-monyongkan secara dramatis*

Oke, seperti biasa, aku akan mulai dari poin plus novel ini.

1. Yang paling aku acungi jempol adalah riset penulis tentang terapi yang dijalani Tiana. Menurutku penulis berhasil melakukan riset sehingga bagian terapi Tiana tidak terasa seperti tempelan.

2. Persahabatannya terasa, terutama antara Tiana dan Stefan. Stefan ini meski dibilang kepo, tapi dia care banget. Aku suka semua adegan sewaktu Tiana berinteraksi dengan Stefan.

3. Pengetahuan tentang kleptomania yang diselipkan oleh penulis membuat aku jadi tahu kalau kleptomania itu sebuah penyakit dan kleptomania itu beda dengan maling.

4. Latar belakang sampai Tiana ketagihan mengutil itu pas.

5. Aku sempat terharu sewaktu mamanya Tiana minta maaf ke Tiana. :')


Selanjutnya, mari ke poin minusnya :


1. Terlalu banyak tokoh pendukung. Yang paling 'mengganggu' itu Sherry. Bukan, bukan karena dia bitchy atau apa. Hanya saja karakter Sherry ini 'lemah'. Side-story-nya juga cuma sekilas aja. Menurutku, sekalipun Sherry ini 'dihilangkan', ceritanya juga tidak akan berubah banyak.

2. Mungkin masih ada hubungannya dengan poin pertama. Karena terlalu banyak tokoh pendukung, perasaan Ardhan pun terasa cuma lewat aja.

3. Perjuangan Tiana melawan monster kleptomania kurang terasa, gak seperti perjuangan Nina di Perfection (kalau aku boleh membandingkan). Perjuangan Tiana kayak melempem setelah dia ikut terapi. Penulis cuma menjelaskan kalau Tiana pernah berhasil tidak mengutil dengan menahan napas sampai dadanya terasa sakit. Mungkin akan lebih baik kalau ada satu adegan di mana Tiana terombang-ambing antara mengutil atau tidak, kepalanya pusing, tapi tangannya gatal sekali ingin mengutil, lalu dia teringat pada perkataan si psikolog, lalu ia menahan napas sampai dadanya sakit dan akhirnya dia tidak mengutil, lalu ia merasa senang luar biasa dan bercerita kepada Stefan dan orangtuanya, dst, dst. Eh, tunggu, gak ada adegan seperti itu kan? Atau aku melewatkannya? Ternyata aku memang melewatkannya. The blame is on my bad memory.


Itu aja, sih. Sebenarnya 3,5 bintang, tapi aku bulatkan ke bawah.

Direkomendasikan untuk kalian yang ingin memandang kleptomania dari sisi yang berbeda.

P.S : ini random thought aja, sih. Ada gak, ya YARN yang bercerita tentang kecanduan obat-obatan? :)
Profile Image for Biondy.
Author 9 books233 followers
April 14, 2015
Judul: Rust in Pieces
Penulis: Nel Falisha
Penerbit: Ice Cube Publisher
Halaman: 224 halaman
Terbitan: Maret 2015

“Pantas belakangan ini pernak-pernikku hilang satu-satu. Ternyata dia pelakunya!” Sarah menunjuk-nunjuk ke arah Tiana.

Yunita memicingkan mata dan melipat lengan di depan dada. Pom-pom merah jambu tergeletak di kakinya. “Baru kemarin ikat rambut favoritku hilang.”

“Bukan gitu, aku cuma mau pin—”

“Nonsense!” cetus Sarah.

Yunita menyeringai puas. “Kamu klepto, Ti.”

Usaha Tiana mempertahankan popularitas di SMP sia-sia setelah aksi mengutilnya dipergoki teman-teman di klub pemandu sorak. Tak hanya didepak dari klub, ia juga harus menerima julukan Miss K alias Miss Klepto hingga lulus sekolah. Namun Tiana tidak bisa berhenti mengutil. Ia frustrasi dan memutuskan untuk menghindar dari teman-teman lamanya dengan memilih SMA yang berbeda. Sayangnya, prediksi Tiana meleset. Masih ada Dinda yang di SMP dulu ikut memusuhinya setelah aib Tiana terbongkar. Ada Stefan yang terkenal kepo dan tahu ada yang tak beres dengan Tiana. Ada Sherry yang sering memperhatikan Tiana dari jauh. Ada Ardhan yang cuek tapi berani bicara frontal. Semua orang tampaknya mencurigai tindak-tanduk Tiana. Tiana pun sadar ada yang salah dengan dirinya. Namun Tiana tetap tak mampu mengendalikan jari-jarinya.

Review

Setelah saya perhatikan baik-baik kovernya, rasanya saya paham kenapa buku ini sampai bisa nyasar ke bagian novel horor. Warnanya gelap, gambar ceweknya agak-agak gotik (bukan Zaskia Gotik tapi), dan ada banyak gambar tangan yang memenuhi tepian kover. Ya, kovernya jadi terkesan novel horor gitu :)).

Ya, kalau dipikir-pikir, ceritanya memang 'horor' sih. Horor untuk Tiana yang hidupnya berantakan karena keinginan mengutil yang tidak bisa dia kendalikan. Rasanya ini pertama kalinya saya baca novel yang mengangkat tema kleptomania. Kalau cerita tentang remaja mengutil karena tekanan sosial, saya sih sudah pernah baca sebelumnya. Tapi kalau sampai masuk ke penyakit kayak gini, rasanya baru di "Rust in Pieces".

Btw, saya suka sama judulnya. Permainan kata yang bagus.

Saya suka sama plotnya. Kayaknya penulis meriset dengan detail. Sampai ke proses terapinya pun ada di sini. Saya juga suka dengan hubungan yang Tiana bangun dengan orang-orang di sekitarnya. Saya paling suka sih sama perubahan orang tuanya Tiana, khususnya ibunya Tiana.

Untuk hubungan antar karakternya, saya merasa beberapa agak nanggung. Seperti hubungan antara Tiana dengan Sherry dan Tiana dengan Ardhan. Khususnya dengan Sherry sih. Awalnya kupikir akan ada sesuatu yang mengejutkan di antara mereka, tapi ternyata....

Secara keseluruhan, saya suka sama novel ini. Tema ceritanya unik, karakter-karakternya likeable, dan penyelesaiannya juga oke.

Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Young Adult Reading Challenge
- 2015 New Authors Reading Challenge
- 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
- 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge
Profile Image for Henny Triana.
5 reviews
March 31, 2015
I have just finished reading Rust in Pieces. Personally, I think it's a light and easy to read novel, but with a very meaningful and powerful message behind it.

Junior and Senior Highschool can be tough, especially for finding that true friends. Popularity always overshadows the sanity of teens, and they often do the unthinkable things; like stealing. The pressure of being a part of a popular group usually does not end well for some teens, just like Tiana.

Therefore, teenagers these days definitely need to read this kind of novel, where they can learn so much, other than turning into someone that they are not, just to fit in. Always be true to yourself, because when you do find that special friends that love you for who you are, they surely can be your friends for LIFE. :)

Job Well done, Nel Falisha! Looking forward to read your next novel! 
Profile Image for Dewi Sulistyawati.
3 reviews
April 18, 2015
Novel yang bagus, ringan, dan mudah dimengerti. Banyak makna dan hikmah yg bisa di dapat dari Rust in Pieces ini. 5 bintang!
Profile Image for Rain.
106 reviews18 followers
April 17, 2015
dulu pernah satu kost sama anak yg suka ngutil, kami nyebut dia itu klepto tapi setelah baca buku ini jd bisa ngebedain mana yg klepto & mana yg maling beneran hehe
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
April 12, 2019
Keseluruhan cerita nya oke dan tema yang di angkat juga jarang banget nemu di buku-buku lokal yang membahas mental illness atau psikologi. Endingnya juga ngingetin waktu baca A untuk Amanda.
146 reviews
June 3, 2015
Novel yang seru. Menguliti hidup seorang yang punya kelainan kejiwaan yang di ambi dari sudut pandang ke tiga cukup menarik saya untuk menuntaskan buku ini. Buku dengan tema yang mengejutkan, mengambil bahasan yang beda dan jarang. Ditulis cantik dan apik, penggambaran tokoh Tiana feel gregetnya dapat, saya suka sebal kalau Tiana (pada awal) pesimis dan negativ thingking mulu. eksekusi endingnya lumayan, tapi saya agak kecewa aja sama kisah percintaan Tiana, gemes dan pengen cubit pipi Ardhan. Komposisinya juga pas,antara scene serius dan hanya pelengkapnya.

Soal sampul, saya suka penggambaran klepto yang diilustrasikan tangan-tangan juga gambar cewe yang menyembunyikan sesuatu.

Saya suka dengan novel ini, nilai moralnya seabrek dan buat saya jadi keinget bullying yang kayaknya abadi -_- persoalan yang nggak pernah absen setiap harinya, mau dunia nyata atau pun tidak nyata, bullying pasti ada aja, dan kepesimisan si korban yang jadi kerugiannya, kalau saja si korban mau membenah diri, semuanya akan teratasi tapi kalau uddah trauma akut? emang susah, tapi coba aja dulu. Begitulah kira-kira Tiana, awal baca ini saya heran, penulisnya keren amat kepikiran sama klepto, ide yang fresh gitu ya, soalnya selama ini saya baru baca buku tentang kelainan kejiwaan kayak gini, buat saya, ini keren, ngambil topik yang beda, apa lagi nilai moralnya beuh, cocok buat anak labil. Awalnya emang agak suram sih saya bacanya, tapi makin ke klimaks semuanya jadi enak dibaca.Eh saya juga heran ada orang sebaik Stefan, nanti kalau baper gimana ituu >,<

Scene yang paling saya suka adalah ketika Ardhan--karakter favorit saya <3-- memergoki Tiana dan mengajaknya ke kafe, asik aja sekaligus manis gituwkkw

Mungkin pembawaannya aja kali ya yang harus dipoles dikit biar bukunya renyah. Nantikan uasan lengkapnya di http://Kamoreviewblog.blogspot.com
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews86 followers
June 25, 2015
Novel ini mengisahkan mengenai Tiana. Dulunya dia seorang remaja yang punya banyak teman, termasuk dalam geng populer disekolahnya, tetapi semua berubah sejak Tiana ketahuan mengutil saat SMP. Tiana pun disisihkan oleh teman-temannya.

Tiana pun memutuskan untuk bersekolah di SMA yang tidak terkenal, SMA yang tidak mungkin dilirik oleh teman-teman SMPnya dulu. Sayangnya, keinginan Tiana hanyalah khayalan. Tiana bertemu lagi dengan Dinda, teman SMPnya dan entah kenapa Dinda seakan ingin sekali dekat dengannya.

Tetapi Tiana sudah bukanlah Tiana yang dulu lagi. Tiana terlalu takut teman-teman SMAnya tahu akan dirinya yang suka mengutil. Apalagi kebiasaannya itu tetap masih berlanjut. Tiana seakan tidak bisa membendung keinginan untuk "mencuri" ketika dia datang. Padahal barang-barang itu pun bukanlah barang-barang yang diinginkannya, tetapi ada rasa puas ketika berhasil mendapatkannya.

Tiana pun malah didekati oleh Stefan, teman sekolahnya yang selalu ingin tahu. Stefan pula yang akhirnya berhasil membujuk Tiana untuk mendapatkan pertolongan dari ahlinya.Tiana yang awalnya ragu pun, akhirnya mau untuk berobat, karena tidak mungkin selamanya Tiana akan seperti ini terus.

Tetapi ketika Tiana sedang berusaha untuk sembuh, tetap saja keinginan itu terus datang. Berhasilkah Tiana? Apalagi ada sosok Dinda, dan teman-teman lainnya yang seakan tahu rahasianya.

Novel debut yang cukup mengalir. Novel ini sukses menceritakan mengenai seorang remaja yang menderita "kleptomania" karena lingkungan. Bagaimana seorang kleptomania perlu pertolongan, bukan dijauhi.

Nice debut =)
Profile Image for Autmn Reader.
877 reviews90 followers
June 24, 2024
Actual ratinh 4,75

Waaah It's so good and soooooo pahe turning. Awalnya aku tuh baca beberapa halaman tapi mager. Eh pas udah lanjut bab 2 ternyata seru juga.

Bukunya teras nyata banget dan saah satu tema yang jarang diangkat. Biasanya, mental health yang sering diangkat kan semacam self-harm, skizof, Bulimia, dkk. Dan di sini yang diangkat adalah klepto. OCD juga sih, tapi OCD-nya bukan klepto yang diangkat, tapi yang kek lebih pemuja perfeksionis (btw iya perfeksionis bukan OCD, tapi mksdnya yg semacam itu, lho. Yg misal ngitungin kunci rumah ada berapa, dsb).

Nah makanya pas baca ini, wah klepto, gimana nih? Menarik juga. Aku juga dapet insight baru soal klepto. Jadi inget dulu temen aku yg ktanya tukang curi uang. Ktanya sih klepto. Tapi di cerita ini dibahas kalau ada aja pencuri beneran yg ngaku-ngaku klepto, dan ternyata klepto ini jarang yang mau ngaku karena malu. Makanya susah katanya penelitiannya. Tapi klo skrang enggak mungkin, ya.

Terus sealin isunya, unsur psikologi-nya juga believable. Ditunjukan tips and trick-nya dan bukan tempelan aja. Sedikit banyak jadi belajar soal CBT.

Daaaaaan aku suka semua karakter di cerita ini. Semuanya pentinh dan konsisten. Nggak ada yang cuman nempel nggak jelas. Arc-nya Tiana juga oke punya and I looooove Tiana's chara so much. Kek pingin peluk dia erat-erat.

Palingan yang rada kureng love triangle-nya aja kali yak. Wkwkwk

Yah, love triangle sih emang bukan fav ku. Lagian romance di cerita ini juga nggak banyak. Selipan-selipan buat pemanis tapi nggak giung.
Profile Image for Yessie L. Rismar.
135 reviews3 followers
September 30, 2018
Idenya oke banget. Karakter Tiana kuat, tapi nggak dengan tokoh lain seperti Dinda, Ardhan, Sherry. Stefan agak lumayanlah. Juga ngerasa nggak sreg sih sama Tiana yang sering gugup. Maksudnya kegugupan dalam dialog tuh ngeganggu banget. Apalagi berkali-kali. Sekali dua kali dalam satu bab masih okelah. 😅
Profile Image for Lelita P..
620 reviews59 followers
July 14, 2015

Ada angin apa ya sehingga teman-teman saya di komunitas fanfiksi memilih novel remaja sebagai fiksi orisinal yang mereka tulis di dunia nyata? :D

Yup, saya bertanya-tanya. Karena teman-teman saya itu--Zen-san Miranda Malonka, Kak a1ypuff Rettaniea, dan sekarang Kak Pinku Nel Falisha--biasanya menulis fanfiksi T-rated ke atas (kalau tidak mau dibilang lebih sering M, hahaha). Nah, makanya saya heran... kok ketika mereka nulis novel, yang dipilih adalah novel remaja.

Karena saya tahu betul, sebagai orang dewasa, ada ego yang harus dikesampingkan ketika menulis novel remaja.
Dan itu bukan hal yang mudah, apalagi kalau terbiasa menulis cerita dewasa. ---> sendirinya sering gagal nulis cerita remaja

Sementara teman-teman saya ini berhasil banget. Salut, deh. :D


---

Oke, cukup rambling-nya.

Novel Rust in Pieces ini bercerita tentang Tiana yang mengidap penyakit kleptomania. Unik, ya. Sebelumnya saya belum pernah baca sebuah novel (lokal) yang benar-benar menceritakan tentang seorang remaja pengidap kelainan penyakit psikologis tertentu. (Bahkan, sepertinya baru setelah membaca ini saya jadi tahu bahwa kleptomania itu termasuk penyakit.)

Saya suka ceritanya, apalagi dibacanya dalam sekali duduk sehingga meninggalkan kesan mendalam. :D Karakter-karakternya juga oke. Mulanya saya sebel BANGET sama karakter Tiana: kok cewek cengeng, insecure, dan kikuk kayak gitu bisa-bisanya diperebutin cowok? #what
Yah pokoknya saya nggak suka sama dia. Seiring membaca, saya jadi lebih bisa memahami kenapa karakter dia seperti itu dan mulai bisa menerima, bahkan simpati. Nggak bisa ngebayangin kalau ada "monster" dalam diri yang mendorong-dorong untuk mengutil. Pasti tersiksa banget, na'udzubillah. :'(

Karakter Stefan yang paling bikin saya merasa tertohok, soalnya berasa ngaca. :p Apalagi di belakang ditegasin: "... terlalu baik pada semua orang, nggak punya personal space." Duh, jadi introspeksi. :p #lah

Paling suka sama Ardhan yang ngegemesin. Pede banget lagi tetap ber-"lo gue" di Bali. :)) Karakter Sherry dan Dinda juga memorable. Ah, Kak Nel pintar bikin karakter. Semuanya punya ciri khas sehingga berkesan. Tapi sepertinya karakterisasi mereka terlalu banyak di-tell secara eksplisit, apalagi di belakang--di ending. Menurut saya kalau dibiarkan implisit aja juga nggak apa-apa kok. :D Apa karena ini novel remaja, ya, biar pesannya lebih sampai?

Untuk alur ceritanya sendiri, oke lah. Konfliknya selesai semua, nggak ada yang menggantung. Subplot-subplotnya juga cukup rapi. Penempatan adegannya bagus: adegan dramatis, senang-senang, bahkan yang serius seperti konsultasi psikologinya.

Nah, saya suka itu bagian konsultasi psikologinya. Kelihatan nyata dan trustworthy banget. Entah apakah background Kak Nel memang psikologi atau dia sudah melakukan riset yang mendalam tentang hal ini, saya acungkan jempol. Dan ini bagus banget untuk mendorong remaja-remaja di luar sana yang mengalami gangguan--entah apa pun--untuk nggak merasa tabu atau malu memeriksakan diri ke psikolog/psikiater kalau mereka punya masalah. Daripada dipendam dan dibiarkan aja, nggak sembuh-sembuh. Malah gawat kalau menjadi sesuatu yang lebih serius.

Terus, saya juga suka setting Bali-nya. Tiga tahun lalu saya ke Bali untuk berwisata dan saya banyak ngobrol sama sopir mobilnya. Waktu itu--karena udah bukan anak kecil lagi--saya jadi lebih aware bahwa Bali tuh bukan tempat wisata doang; di sana juga ada kehidupan masyarakat biasa yang seperti kehidupan domestik manusia pada umumnya: berkeluarga, sekolah, jatuh cinta. Nah, novel ini juga memberikan hal itu, dan saya suka. Soalnya remaja zaman sekarang (khususnya yang tinggal di Jabodetabek) memang harus dibuka matanya bahwa Indonesia bukan Jabodetabek saja... bahwa Indonesia tuh luas dan di pulau-pulau lain juga ada remaja-remaja lain yang punya kehidupan ala remaja.
Terus saya jadi kangen Bali gitu deh. :') #baper

... apa lagi ya. Oya, ada dua hal yang agak mengganjal buat saya:

1. Di depan, disebutkan bahwa tema presentasi Sosiologi adalah "Fenomena yang Memengaruhi Masyarakat" (semoga bener, bukunya saya tinggal di rumah sih). Terus awalnya Stefan menyarankan fenomena K-Pop. Tapi ketika dia dan Tiana presentasi di belakang, kayaknya presentasi mereka kurang nyambung dengan tema "Fenomena yang Memengaruhi Masyarakat". Memang sih adegan presentasinya nggak ditampilkan; tahu-tahu sudah selesai aja dan langsung tanya-jawab. Tapi ditilik dari tanya-jawab itu, saya nggak menangkap korelasinya dengan fenomena yang memengaruhi masyarakat, malah berhubungan dengan sosialisasi nilai.
(Kenapa juga yang beginian malah diperhatiin? Haha.)

2. Judulnya. Sejak awal saya tahu novel ini tentang pengidap kleptomania, tapi saya kurang paham kenapa judulnya "Rust in Pieces". Apakah itu idiom tertentu? :D


----

Novel yang menyenangkan dibaca. :) Segar aja gitu baca novel remaja yang temanya unik dan tokoh-tokohnya memorable.
Ditunggu novel selanjutnya, Kak Nel! :D
Profile Image for Dian Silviani.
46 reviews4 followers
December 22, 2015
sebenernya ini adalah novel pertama dari seri YARN yang kubaca, loh kok nulis reviewnya baru ini? (suka-suka dong yah *gada yang tanya juga*), aku adalah orang dengan mood random, jadi suka-suka aku, tergantung moodku, tergatung ide yang muncul di kepalaku, tergantung kerajinan jari-jariku hehehehe.


oke mari kita kembali ke rust in pieces, pas baca sinopsis kok mikir "ih temen gue kan dulu pernah ada yang di bilang klepto sama anak-anak kelasnya" wah seru nih.

kusuka covernya! kusuka covernya!, tadinya aku males koleksi karena cover terdahulu nyaris serupa, pucat. (menurutku) nggak menarik. *di getok mimin ice cube*

Rust in Pieces bawa warna baru dan membuatku tertarik.
Aku yakin banget Kak Nel risetnya serius, malah mungkin langsung nanya ke penderitanya, kenapa? karena setiap deskripsi soal klepto dan cara menanggulanginya (banjir kali di tanggulangi) terasa pas. terasa memang begitu adanya. Kak Nel menyampaikan dengan baik gimana perasaan Tania berjuang ngelawan kleptonya, gimana Tania usaha semaksimal mungkin untuk berhenti mengupil eh mengutil maksudnya, sorry my bad. XD

Terus, teruuus........ aku hampir aja nangis pas bagian Mamanya Tania mau sama-sama berjuang buat terapi, dan mau mengakui penyakit Tiana. itu rasanya hatiku kayak kerupuk, nyam! gitu.

hmmm aku pengen ngelempar Stefan pake penghapus deh, masa care sama temen sampe segitunya sih, care is care, Stef. gaperlu ada adegan begitu ya Stef lain kali, kan bikin orang salah paham. (sok kenal banget) kuyakin Stefan ini cowok ter-friendzone sepernovelan. Haghaghag *ingetumur*

aku juga suka karakter Ardhan, dia kayak cowok-cowok yang emang cowok SMA idamanable gitu hahaha,
Masa aku berharap ada adegan Tania di bully sambil di lemparin tepung sama temen-temenya terus dengan heroiknya Ardhan dateng, sambil bilang "you never know what you do until is done" wkwkwkw

Hmm apa lagi ya, mungkin pesanya kali ya, bahwa klepto itu bukan maling, dan bahwa klepto penyakit yang bisa disembuhkan asal yang terkena kleptomania mau sembuh.

"Ga ada, Ti, orang gila yang mau gila. Rata-rata, mereka juga nggak sadar kalau mereka sakit." #RustInPieces

"Aku bukan orang yang kuat, aku butuh teman yang nggak malu sama aku." #RustInPieces
Profile Image for Wardah.
923 reviews171 followers
April 5, 2016
Rust in Pieces bukan bacaan pertama yang menghadirkan kelptomania. Sebelumnya saya sudah membaca beberapa karya lain dengan tokoh remaja penderita kleptomania. Namun, ini kali pertama saya membaca kleptomania dengan sedalam ini.

Nel Falisha tidak sekadar menghadirkan kleptomania sebagai penyakit yang dialami tokoh utama kita, Tiana. Nel Falisha juga menghidupkan kleptomania dalam novel ini, lewat Tiana. Pembaca akan dibuat merasakan bagaimana Tiana menghadapi hari-harinya dengan monster dalam kepalanya.

Tiana perlahan berdiri. Suasana berubah hening di telinga Tiana, hanya bisikan-bisikan si monster yang terdengar. Getaran tangannya semakin hebat, jantungnya berdebar keras seakan ia habis melihat hantu.

Ambil, Ti, ambil! (h. 12)


Bukan hanya menghadirkan bagaimana isi kepala Tiana, Rust in Pieces juga menghadirkan suasana di sekeliling Tiana. Orang tua Tiana yang menganggap pencurian yang dilakukan anaknya adalah pencurian.

Sebuah novel yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Gaya berceritanya ringan tapi berhasil menyentuh, karekternya sangat manusiawi, dan ceritanya akan berhasil membawa pembaca.

Review lengkap bisa dibaca di sini.
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
September 14, 2015
Sempat ragu mau tiga atau empat, akhirnya empat aja deh bintangnya hihihi

Jadi, Rust in Pieces ini bercerita tentang Tiana yang suka mengutil meski dia mati-matian menahan diri untuk nggak melakukan itu.

Tiana ingin mengubur masa-masa gelapnya di SMP karena ketahuan mengutil dengan masuk ke SMA yang tidak dimasuki oleh teman-temannya selama SMP, yah, meski itu juga nggak membuat Tiana berhenti mengutil sih.

Sayangnya, di SMA baru ini Tiana masih harus ketemu Dinda, teman SMP-nya, Ardhan, Stefan, Sherry. Membuat Tiana merasa terus menerus diperhatikan dan cemas. Ah, jangan2 mereka pernah melihatnya mengutil?

***

Aku suka karakter Stefan. Sama Sherry juga. Sama Ardhan juga. Yep, bener. Karakter-karakter di buku ini memang nyenengin. Konflik dan penyelesaiannya juga rapi, terutama dengan usaha Tiana yang mau berhenti mengutil.

Step CBT-nya juga digambarkan dengan sangat oke, semakin seneng karena ada psikologi-psikologinya. Ah, pokoknya baca buku ini kayak lagi menikmati berbaring di atas perahu yang mengalir di sungai beralur tenang. Keenakan, tau-tau udah sampai di tujuan.

Sukses terus, Kak Nel!
1 review2 followers
Read
July 19, 2015
Saya sangat menyukai penulis yang mengolah dan mengesekusi pengkarakteran dengan serius seperti yang ditunjukkan dalam Rust in Pieces.

Halaman demi halaman, bab demi bab membawa saya larut dalam perasaan Tiana. Ikut merasa iba pada kondisi psikologis Tiana yang terganggu, depresi melawan keinginannya mengutil tapi tekanan sosial dan pola pikirnya yang sudah negatif membuatnya menyerah.

Plot mengalir dan ending cerita memuaskan tanpa melayang di udara. Ga semua aspek dalam cerita harus happy end, tapi itu juga tergantung pada bagaimana kita berserah dan bersyukur utk apa yang sudah kita miliki.

Bercermin pada Tiana, menyadarkan saya kembali musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri sendiri. Berpikiran positif atau negatif adalah pilihan. Dan kita berhak memilih.

Banyak pelajaran moril yang bisa diambil dengan mengikuti kisah ini, terutama utk orang yang selalu kembali mempertanyakan identitas dirinya, yang artinya semua orang dari segala lapisan usia.

Saya senang karya ini bisa lahir dan dibaca oleh banyak orang, sebagaimana saya juga yakin ini awal yang sangat baik buat Nel untuk terus mengembangkan tulisannya.

Terus menulis! Tetap terinspirasi dan menginspirasi :)
Displaying 1 - 30 of 77 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.