Pindah ke sekolah keren dan terkenal kedengarannya menyenangkan. Tapi tidak buat Sanding. Rasanya seperti masuk ke sarang alien. Ia harus siaga dari gangguan anak-anak geng populer yang sangat berkuasa dan siap menindasnya. Kalau saja dia bisa eksis di kegiatan ekstrakurikuler, pasti akan ada teman-teman yang membelanya.
Alih-alih bergabung di cheerleader, Sanding malah memilih bergabung di kelas drama yang biasanya hanya diikuti siswa-siswi cupu. Untungnya sih, Kala—si cowok ganteng—juga terpaksa ikut kelas drama sebagai hukuman, dan menjadi lawan main Sanding dalam lakon Ramayana. Mereka semakin dekat karena memerankan pasangan Rama dan Sinta.
Tapi ternyata ada yang tidak terima melihat kedekatan Sanding dan Kala. Ragan tak pernah habis akal mengganggu gadis itu. Mampukah Kala membela “Sinta”-nya dari gangguan si Raja Preman itu? Dan bagaimana kalau ternyata Ragan jatuh cinta pada Sanding?
Novel ini mengisahkan mengenai kehidupan Sanding, hidupnya yang nyaman berubah seketika dengan rencana kepindahannya ke kota dan masuk ke SMA yang terkenal. Sayangnya, Sanding tidak antusias, karena dirinya sudah betah tinggal di kotanya yang nyaman.
Apalagi saat masuk ke SMA yang baru, Sanding harus berhati-hati. Ada geng populer yang sangat menyukai untuk menjahili dan membully pribadi seperti Sanding. Sanding pun harus berada di tengah permusuhan antara Kala dan Ragan, 2 cowok populer di sekolahnya. Permusuhan yang sudah berpuluh-puluh tahun berlangsung sejak nenek moyang mereka. Anehnya walau mereka bermusuhan, tetapi baik Ragan dan Kala masih dalam satu geng yang sama, tetapi hubungan mereka tidak termasuk dalam kategori akur, mereka tetap selalu bersaing dalam segala hal.
Sanding pun memutuskan untuk masuk ke Klub Drama, klub yang dulunya terkenal tetapi sekarang sedang mati suri. Namun, sejak Kala terpaksa harus masuk ke dalam Klub Drama semuanya berubah. Bu Maria, pelatih Klub Drama memutuskan untuk memasangkan Kala dan Sanding sebagai pasangan Rama dan Shinta dalam pementasan drama Ramayana.
Awalnya hubungan Kala dan Sanding pun tidak terlalu akrab, tetapi semua perlahan-lahan berubah. Kala malah jatuh cinta terhadap Sanding dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran, yang tentunya ditentang banyak orang, termasuk anggota Geng Kala. Dan orang yang paling tidak suka adalah Ragan. Walau sikap Ragan kepada Sanding selalu menjengkelkan, ada saja yang dibuatnya untuk mengganggu Sanding, tetapi ternyata perlahan-lahan Sanding telah membuat seorang Ragan jatuh cinta. Bagaimana akhir kisah Sanding-Kala-Ragan? Ada apa dengan dongeng putri kunang-kunang? Bagaimana akhir perseteruan keluarga Kala dan Ragan?
Novel ini sebenarnya menarik, awalnya aku pikir penulis akan lebih menonjolkan mengenai kisah dongeng Putri Kunang-Kunang ini, tetapi ternyata itu hanya muncul beberapa kali saja, tidak terlalu dieksplor lebih jauh. Penulis malah fokus kepada pementasan drama Ramayana Sanding dan Kala, hubungan Kala-Sanding-Ragan dan bagaimana akhirnya Sanding bisa beradaptasi dengan sekolah barunya.
Aku suka dengan nama karakter yang dipilih, unik sekali. Novel remajanya terasa sekali, apalagi isu pembullyan yang memang sudah familiar sekali di kalangan sekolah menjadi nilai tambah. Tapi masih tetap ada pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai, seperti bagaimana akhir kisah perseteruan 2 keluarga ini.
Overall, kalau kamu mencari novel remaja yang ringan, rasanya bisa mencoba membaca novel ini.^^
Berkisah tentang Sanding, seorang anak tunggal dari pemilik sebuah kafe kopi sederhana di sebuah daerah pesisir pantai. Demi permintaan terakhir mendiang ibunya untuk menempuh pendidikan menengah atas di sebuah sekolah negeri terpopuler di Nusa, sang ayah berencana pindah rumah dan membuka kafe baru di kota tersebut.
Sanding yg berminat ikut ekstrakulikuler drama tetapi hanya bekerja di belakang layar, hidupnya mulai berubah sejak guru pembimbing ekskul drama memilihnya untuk memerankan tokoh Sinta dalam kisah pewayangan Ramayana. Dan yg lebih gila lagi, tokoh yg akan menjadi lawan mainnya yg memerankan Rama adalah Kala, cowok terpopuler dan terganteng se SMA Nusa! Hal tersebut tentunya berpengaruh dalam proses PDKT mereka xD
Tapi kedekatan mereka banyak yg tidak menyukai, salah satunya Ragan si Raja Preman sekaligus musuh bebuyutan Kala yg terus mengusili Sanding. Hal tersebut tentu menyulut api permusuhan mereka sehingga semakin panas dan hebat.
Kisah ini diceritakan menurut suduh pandang orang ketiga, yaitu penulis sendiri. Unsur2 yg terdapat dalam cerita ini beragam, ada senang, sedih, humor, roman, ketegangan juga haru. Konflik yg muncul cukup umum seputar anak sekolahan dan hubungan kekeluargaan. Beberapa bagian bener2 mengaruhin emosi, bikin gereget dan pastinya baper>.<
Sebenernya buku ini ada lanjutannya ga sih? Apa emang dibuat gantung? Ah tapi aku menikmati kok ceritanya, cara penulis bercerita juga luwes, walau masih banyak tanda tanya. Kalo ketemu sama penulisnya aku tanyain langsung deh suer..
Judul: Putri Kunang-Kunang Penulis: Titi Setiyoningsih Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tebal: 189 halaman Tahun terbit: 2015
SINOPSIS: Kasanding Hapsari--Sanding--harus meninggalkan desa tempat tinggalnya sejak kecil dan pindah ke kota. Di kota Sanding harus masuk ke sekolah keren dan terkenal. Hal itu membuat Sanding merasa masuk ke sarang Alien. Ia harus siaga dari gangguan para anggota genk populer, terutama Ragan Subagya.
Untuk membuatnya betah bersekolah di sekolah barunya, Sanding masuk ke ekskul drama, eskul yang katanya perkumpulan orang-orang cupu. Tapi karena suatu hal, tiba-tiba seorang anggota populer bernama Pranatakala Wicaksana harus masuk ke ekskul drama. Dan cowok itu harus menjadi lawan main Sanding dalam lakon Ramayana, berperan sebagai Rama.
Karena sering berjumpa hubungan Kala dan Sanding semakin baik. Mereka kian dekat. Hingga tanpa sadar mereka saling jatuh cinta. Tapi hal itu tentu saja membuat geng populer tidak senang, terutama Afro dan Ragan. Alasannya karena Afro masih mencintai Kala dan Ragan, diam-diam mencintai Sanding.
REVIEW:
Putri Kunang-kunang adalah novel pertama dari Titi Setiyoningsih yang saya baca. Novel ini cukup menghibur dan sesuai dengan rasanya sesuai dengan genrenya, teenlit GPU.
Poin yang saya suka dari novel ini adalah unsur cerita Ramayana yang ternyata bukan hanya tempelan saja, tetapi cerita itu menjadi bagian penting dari ploting cerita.
Selain itu gaya bercerita penulisnya pun lincah. Ceritanya begitu mengalir tanpa bertele-tele dengan diksi yang rumit.
Untuk penokohan, cukup unik nama-namanya, meski agak sulit disebutkan nama lengkap tokohnya. Tetapi nama itu terdengar pas dengan setting cerita (yang saya tangkap adalah daerah pulau Dewata).
Namun tak ada gading yang tak retak, kelemahan novel ini adalah banyak teka-teki yang belum selesai. Terutama itu bagian konflik turun temurun antara keluarga Ragan dan Kala. Konflik itu belum jelas apa penyebabnya dan bagaimana akhirnya.
Meskipun begitu, secara keseluruhan saya menikmati novel ini. Sangat menghibur saat saya sedang santai. Dan tentu saja saya rekomendasikan untuk para pecinta novel teenlit.
Terakhir, saya sematkan 3,5 dari 5 bintang untuk si manis Putri Kunang-Kunang ini. ^^
Saya membaca novel ini murni karena judulnya. Entah kenapa terasa sangat unik. Saya penasaran. Dalam bayangan saya, novel ini akan mengandung unsur fantasi. Eh ternyata tidak sama sekali.
Putri Kunang-Kunang murni novel teenlit. Novel ini memiliki segala aspek yang sepatutnya ada dalam teenlit. Mari kita coba list.
Heroine yang biasa-biasa saja tapi terus jadi istimewa? Ada. Karakter cowok yang keren, populer, idola sekolah, belum lagi ganteng dan kaya raya? Ada. Karakter cewek menyebalkan yang jadi saingan heroin, biasanya populer dan cantik? Ada. Setting sekolah lengkap dengan acara bully-an? Ada. Apa lagi?
Yah, pokoknya ketika membaca novel ini saya langsung merasa kembali ke masa SMA, di mana teenlit sedang populer.
Walaupun begitu, saya tidak bisa memungkiri bahwa saya menikmati novel ini. Putri Kunang-Kunang ditulis dengan luwes. Saya cukup suka diksi pilihan pengarang. Rasanya kayak penuh nuansa sihir gitu (menurut saya, dan mungkin karena efek judul sih ya).
Sayangnya, saya nggak bisa terlalu menikmati ceritanya. Sampai sebelum bab Putri Kunang-Kunang, saya pikir novel ini memang teenlit biasa (jadi semacam guilty pleasure bagi saya pribadi lol). Namun, di bab delapan itu segala keyakinan saya seakan digoyahkan.
Penulis mengenalkan kita pada Putri Kunang-Kunang. Si putri cahaya yang turun ke bumi dan menjelma jadi kunang-kunang. (Semacam) Dongeng yang mengisahkan hubungan kekeluargaan dua karakter utama cowok kita (Kala dan Ragan). Dongeng yang lebih mirip kalau saya sebut ramalan.
Iya, saya serius. Dongeng ini kayak denger ramalan sang terpilihnya Harry Potter. Atau ramalan yang menceritakan Percy Jackson. Atau ramalan yang mengatakan bahwa Eragon nggak akan tinggal di Alaegesia. Atau ramalan-ramalan yang lain.
Sayangnya, dongeng ini cuma diceritakan selewat lalu. Setelah itu, Putri Kunang-Kunang kembali menjadi novel teenlit dengan karakter remaja yang saling berintrik.
Kalo dari ide cerita, Putri Kunang-Kunang ini sebenernya baguus. Tapi agak melempem dikit deeeh, kayak kedodoran nulisnya gitu.
Ala-ala FTV dicampur kisah Ramayana. Sebenernya juga gue ga suka tuh sama Sanding. Apa ya....
Entahlah.
Tapi gue suka sama ceritanya hahahaha. Yang kayak gini emang gue banget. Ya lumayanslah. Tapi pas nutup nih novel, gue ngerasa ada lanjutannya. Apa perasaan gue doangg?!
Pertama kali baca novel ini lumayan cepet selesai karena suka dengan gaya bahasanya. Namun banyak masalah yg masih menjadi misteri karena belom terselesaikan hingga cerita berakhir. Cerita ini cocok jika ada kelanjutannya di novel selanjutnya. Semoga novel² berikutnya semakin menarik.🙂